• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANEMIA DEFISIENSI BESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANEMIA DEFISIENSI BESI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANEMIA DEFISIENSI BESI ANEMIA DEFISIENSI BESI

Definisi Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya pen

penyedyediaan iaan besbesi i untuntuk uk eriteritropropoieoietik tik , , karkarena ena cadcadangangan an besbesi i koskosongong, , sehsehinginggaga pemb

pembentukentukan an hemohemoglobiglobin n berkuberkurang. Berbeda rang. Berbeda dengadengan n anemianemia a akibaakibat t penyapenyakitkit kronik, berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik terjadi akibat pelepasan kronik, berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik terjadi akibat pelepasan bes

besi i dardari i syssystem tem retretikuikuloeloendondotelitelial al yanyang g berberkurkurangang, , semsemententara ara cadcadangangan an besbesii nor

normalmal. . NamNamun, un, kedkedua ua jenjenis is aneanemia mia ini ini mermerupaupakan kan aneanemia mia dendengan gan ganganggugguanan metabolisme besi.

metabolisme besi.

Epidemiologi : Epidemiologi :

Ane

Anemia mia defdefisiisiensensi i besbesi i (AD(ADB) B) mermerupaupakan kan jenjenis is aneanemia mia yanyang g palpalinging banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16-50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan Sebanyak 16-50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%). penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab 48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terban

terbanyak yak menormenorraghiraghia a (33%) , (33%) , hemorhemoroid (17%) oid (17%) dan infeksi dan infeksi cacing tambangcacing tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB.

(17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB.

Etiologi Etiologi

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat

gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan kronik :perdarahan kronik : 1.

1. FakFaktor tor nutnutrisrisii

 kurangnya jumlah besi atau bioavailabilitas ( kualitas ) besi dalamkurangnya jumlah besi atau bioavailabilitas ( kualitas ) besi dalam asupan makanan misalnya ; makanan banyak serta, rendah daging, rendah asupan makanan misalnya ; makanan banyak serta, rendah daging, rendah vitamin C.

vitamin C. 2.

2. KebutKebutuhan uhan besi besi meninmeningkatgkat

prematuritas, anak prematuritas, anak dalam dalam masa petumbumasa petumbuhan dan han dan kehamilankehamilan 3.

3. GanggGangguan uan absorabsorbsi bsi besibesi

(2)

4. Perdarahan kronik 

 saluran cerna ; tukak peptic, konsumsi NSAID, salisilat, kanker kolon, kanker lambung, divertikulosis, infeksi cacing tambang, hemoroid

saluran genitalia wanita ; menoraghia, mtroraghia

saluran kemih ; hematuria

saluran nafas ; hemoptoe

(3)
(4)

Manifestasi Klinik :

Iron Depleted Stated  Cadangan besi menurun namun, eritropoietik belum terganggu

Perubahan Fungsional Anemia

Perubahan Fungsional Non-Anemia Iron Deficient Eritropoietic

Cadangan besi kosong dan eritropoietik terganggu namun,

gejala anemia belum manifes

Iron Deficiency Anemia Eritropoietik sangat terganggu,

kadar Hb menurun sehingga gejala anemia bermanifes

feritin serum

pengecatan besi pada sumsum tulang negatif  absorbsi besi melalui usus Anemia Defisiensi Besi Free protophorfirink TIBCk Anemia hipokrom mikrositer 

Gejala klinik anemia

Sistem Neuromuskuler 

kFe kmioglobin, enzim sitokrom, gliserofosfat 

gangguan gilkolisis k asam laktat kelelahan otot

Gangguan mental dan kecerdasan

kFe gangguan enzim aldehidoksidase & enzim

monoaminooksidase kserotonin & katekolamin di otak 

Gangguan imunitas dan ketahanan terhadap infeksi

kFe kenzim untuk sintesis DNA dan enzim

mieloperoksidase netrofil  kimunitas seluler 

Gangguan terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung 

k Fekangka kematian maternal, gangguan partus,

(5)

