• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS - JENIS JAMUR MAKRO BASIDIOMYCOTA YANG TERDAPAT DI KORONG TANJUNG NAGARI KASANG KECAMATAN BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS - JENIS JAMUR MAKRO BASIDIOMYCOTA YANG TERDAPAT DI KORONG TANJUNG NAGARI KASANG KECAMATAN BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS - JENIS JAMUR MAKRO BASIDIOMYCOTA YANG TERDAPAT

DI KORONG TANJUNG NAGARI KASANG KECAMATAN

BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ARTIKEL ILMIAH

VERA ERMANITA

NIM. 12010260

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATRA BARAT

PADANG

2017

(2)
(3)

JENIS - JENIS JAMUR MAKRO BASIDIOMYCOTA YANG TERDAPAT

DI KORONG TANJUNG NAGARI KASANG KECAMATAN BATANG

ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Vera Ermanita, Mades Fifendy, Yosmed Hidayat

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI SUMBAR Email: ermanita.vera@ymail.com

ABSTRACK

Korong Tanjung is an area of plains and hills, where the surrounding area is not separated from the activities of people who do the burning land and felling of trees are used for plantation. The citizen activity can result in the open or vacant land so the shade for a living fungus disappears. Based on these fact has been conducted to research determine the fungal species diversity of the region, in order not to cause concern with many types of mushrooms are missing and destruction of habitat for fungal growth it self. The purpose of research is to know the types of macro fungi Basidiomycota contained in Korong Tanjung Nagari Kasang District of Batang Anai, Padang Pariaman. The method was used is descriptive survey sampling areas by purposive sampling. Sampling in the field by the method of tracking along the lines of inquiry. Results showed 21 species of macro fungi Basidiomycota that is included in two of the classis, 4 orders, 9 familia and 17 genera. The Order Polyporales (familia Polyporaceae) and the order Agaricales (family Marasmiaceae) is the most common order that there are nine species. Environmental factors were found that temperatures ranging between 28 °C - 32 °C, humidity 75% - 98% and substrate pH 6.0 - 7.0. Obtained 21 types of fungi Basidiomycota in Korong Tanjung Nagari Kasang District of Batang Anai, Padang Pariaman.

Keywords: Macroscopic Fungi, Basidiomycota.

PENDAHULUAN

Jamur atau fungi berasal dari kata (fungus atau mashroom atau cendawan). Jamur atau cendawan tidak mempunyai

pembuluh dan tidak berkhlorofil,

bereproduksi dengan spora (Muzayyinah, 2005). Jamur bersifat heterotrof karena jamur tidak dapat menghasilkan makanannnya sendiri atau bergantung dengan organisme

lain. Menurut Darnetti (2006), jamur

memerlukan senyawa organik baik dari bahan organik yang telah mati maupun dari organisme yang masih hidup sehingga jamur dikatakan juga organisme heterotrof.

Jamur memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Salah satu jamur yang dapat dilihat secara kasat mata karena ukuran basidiokarpnya (tubuh buah) yang besar

termasuk dalam filum Basidiomycota

(Waluyanti, 2008). Hal ini sesuai dengan

pernyataan Santoso (2004) dalam

Tampubolon (2015), menjelaskan bahwa filum Basidiomycota sering dipresentasikan sebagai jamur makroskopik. Pernyataan ini juga didukung oleh Dwidjoseputro (1978)

dalam Tampubolon (2015), yang

menerangkan bahwa karakteristik jamur

Basidiomycota antara lain kebanyakan

makroskopis.

Jamur dari filum Basidiomycota

merupakan jenis jamur dengan basidiokarp yang tumbuh dalam beraneka bentuk, warna, dan ukuran. Jamur dari filum Basidiomycota merupakan jamur yang tumbuh secara alami di lingkungan sekitar kita, baik itu di tanah lembab, kayu - kayu lapuk atau mati, maupun pada tumpukan sampah. Kebanyakan orang melihat jamur Basidiomycota dalam bentuk cendawan yang tumbuh di jalan setapak dan di kebun (Waluyanti, 2008).

Korong Tanjung merupakan salah satu dari sepuluh korong yang terdapat di Nagari Kasang. Tanah di Korong Tanjung ini merupakan tanah ulayat atau tanah leluhur yang mana jika ingin membuat bangunan, perkebunan atau pemukiman hanya perlu dimusyawarahkan dengan keluarga dan pemangku adat saja tanpa meminta izin dari pemerintah setempat.

