• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN

PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Sonia Chandrikinnanti

NIM : 129114152

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“The only way to have the greatest work in your life is love what you do first.” -Anonymous

“How you climb a mountain is more important than reaching the top.” -Yvon Chouinard

“Nothing is impossible. The word itself says, I’M POSSIBLE.” -Audrey Hepburn

“Don’t ever stop trying, learning, fighting, experimenting, doing, until the miracle happens.”

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk :

- Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia-Nya maka skripsi dapat berjalan dengan lancar hingga selesai. Puji syukur yang tak terhingga atas segala nikmat, karunia dan berkah yang berlimpah yang telah diberikan selama hidup ini.

- Orangtua ku tercinta, Bapak Arie Purnama dan Ibu Dewi Sri Rahayu yang senantiasa mendoakan untuk kesuksesan saya. Yang tidak pernah lelah mendengarkan keluh kesah dan mimpi-mimpi dari sejak kecil. Yang selalu memberikan dukungan terbesar disetiap langkah hidup yang saya pilih. My truly happiness is based on your happiness dear mom and dad.

(6)

vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juli 2016 Penulis

(7)

vii

PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Sonia Chandrikinnanti Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

ABSTRAK

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan senam otak terhadap kemampuan matematika pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah 72 orang siswa kelas 5 SD Negeri 18 Muara Enim. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu siswa kelas VB sebagai kelompok eksperimen (n=36) dan siswa kelas VC sebagai kelompok kontrol (n=36). Kelompok eksperimen mendapatkan pelatihan senam otak selama 10 hari berturut-turut, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan. Kemampuan matematika siswa diukur dengan tes matematika. Tes matematika berisi 40 soal dengan materi operasi hitung pecahan yang dilaksanakan selama 70 menit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis independent sample t-test. Hasil analisis data menunjukkan uji t pada data gain score memiliki nilai t sebesar 11,053 dengan p=0,00 (p<0,05). Hasil perhitungan menunjukkan gain score pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan. Pelatihan senam otak berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan matematika tentang operasi hitung pecahan pada siswa kelas V sekolah dasar.

(8)

viii

THE EFFECT OF BRAIN GYM TRAINING ON MATHEMATICS ABILITY OF FRACTION COMPUTATION IN FIFTH GRADE

ELEMENTARY SCHOOL Sonia Chandrikinnanti

Faculty of Psychology Sanata Dharma University

ABSTRACT

This experimental study aimed to determine the effect of brain gym training on the ability of mathematics in elementary school students. The study design was non-randomized pretest-posttest control group design. The subjects were 72 students in fifth grade students of SD Negeri 18 Muara Enim. They were divided into two groups, namely VB graders as experimental group (n = 36) and VC grades as a control group (n = 36). The experimental group received brain gym training for 10 consecutive days, while the control group did not receive any treatment. Student's math ability was measured by math test. Math test contains 40 problems fractional arithmetic operations. The test was performed in 70 minutes. This study used analysis techniques of independent sample t-test. The result showed a value of t score is 11.053 with p = 0.00 (p <0.05). This shows that gain score in the experimental group and the control group differing significantly. Brain gym training has significant effect to improve mathematics ability in fifth grade elementary school students.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Sonia Chandrikinnanti

Nomor Mahasiswa : 129114152

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 Juli 2016

Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya, skripsi yang berjudul “Efektivitas Pelatihan Senam Otak Terhadap Peningkatan Kemampuan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar.” dapat diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Dekan dan dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak bantuan dan saran yang sangat bermanfaat.

2. Romo Dr. A. Priyono Marwan, SJ., dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran serta memberikan doa, dukungan, dan masukan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si., Kaprodi beserta semua jajaran staf dosen dan administrasi serta seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pendidikan, ilmu yang bermanfaat dan bantuan selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi diselesaikan. 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., dosen penguji skripsi yang telah memberikan

saran dan masukan yang sangat berguna.

5. Bapak Nugroho S.Pd, SD., Kepala Sekolah SD Negeri Minomartani I yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan kegiatan pilot study.

(11)

xi

6. Ibu Chandra Yunia Linarti S. Pd, SD., Kepala Sekolah SD Negeri 18 Muara Enim yang telah memberikan izin dan keluasan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas VB dan VC SD Negeri 18 Muara Enim yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berpastisipasi menjadi subjek penelitian.

8. Terima kasih untuk Bapak Arie Purnama, Ibu Dewi Sri Rahayu, Siti Nurshaliha Mahardika, Shabrina Maharani Putri dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat selama penulisan skripsi ini.

9. Zomy Denianto, yang selalu membantu, menemani dan mendukung selama proses pengerjaan skripsi ini.

10. Teman-teman se-angkatan Psikologi Universitas Sanata Dharma 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu untuk dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, 20 Juli 2016 Penulis ,

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan penelitian ... 5

C. Manfaat penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

(13)

xiii

1. Pengertian Matematika... 7

2. Kemampuan Matematika ... 7

3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Matematika... 8

4. Matematika di Sekolah Dasar ... 12

5. Hasil Belajar Matematika ... 13

B. Senam Otak ... 14

1. Pengertian Senam Otak ... 14

2. Dimensi Otak ... 11

3. Jenis-jenis Gerakan Senam Otak ... 17

C. Pengaruh Senam Otak Terhadap Kemampuan Matematika ... 24

D. Siswa Sekolah Dasar ... 25

E. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Identifikasi Variabel ... 27

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27

1. Variabel Bebas ... 28

2. Variabel Terikat ... 28

3. Pengendalian Eksperimen ... 28

a. Waktu Pelaksanaan Pelatihan ... 28

b. Tempat Pelaksanaan Pelatihan ... 28

c. Pemilihan Instruktur ... 28

(14)

xiv

C. Subjek Penelitian ... 29

E. Desain Eksperimen ... 30

F. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ... 31

G. Prosedur Penelitian ... 35

H. Metode Analisis Data ... 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Pilot Study ... 39 B. Persiapan Penelitian... 39 1. Perizinan Penelitian ... 39 2. Persiapan Subjek ... 39 C. Pelaksanaan Penelitian ... 39 1. Pre-Test ... 39

2. Pelatihan Senam Otak ... 40

3. Post-Test ... 40

D. Hasil Penelitian ... 41

1. Data Deskriptif Penelitian ... 41

2. Proses Analisis Data ... 41

3. Uji Asumsi ... 42

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Homogenitas ... 43

4. Uji Hipotesis ... 45

E. Pembahasan ... 46

(15)

xv

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Tes Kemampuan Matematika kelas V SD ... 32

Tabel 2. Tabel Data Deskriptif Penelitian ... 41

Tabel 3. Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov one sample ... 43

Tabel 4. Tabel Uji Homogenitas Levene test ... 44

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(18)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Petunjuk Pelaksanaan Pre-test dan Post-test ... 55

Lampiran B. Instrumen Pengukuran Kemampuan Matematika ... 57

Lampiran C. Petunjuk Gerakan Senam Otak ... 62

Lampiran D. Pelaksanaan Pelatihan Senam Otak ... 72

Lampiran E. Daftar Hadir Subjek ... 78

Lampiran F. Skor Pre-test dan Post-test Kelompok Eksperimen ... 84

Lampiran G. Skor Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol ... 87

Lampiran H. Perhitungan Statistik ... 90

Lampiran I. Surat Keterangan Penelitian ... 96

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat dan lingkungannya. Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan dan pembelajaran dapat dicapai dengan prosedur perencanaan dan penentuan tujuan kegiatan pembelajaran yang tepat (Wilmes et all, 2008). Pengelolaan pembelajaran dan evaluasi yang terarah juga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan (Ansari, 2008). Metode pembelajaran yang tepat diharapkan mampu menjadikan siswa menjadi pribadi yang inovatif, aktif, kreatif, menarik, dan dapat diterapkan dalam kehidupan siswa sehari-hari (Willis, 2007).