 Gejala umum anemia

o Gejala ini baru akan timbul apabila terjadi penurunan kadar 

hemoglobin hingga 7-8 gr/dl

o Lemah, lesu, lelah, mata berkunang-kunang dan telinga berdenging

 Gejala khas defisiensi besi

o Koilonichya (spoon nail ) yaitu kuku yang cekung seperti sendok,

memiliki garis-garis vertikal dan rapuh

o Atrofi papil lidah sehingga permukaan lidah menjadi licin dan

mengkilap

o Stomatitis angularis (cheilosis) yaitu adanya radang pada sudut

mulut berupa bercak keputihan

o Disfagia

o Atrofi mukosa gaster 

o Pica ; keinginan makan makanan yang tidak lazim seperti tanah

liat, lem dll

 Gejala penyakit dasar 

o Gejala tergantung penyebab dasar yang menimbulkan anemia

o Pada infeksi cacing tambang terdapat gejala dispepsia, parotis yang

membengkak dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami

o Anemia akibat kanker kolon dapat disertai oleh gangguan BAB

Penegakan Diagnosis

Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi, yaitu : 1. Penentuan adanya anemia

Anemia secara klinis dapat memberikan beberapa gambaran, yang disebut sebagai sindroma anemia yakni badan lemah, letih, leu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga sering berdenging. Namun, biasanya, gejala simptomatis ini ditemukan apabila kadar Hb < 7 g/dl.

(6)

Pada pemeriksaan fisik ditemukan anemis pada konjutiva dan jaringan bawah kuku.

Berdasarkan kadar hemoglobin, kriteria anemia menurut WHO ( Hoffbrand AV, 2001) :

Kelompok Kriteria anemia ( Hb)

Laki-laki dewasa < 13 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl

Wanita dewasa hamil < 11 g/dl

2. Penentuan defisiensi besi sebagai penyebab anemia

Manifestasi klinis yang khas untuk anemia defisiensi besi adalah ;

• Atrofi papil lidah ; permukaan lidah licin, mengkilap karena papil

lidah hilang

• Stomatitis angularis ; radang pada sudut mulut • Disfagia akibat kerusakan epitel hipofaring

• Koilonichya ; kuku sendok ( spoon nail  ), kuku rapuh,

bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip sendok 

• Atrofi mukosa gaster 

• Pica ; makan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem dll

Secara laboratorium, untuk menegakan diagnosis defisiensi besi ( modifikasi kriteri Kerlin, et al ) yaitu :

Anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi , atau MCV < 80 fl, dan MCHC < 31 % dengan salah satu dari criteria berikut :

• 2 dari 3 parameter berikut :

 Besi serum < 50 mg/dl

 TIBC > 350 mg/dl

 Saturasi transferin < 15 %

• Feritin serum < 20 mg/l

(7)

• Pemberian SF 3 x 200 mg/hari selama 4 minggu dapat

meningkatkan kadar Hb > 2 gr.dl

3. Penentuan penyebab dasar timbulnya anemia defisiensi besi

Gejala klinis tergantung pada penyeakit dasar yang menyertai. Pada anemia yang disebabkan oleh penyakit cacing tambang, ditemukan dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan kuning seperti jerami. Apada anemia akibat perdarahan kronik akibat kanker kolon akan ditemukan keluhan BAB .

Apabila dicurigai penyakit cacing tambang, dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing. Pada kecurigaan perdarahn sementara tidak ditemukan perdarahan nyata, maka dapat dilakukan tes darah samar  ( occult blood test ) pada feses, dapat juga dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah jika ada indikasi.

Terapi

1. Memberikan diet kaya kalori, protein dan zat besi 2. Memberikan preparat besi

 Preparat besi oral:

- sulfas ferrosus 4 x 1 tab

- Ferrous fumarat 4 x 1 tab dan ferrous glukonat 3 x 1

Pemberian preparat besi ini dilanjutkan 4-6 bulan sesudah hb normal. Obat ini aman digunakan, hanya kadang-kadang dapat memberikan efek samping berupa nyeri epigastrium, konstipasi dan diare.