Korong Tanjung merupakan daerah dataran dan perbukitan. Daerah dataran di Korong Tanjung ini dahulunya banyak

(4)

ditumbuhi oleh pepohonan, untuk memenuhi kebutuhan papan, warga sekitar menebang pohon dan membakar lahan untuk dijadikan tempat tinggal serta utuk tempat berkebun. Begitupun perbukitan di Korong Tanjung ini tidak lepas dari aktivitas warga yang

melakukan pembakaran lahan serta

penebangan pohon - pohon besar yang dijadikan untuk lahan perkebunan. Aktivitas warga tersebut dapat mengakibatkan tempat terbuka atau lahan kosong sehingga naungan jamur untuk hidup hilang. Hal ini dapat menyebabkan cahaya matahari mengenai jamur secara langsung dan berakibat buruk terhadap kelangsungan hidup jamur karena kondisi yang demikian dapat menghambat pertumbuhan jamur.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan warga sekitar, sebelum banyak terjadinya penebangan pohon atau peralihan fungsi lahan, daerah ini banyak ditumbuhi pohon - pohon besar. Warga sekitar juga menyatakan bahwa di daerah ini banyak ditumbuhi cendawan yang berbentuk seperti payung (jamur makro) yang hidup pada tanah dan kayu - kayu tumbang yang telah lapuk.

Kondisi yang demikian, perlu

mendapat perhatian yang lebih mendalam terhadap pertumbuhan jamur karena bila

tidak dilakukan penelitian, akan

menimbulkan kekhawatiran dengan

banyaknya jenis - jenis jamur yang hilang atau punah, banyak pula yang tidak diketahui

namanya atau rusaknya habitat bagi

pertumbuhan jamur itu sendiri.

METODE PENELITIAN

Penelitan ini dilakukan bulan Januari 2017 di Korong Tanjung Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Proses identifikasi dilakukan di laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif. Dalam penentuan lokasi

pengambilan sampel dilakukan dengan

metode purposive sampling yaitu dengan menentukan titik awal dan melakukan survei di lokasi penelitian yaitu disekitar Bukit Ulu dan permukiman penduduk di daerah Korong Tanjung Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan pengambilan sampel jamur di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran

langsung di lapangan (tracking) yaitu dengan mengeksplorasi di sepanjang lokasi atau alur penelitian yang berjarak antara ± 20 meter ke arah kiri dan ± 20 meter ke arah kanan dari jalan setapak.

Di lapangan, jamur Basidiomycota yang ditemukan di lokasi penelitian diamati, difoto dengan melakukan perbandingan menggunakan penggaris, kemudian dilakukan pengukuran kelembaban udara, suhu udara, dan pH substrat ditempat ditemukannya species jamur, serta mencatat data yang penting seperti habitat atau tempat hidup, dan ciri - ciri jamur Basidiomycota seperti warna tubuh buah, bentuk dan warna permukaan tudung, warna dan bentuk bilah, ada atau tidaknya cincin, warna cincin dan ada atau tidaknya cawan. Kemudian sampel diambil dan dimasukkan ke dalam botol kaca atau toples dan direndam dengan alkohol 70% untuk jamur yang memiliki struktur tubuh lunak. Untuk jamur kering dimasukkan ke dalam botol kaca atau toples yang telah disediakan. Sampel yang berada pada pohon tinggi pengambilan sampel dilakukan dengan

memanjat pohon. Setiap jamur yang

ditemukan dengan jenis yang sama diambil tiga sampel saja. Sampel jamur dicari sampai tidak ditemukan lagi species yang baru. Selanjutnya sampel tersebut dibawa ke Laboratorium untuk proses selanjutnya.

Di Laboratorium, jamur yang telah direndam dengan alkohol 70% dikeluarkan dan diletakkan di atas baki. Sampel jamur

Basidiomycota lalu difoto. Kemudian

dilakukan pencatatan berdasarkan warna tubuh buah, bentuk dan warna permukaan tudung, warna dan bentuk bilah, ada atau tidaknya cincin, warna cincin, dan ada atau tidaknya cawan serta ukur diameter tudung,

panjang tangkai tubuh buah dengan

menggunakan jangka sorong dan penggaris. Setelah diidentifikasi, jamur disimpan lagi di dalam botol atau toples dan ditambahkan dengan alkohol 70% dan ditutup rapat. Tujuan penambahan alkohol agar jamur dapat disimpan untuk waktu yang lama dan sebagai koleksi jamur Basidiomycota. Cocokkan data yang telah didapatkan dengan buku - buku

referensi seperti buku pedoman yang

digunakan dalam pengidentifikasian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Korong Tanjung Nagari Kasang

(5)

Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman didapatkan 21 jenis jamur makro Basidiomycota yang terdiri dari 2 classis, 4 ordo, 9 familia dan 17 genus (Tabel 1).