Menurut Emilda (2015), pembelajaran dengan menerapkan metode yang bervariasi mampu mengatasi kejenuhan siswa dalam suatu

(20)

proses pembelajaran. Kejenuhan yang dialami siswa dapat disebabkan oleh faktor guru, siswa, metode pembelajaran dan faktor-faktor lain. Faktor beban tugas, latihan dan banyaknya materi yang harus dipelajari dalam satu semester menyebabkan siswa jenuh. Kejenuhan menyebabkan kurangnya minat dan motivasi belajar siswa. Siswa akan mampu belajar secara efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan (Coe et all, 2006).

Mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa di sekolah sungguh beragam. Salah satu mata pelajaran yang memerlukan model dan metode yang inovatif dan kreatif adalah matematika. Pelajaran matematika dianggap oleh kebanyakan siswa sebagai pelajaran yang sulit dibandingkan dengan yang pelajaran lain. Siswa juga mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang menjenuhkan dan melelahkan. Siswa mengalami kesulitan untuk memahami matematika karena materi pelajaran yang cukup rumit. Hal ini menyebabkan hasil yang diperoleh dari pembelajaran matematika kurang maksimal (Pratt, 2010).

Keberhasilan dari proses belajar seseorang dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan dapat dilihat dari pengetahuan, pemahaman sikap dan perilaku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu dari hasil proses belajar (Stephenson, 2009).

Peran guru sangat penting dalam keberhasilan proses belajar siswa (Cohen, 2003). Seorang guru harus mampu mengajar dengan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa menjadi lebih mampu memahami

(21)

dan menerima materi pelajaran (Willis, 2007). Dalam pelajaran matematika, guru diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa agar dapat belajar matematika dengan baik. Guru perlu membantu untuk memaksimalkan kinerja otak siswa, dan metode pembelajaran saat ini harus diarahkan kepada proses belajar siswa yang bersifat pengoptimalan fungsi otak (Leepo, 2000).

Metode pengajaran saat ini masih bersifat konvensional. Menurut Johnson (2002), metode konvensional adalah metode yang bersifat ceramah dan belajar dengan menghafal. Metode ini cukup baik untuk dilakukan agar siswa lebih paham dan mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Disisi lain, metode ini memiliki kekurangan yaitu menimbulkan kebosanan dan dianggap hanya mengembangkan kemampuan otak kiri saja sehingga kemampuan otak lain tidak dikembangkan dengan baik (Carpenter, 2005). Untuk mengoptimalkan fungsi otak dan menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu kerja otak siswa secara keseluruhan (Awolola, 2011).

Dalam mengatasi permasalahan para siswa dalam memahami pelajaran matematika, telah banyak ditemukan metode-metode yang membantu siswa mengatasi kesulitan tersebut. Salah satunya dengan metode pelatihan senam otak (Brain Gym). Pelatihan senam otak dianggap sangat efektif untuk meningkatkan kecerdasan otak terutama dalam kemampuan matematika (Rentschler, 2007). Dari hasil penelitian Twomey (2002) membuktikan bahwa metode senam otak efektif dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa. Senam otak sangat baik dilakukan pada awal

(22)

proses pembelajaran atau sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa sebelum menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

Senam otak adalah serangkaian latihan gerak yang sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Dennison, 2009). Senam otak merupakan gagasan mengenai pemolaan ulang neurologis untuk meningkatkan fungsi otak (Hyatt, 2007). Gerakan senam otak dibuat untuk menstimulasi (Dimensi lateralitas), meringankan (Dimensi Pemfokusan), atau merelaksasi (Dimensi Pemusatan) untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa (Dennison, 2008).

Senam otak digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar dengan menggunakan keseluruhan otak seperti yang dilakukan oleh siswa-siswa Paul E. Denisson Ph.D. di Educational Kinesiology (Edu-K). Sehingga senam otak dapat dijadikan solusi untuk menangani siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Senam otak menjadi suatu alat bantu pembelajaran yang sangat efektif (Dennison, 2009).

Penelitian dari Watson (2014), latihan senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan daya ingat, peningkatan kemampuan matematika, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan. Para siswa di

Educational Kinesiology Foundation, California, USA melakukan

gerakan-gerakan senam untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri (Brain Gym® International,

(23)

2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Nussabaum (2010) menyatakan bahwa pelatihan senam otak memudahkan kegiatan belajar, memperbaiki konsentrasi belajar dan menguatkan motivasi belajar pada siswa. Senam otak juga meningkatkan rasa percaya diri, membangun harga diri, rasa kebersamaan, dan membuat siswa lebih mampu mengendalikan diri (Shamberg, 2009).

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan teori yang telah dikemukakan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang efektivitas pelatihan senam otak untuk meningkatkan kemampuan matematika pada siswa sekolah dasar. Pelatihan senam otak diberikan kepada siswa kelas lima sekolah dasar sebagai subjek. Penelitian ini menggunakan gerakan senam otak yang terdiri dari gerakan pendahuluan atau PACE dan 6 kombinasi gerakan senam otak yang disesuaikan untuk meningkatkan kemampuan matematika.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pelatihan senam otak terhadap peningkatan kemampuan matematika operasi hitung pecahan pada siswa kelas V sekolah dasar.

(24)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu psikologi terutama dalam bidang psikologi perkembangan dan pendidikan, khususnya mengenai manfaat pelatihan senam otak terhadap kemampuan matematika.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan cara belajar matematika siswa sekolah dasar dengan menggunakan pelatihan senam otak yang berguna untuk meningkatkan kemampuan matematika.

(25)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Matematika 1. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau manthenein, yang artinya mempelajari. Owens (2008) menjelaskan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika juga salah satu disiplin ilmu untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain dan teknologi (Sousa, 2008).

Pendapat-pendapat di atas memberi kesimpulan bahwa pengertian matematika merupakan ilmu tentang logika dan konsep-konsep yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan sangat penting dipelajari karena dapat membantu meningkatkan siswa dalam mempelajari ilmu lain. 2. Kemampuan Matematika

Gozuyesil & Dikici (2014) menjelaskan bahwa kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki seseorang adalah kemampuan matematika. Menurut NCTM (1999),

(26)

definisi kemampuan matematika adalah kemampuan untuk mengeksplorasi, menduga dan berpikir secara logis untuk memecahkan masalah matematika. Kemampuan matematika juga tentang berkomunikasi melalui matematika dan menghubungkan ide-ide dalam matematika dengan ilmu lainnya. Menurut Anthony & Walshaw (2009), kemampuan matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat matematika. Berbagai komponen kemampuan matematika adalah berfikir logis, pemecahan masalah, ketajaman dalam melihat pola, pengenalan konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat (Nelson, 2002).

Pendapat-pendapat di atas memberi kesimpulan bahwa kemampuan matematika seseorang dilihat dari berfikir secara logis, mampu berkomunikasi melalu matematika, memahami dan menganalisis pola angka-angka serta memecahkan masalah matematika dan menerapkan ilmu matematika ke berbagai ilmu lainnya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Matematika

Slameto (2010) menyatakan bahwa kemampuan matematika seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(27)

A. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari diri pribadi manusia yang membawa pengaruh terhadap hasil belajar matematika. Faktor internal terbagi dua yaitu psikologi dan fisiologis.

1. Faktor Psikologis

a) Bakat dan Intelegensi

Faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya kemampuan matematika seseorang adalah bakat dan minat. Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan pada diri seseorang (Slameto, 2010).

b) Minat

Minat adalah ketertarikan seseorang pada suatu hal. Minat yang tinggi akan menghasilkan kemampuan belajar yang tinggi pula, artinya bila siswa belajar dengan penuh minat akan membantu pemusatan pikiran dan kegembiraan dalam belajar (Slameto, 2010).

c) Motivasi

Motivasi adalah keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru, untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, ganjaran untuk hukuman, kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat, kebutuhan kecintaan, keinginan yang harus tercapai (Slameto, 2010).

(28)

d) Emosional

Faktor emosi seperti rasa takut, benci atau bosan terhadap bahan atau mata pelajaran mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Sifat mudah putus asa didalam melakukan tugas, kecemasan yang terus menerus dan sebagainya akan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa (Slameto, 2010).

e) Ambisi dan Tekad

Ambisi dan tekad adalah tenaga yang sangat besar potensialnya dalam diri seseorang. Biasanya seseorang yang sangat berambisi dan mempunyai tekad yang kuat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan orang yang tidak berambisi (Slameto, 2010).

2. Faktor Fisiologi a) Kesehatan

Kesehatan jasmani berupa kesehatan badan fit, tubuh sehat dan normal sedangkan kesehatan rohani berupa pikiran yang sehat dan tenang (Slameto, 2010).

b) Keadaan Panca Indera

Panca indera merupakan bagian dari tubuh manusia yang sangat vital dalam proses belajar mengajar, dengan panca indera manusia bisa melakukan kegiatan baik kegiatan belajar maupun kegiatan untuk melangsungkan kehidupan sehari-hari (Slameto, 2010).

(29)

B. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah hal-hal atau situasi dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kemampuan.

1. Faktor Keluarga

Faktor keluarga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Orang tua dan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar dan dominan seperti halnya pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota-anggota keluarga, suasana keluarga dan keadaan ekonomi keluarga (Slameto, 2010).

2. Faktor Sekolah dan Lembaga Pendidikan a) Guru

Guru yang efektif adalah guru yang berhasil mencapai kemampuan berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki dalam proses belajar mengajar. Peran guru diharapkan dapat mendukung kemampuan anak didik, sikap dan penampilan serta memotivasi siswa, membangkitkan minat siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar (Slameto, 2010).

b) Metode Mengajar

Metode mengajar harus kreatif dan inovatif sehingga siswa mampu belajar secara maksimal dan mengembangkan potensi diri secara optimal. (Slameto, 2010).

(30)

c) Kurikulum Sekolah

Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Pelajaran yang telah tersusun dengan baik tentu proses belajar mengajar akan dapat terlaksana dengan baik pula. Kegiatan pembelajaran berupa penyajian bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran (Slameto, 2010).

d) Fasilitas Belajar

Fasilitas belajar sekolah memadai ikut mempengaruhi proses belajar mengajar. Perlengkapan belajar tidak boleh diabaikan karena dalam proses belajar mengajar membutuhkan peralatan atau fasilitas pendidikan yang mencukupi yang dapat menunjang proses belajar mengajar (Slameto, 2010).

4. Matematika di Sekolah Dasar

Pape (2003) menyatakan bahwa tujuan akhir pembelajaran matematika di sekolah yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Bodovski & Farkas (2007) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sifat dalam menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, memecahkan masalah dan merancang model matematika, mengkomunikasikan gagasan matematika dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain. Pendapat-pendapat di atas memberi kesimpulan bahwa

(31)

pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan untuk melatih dan menumbuhkan cara berpikir siswa secara terampil dalam memahami konsep matematika dan mampu menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.

5. Hasil Belajar Matematika

Duman (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Anderson & Krrathwohl (2001) menyatakan bahwa hasil belajar dalam perilaku intelektual dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar matematika dapat diukur dengan suatu tes yang digunakan sebagai alat untuk evaluasi pembelajaran dan mengukur kemampuan matematika siswa.

Pendapat-pendapat di atas memberi kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan atau kemampuan siswa terhadap matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Di mana hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yaitu tes hasil belajar.

(32)

B. Senam Otak (Brain Gym)

1. Pengertian Senam Otak (Brain Gym)

Senam otak (Brain Gym) merupakan latihan gerak sederhana yang melibatkan beberapa titik penting yang berkaitan langsung dengan saraf-saraf otak yang berfungsi untuk memudahkan pernafasan, memperlancar peredaran darah, menyegarkan dan melemaskan otak (Dennison, 2006). Senam otak (Brain Gym) dikenal sebagai pendekatan unik dalam

bidang pendidikan yang pertama kali diciptakan oleh Paul E. Dennison, Ph. D. Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para siswa di educational kinesiologi (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak (Dennison, 2006).

2. Dimensi Otak

Dennison (2006) menjelaskan bahwa otak manusia seperti halogram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Tiap dimensi ini memiliki tugas spesifik yang dalam aplikasi Senam otak (Brain Gym) dipakai istilah Dimensi Lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, Dimensi Pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau Brainstem) dan bagian depan otak (Frontal Lobes), Dimensi Pemusatan untuk sistem limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex).

(33)

a. Dimensi Lateralitas

Dimensi lateralitas mengintegrasikan belahan otak kiri dan otak kanan. Dimensi lateralitas akan menjelaskan kegiatan yang berhubungan dengan komunikasi. Mengingat otak sebagai pusat kegiatan tubuh yang akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut syaraf secara sadar maupun tidak sadar. Hal ini menyebabkan belahan otak kiri akan aktif jika sisi kanan tubuh digerakkan dan belahan otak kanan akan aktif jika sisi kiri tubuh digerakkan. Sifat ini memungkinkan munculnya dominasi salah satu sisi otak, maka diperlukan upaya untuk mengintegrasikan kedua sisi tubuh (bilateral integration) agar kedua belahan otak bisa bekerjasama dengan baik. Program Brain Gym memperkenalkan keterampilan yang berupa gerakan-gerakan yang dapat menstimulasi koordinasi kedua belahan otak dan mengintegrasikan dua sisi tubuh agar bekerja sama dengan baik. Serangkaian gerakan tersebut dikenal sebagai gerakan “menyeberangi garis tengah”. Keterampilan melakukan gerakan-gerakan ini merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik dan sebaliknya ketidakmampuan menyeberangi garis tengah mengakibatkan apa yang disebut “ketidakmampuan belajar” atau “Disleksia” (Dennison, 2006).

b. Dimensi pemfokusan

Dimensi pemfokusan mengintegrasikan bagian belakang otak (batang otak atau Brainsterm) dan bagian depan otak (Frontal Lobes). Dimensi pemfokusan akan menjelaskan kegiatan yang terkait dengan

(34)

pemahaman. Hambatan yang terjadi pada bagian ini akan menyebabkan seseorang mengalami ketidakmampuan mengekspresikan diri dengan mudah dan ketidakmampuan ikut aktif dalam proses pembelajaran. Anak yang mengalami kurang fokus (Underfocused) akan mengalami kesulitan pemfokusan seperti “kurang perhatian”, “kurang pengertian”, dan “telambat berbicara”. Anak yang mengalami fokus berlebih (Overfocused) akan berusaha terlalu keras untuk fokus. Gerakan-gerakan yang melepaskan hambatan fokus dikenal sebagai gerakan “meregangkan otot” (Dennison, 2006)..

c. Dimensi pemusatan

Dimensi pemusatan mengintegrasikan sistem limbis (Midbrain) dan otak besar (Cerebral Cortex). Dimensi Pemusatan menjelaskan kegiatan yang terkait dengan pengorganisasian dan pengaturan. Jika terjadi hambatan pada dimensi ini, orang akan mengalami “kurang konsentrasi, kurang percaya diri, penakut, dan mengabaikan perasaan”. Gerakan yang dapat membantu mengatasi hambatan ini adalah gerakan-gerakan “meningkatkan energi”. Dengan melakukan gerakan-gerakan-gerakan-gerakan meningkatkan energi maka hubungan elektrik dapat diaktifkan sehingga jaringan jalur-jalur syaraf yang memberikan informasi dari badan ke otak atau sebaliknya dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, hubungan otak bagian bawah (sistem limbis) untuk informasi emosional dengan otak besar (Cerebral Cortex) tempat berpikir abstrak dapat diaktifkan (Dennison, 2006)..

(35)

3. Jenis-jenis Gerakan Senam Otak

Gerakan senam otak diciptakan oleh Paul E. Dennison. Jumlah gerakannya ada 26 jenis gerakan. Gerakan tersebut dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan dimensi-dimensi yang dimiliki otak yaitu gerakan menyeberangi garis tengah untuk merangsang dimensi lateralitas, gerakan meregangkan otot untuk merangsang dimensi pemfokusan, dan gerakan meningkatkan energi untuk merangsang dimensi pemusatan (Dennison, 2006).

Adapun pembagian jenis-jenis gerakan senam otak dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Gerakan Menyeberangi Garis Tengah/ The Midline Movement 1. Gerakan Silang/ Cross Crawl

2. Gerakan 8 tidur/ Lazy 8s 3. Coretan ganda/ Double Doodle 4. Abjad 8/ Alphabet 8’s

5. Gajah/ The Elephant 6. Putaran leher/ Neck Rolls 7. Olengan pinggul/ The Rocker 8. Pernafasan perut/ Belly Breathing

9. Gerakan silang berbaring/ Cross Crawl Sit-Ups 10. Mengisi energi/ The Energizer

(36)

b) Gerakan Meregangkan Otot/ Lengthening Activities 1. Burung Hantu/ The Owl

2. Mengaktifkan Tangan/ Arm Activation 3. Lambaian Kaki / The Footflex

4. Pompa Betis/ The Calf Pump

5. Luncuran Gravitasi/ The Gravity Glider 6. Pasang Kuda-kuda/ Grounder

c) Gerakan Meningkatkan Energi/ Energy Exercises 1. Air/ Water

2. Saklar Otak/ Brain Buttons 3. Tombol Bumi/ Earth Buttons 4. Tombol Imbang/ Balance Buttons 5. Tombol Angkasa/ Space Buttons 6. Menguap Berenergi/ The Energy Yawn 7. Pasang Telinga/ The Thinking Cap 8. Kait Relaks/ Hook-ups

9. Titik Positif/ Positive Points

Senam otak dapat digunakan untuk meningkatkan berbagai macam kemampuan seseorang. Setiap kemampuan tersebut ada gerakan senam otak tersendiri. Oleh karena itu gerakan senam otak yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan apa yang ingin dicapai. Kemampuan yang bisa dirangsang dengan gerakan senam otak diantaranya adalah kemampuan membaca, kemampuan berpikir,

(37)

kemampuan berhitung/matematika, kemampuan menulis, kemampuan kesadaran diri (Koester, 2000).

Gerakan senam otak yang digunakan untuk merangsang kemampuan matematika yaitu :

a. Gerakan pembukaan

Berdasarkan pada pemikiran bahwa dalam melakukan aktivitas belajar, perlu adanya suatu persiapan, menurut Dennison (2006) para siswa perlu dipersiapkan dengan PACE. PACE dalam artian kata

Positive, Active, Clear dan Energetic, merupakan empat keadaan yang

diperlukan untuk belajar mandiri dengan menggunakan keseluruhan otak agar belajar menjadi optimal. Gerakan PACE adalah sebagai berikut:

1) Positif: Gerakan Kait Rileks/ Hooks-up

Gerakan ini menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam tubuh untuk membuat perhatian dan energi yang tidak beraturan menjadi fokus. Pikiran dan tubuh menjadi rileks saat energi mengaliri daerah tubuh yang tadinya mengalami ketegangan (Dennison, 2006).

2) Aktif: Gerakan Silang/ Cross Crawl

Dalam melakukan gerakan ini, siswa menggerakkan tangan dan kaki secara bersamaan, dengan syarat kaki kiri berpasangan dengan tangan kanan dan kaki kanan berpasangan dengan tangan kiri. Pada intinya terjadi persilangan antara tubuh

(38)

sebelah kiri dan tubuh sebelah kanan. Gerakan ini akan mengaktifkan hubungan antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan (Dennison, 2006).

3) Clear: Tombol Otak/ Brain Button

Gerakan ini akan mengaktifkan otak agar mengirimkan sinyal dari belahan otak kanan ke tubuh sebelah kiri dan dari belahan otak kiri ke tubuh sebelah kanan. Gerakan ini juga membuat otak menerima oksigen dalam jumlah yang meningkat dan terjadi peningkatan aliran energi elektromagnetik (Dennison, 2006).

4) Energetis: Air/ Water

Minum air merupakan gerakan untuk mengawali kegiatan belajar. Gerakan ini dilakukan karena air sebagai media penghantar yang meningkatkan potensi listrik melalui membran sel dan yang paling dibutuhkan untuk menjamin fungsi jaringan syaraf. Dengan minum air, para siswa cukup berenergi untuk belajar, mengingat semua aktivitas tubuh memerlukan air (Dennison, 2006).

b. Gerakan inti

Dalam penelitian ini gerakan-gerakan yang dipakai oleh peneliti, yaitu gerakan-gerakan yang berfungsi untuk mengaktifkan otak dalam meningkatkan kemampuan matematis. Gerakan-gerakan tersebut adalah gerakan yang dapat menunjang kemampuan bekerja

(39)

dalam media yang multidimensi dan multiarah. Kemampuan matematis lebih mudah diterima siswa yang memiliki pengertian tentang bangun, ruang, massa, jumlah dan hubungan (Dennison, 2006). Fungsi dan praktek masing-masing gerakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Gerakan Gajah (The Elephant)

Gerakan ini bertujuan untuk mengaktifkan bagian dalam telinga sehingga meningkatkan keseimbangan dan meningkatkan daya ingat (mengingat secara berurutan, seperti dalam matematika). Selain itu, gerakan ini juga untuk mengintegrasikan kemampuan mendengar dengan kedua telinga. Gerakan ini mampu melemaskan otot leher yang kaku, yang sering terjadi akibat reaksi tubuh terhadap suara atau karena gerakan bibir yang berlebihan saat membaca dalam hati. Dalam gerakan gajah, tubuh kepala, lengan dan tangan bekerja sama dalam satu kesatuan dengan fokus mata melewati posisi tangan, dan seluruh tubuh bergerak (Dennison, 2006).

2) Gerakan Burung Hantu (The Owl)

Gerakan burung hantu dapat meningkatkan keterampilan penglihatan, pendengaran, konsentrasi, daya ingat dan kemampuan berhitung. Gerakan ini dapat melepaskan ketegangan otot leher, tengkuk dan bahu yang timbul karena stress, khususnya ketika melakukan keterampilan dengan jarak pandang dekat

(40)

seperti membaca, menulis, berhitung matematika dan tugas komputer (Dennison, 2006).

3) Pompa Betis (The Calf Pump)

Gerakan pompa betis adalah suatu gerakan yang digunakan untuk mengembalikan panjang alamiah dari tendon dan tungkai bawah. Pada saat merasakan bahaya, tendon memendek untuk menyiapkan gerakan lari dengan menekan tumit ke bawah dan memperpanjang tendon betis, refleks rasa takut ini dilepaskan dan otot akan kembali ke ketegangan normal. Gerakan pompa betis mengaktifkan otak belakang dan otak depan untuk membantu siswa lebih semangat dalam belajar dan bergerak, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan memberikan tanggapan serta meningkatkan kemampuan menuntaskan suatu tugas (Dennison, 2006).

4) Putaran Leher (Neck Rolls)

Gerakan putaran leher menunjang relaksnya tengkuk dan leher dan melepaskan ketegangan yang disebabkan oleh ketidakmampuan menyeberangi garis tengah visual atau untuk bekerja dalam bidang tengah. Bila gerakan ini dilakukan sebelum membaca dan menulis, akan memacu kemampuan penglihatan dengan kedua mata dan pendengaran dengan kedua telinga secara bersamaan (Dennison, 2006).

(41)

5) Luncuran Gravitasi (The Gravity Glider).

Gerakan luncuran gravitasi merupakan gerakan untuk mengembalikan keadaan alamiah dari pinggul dan sekitarnya (Pelvis). Gerakan ini menggunakan gravitasi untuk melepaskan ketegangan di pinggul dan Pelvis, agar dapat menemukan sikap tubuh duduk dan berdiri yang nyaman. Gerakan luncuran gravitasi mengaktifkan otak untuk meningkatkan keseimbangan, koordinasi dan penglihatan. Gerakan ini juga akan menunjang kemampuan akademik untuk pemikiran abstrak, berhitung dengan mencongak serta memudahkan pemahaman waktu membaca (Dennison, 2006).

6) Coretan Ganda (Double Doodle)

Coretan ganda adalah kegiatan menggambar di kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang tengah dengan kedua tangan. Ketika telah merasakan perbedaan antara kiri dan kanan, maka saat menggambar dan menulis otak dapat menempatkan dirinya di pusat sehingga gerakan ke luar atau ke dalam, ke atas atau ke bawah selalu dihubungkan dengan pusat otak. Gerakan coretan ganda mengaktifkan otak untuk koordinasi mata dan tangan di semua bidang penglihatan. Gerakan ini akan menunjang kemampuan akademik dalam hal menulis, mengeja, dan menghitung (Dennison, 2006).

(42)

C. Pengaruh Senam Otak Terhadap Kemampuan Matematika

Senam otak merupakan latihan gerak sederhana yang melibatkan beberapa titik penting yang berkaitan langsung dengan saraf-saraf otak yang berfungsi untuk memudahkan pernafasan, memperlancar peredaran darah, menyegarkan dan melemaskan otak serta serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Dennison, 2009). Senam otak ditujukan untuk menyeimbangkan kinerja otak kiri dan kanan secara bersama-sama sehingga memunculkan dan mengoptimalkan output dari perlakuan yang diberikan.

Kemampuan matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat matematika (Anthony & Walshaw, 2009). Berbagai komponen kemampuan matematika adalah berfikir logis, pemecahan masalah, ketajaman dalam melihat pola, pengenalan konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat (Nelson, 2002).

Matematika adalah pelajaran yang membutuhkan cara berpikir logis sehingga diperlukan kemampuan otak kanan dan otak kiri secara seimbang. Senam otak dapat membantu siswa menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri agar dapat seimbang dan terintegrasi dengan lebih baik. Kaitan antara kemampuan matematika dan senam otak adalah senam otak merupakan metode untuk membantu siswa memaksimalkan fungsi otak dalam mengasah kemampuan matematika siswa.

(43)

D. Siswa Sekolah Dasar

1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa merupakan anak yang sedang mengalami masa perkembangan. Dalam setiap tahap perkembangan usianya, anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Hurlock, 2006). Dengan menyesuaikan karakteristik siswa, maka pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat meningkatkan kecerdasan sesuai dengan potensi yang ada pada diri siswa. Piaget (2010) berpendapat bahwa perkembangan anak terbagi menjadi empat tahap yaitu: (1) tahap Sensorimotor (0-2 tahun), (2) tahap

Preoperational (2-7 tahun), (3) tahap Concrete Operational (7-11 tahun),

dan (4) tahap Formal Operational (11-15 tahun). Usia anak SD termasuk dalam tahap Concrete Operational atau operasional konkret (7-11 tahun). Tahap operasional konkret menurut Piaget (2010) memiliki beberapa proses penting sebagai berikut :

a. Pengurutan yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.

b. Klasifikasi yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain.

c. Decentering yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.

d. Reversibility yaitu anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.