 Pemberian preparat besi parentaral

Hanya dianjurkan pada penderita yang mengalami intoleransi gastrointestinalberupa mual muntah. Preparat besi parenteral yang lazim digunakan adalah interferon, jectofer, venofer.

(8)

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. R   Umur : 37 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki umur 37 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam pria Rumah Sakit Umum M. Djamil sejak tanggal 28 Mei 2009 dengan

Keluhan Utama :

Buang air besar hitam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit Riwayat Penyakit Sekarang :

• Buang air besar hitam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pekat

seperti aspal keluar + ½ liter.

• Nyeri ulu hati sejak 1 minggu yang lalu • Pusing dirasakan sejak 1 minggu yang lalu • Mual tidak ada, muntah tidak ada

• Batuk tidak ada • Demam tidak ada

• Buang air kecil tidak ada keluhan

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien sudah pernah dirawat 3 tahun yang lalu, selama 24 hari karena keluhan yang sama. Saat itu dilakukan gastroskopi dengan hasil bahwa pasien mengalami ulkus peptikum. Pasien ditransfusi karena penyakitnya. Pasien pulang tanpa keluhan

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama atau pun riwayat perdarahan lainnya.

Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Pasien seorang penjual roti bakar.

(9)

PEMERIKSAAN FISIK  Vital sign

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis cooperatif  Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 108x/menit Frekuensi Nafas : 20x/menit Suhu : 370C

Sianosis : tidak ada Edema : tidak ada

Kulit : ikterik tidak ada

KGB : tidak ditemukan pembesaran KGB Kepala : Normochepale

Rambut : tidak ada kelainan Mata : konjungtiva anemis

Sklera tidak ikterik  Telinga : tidak ada kelainan Hidung : tidak ada kelainan Tenggorokan : tidak ada kelainan Gigi dan Mulut : caries (+)

JVP : 5-2 cm H2O

Dada : paru :

I : simetris kiri dan kanan

Pa : fremitus kiri sama dengan yang kanan Pe : sonor  

Aus : vesikuler, rhonkhi , wheezing

-/-: jantung

I : iktus tidak terlihat

Pa : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC II

Pe : Atas = RIC II, kanan = LSD, kiri = 1 jari medial LMCS RIC II

(10)

Aus : Bunyi jantung murni, M1>M2, A2< P2, bising (-) Abdomen

I : tidak membuncit

Pa : hepar dan lien tidak teraba Pe : timpani

Aus : BU(+) normal

Punggung

Nyeri tekan dan Nyeri Ketok pada CVA (-) Alat Kelamin

Tidak diperiksa Anus

Rectal Toucher : handschoen : feses hitam Anggota Gerak  Refleks fisiologis : +/+ Refleks patologis : -/-Edema : -/-Laboratorium : Darah Hb : 7,2 gr/dL Leukosit : 7800/mm3 Trombosit : 282.000/mm3 Natrium : 135 K : 4,1 Cl : 102 Urine

Mikro : Leukosit : 1-2 Kimia : protein : (-) Eritrosit : 0 glukosa : (-) Silinder : (-) bilirubin : (-)

Kristal (-) urobilinogen (+)

(11)

Diagnosis Kerja : melena ec ulkus peptikum Terapi :

• Istirahat / NGT/ puasa

• IVFD aminofusin L-60 : Tiofusin : NaCl 0,9%

1 : 2 : 1 6 jam/kolf   • Transamin 3x1 • Vitamin K 3x1 • Ranitidin 1 mg 2x1 • Sukralfat tab. 3x1 • NTR 3x1 • Lansoprazol 1x30 mg