Species terbanyak terdapat dari ordo Polyporales dan ordo Agaricales yang masing - masing memiliki 9 jenis jamur. Ordo Polyporales terdiri dari 2 familia yaitu familia Polyporaceae dan Ganodermataceae. Familia Polyporaceae memiliki 5 jenis jamur

yaitu, Hexagonia tenuis, Polyporus

squamosus, Polyporus tenuiculus, Pycnoporus sanguines, Trametes Versicolor. Familia Ganodermataceae memiliki 4 jenis

jamur yaitu, Amaroderma longipes,

Ganoderma lucidum, Ganoderma sp., Phlebia tremellosa, Lentinus triginus, Lentinus polychrous.

Ordo Agaricales yang terdiri dari 5

familia yaitu familia Marasmiaceae,

Cortinariaceae, Tricholomataceae ,

Schyzophyllaceae, Coprinaceae. Familia

Marasmiaceae memiliki 3 jenis jamur yaitu, Lentinula raphanica, Marasmius ramealis, dan Marasmius androsaceus. Familia Cortinariaceae memiliki 2 jenis jamur yaitu, Cortinarius iodes dan Gymnopilus aeroginosus Familia Tricholomataceae memiliki 1 jenis jamur yaitu, Collybia aurea. Familia Schyzophyllaceae memiliki 1 jenis

jamur yaitu Schyzophyllum

commune. Familia Coprinaceae memiliki 2 jenis jamur yaitu, Panaeolus acuminatus dan Coprinus disseminates. Familia Lentinaceae yang merupakan ordo dari Aphyllophorales memiliki 2 jenis jamur yaitu Lentinus triginus dan Lentinus polychrous..

Faktor lingkungan jamur makro Basidiomycota yang ditemukan di Korong Tanjung Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman diketahui suhu udara berkisar antara 27°C - 32°C, kelembapan udara berkisar antara 75% - 98% dan pH substrat berkisar antara 6,0 -7,0. Tabel 1. Jenis jamur makro Basidiomycota yang terdapat di Korong Tanjung Nagari

Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Korong Tanjung Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang pariaman, diperoleh 21 jenis jamur makro Basidiomycota yang terdiri dari 2 classis, 4 ordo, 9 familia, dan 17 genus. Kawasan ini ditemukan jamur dari familia

Polyporaceae yaitu sebanyak 5 jenis jamur dari 4 genus yaitu, Hexogonia, Polyporus, Pycnoporus dan Trametes. Adapun jenis jamur tersebut yaitu Pycnoporus sanguineus, Trametes versicolor, Polyporus tenuiculus, Polyporus squamosus, dan Hexogonia tenuis.

Jamur dari familia Polyporaceae ini memiliki ciri - ciri pada umumnya berbentuk

Classis Ordo Familia Genus Species

Holobasidiomycete s Heterobasidiomyce tes Agaricales Polyporales Aphyllophora les Auriculariales Marasmiaceae Cortinariaceae Tricholomataceae Schyzophyllaceae Coprinaceae Polyporaceae Ganodermataceae Lentinaceae Auriculariaceae

Lentinula 1. Lentinula raphanica Marasmius 2. Marasmius androsaceus 3. Marasmius ramealis Cortinarius 4. Cortinarius iodes Gymnopilus 5. Gymnopilus aeroginosus Collybia 6. Collybia aurea

Schyzophyllum 7. Schyzophyllum commune Panaeolus 8. Panaeolus acuminatus Coprinus 9. Coprinus disseminatus Hexagonia 10. Hexagonia tenuis Polyporus 11. Polyporus squamosus 12. Polyporus tenuiculus Pycnoporus 13. Pycnoporus sanguines Trametes 14. Trametes Versicolor Amaroderma 15. Amaroderma longipes Ganoderma 16. Ganoderma lucidum 17. Ganoderma sp. Phlebia 18. Phlebia tremellosa Lentinus 19. Lentinus triginus 20. Lentinus polychrous Auricularia 21. Auricularia auricula -

(6)

kipas atau setengah lingkaran, tidak memiliki tangkai sehingga jamur ini melekat pada pohon atau kayu lapuk. Memiliki warna yang

mencolok dan memiliki tekstur garis

melingkar pada tubuh buah. Menurut

Tjitrosoepomo (2009), jamur dari familia Polyporaceae memiliki tubuh buah yang besar berupa kipas yang dapat berumur beberapa tahun dan berstruktur keras berkayu sehingga familia ini memiliki kemampuan adaptasi yang baik diberbagai tempat pada ketinggian yang berbeda dengan kelembapan yang tinggi. Jamur ini juga membentuk himenofora atau buluh - buluh (pori) yang dilihat dari luar berupa lubang - lubang.