(44)

e. Konservasi yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.

f. Penghilangan sifat Egosentrisme yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).

Yusuf (2012) menyatakan bahwa karakteristik siswa kelas V SD yang berusia antara 10-11 tahun yaitu: (1) berada pada tahap operasional konkret yang berarti proses belajar terbentuk dari hal-hal yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan diotak-atik, serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sehingga siswa mampu berpikir secara logis dan objektif, (2) memiliki rasa ingin tahu serta keinginan belajar yang tinggi, (3) mampu berpendapat dan memberikan penilaian, (4) memandang segala yang dipelajari secara utuh dan terpadu, (5) berkembang secara bertahap dari hal sederhana ke hal yang lebih kompleks.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian menyatakan senam otak berpengaruh pada peningkatan kemampuan matematika diantara siswa kelas V (Lima) SD. Kemampuan matematika pada siswa kelas V (Lima) SD dengan pelatihan senam otak lebih meningkat secara signifikan dibandingkan dengan kemampuan matematika pada siswa kelas V (Lima) SD tanpa pelatihan.

(45)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh perlakuan tertentu pada kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (Creswell, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuasi eksperimen yang merupakan model eksperimen semu yang melakukan controlling terhadap variabel-variabel eksperimental. Desain kuasi eksperimen telah banyak digunakan dalam penelitian psikologi karena desain ini direkomendasikan dalam melakukan penelitian terhadap manusia (Marliani, 2013).

B. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas : Pelatihan Senam Otak Varabel Tergantung : Kemampuan Matematika

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Senam otak adalah latihan gerak tubuh yang melibatkan beberapa titik penting yang berkaitan langsung dengan saraf-saraf otak, berfungsi untuk memudahkan pernapasan, memperlancar peredaran darah, menyegarkan dan melemaskan otak (Dennison, 2008). Dilakukan untuk

(46)

memudahkan dan membantu kegiatan belajar, hambatan berpikir, membangun harga diri, mengurangi stres, rasa kebersamaan dan sebagainya. Dalam pelatihan ini, perlakuan senam otak diberikan sesuai dengan gerakan-gerakan khusus untuk meningkatkan kemampuan matematika (Saklar Otak, Kait Rileks, Gerakan Silang, Minum air, Coretan Ganda, Pompa Betis, Gajah, Putaran Leher, Luncuran Gravitasi dan Burung Hantu).

2. Variabel Terikat

Kemampuan Matematika adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami ide-ide dan menyelesaikan persoalan matematis yang meliputi penjumlahan, pengurangan, pengukuran serta hal-hal tentang matematika (Anthony & Walshaw, 2009). Dalam penelitian ini, tes kemampuan matematika disesuaikan dengan materi pembelajaran matematika yang telah diterima siswa kelas V (lima) saat di sekolah.

3. Pengendalian Eksperimen

a. Waktu Pelaksanaan Pelatihan

Pelatihan senam otak dilakukan selama 10 hari berturut-turut. Pelatihan dilakukan pada pagi hari sebelum dimulai pelajaran pertama. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mengikuti kegiatan dalam kondisi yang masih segar dan tidak akan menganggu kegiatan belajar mengajar di kelas.

(47)

b. Tempat Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan senam otak dilakukan di ruang kelas tempat siswa melakukan proses belajar mengajar.

c. Pemilihan Instruktur

Instuktur pelatihan senam otak adalah peneliti sendiri. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan observasi secara langsung terhadap subjek dan memberikan arahan yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian tersebut.

d. Jenis Instrumen Eksperimen

Instrumen eksperimen yang digunakan untuk mengukur kemampuan matematika adalah tes matematika. Instrumen ini dibuat dengan bantuan guru matematika yang mengajar subjek dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan pembelajaran subjek yang telah diterima selama belajar matematika di sekolah. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pengujian materi matematika bagi subjek. Tes matematika ini telah disesuaikan dengan materi pelajaran matematika yang telah dipelajari oleh subjek.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB dan VC di SD Negeri 18 Muara Enim. Subjek penelitian berjumlah 72 orang siswa. Subjek kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu siswa kelas VB berjumlah 36 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VC berjumlah 36 orang

(48)

sebagai kelompok kontrol.

Pemilihan subjek penelitian yang merupakan siswa kelas V (lima) yang berusia 10-11 tahun dikarenakan pada usia tersebut siswa akan lebih mudah memahami instruksi dan gerakan senam otak.

Subjek penelitian dipilih melalui metode purposive sampling. Sesuai dengan metode ini, maka sampel subjek yang digunakan harus memenuhi kriteria yaitu siswa yang duduk di kelas V (lima) SD dengan rentang usia 10-11 tahun.

E. Desain Eksperimen

Desain penelitian kuasi eksperimen ini adalah “Non-Randomized

Pre-Test and Post-Pre-Test Control Group Design”. Desain ini merupakan desain

eksperimen yang dilakukan dengan pre-test sebelum perlakuan dan kemudian dilakukan post-test sesudah perlakuan diberikan. Desain ini memiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, namun penentuan sampelnya tidak dilakukan secara random (Latipun, 2008).

(KE) O1 X O2

(KK) O1 -X O2

Gambar 1. Rancangan Penelitian Keterangan:

KE : Kelompok Eksperimen KK : Kelompok Kontrol

(49)

O2 : tes sesudah perlakuan (post-test)

X : Treatment (perlakuan) -X : Tidak ada Treatment

F. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini adalah tes kemampuan matematika yang terdiri dari 40 soal dengan materi soal operasi hitung pecahan. Instrumen tes ini berbentuk tes isian singkat. Tes kemampuan matematika dibuat oleh peneliti berdasarkan materi yang telah dipelajari oleh subjek. Namun, tes matematika ini belum mengalami uji coba berkali-kali. Peneliti melakukan try

out untuk menentukan validitas dan realibilitas tes tersebut sebelum

diterapkan kepada subjek penelitian.

Instrumen eksperimen yang diberikan berupa tes kemampuan matematika ini akan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai pre-test dan post-test. Tes matematika yang diberikan akan memiliki soal yang sama pada saat pre-test dan post-test sehingga hasilnya dapat dibandingkan. Pre-test digunakan sebagai informasi kemampuan awal subjek sebelum diberi perlakuan senam otak sedangkan post-test digunakan untuk mengukur kemampuan subjek setelah diberikan perlakuan. Hasil dari

pre-test dan post-test ini untuk melihat apakah pelatihan senam otak ini

(50)

Tabel 1.

Blue Print Tes Kemampuan Matematika Siswa kelas V Sekolah Dasar

NO. STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR SOAL 1. Operasi hitung pecahan 1) Penjumlahan pecahan a) Penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama 1) 2) b) Penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama 3) 4) 5) 6) 7) 8) c) Penjumlahan tiga pecahan berurutan 9) 10) 2) Pengurangan pecahan a) Pengurangan dua pecahan berpenyebut sama 1) 2) b) Pengurangan dua pecahan berpenyebut tidak sama 3) 4)

(51)

5) 6) 7) 8) c) Pengurangan tiga pecahan berurutan 9) 10) 3) Perkalian pecahan

a) Perkalian dua pecahan biasa 1) 2) b) Perkalian pecahan campuran 3) 4) 5) 6) 7) 8) c) Perkalian tiga bilangan

pecahan berurutan 9) 10) 4) Pembagian pecahan a) Pembagian dua pecahan biasa 1) 2)

(52)

b) Pembagian dua pecahan campuran 3) 4) 5) 6) 7) 8) c) Pembagian tiga bilangan pecahan berurutan 9) 10)

(53)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Penelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat subjek penelitian.

b. Meminta surat permohonan izin kepada pihak Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk melakukan penelitian.

c. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah. d. Setelah disetujui untuk melakukan penelitian, peneliti berkonsultasi dengan guru matematika yang mengajar subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk membantu peneliti dalam pembuatan soal tes kemampuan matematika.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Peneliti melakukan rapport kepada subjek penelitian.

b. Peneliti melakukan kesepakatan jadwal pelaksanaan pelatihan senam otak dengan kelompok eksperimen.

c. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai pre-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

d. Peneliti memberikan pelatihan senam otak 10 hari berturut-turut kepada kelompok eksperimen yang terdiri dari :

1. Gerakan PACE yaitu Positif (kait relaks), Aktif (gerakan silang), Clear (saklar otak) dan Energetis (minum air).

2. Gerakan Gajah (The Elephant) 3. Gerakan Burung Hantu (The Owl)

(54)

4. Gerakan Pompa Betis (The Calf Pump) 5. Gerakan Putaran Leher (Neck Rolls)

6. Gerakan Luncuran Gravitasi (The Gravity Glider) 7. Gerakan Coretan Ganda (Double Doodle)

3. Akhir Penelitian

a. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai post-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu metode atau cara yang ditempuh untuk mengolah data yang sudah terkumpul sehingga memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode uji hipotesis secara analisis statistik

independent sample/uncorrelated data t-test untuk gain score. Analisis

dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program for Social

Science) versi 22 for windows.

Analisis data penelitian ini dengan menggunakan data subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian yaitu subjek merupakan siswa kelas V (lima) SD dan berusia 10-11 tahun yang selalu hadir mengikuti pelatihan senam otak, dan subjek telah mengikuti pre-test dan post-test.

Data gain score adalah skor hasil post-test dikurangi dengan hasil

pre-test setiap subjek. Skor yang diperoleh merupakan peningkatan atau

(55)

diberikan. Skor gain score dianalisis dengan uji asumsi terlebih dahulu seperti uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang berdistribusi normal. Uji homogenitas digunakan untuk membandingkan kesamaan varian pada data sebelum dan sesudah perlakuan. Setelah uji asumsi, data diuji hipotesis dengan menggunakan independent sample t-test. Jika uji hipotesis penelitian menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05) maka hipotesis penelitian diterima (Saifuddin, 2007).

(56)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pilot Study

Pilot study merupakan uji coba penelitian dalam skala kecil yang

dilakukan sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan. Pilot study dilaksanakan di SD Negeri Minomartani I karena jumlah siswa-siswi kelas lima di SD tersebut lebih kecil daripada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu berjumlah 21 orang. Pilot study dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesalahan atau gangguan yang terjadi dalam pelaksanaan penelitian serta agar rencana penelitian berjalan dengan baik dan lancar. Pilot

study ini meliputi pengujian terhadap prosedur penelitian, perlakuan, dan

pengukuran variabel tergantung (Seniati et al, 2005).

Pilot study dilaksanakan pada tanggal 25 April – 4 Mei 2016 selama

10 hari berturut-turut. Berdasarkan pilot study, terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pre-test dan post-test subjek. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk pre-test dan post-test kelompok pilot study sebesar 5,227 dengan p = 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa pelatihan senam otak berpengaruh pada peningkatan kemampuan matematika subjek kelompok pilot study.

Peneliti melakukan uji coba instrumen penelitian pada kelompok

pilot study. Proses diskriminasi item tes dilakukan untuk menentukan soal tes

(57)

item soal yang tidak baik. Peneliti memperbaiki beberapa item soal yang tidak baik dan diganti dengan bentuk soal yang baik berdasarkan data dari hasil diskriminasi item tes. Peneliti juga mempersiapkan beberapa materi ice

breaking karena hasil observasi selama pilot study beberapa siswa terlihat

bosan mengikuti gerakan senam otak yang terus berulang-ulang.

B. Persiapan Penelitian 1. Perizinan Penelitian

Peneliti memohon izin kepada kepala sekolah SD Negeri 18 Muara Enim untuk melakukan penelitian dengan subjek siswa kelas VB dan VC.

2. Persiapan Subjek

Subjek yang dipilih adalah siswa kelas V (lima) dan berusia 10 - 11 tahun. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan perkembangan kognitif, kemampuan memahami instruksi, dan kemampuan siswa untuk dapat diajak bekerjasama.

C. Pelaksanaan Penelitian 1. Pre-Test

Pre-test pada kelompok eksperimen dan kontrol berlangsung pada

waktu yang sama di ruang kelas lima SD Negeri 18 Muara Enim pada hari Kamis tanggal 19 Mei 2016 pukul 07.30 - 08.40 WIB. Pre-test

(58)

kelompok ekperimen dan kontrol masing-masing diikuti oleh 36 siswa. Waktu pengerjaan pre-test adalah 70 menit.

2. Pelatihan Senam Otak

Pelatihan senam otak berlangsung selama 10 hari berturut-turut pada pagi hari. Latihan berlangsung dari tanggal 19 Mei 2016 dan berakhir pada 28 Mei 2016. Instruktur pelatihan senam otak adalah peneliti itu sendiri. Pelatihan senam otak meliputi 10 gerakan yang terdiri dari 4 gerakan PACE dan 6 gerakan yang telah dipilih untuk meningkatkan kemampuan matematika (lihat lampiran C).

Pelatihan senam otak dilakukan pada kelompok eksperimen secara terus-menerus di ruang kelas VB dan dilaksanakan setiap pagi hari pukul 07.30 – 08.00 WIB termasuk hari minggu.

Secara umum, senam otak dapat diikuti oleh anak dengan serius. Pada awal latihan, waktu pelatihan cukup panjang karena siswa masih mengenal dan menyesuaikan diri dnegan gerakan-gerakan senam otak dan teknik pernapasan yang relaks. Beberapa anak mengalami kesulitan untuk melakukan gerakan tertentu. Siswa dapat mengikuti pelatihan dengan lancar mulai hari ketiga. Beberapa anak menunjukkan kebosanan dalam melakukan gerakan senam otak ketika memasuki hari keempat, tetapi mereka berusaha untuk tetap mengikuti pelatihan dengan serius.

3. Post-Test

Post-test diikuti oleh 36 siswa kelompok eksperimen dan 36 siswa

(59)

18 Muara Enim pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2016 pukul 07.30 - 08.40 WIB. Waktu pengerjaan post-test adalah 70 menit. Post-test berlangsung setelah para siswa kelompok eksperimen mengikuti pelatihan senam otak selama 20 menit dan beristirahat selama 10 menit.

D. Hasil Penelitian

1. Data Deskriptif Penelitian

Nilai rerata (mean) dan jumlah subjek (N) pada masing-masing kelompok penelitian ditunjukkan dengan table berikut ini :

Tabel 2.

Tabel Data Deskriptif Penelitian

No Keterangan Kelompok Subjek N Mean Standard Deviasi 1 Pre-test Kelompok Eksperimen 36 18.14 4.691

Kelompok Kontrol 36 18.89 5.209 2 Post-test Kelompok Eksperimen 36 25.14 6.397 Kelompok Kontrol 36 18.94 4.980 3 Gain Score Kelompok Eksperimen 36 7.00 3.439 Kelompok Kontrol 36 0.19 1.348 2. Proses Analisis Data

Hasil dari proses analisis data (lihat lampiran H) adalah sebagai berikut : a. Skor hasil pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak berbeda secara signifikan. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 0,642 dengan p=0,523 (p>0,05). Hasil ini menunjukan bahwa kondisi awal dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama.

(60)

b. Skor hasil pre-test dan post-test kelompok kontrol tidak berbeda. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk pre-test dan post-test kelompok kontrol sebesar 0,247 dengan p=0,807 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa hasil pre-test dan post-test dari kelompok kontrol sama tidak ada perbedaan signifikan.

c. Skor hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen berbeda secara signifikan. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk pre-test dan post-test kelompok eksperimen sebesar 12,212 dengan p=0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa pelatihan senam otak berpengaruh pada peningkatan kemampuan matematika.

d. Skor hasil post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 4,585 dengan p=0,00 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa adanya perbedaan secara signifikan antara kelompok eksperimen yang menerima perlakuan berupa pelatihan senam otak dengan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuaan.

3. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smimov one sample. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari populasi berdistribusi normal. Uji normalitas

(61)

ini dilakukan pada kelompok eksperimen maupun kontrol menggunakan data gain score.

Tabel 3. Tabel Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N 36 36 Normal Parametersa Mean 7.00 .19 Std. Deviation 3.439 1.348 Most Extreme Differences Absolute .167 .220 Positive .167 .141 Negative -.108 -.220 Kolmogorov-Smirnov Z 1.000 1.323 Asymp. Sig. (2-tailed) .270 .060 a. Test distribution is Normal.

Uji Kolmogorov-Smimov one sample data gain score pada kelompok eksperimen menghasilkan nilai z sebesar 1,00 dengan p=0,270 (p>0,05). Uji Kolmogorov-Smimov one sample data gain score pada kelompok kontrol menghasilkan nilai z sebesar 1,323 dengan p=0,060 (p>0,05). Berdasarkan uji normalitas tersebut, data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol merupakan data yang berdistribusi normal.

(62)

b. Uji Homogenitas

Tabel 4.

Tabel Uji Homogenitas

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

21.298 .000

Hasil pengujian Levene test pada gain score menghasilkan nilai F sebesar 21,298 dengan signifikansi 0,000 (sig F<0,05). Dapat disimpulkan bahwa varian gain score pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak identik atau homogen. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan skor gain score yang cukup besar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(63)

4. Uji Hipotesis

Tabel 5. Tabel Uji Hipotesis

Independent Samples Test t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed) Mean Differ -ence Std. Error Differ -ence 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Gain score Equal variances assumed 11.053 70 .000 6.806 .616 5.578 8.034 Equal variances not assumed 11.053 45.512 .000 6.806 .616 5.566 8.045

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda atau uji t untuk data dari seluruh subjek. Uji t pada gain score menghasilkan nilai t sebesar 11,053 dengan p=0,00 (p<0,05).

Hasil dari uji t pada gain score tersebut menunjukan bahwa nilai t signifikan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan signifikan antara peningkatan kemampuan matematika antara kelompok eksperimen yang mendapatkan pelatihan senam otak dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan senam otak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan senam otak efektif untuk meningkatkan kemampuan matematika pada siswa sekolah dasar. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(64)

1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan

matematika siswa yang mendapat pelatihan senam otak dengan kemampuan matematika siswa yang tidak diberi pelatihan senam otak. 2. Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan matematika siswa yang mendapat pelatihan senam otak dengan kemampuan matematika siswa yang tidak diberi pelatihan senam otak.

E. Pembahasan

Hasil uji t terhadap nilai gain score antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,00). Hasil ini menegaskan bahwa senam otak berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa sekolah dasar.

Gerakan-gerakan senam otak mampu mengaktifkan dan menyeimbangkan ketiga dimensi otak sebagai fungsi kognitif manusia sehingga siswa lebih mudah menerima proses belajar terutama pada pelajaran matematika (Dennison, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan gerakan PACE dan 6 gerakan untuk meningkatkan kemampuan matematika (lihat

lampiran C).

Hasil penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan signifikan kemampuan matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada hasil post-test. Pelatihan senam otak yang diberikan kepada kelompok eksperimen mampu meningkatkan fungsi otak dan menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri sehingga adanya peningkatan pada kemampuan

Gambar

Gambar 1.  Rancangan Penelitian .................................................................
Gambar 1. Rancangan Penelitian  Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

Puji, alumni panti asuhan Wikrama Putra Semarang, terimakasih atas kesediaan dan bantuan yang diberikan kepada penulis, sehingga pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan

Pengadaan Alat Tulis Kantor Pembangunan Dermaga Ponton PLBL Liem Hie Djung.. Belanja

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memiliki Surat Perizinan dengan kualifikasi usaha

Pada kanal multipath Rayleigh fading dengan perubahan frekuensi doppler 0, 9, 56 dan 130 Hz, kinerja sistem OFDM dengan modulasi QPSK dari hasil simulasi

Besarnya kontribusi FBIR yaitu sebesar 7.23 persen dengan demikian hipotesis penelitian kesembilan yang menyatakan bahwa FBIR secara parsial memiliki pengaruh

Dana Alokasi Khusus (DAK) menurut UU No.33 Tahun 2004 adalah ”dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan

Pendidikan kesehatan diberikan pada keluarga penderita penyakit karena anggota keluarga yang sakit mengalami banyak perubahan dari segi fisik, psikis dan sosial

Sejak mediasi secara resmi dilembagakan dalam proses penyelesaian perkara perdata di Pengadilan, melalui Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 yang ditetapkan