• Transfusi PRC 1 unit sampai Hb > 10

Anjuran

• Darah, Urin, Feces rutin • Gastroskopi ulang FOLLOW UP Tanggal 29-5-2009 A/ BAB hitam (+) NGT : darah (+) Muntah (-)

PF/Keadaan Umum : tampak sakit sedang Kesadaran compos mentis kooperatif  Tekanan darah : 110/70

Frekuensi nadi : 80 x/ menit Nafas : 18 x/menit

Suhu : 36,8 derajat Celcius D/ melena ec ulkus peptikum

Th/ Dilanjutkan

(12)

Tanggal 30-5-2009 A/ BAB hitam (-)

NGT : darah (+) Muntah (-)

PF/Keadaan Umum : tampak sakit sedang Kesadaran composmentis kooperatif  Tekanan darah : 120/80

Frekuensi nadi : 72 x/ menit Suhu : 37,2 0C Laboratorium : Hb : 8,7 gr/dl Leukosit 11.600 /mm3 LED : 20 / jam Hitung jenis : 0/5/2/71/20/2 Eritrosit : 3,58 / mm3 MCV : 70 FL MCH : 22 pg MCHC : 30 % Ht : 27 % Trombosit : 282.000 / mm3 Kimia Klinik : Total protein : 7,8 g/dl Albumin : 4,4 g/dl Globulin : 3,4 g/dl SGOT : 17 U/L SGPT : 19 U/L Serum iron : 7 mg/dl (N: 59-158) TIBC : 387 mg/dl

Gambaran Darah Tepi :

Eritrosit : mikrositik hipokrom, sel pensil (+) Leukosit : jumlah meningkat

(13)

Trombosit : jumlah cukup

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec ulkus peptikum Th/dilanjutkan

R/ transfusi PRC 1 kantong cek Hb post transfusi

gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl

Tanggal 31-5-2009 A/ BAB hitam (-)

NGT : darah (-) Demam (-)

PF/Keadaan Umum : tampak sakit sedang Kesadaran compos mentis kooperatif  Tekanan darah : 120/80

Frekuensi nadi : 80 x/ menit Suhu : 36,8 derajat Celcius

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec ulkus peptikum Th/ dilanjutkan

R/ cek Hb post transfusi

Transfusi PRC kalau Hb < 10 gr / dl gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl Tanggal 2-6-2009 A/ BAB kuning NGT : darah (-) Demam : (-)

PF/Keadaan Umum : tampak sakit sedang Kesadaran composmentis kooperatif  Tekanan darah : 110/70

Frekuensi Nadi : 20x/menit Suhu 37,2 derajat celcius Laboratorium :

(14)

Hb : 8,7 g/dl

Leukosit : 10.600 / mm3

Ht : 26 %

Trombosit : 347.000/mm3

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec ulkus peptikum Th/dilanjutkan

R/ transfusi PRC

cek Hb post transfusi

gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl

Tanggal 3-6-2009 A/ BAB kuning

NGT : darah (-) Demam : (-)

PF/Keadaan Umum : tampak sakit sedang Kesadaran : composmentis kooperatif  Teknanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/menit Nafas : 19x/menit

D/ Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec ulkus peptikum Th/dilanjutkan

R/ cek Hb post transfusi

Transfusi PRC kalau Hb < 10 gr / dl gastroskopi jika Hb > 10 gr/dl

(15)

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki umur 37 tahun masuk bangsal penyakit dalam dirawat di bangsal penyakit dalam pria Rumah Sakit Umum M. Djamil sejak tanggal 28 Mei 2009 dengan diagnosis Anemia mikrositik hipokrom ec defisiensi Fe ec ulkus peptikum. Diagnosis ditegakkan berdasakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan keluhan utama buang air besar hitam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar pekat seperti aspal keluar + ½ liter. Hal ini disertai dengan nyeri ulu hati dan pusing sejak 1 minggu yang lalu. Namun, tidak disertai mual, muntah, demam atau pun batuk. Buang air kecil tidak  ada keluhan. Pasien sudah pernah dirawat 3 tahun yang lalu, selama 24 hari karena keluhan yang sama. Saat itu dilakukan gastroskopi dengan gambaran ulkus peptikum. Pasien ditransfusi karena penyakitnya. Pasien pulang tanpa keluhan. Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama atau pun riwayat perdarahan lainnya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran kompos mentis kooperatif, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 108 x /menit, frekuansi nafas 20 x / menit, suhu 37 0C. Dari inspeksi mata ditemukan