Ditemukan jamur dari familia Ganodermataceae dengan 4 species yang memiliki tubuh buah berbentuk setengah lingkaran, dengan basidiokarp yang keras dan tebal. Jamur ini banyak tumbuh pada kayu lapuk/kayu mati maupun di batang kayu yang masih hidup. Menurut Muzayyinah (2005), jamur ini termasuk jamur perusak kayu, sebagian besar menempel pada pohon yang masih hidup, menyerang holoselulosa kayu dan meninggalkan residu - residu yang kaya akan lignin. Ciri - ciri dari jamur ini adalah memiliki basidioma abadi atau tahunan. Permukaan tudung yang keras, berkerak, bergerigi, atau berlekuk seperti kulit.

Ditemukan familia Marasmiceae

yang memiliki 3 jenis jamur yaitu, Lentinula raphanica, Marasmius ramealis, dan Marasmius androsaceus. Jamur dari familia Marasmiceae memiliki ciri - ciri tudung buah yang lunak dan tipis, memiliki billah dan stipe yang pendek dan licin.

Jamur dari familia Cortinariaceae, Lentinaceae, dan Coprinaceae masing - masing ditemukan 2 jenis jamur. Familia Lentinaceae ini memiliki tudung buah yang berwarna coklat kekuning - kuningan dan di permukaan tudungnya terdapat bulu - bulu halus yang berwarna coklat muda. Jamur ini sebagai saprofit yang berkelompok (koloni) pada kayu - kayu lapuk, hidup pada tempat

yang lembab dan ternaungi. Menurut

Alexopaulus et al (1986), jamur ini merupakan salah satu jamur kayu. Hal ini dikarenakan jamur ini banyak ditemukan tumbuh di kayu mati. Tubuh buah sangat sulit dibedakan dengan tangkai, memiliki lamella. Margin tudung di gulung ke bawah dan kering ketika tua.

Jamur dari familia Cortinariaceae identik dengan ciri - ciri pilleus yang jelas dan berwarna mencolok seperti warna orange kekuning - kuningan. Pada permukaan atas pilleus terdapat titik pusat berwarna coklat. Menurut Alexopaulus et al (1986), sebagian besar species dari familia ini memiliki spora yang berwarna kecoklatan. Kebanyakan hidup di hutan dengan sebagian besar tubuh buah berwarna kuning atau orang.

Familia dari Coprinaceae memiliki tudung yang berwarna coklat muda dibagian atas pusat tudung berwarna putih kecoklatan, jamur dari familia ini memiliki stipe yang panjang berkisar antara 3,4 - 5 cm. Menurut Suriawiria (1986), Coprinus merupakan jamur liar yang dapat hidup dimana mana, serta di tempat - tempat penumbuhan padi, kalau masih muda jamur ini berwarna putih ataupun kekuning - kuningan.

Jenis jamur dari familia

Schyzophyllaceae yaitu Schyzophyllum

commune, memiliki ciri - ciri tubuh buah menyerupai kipas, dengan permukaan tubuh buah ditumbuhi bulu halus. Tubuh buah jamur ini berwarna abu - abu dan memiliki tangkai pendek. Menurut Kuo (2003), jamur ini hidup saprobik pada kayu mati kadang bersifat parasit pada kayu hidup. Tubuh buah berbentuk kipas yang memiliki lebar 1- 5 cm.

Ordo Auriculariales yang terdiri dari 1 familia hanya terdapat 1 jenis yaitu Auricularia auricula - judae disebut juga dengan jamur kuping karena bentuknya yang menyerupai daun telinga. Jamur ini dapat dikonsumsi dan dijual. Auricularia memiliki tubuh buah yang berwarna coklat dengan struktur yang kenyal seperti jeli, sisi atas tudung yang berlipatan mempunyai lapisan himenium, sisi bawah mempunyai rambut pendek yang amat rapat (Tjitrosoepomo, 1993)

Jamur dari familia Tricholomataceae hanya satu ditemukan yaitu dari jenis Collybia aurea. Jamur ini berwarna kuning dengan tudung yang berbentuk cembung dan memiliki titik pusat pada tudungnya yang

berwarna coklat. Menurut Hasanuddin

(2014), jamur ini sering ditemukan hidup berkelompok (soliter) pada kayu yang hidup dan kayu yang membusuk. Jamur jenis ini dapat dimakan tetapi adapula yang beracun.

Berdasarkan jenis - jenis jamur yang telah ditemukan di Korong Tanjung Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten

(7)

Padang Pariaman memiliki cukup banyak jenis karena di sekitar lokasi penelitian ini banyak dijumpai kayu - kayu lapuk bekas penebangan pohon oleh warga sekitar. Selain itu, ada beberapa titik tempat pengambilan sampel jamur yang lembab serta ternaungi oleh pepohonan yang menyebabkan suhu dan kelembapan daerah tersebut masih terjaga. Suin (2002) menyatakan faktor lingkungan

sangat menentukan penyebaran dan

pertumbuhan suatu organisme dan setiap species hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu yang berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok bagi organisme tersebut.

Foto Jamur Yang Ditemukan 1. Lentinula raphanica

Gambar 1. Lentinula raphanica

2. Marasmius androsaceus

Gambar 2. Marasmius androsaceus

3. Collybia aurea

Gambar 3. Collybia aurea

4. Schyzopyllum commune

Gambar 4. Schyzopyllum commune

5. Polyporus tenuiculus

Gambar 5. Polyporus tenuiculus

6. Panaeolus acuminatus

Gambar 6. Panaeolus acuminatus

7. Pycnoporus sanguineus

(8)

8. Ganoderma lucidum

Gambar 8. Ganoderma lucidum KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang telah dilakukan di Korong Tanjung Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman dapat disimpulkan ditemukan 21 jenis jamur makro Basidiomycota yang terdiri dari 2 classis, 4 ordo, 9 familia, 17 genus dan 21

species. Spesies yang paling banyak

ditemukan di lokasi ini adalah dari ordo Agaricales (familia Marasmiceae) dan Polyporales (familia Polyporaceae) dengan 9

species. Species yang paling sedikit

ditemukan yaitu dari familia Auriculariales yaitu hanya 1 species.

Faktor lingkungan di daerah ini berkisar antara 27°C - 32°C, kelembapan udara berkisar antara 75% - 98% dan pH substrat berkisar antara 6,0 -7,0.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas,

penulis menyarankan untuk melakukan

penelitian mengenai manfaat dan peranan jamur makro Basidiomycota yang terdapat di Korong Tanjung Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, sehingga akan diketahui keanekaragaman dan peranan dari jamur Makro Basidiomycota pada daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopaulus, C.J., C.W. Mims, M.

Blackwell. 1996. Introductory

Mycology. Fourth Edition. Singapore: Bisbane Toronto. Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang:

Andalas University Press

Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik . Vol 2 (1): 41-42.

Kuo, M. 2003. Retriefed from

mushroomExpert.com. (Online),

http://www.mushroomexpert.com/ schizophyllum_commune.html, diakses 21 Februari 2017.

Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman

Tumbuhan Tak Berpembuluh.

Surakarta: Universitas Sebelas

Maret.

Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Padang: Universitas Andalas.

Suriawiria, U. 1986. Pengantar Untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Bandung: Angkasa.

Tampubolon, S.D., B. Utomo, Yunasfi. 2015.

Keanekaragaman Jamur

Makroskopis Di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Desa Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara. Jurnal Sains. Vol 11 (1): 177.

Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi

Tumbuhan. Gajah Mada. Yogyakarta: University Press.

Waluyanti. 2008. Implementasi Hasil

Penelitian Biologi (Studi

Keanekaragaman Jamur

Basidiomycota) Sebagai Sumber Belajar Materi Fungi SMA Kelas X Semester Ganjil Kurikulum KTSP. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menggambarkan bagaimana kondisi terkini antropometri dan kondisi fisik yang dimiliki pemain sepakbola wanita kota dan kabupaten Kediri,

1) Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau keadaan kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan dalam

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis korelasional menggunakan uji tabulasi rank Spearman (r s ) dan koefisien kontingensi dari uji chi square (χ 2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deliserdang menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang mengalami

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sehingga responden mampu membeli peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan personal

Hipotesis diuji dengan menggunakan uji-t. Data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah data hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data didapatkan: 1)

Kondisi perekonomian yang tidak stabil memiliki bobot keempat tertinggi dalam faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 0,222609 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki

Data-data yg dikumpulkan kemudian diolah hingga menjadi hasil Pada bab 5, pembahasan hasil penelitian berisi tentang Penerapan dan hasil belajar Metode Tutor Sebaya Di Luar