BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan denga orang lain (Suliswati, dkk, 2005).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
Harga diri rendah adalah suatu penilaia diri yang kurang berkepanjangan pada seseorang atas dirinya atau kemampuannya.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Budi Ana Kelliat,1995).
Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari
perilaku individu. Individu berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan berguna bagi lingkungan.
B. Rentang Respon Konsep Diri
R. Adaptif Rentang Respon Konsep Diri R. Maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi diri positif rendah identitas
(Skema: rentang Respon Konsep Diri, Stuart and Sundeen,1998) Keterangan:
- Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
- Konsep diri: apabila individu mempunyai pegalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
- Harga diri rendah: transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif
- Kerancuan identitas: merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
- Depersonalisasi: suatu perasaan tak realistis dan keasingan dari diri sendiri. (Stuart and Sundeen,1998)
C. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari lima: gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, identitas diri (Stuart and Sundeen, 1991).
1. Gambaran diri (Citra Tubuh)
Citra tubuh adalah sikap individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya. Meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
a. Stressor yang terjadi pada citra tubuh
1) Perubahan ukuran tubuh: penurunan BB.
2) Perubahan bentuk tubuh: tindakan infasif (operasi, daerah pemasangan infus).
3) Perubahan fungsi tubuh: berbagai penyakit yang dapat merubah sisa tubuh.
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah. 2) Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh.
4) Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang. 5) Persepsi negatif terhadap tubuh.
6) Mengungkapkan keputusan. 7) Mengungkapkan ketakutan.
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai, yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri:
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian standar ini ditetapkan dengan standar teman.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita akan menghasilkan perasaan yang berharga. Jika individu sukses maka akan cenderung harga diri tinggi, jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Empat cara menghasilkan harga diri pada anak: a. Memberi kesempatan berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan, kemudian beri pengakuan dan pujian akan keberhasilannya.
b. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreaktifitas anak untuk berkembang.
c. Mendorong aspirasi
Pernyataan dan pendapat anak perlu ditanggapi dengan memberi penjelasan yang sesuai, berikan pengakuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif sehinga akan mendorong dirinya diterima dan bermakna. d. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan, individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa bermakna atau berhasil jika diterima atau diakui orang lain. Merasa mampu menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan depresi
4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarkat. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan
kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stress peran terdiri dari:
a. Konflik peran: dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b. Peran yang tidak jelas: terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
c. Peran yang tidak sesuai: terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
d. Peran berlebih: terjadi jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, perawat, ibu, mahasiswa dituntut banyak hal tapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan (Stuart and Sundeen, 1991):
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran. 2) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan. 3) Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban.
4) Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. 5) Pemisahan situasi yang akan meciptakan ketidaksesuaian perilaku
5. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, kemampuan dan penguasaan diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Mengidentifikasi 6 ciri identitas ego:
a. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
b. Mengakui jenis kelamin sendiri.
c. Memandang berbagai aspek dakam dirinya sebagai suatu keselarasan. d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masayarakat.
e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan dating. f. Mempunyai tujuan yuang bernilai yang dapat direalisasikan.
D. Faktor Predisposisi
Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural.
1. Faktor biologis, biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotinin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
2. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah konis sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
3. Faktor sosial: secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.
4. Faktor kultural: tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.
E. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap individu dan individu tidak mampu menjelaskan. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi komponennya.
Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah pendekatan dan kurang pengharagaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh anak yang kurang tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran, 3 kategori transisi peran yaitu:
a. Transisi peran perkembangan
Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
b. Transisi peran situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian. Perubahan status menyebabkan perubahan yang dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.
c. Transisi peran sehat sakit
Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
(Stuart and Sundeen,1991)
F. Tanda dan gejala
Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi sebagai berikut: 1. Perilaku yang berhubungan dengan HDR
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung HDR: a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
Klien mempunyai pandangan negatif tentang dirinya. Klien sering mengatakan dirinya “bodoh” tidak tahu apa-apa.
b. Merendahkan / mengurangi martabat.
Menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata dimilki.
c. Rasa bersalah dan khawatir
Klien menghukum diri sendiri, dapat ditampilkan berupa fobia, obsesi. d. Manifestasi fisik.
Termasuk tekanan darah tinggi, penyakit psikosomatis dan penyalahgunaan zat.
e. Menunda keputusan.
Sangat ragu-ragu mengambil keputusan, rasa aman terancam. f. Gangguan berhubungan.
Klien menjadi kejam, merendahkan diri atau mengeksploitasi orang lain. Perilaku lain adalah menarik diri atau isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga.
g. Menarik diri dari realitas.
Bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri sendiri mencapai tiongkat berat atau panik, klien mungkin mengalami gangguan asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu, atau paranoid.
h. Merusak diri
Harga diri yang rendah dapat mendorong klien mengakhiri kehidupanya. i. Merusak atau melukai orang lain
Kebencian dan penolakan pada diri sendiri dapat dilampiaskan pada lingkungan dengan melukai orang lain.
2. Perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas terjadi karena kegagalan mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-kanak secara selaras dan harmonis. Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur adalah hubungan interpersonal yang kacau atau masalah hubungan intim.
3. Perilaku yang berhubungan dengan depersonalisai jika individu mengalami tingkat panik dari kecemasan maka respon maladaptif terhadap masalah
identitas akan bertambah yang mengakibatkan klien menarik diridari realitas. Depersonalisai adalah perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart and Sundeen,1991).
Depersonalisasi adalah pengalaman subjektif yang dapat merusak ego sebagaian atau seluruhnya dan diintegrasi serta diorganisasi konsep diri.
G. Proses Terjadinya Masalah
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena kegagalan atau berduka disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptif. Resiko yang dapat terjadi pada individu
dengan gangguan harga diri rendah adalah; isolasi sosial: menarik diri karena ada perasaan malu kalau kekurangannya diketahui orang lain. (Stuart and Sundeen, 1991)
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi menjadi 2 yaitu mekanisme koping jangka pendek dan mekanisme koping jangka panjang (Stuart and Sundeen, 1991)
1. Koping jangka panjang
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya : pemakain obat, ikut musik rock, olahraga berat.
b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas misalnya ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri ata identitas diri yang kabur misalnya aktivitas yang kompetitif, olahraga
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan misalnya : penjelasan tentang keisengan akan menurunya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain
2. Koping jangka pendek
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, remaja ini mengatakan “ saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik daripada tidak jadi apapun”. Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri), yang digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengisar.
Dalam kondisi yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut : psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri, kriminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan dan penganiayaan.
I. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri. 2. Konsep diri: harga diri rendah.
3. Gangguan Persepsi Sensori :halusinasi 4. Koping individu tidak efektif.
J. Pohon Masalah
Isolasi sosial: menarik diri
Core problem
Koping individu tidak efektif (Keliat, 1998)
K. Diagnosa Keperawatan 1. Isolasi social: menarik diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah 3. Koping individu tidak efektif
L. Terapi medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh
klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
M. Rencana Keperawatan Tgl No DX Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1 Gangguan
konsep diri:
harga diri
rendah
1. Pasien dapat membina
hubungan saling
percaya
Setelah 1x interaksi, pasien menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, pasien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai pasien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan
2. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
Setelah 2x interaksi pasien menyebutkan:
1. Aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki pasien
2. Aspek postitif keluarga 3. Aspek positif lingkungan
pasien
2. Diskusikan dengan pasien tentang a. Aspek positif yang dimiliki pasien,
keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki pasien
3. Bersama pasien buat daftar tentang: a. Aspek positif yang dimiliki pasien,
keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki pasien
4. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilain negatif
3. pasien dapat menilai
kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan
Setelah 2x interaksi pasien
menyebutkan kemampuan
yang dapat dilaksanakan
1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
dilaksanakan
2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya 4. Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Setelah 1x interaksi pasien membuat rencana kegiatan harian
1. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakuakan setiap hari sesuai
kemampuan pasien: a. Kegiatan mandiri
2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi pasien 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dapat pasien lakukan 5. Pasien dapat melakukan
kegiatan sesuai rencana yang dibuat
Setelah 1x interaksi pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
1. Anjurkan pasien untuk melaksanakan
kegiatan yang telah direncanakan
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakn pasien 3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
pasien
4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang
6. Pasien dapat
memanfaatkan system
pendukung yang ada
Setelah 2x interaksi pasien
memanfaatkan system
pendukung yang ada di
keluarga
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rendah
a. Beri alasan setiap berinteraksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan
perawat dan tujuan perawat berkenalan c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan
pasien
setiap kali berinteraksi
e. Tanyakan perasaan pasien dan masalah
yang dihadapi pasien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan pasien.