konjungtiva yang anemis. Hal ini menunjukkan pasien menderita anemia. Dan pada rectal toucher, didapat feses hitam.

Dari pemeriksaan laboratorium darah waktu awal masuk didapatkan hemoglobin 7,2 gr/dl. Pada waktu follow up tanggal 30 Mei 2009, hemoglobin 8,7 gr/dl, MCV : 70 FL, MCH : 22 pg , MCHC : 30 %, Ht : 27 %, besi serum : 7 mg/dl dan TIBC : 387 mg/dl. Dari gambaran darah tepi ditemukan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom, sel pensil (+). Hasil pemeriksaan ini memenuhi kriteria Kerlin et al yakni anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi , atau MCV < 80 fl, dan MCHC < 31 % dengan besi serum < 50 mg/dl dan TIBC > 350 mg/dl.

Pasien ini diistirahatkan, dipuasakan dipasang infus aminofusin : tiofusin : NaCl 0,9 % = 1 : 2 : 1 6 jam / kolf dan dipasang NGT untuk melihat adanya

(16)

perdarahan lambung. Pada terapi medikamentosa, diberikan transamin 3x1dan vitamin K 3x1 untuk menghentikan perdarahan. Ranitidin 1 mg 2x1 dan Sukralfat tab. 3x1 untuk membantu penyembuhan lesi mukosa, lansoprazol 1x30 mg sebagai penghambat seksresi asam. Pasien juga ditransfusi PRC 1 unit sampai Hb > 10.

Pasien direncanakan untuk transfusi PRC hingga Hemoglobin > 10 gr/dl, dan pemeriksaan gastroskopi apabila Hb pasien > 10 gr/dl.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Pangestu. Pengelolaan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Tarigan Pangarapen. Tukak Gaster. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Bakta, I Made dkk. Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Supandiman, Iman. Anemia pada Penyakit Kronis. dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

Davey , Patrick. Medicine at a Glance. Blackwell Science. 2002

Tjokroprawiro, Asnandar, dkk. Buku Ajar Penyakit Dalam . Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RS Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Airlangga University Press. 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini nilai kondisi ujung (end condition) dari bracing tidak dihitung seperti pada kolom, tetapi langsing diasumsikan sebagai struktur tekan dengan dukungan

Pe- ngaruh kepadatan yang berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila ( Oreochromis niloticus ) pada sistem resir- kulasi dengan filter zeolit. Journal of

Dalam pandangan Wallerstein, pertumbuhan yang menguntungkan di negara pusat ini kemudian melahirkan sebuah sistem yang tidak hanya bersifat sistem timbal-balik antara dua

Chikungunya • Dengue • Japanese encephalitis • Kala-azar • Lymphatic filariasis • Malaria • Schistosomiasis.. Vector-borne

Perkembangan dari penetapan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan Presiden Republik Indonesia mengenai penetapan

Thus 1 have heard : Avolokitesvara Bodhisattva practiced deep Highest Perfect \.Yisdom when perceived the five fields of consciousness all empty, relieved every suffering.

2) Bila data sesuai maka akan tampil Nomor Peserta. Pelamar wajib mencetak kartu tersebut. sebagai tanda bukti bahwa data pelamar terdata di database

waktu pemanasan dilakukan untuk mencari waktu pemanasan dies pada temperatur kerja yang diinginkan, sehingga dapat diketahui waktu tunggu untuk melakukan proses squeeze