2 Isolasi sosal 1. Pasien mampu
menyebutkan penyebab menarik diri
Setelah 1x interaksi pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari:
a. Diri sendiri b. Orang lain c. Lingkungan
1. Tanyakan pada pasien tentang:
a. Orang yang tinggal serumah/teman
sekamar pasien
b. Orang yang paling dekat dengan pasien dirumah/ di ruang perawatan
c. Apa yang membuat pasien dekat
dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah/ di ruang perawatan
e. Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang tersebut
f. Upaya yang dilakukan agar dekat dengan orang lain
2. Diskusikan dengan pasien penyebab
menarik diri atau tidaik mau bergaul dengan orang lain
3. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya
2. Pasien mampu
menyebutkan keuntungan
berhubungan social dan kerugian menarik diri
Setelah 1x interaksi dengan pasien dapat menyebutkan
keuntungan berhubungan sosial, misalnya: a. Banyak teman b. Tidak kesepian c. Bisa diskusi d. Saling menolong,
dan kerugian menarik diri, misalnya:
c. Sendiri d. Kesepian
e. Tidak bisa diskusi
1. Tanyakan pada pasien tentang: a. Manfaat hubungan sosial b. Kertugian menarik diri
2. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
3. Pasien dapat melaksanakan
hubungan sosial secara bertahap
Setelah 1x interkasi pasien
dapat melaksanakan
hubungan sosial secara
bertahap dengan: a. Perawat b. Perawat lain c. Pasien lain d. Kelompok
1. Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial
2. Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan, perawat lain, pasien lain, dan kelompok
3. Libatkan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningaktkan kemampuan pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi untuk melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakannya
4. Pasien mampu
menjelaskan
perasaannya setelah
berhubungan sosial
Setelah 1x interkasi pasien
dapat menjelaskan
perasaannya setelah
berhubungan dengan:
1. Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan:
a. Orang lain b. Kelompok
b. Kelompok
2. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya 5. Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial 1. Setelah 1x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang: a. Pengertian menarik diri
b. Tanda dan gejala
menarik diri
c. Penyebab dan akibat menarik diri
d. Cara merawat pasien menarik diri
2. Setelah 1x pertemuan
keluarga dapat
mempraktekan cara
merawat pasien menarik diri
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
perilaku menarik diri
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi perilaku menarik diri
3. Jelaskan pada keluarga tentang: a. Pengertian menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri c. Penyebab dan akibat menarik diri d. Cara merawat pasien manarik diri 4. Latih keluarga cara merawat pasien menarik
diri
5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
pasien untuk bersosialisasi 7. Beri pujian pada keluarga atas
keterlibatannya merawat pasien di rumah sakit 6. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik 1. Setelah 1x interaksi pasien menyebutkan: a. Manfaatkan minum obat b. Kerugian tidak minum obat
c. Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
2. Setelah 1x interaksi
pasien
mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
3. Setelah 1x interaksi psien
1. Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian minum obat, warna, dosis, cara, efek samping penggunaan obat 2. Pantau pasien saat penggunaan obat 3. Beri pujian jika pasien menggunakan obat
dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter
3 Gangguan sensori persepsi: halusinasi (lihat/ dengar/ penghidu/ raba/ kecap)
1. Pasien dapat membina
hubungan saling
percaya
Setelah 1x interaksi pasien
menunjukan tanda-tanda
percaya kepada perawat:
a. Ekspresi wajah
bersahabat
b. Menunjukan rasa senang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menyebutkan nama
f. Mau menjawab salam
g. Mau duduk
berdampingan dengan
perawat
h. Bersedia mengungkapkan
masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai pasien d. Buat kontak yang jelas
e. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
f. Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
h. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien
i. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan pasien 2. Pasien dapat mengenal
halusianasi 1. Setelah 1x interaksi pasien menyebutkan: a. Isi b. Waktu c. Frekuensi
d. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
halusinasi
2. Setelah 1x interaksi
pasien menyatakan
perasaan dan responnya
saat mengalami
halusinasi: a. Marah b. Takut
1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2. Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya (dengar/ lihat/ penghidu/ raba/ kecap), jika menemukan pasien yang sedang halusinasi:
a. Tanyakan apakah pasien
megalamisesuatu (halusinasi dengar/ lihat/ penghidu/ raba/ kecap)
b. Jika psien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
c. Katakana bahwa perawat percaya pasien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalami (dengan nada bersahabat tanpa menuduh dan
c. Sedih d. Senang
e. Cemas
f. Jengkal
menghakimi)
d. Katakana bahwa ada pasien lain yang mengalami hal yang sama
e. Katakana bahwa perawat akan membantu
pasien
Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi diskusikan dengan pasien: a. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang)
b. Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
3. Pasien dapat
mengontrol halusinasinya
1. Setelah 2x interaksi
pasien menyebutkan
tindakan yang bisanya
dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya
1. Identifikasi bersama pasien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)
2. Diskusikan cara yang digunakan pasien: a. Jika cara yang digunakan adaptif
2. Setelah 2x interaksi pasien menyebutkan cara
baru mengontrol
halusinasinya
3. Setelah 2x interaksi psien
dapat memilih dan
memperagakan cara
mengatasi halusinasi
(dengar/ lihat/ penghidu/ raba/ raba/ kecap)
4. Setelah 1x interaksi
pasien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya
5. Setelah 2x pertemuan
pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok
berikan pujian
b. Jika cara yang digunakan maladaptive diskusikan kerugiancara tersebut 3. Diskusikan cara baru untuk memutuskan/
mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Ktakan pada diri sendiri bahwa itu tidak nyata (“saya tidak mau dengar/lihat/ penghidu/ raba/ kecap pada saat halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya
c. Membuat dan melaksanakan jadwal
yang telah disusun
d. Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi 4. Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara
yang dipilih dan dilatih
6. Pantau pelaksanakan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian
7. Anjurkan pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok orientasi realita, stimulsi persepsi 4. Pasien dapat dukungan
dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya
1. Setelah 1x pertemuan
keluarga, keluarga
menyatakan setuju untuk
mengikuti pertemuan
dengan perawat
2. Setelah 1x pertemuan
keluarga menyebutkan
pengertian, tanda dan
gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan
untuk mengendalikan
halusinasi
1. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik) 2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
pertemuan keluarga/ kunjungan rumah) a. Pengertian halusinasi
b. Tanda dan gejala halusinasi c. Proses terjadinya halusinasi
d. Cara yang dapat dilakukan pasien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi e. Obat-obat halusinasi
f. Cara merawat anggota keluarga yang halusiansi di rumah (beri kegiatan, berpergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
g. Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencarai bantuan jika halusiansi tidak dapat diatasi 5. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik 1. Setelah 1x interaksi pasien menyebutkan: 2. Setelah 2x interaksi pasien mendemonstrasikan pengguanaanobat dengan benar 3. Setelah 1x interaksi pasien menyebutkan
akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi
dokter
1. Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dengan kerugian tidak minum obat, nama, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
2. Pantau pasien saat pengguanaan obat 3. Beri pujian jika pasien mengguanakan obat
dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan