• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUATU INOVASI TEKNOLOGI UNTUK KONSERVASI PENAMBANGAN TIMAH ALLUVIAL: PENAMBANGAN HIDROLIS BAWAH PERMUKAAN DENGAN PERALATAN BTM-SR-4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUATU INOVASI TEKNOLOGI UNTUK KONSERVASI PENAMBANGAN TIMAH ALLUVIAL: PENAMBANGAN HIDROLIS BAWAH PERMUKAAN DENGAN PERALATAN BTM-SR-4"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SUATU INOVASI TEKNOLOGI UNTUK KONSERVASI PENAMBANGAN

TIMAH ALLUVIAL: PENAMBANGAN HIDROLIS BAWAH PERMUKAAN

DENGAN PERALATAN BTM-SR-4

A TECHNOLOGY INNOVATION TO CONSERVE TIN ALLUVIAL MINING:

SUBSURFACE HYDRAULIC MINING BY BTM-SR-4 EQUIPMENT

Ichwan Azwardi Lubis, Robertus Bambang Susilo, dan Sasri Romi

PT. TIMAH (Persero) Tbk

I N F O A R T I K E L

A B S T R A C T

Naskah Masuk : 14/10/2014 Naskah Revisi : 15/11/2014 Naskah Terima : 17/12/2014

Nowadays, surface hydrolic mining on tin alluvial has caused conflict with other interests. Due to a big mining area needed, the activity has conflict with plantation and local people gardens. Furthermore, activity of illegal mining has destroyed tin reserve and environment as well. Once the illegal mining is not managed properly, tin reserve of the company will decrease significantly, in addition, reclamation cost that must be beared by the company will increase significantly. Approach to manage conflict through negotiation on land use has not given a signifi-cant outcome. As the result, the company experiences a very difficult situation to make a mine planning, both short term and long term. Technology of subsurface hydrolic mining offers a mine activity with minimal land clearing and avoid to open overburden. Currently, PT Timah (Persero) Tbk has succeeded to study and examine the technology through operating a pack of equipment named BTM-SR4. Besides aware-ness on environment, due to its ability to mine on spotted tin deposit, the technology is able to increase tin reserve. Other good news are to decrease mining cost due to not opening over burden and to decrease reclamation cost. All of above good points will support sustainability of the company.

Keywords:

subsurface hydrolic mining sustainability

conserve tin reserve environment

Penambangan timah alluvial saat ini dilakukan dengan metode semprot

(hydraulic mining) secara terbuka (open mining). Cara ini akan

menyebabkan benturan dengan sektor lainnya akibat kebutuhan area penambangan yang luas. Maraknya illegal mining berdampak pada terjadinya kerusakan sumberdaya cadangan perusahaan serta kerusakan lingkungan, termasuk lahan-lahan yang telah direklamasi. Jika tidak dikendalikan, sumberdaya cadangan perusahaan akan menyusut dengan cepat sementara biaya reklamasi akan meningkat dengan tajam. Masalah lain adalah terjadinya konflik sosial akibat terjadinya tumpang tindih lahan antara area pertambangan dan area penggunaan lain seperti perkebunan, industri, dan kebun masyarakat. Penyelesaian konflik dengan dialog dan ganti rugi lahan tidak berdampak signifikan. Khususnya bagi cadangan sumberdaya perusahaan, dengan kerusakan yang terjadi mengakibatkan sulitnya membuat rencana kerja bangan karena cadangan cenderung menjadi spotted. Konsep penam-bangan dengan situasi dan kondisi ini adalah bagaimana penampenam-bangan dilakukan dengan area sekecil mungkin dan tidak melakukan penggalian tanah penutup (Stripping Overburden). Solusinya adalah penambangan semprot dapat dilakukan di bawah tanah atau disebut sub surface

hydraulic mining atau Ore getting. Saat ini PT. Timah (Persero) Tbk

sudah menyelesaikan penelitian penggunaan alat penambangan yang

S A R I K A R A N G A N

Kata kunci:

subsurface hydrolic mining

keberlanjutan melestarikan cadangan timah lingkungan hidup

* Korespondensi Pengarang, Jl Jend Sudirman 51, Pangkalpinang, 33121.

(2)

dinamakan BTM-SR4. Diharapkan alat tersebut menjadi awal dari pengembangan-pengembangan teknologi selanjutnya sehingga konser-vasi pertambangan, khususnya pada pertambangan timah aluvial, dapat dilakukan dengan optimal.

© Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014: 177-188

1. PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan timah terletak pada jalur sabuk timah yang dikenal dengan nama South East Asia Tin Belt. di mana di Indonesia membentang mulai dari Pulau Karimun, Kundur, Singkep, Tujuh, Bangka, dan Belitung di bagian paling tenggara.

Secara umum endapan timah yang tersebar di jalur tin belt Indonesia merupakan endapan timah alluvial atau disebut juga endapan sekunder. Tipe endapan timah alluvial sesuai dengan karakternya sebagai endapan sedimen tersebut selama ini di-tambang dengan metode di-tambang terbuka secara hidrolis. Penambangan ini dilakukan dengan mengupas tanah penutup (overburden) terlebih dahulu menggunakan alat-alat mekanis seperti ekskavator dan buldoser lalu mengambil lapisan ore secara hidrolis, yaitu semprot dan isap. Se-lanjutnya dilakukan proses konsentrasi ore dengan menggunakan peralatan pencucian timah.

Sejak era otonomi daerah mulai berjalan sekitar tahun 2000-an yang lalu, terjadi

dampak-dampak yang signifikan pada sektor pertambangan timah di Indonesia. Seiring dengan

perkembangan wilayah yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengakibatkan adanya benturan yang dapat menyulitkan perusahaan untuk melakukan kegiatan penam-bangan timah dengan metode tambang terbuka. Permasalahan yang menyulitkan tersebut antara lain sulitnya melakukan pembebasan lahan di wilayah izin usaha pertambangan (IUP) milik perusahaan yang di dalamnya juga terdapat baik perkebunan masyarakat maupun perkebunan milik Badan Usaha biaya ganti rugi tanam tumbuh saat dilakukan pembukaan tambang akan sangat mahal. Masalah lainnya adalah terjadinya kerusakan lahan yang sudah direklamasi oleh

Alat Mekanis

Alat Hidrolis

Alat Pencucian

Gambar 1. Pertambangan timah alluvial dengan tambang terbuka secara hidrolis.

kegiatan illegal mining dan semakin banyaknya tambang rakyat. Dampak yang paling signifikan dari permasalahan-permasalahan tersebut adalah rusaknya cadangan dan sumberdaya perusahaan serta hilangnya kesempatan untuk mendapatkan nilai dari kehilangan produksi timah.

Permasalahan itu pada akhirnya dapat

meng-Gambar 2. Dampak akibat illegal mining.

hambat perusahaan dalam rangka mewujudkan dan melaksanakan praktik penambangan yang baik dan benar (good mining practices). Penyelesaian masalah tersebut sudah ditempuh dengan solusi dialog-dialog dengan para

stake-holder dan kebijakan-kebijakan internal tata

kelola penambangan. Solusi tersebut dianggap belum efektif untuk kondisi dan situasi saat ini.

Sejauh ini penanganan masalah dilakukan dengan membuat kebijakan-kebijakan yang terkait tatacara penambangan dan dialog-dialog dengan para stakeholder. Namun cara-cara ini sampai sekarang belum membuahkan hasil yang diharapkan. Solusi lain yang dianggap dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi yaitu dengan mencari teknologi penambangan yang dapat mengakomodasi penyelesaian masalah tersebut. Solusi teknologi tersebut harus meme-nuhi kriteria sebagai berikut:

(3)

a. Luasan area penambangan minimal b. Kegiatan land clearing minimal

c. Kegiatan stripping overburden tidak ada d. Penggalian ore optimal

e. Jangka waktu penambangan tidak signifikan f. Potensi limbah minimal

g. Reklamasi minimal h. Safety maksimal

Solusi yang dianggap dapat mengakomodasi persyaratan-persayaratan tersebut adalah penam-bangan dengan metode penampenam-bangan bawah tanah (subsurface hydraulic mining). Metode penambangan ini diharapkan dapat menjadi so-lusi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada saat ini dan memenuhi kriteria penambangan di atas.

Dalam upaya tersebut, Satuan Kerja Penelitian dan Pengembangan Teknologi (Litbangtek) PT. Timah (Persero) Tbk telah melakukan penelitian dan dalam upaya mengembangkan peralatan

Borehole Mining dengan prototipe alat yang

di-namakan BTM SR4. Borehole Tin Mining type SR4 (BTM) dirancang pada akhir bulan Desem-ber 2012 dan dilakukan uji coba dari bulan Februari 2013 sampai dengan September 2013. Kegiatan uji coba ini dilakukan untuk pengambil-an data operasional dalam rpengambil-angka mengetahui nilai ekonomi penambangan dengan alat BTM. Sampai saat ini kegiatan uji dalam skala operasional penambangan masih terus

berlang-Gambar 3. Kondisi cadangan dan sumberdaya timah. sung.

2. METODE PENAMBANGAN DENGAN BTM SR4

1. Pemasangan Alat

Setelah kegiatan pembuatan lubang (dengan alat hole maker) berdiameter 6” selesai dilakukan, lubang bor tersebut dipasang casing (pipa pvc 6”) sampai batas atas kedalaman lapisan bertimah. Pada ujung bawah casing dipasang cincin besi untuk mengikat kawat sling agar casing tidak

Gambar 4. Permasalahan dalam pertambangan timah.

Gambar 5. Konsep penyelesaian masalah dengan solusi teknologi.

turun.

Lubang bor yang sudah terpasang casing siap melakukan penambangan dengan alat BTM. Sebelum tahap pengoperasian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan dengan langkah se-bagai berikut:

1. Mendirikan tripod yang terpasang tackle crane sampai centre ke lubang bor dan kaki tripod dipasang pasak besi agar tidak bergeser. 2. Memasang talang overflow untuk menampung

slurry yang naik ke atas melalui casing.

3. Memasukkan mining section (bit) yang di

(4)

Gambar 7. Talang overflow.

dalamnya sudah disambung pipa besi 2” (inner) ke dalam lubang bor menggunakan

tackle crane.

4. Menyambung pipa besi 4” dan 2” sampai pada kedalaman yang akan ditambang.

5. Memasang swivel pada ujung pipa paling atas. 6. Merangkai selang-selang.

7. Menyiapkan mesin robin untuk menyuplai air tambahan.

8. Alat Borehole Tin Mining type SR4 (BTM)

Gambar 8. Mining section (bit).

Gambar 9. Penyambungan pipa.

Gambar 10. Swivel.

Gambar 11. Mesin pompa air.

Gambar 12. Selang (hitam) 150 psi 3”.

2. Prinsip Kerja

Prinsip kerja alat BTM yaitu menembakkan air bertekanan tinggi dengan mesin pompa air pada lapisan yang bertimah (ore). Air ditembak-kan melalui pipa besi 4” dengan dua buah nozzle arah samping yang saling berlawanan untuk menghancurkan material pada lapisan tersebut sehingga terbentuk slurry. Slurry kemudian ma-suk ke slurry inlet yang terdapat pada mining

sec-tion dan selanjutnya didorong oleh nozzle yang

tembakannya mengarah ke permukaan untuk membawa slurry naik ke atas permukaan melalui pipa besi 2” (inner).

Pengoperasian alat BTM sangatlah mudah dan tidak memerlukan banyak tenaga. Apabila solid dalam slurry yang naik ke permukaan semakin berkurang, operator cukup menaikkan alat BTM dengan tackle crane dan menurunkan kembali sambil diputar secara perlahan pada lapisan yang bertimah.

(5)

Gambar 13. Mesin Robin.

Gambar 14. BTM type SR4.

(a)

(b)

Gambar 15. Prinsip Kerja BTM SR4.

3. UJI COBA BTM

1. Lokasi

Alat Borehole Tin Mining type SR4 (BTM) dilakukan uji coba dalam skala operasional penambangan di Lembah Nudur berdekatan dengan Tambang Besar Nudur 4, Bangka Selatan. Lokasi tersebut ditempuh dalam waktu dua jam perjalanan dari kantor pusat PT Timah (Persero) Tbk dengan kendaraan roda empat.

Alat BTM dilakukan uji coba pada lubang bor nomor 40 dengan kedalaman 11,6 meter yang terdiri dari 12 lapisan dengan kekayaan cabang tiga (Whole of hole). Berdasarkan taksasi bor, kadar per lapisan yang tinggi yaitu berada pada lapisan 9 – 12 dengan ketebalan lapisan masing-masing 1 meter. Kadar pada lapisan 9, 10, 11, dan

12 berturut-turut yaitu 0,534 kgSn/m3; 0,826

kgSn/m3, 1,030 kgSn/m3 dan 0,160 kgSn/m3. Alat

BTM dioperasikan pada level tersebut dengan kedalaman 7,6 – 11,6 meter dan kadar Ore rata-rata 0,638 kgSn/m3.

2. Uji Coba

Uji coba untuk pengambilan data operasional dilakukan pada tanggal 28 – 29 Agustus 2013, 02 – 05 September 2013 dan 09 – 12 September 2013. Dalam uji coba selama 10 hari tersebut di-peroleh 24,47 jam jalan efektif alat BTM dengan

ore yang terangkat ke permukaan sebanyak 21 jumbo bag. Ukuran jumbo bag yang digunakan

yaitu 0,9 m x 0,9 m x 0,9 m (0,73 m3). Jadi ore yang diperoleh dalam uji coba tersebut yaitu 15,33 m3. Solar yang dihabiskan selama uji coba

yaitu 78 liter dan premium 24 liter.

Kapasitas gali dan kapasitas pengangkutan material pada penambangan dengan meng-gunakan peralatan BTM SR4 dapat dilhat pada Gambar 18 dan 19.

Ore yang diperoleh dari uji coba tersebut

di-angkut ke Processing Plant (PPBT) di Mentok dan digabung menjadi satu (komposit). Ore komposit (Feed BTM) diproses menggunakan

Harz Jig dengan satu tahap pemisahan dan

(6)

Gambar 16. Lokasi uji coba.

Gambar 17. Jumbo bag.

Gambar 18. Kapasitas gali peralatan BTM SR4.

Gambar 19. Kapasitas angkut peralatan BTM SR4.

satutahap pemisahan. Produk dari proses Harz

Jig dikodekan konsentrat dan produk proses Yuba Jig dikodekan middling sedangkan tailing Yuba Jig dikodekan tailing. Konsentrat, middling

dan tailing yang diperoleh dari proses pemisah-an, masing-masing diambil sampel dan kemudian dianalisis di bawah mikroskop untuk mengetahui kadar dan berat Sn.

Berat Sn di Feed BTM dengan kadar 0,82 % Sn merupakan hasil dari analisis mikroskop yaitu 194,4 kg Sn dan total berat Sn yang diperoleh yaitu sebesar 188,65 kg Sn (Sn konsentrat di-tambah dengan Sn middling), sehingga yang tertinggal di tailing yaitu sebesar 5,75 kg Sn.

4. ANALISIS EKONOMI

1. Capital Expenditure (CAPEX)

Biaya investasi (CAPEX) perlatan BTM SR4 per bulan adalah sebesar Rp 6,8 juta. Kebutuhan peralatan operasional penambangan dengan peralatan BTM SR4 adalah seperti terlihat pada Tabel 5.

2. Operational Expenditure (OPEX)

Biaya operasional (OPEX) penambangan

dengan peralatan BTM SR4 per jam adalah sebe-sar Rp 317.448 per jam. Komponen biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 6.

3. Harga Pokok Produksi

Jumlah biaya operasional keseluruhan (termasuk depresiasi alat) per jam setelah dit-ambahkan dengan Over Head menjadi sebesar Rp 379.134 per jam.

Dari perhitungan tabel 7, dapat diketahui Harga Pokok Produksi (HPP) penambangan dengan Borehole Tin Mining type SR4 yaitu sebesar Rp. 47.723 per kg Sn.

4. Break Even Grade (BEG)

Perhitungan BEG penambangan dengan menggunakan Borehole Tin Mining type SR4 menggunakan asumsi harga Ore Concentrate ber-dasarkan target khusus yang ditetapkan pada penelitian ini sebesar Rp. 50.000 per kg Sn dan asumsi jam jalan efektif alat BTM sebesar 250 jam per bulan maka didapat hasil seperti ditunjuk-kan pada Tabel 8.

Dari perhitungan tabel di atas, dapat diketahui BEG Ore untuk penambangan dengan Borehole Tin Mining type SR4 yaitu sebesar 0,609 kgSn/ m3 atau setara dengan BEG Overall 0.2 kgSn/m3.

(7)

Tabel 1. Analisis Sampel Feed BTM

Asal Contoh FEED BTM

Berat Dry Ore 23.670,00 Berat Sn 194,40

Kadar Sn 0,82%

Fraksi Ukuran (mesh) 20# 50# 70# 100# -100#

Berat Tiap Fraksi (Kg) 12660 6793 2043 806 1367

No. URAIAN B.J % % % % %

Urut MINERAL Berat Berat Berat Berat Berat

Asal Asal Asal Asal Asal

1 Cassiterite 6,9 0,28 0,38 0,16 0,17 0,09 1,08 2 Ilmenite 4,5 0,00 1,26 0,27 0,05 0,06 1,64 3 R u t i l e 4,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -4 Monazite 4,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 5 Xenotime 4,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -6 Pyrit/Marcasite 4,8 0,95 1,04 0,15 0,03 0,04 2,21 7 Z i r c o n 4,7 0,00 0,00 0,00 0,03 0,04 0,07 8 T o p a z 3,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -9 Tourmaline 3,1 0,87 1,04 0,32 0,03 0,07 2,33 10 Q u a r t z 2,6 51,39 24,97 7,73 3,09 5,48 92,66 11 A n a t a s 3,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -12 S p i n e l 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -13 T e r a k 2,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -14 Karat Besi 4,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -15 S i d e r i t e 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -16 Plumbogumite 7,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -17 L i m o n i t e 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -18 H e m a t i t 5,2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -19 PB Buatan 11,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -53,49 28,70 8,63 3,40 5,78 100,00 J U M L A H Jumlah Kg (Berat Kering) Kg Sn ANALISA MIKROSKOP Tanggal 26/09/2013

(8)

Tabel 2. Analisis Sampel Konsentrat BTM

Tanggal 26/09/2013 Asal Contoh KONSENTRAT BTM

Berat Ore 193,00 Kg Berat Sn 116,53 Kg Sn

Kadar Sn 60,38%

Fraksi Ukuran (mesh) 20# 50# 70# 100# -100#

Berat Tiap Fraksi (Kg) 34 61 41 40 17

No. URAIAN B.J % % % % %

Urut MINERAL Berat Berat Berat Berat Berat

Asal Asal Asal Asal Asal

1 Cassiterite 6,9 16,74 24,54 15,32 15,97 6,87 79,45 2 Ilmenite 4,5 0,00 0,85 2,10 1,53 0,31 4,80 3 R u t i l e 4,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -4 Monazite 4,8 0,00 0,00 0,47 0,20 0,09 0,75 5 Xenotime 4,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -6 Pyrit/Marcasite 4,8 0,55 1,61 1,21 0,68 0,16 4,21 7 Z i r c o n 4,7 0,00 0,00 0,27 1,21 1,01 2,49 8 T o p a z 3,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -9 Tourmaline 3,1 0,07 0,28 0,23 0,04 0,05 0,68 10 Q u a r t z 2,6 0,18 4,55 1,68 0,92 0,29 7,62 11 A n a t a s 3,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -12 S p i n e l 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -13 T e r a k 2,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -14 Karat Besi 4,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -15 S i d e r i t e 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -16 Plumbogumite 7,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -17 L i m o n i t e 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -18 H e m a t i t 5,2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -19 PB Buatan 11,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -17,55 31,84 21,28 20,55 8,79 100,00 J U M L A H Jumlah ANALISA MIKROSKOP

(9)
(10)

Tabel 4. Analisis Sampel Tailing BTM

Tanggal 26/09/2013 Asal Contoh TAILING BTM

Berat Ore 22.622,000 Kg Berat Sn 6,080 Kg Sn

Kadar Sn 0,03%

Fraksi Ukuran (mesh) 20# 50# 70# 100# -100#

Berat Tiap Fraksi (Kg) 12451 6268 1891 702 1311

No. URAIAN B.J % % % % %

Urut MINERAL Berat Berat Berat Berat Berat

Asal Asal Asal Asal Asal

1 Cassiterite 6,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,04 2 Ilmenite 4,5 0,00 1,31 0,21 0,00 0,03 1,55 3 R u t i l e 4,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -4 Monazite 4,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -5 Xenotime 4,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -6 Pyrit/Marcasite 4,8 0,95 1,00 0,12 0,01 0,03 2,10 7 Z i r c o n 4,7 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01 8 T o p a z 3,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -9 Tourmaline 3,1 0,90 1,09 0,33 0,02 0,07 2,41 10 Q u a r t z 2,6 53,19 24,31 7,70 3,06 5,63 93,89 11 A n a t a s 3,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -12 S p i n e l 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -13 T e r a k 2,9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -14 Karat Besi 4,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -15 S i d e r i t e 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -16 Plumbogumite 7,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -17 L i m o n i t e 3,8 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -18 H e m a t i t 5,2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -19 PB Buatan 11,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -55,04 27,71 8,36 3,10 5,79 100,00 Jumlah J U M L A H ANALISA MIKROSKOP

(11)

No Uraian Jumlah Unit Harga/Unit Total Harga Umur (bulan) Biaya/bulan

1 Peralatan BTM 1 Set Rp 135.000.000 Rp 135.000.000 36 Rp 3.750.000

2 Mesin Pompa Air (26HP/2200RPM) 1 Set Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 12 Rp 416.667

3 Mesin Robin (9HP) 1 Set Rp 2.650.000 Rp 2.650.000 12 Rp 220.833

4 Pompa Tanah 4" 1 Set Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 12 Rp 250.000

5 Pipa PVC 6" 2 Pcs Rp 400.000 Rp 800.000 2 Rp 400.000

6 Selang 150 PSI 6 meter Rp 650.000 Rp 3.900.000 12 Rp 325.000

7 Selang Spiral 4" 10 meter Rp 55.000 Rp 550.000 6 Rp 91.667

8 Selang Spiral 2,5" 10 meter Rp 40.000 Rp 400.000 6 Rp 66.667

9 Selang Karpet 30 meter Rp 52.000 Rp 1.560.000 6 Rp 260.000

10 Clamp dan Aksesoris Lainnya 1 Lumpsum Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 6 Rp 166.667

11 Saringan Hisap 2 Pcs Rp 125.000 Rp 250.000 6 Rp 41.667

12 Safety Helmet 4 Pcs Rp 79.000 Rp 316.000 12 Rp 26.333

13 Safety Spactacle 4 Pcs Rp 62.000 Rp 248.000 12 Rp 20.667

14 Safety Boot 4 Pasang Rp 270.000 Rp 1.080.000 12 Rp 90.000

15 Sarung Tangan 4 Pasang Rp 3.000 Rp 12.000 1 Rp 12.000

16 Jumbo Bag 50 Lembar Rp 80.000 Rp 4.000.000 6 Rp 666.667

159.766.000

Rp Rp 6.804.833

Jumlah Tabel 5. Capex

Tabel 6. Opex

Tabel 7. Perhitungan Harga Pokok Produksi

No Parameter Nilai Satuan Keterangan

(a) Jam jalan efektif 24,47 Jam Hasil ujicoba

(b) Hasil PPBT Mentok 194,4 kg Sn konsentrat+middling+tailing

(c) Total Biaya 379.134 Rp/jam Termasuk depresiasi alat dan OH

(d) Harga Pokok Produksi 47.723 Rp/kg Sn d = c / (b / a)

No Parameter Nilai Satuan Keterangan

(a) Harga Ore Concentrate 50.000 Rp/kg Sn Target khusus

(b) Jam jalan efektif 250 jam Asumsi/bulan (2 Shift Kerja)

(c) Jam jalan efektif 24,47 jam Hasil uji coba

(d) Kadar Ore (data bor) 0,638 Kg Sn /m3 kadar rata-rata lapisan 9 - 12

(e) Hasil PPBT Mentok 194,4 kg Sn konsentrat+middling+tailing

(f) Laju Pemindahan Tanah Bank 12,45 m3/jam f = e / d / c

(g) Total biaya 379.134 Rp/jam

(h) Break Even Production 7,58 Kg Sn/jam h = g / a

(i) BEG Ore 0,609 Kg Sn/m3 i = h / f

(j) Harga Pemindahan Tanah 30.447 Rp/m3 j = g / f

Tabel 8. Perhitungan BEG

No Uraian Jumlah Unit Harga/Unit Total Harga Jam Biaya/jam

1 BBM Mesin Pompa Air (26HP/2200RPM) 78 Liter Rp 10.700 Rp 834.600 24,47 Rp 34.107 2 BBM Mesin Robin (9HP) 24 Liter Rp 6.500 Rp 156.000 24,47 Rp 6.375 3 Perawatan dan Sparepart 1 Lumpsum Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 250 Rp 12.000 4 Pembuatan Lobang Bor 1 Lumpsum Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 250 Rp 48.000

5 Persiapan 1 Lumpsum Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 24,47 Rp 81.733

6 Transportasi 1 Lumpsum Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 250 Rp 14.400

7 Pengolahan 1 Lumpsum Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 48 Rp 104.167

8 Gaji Pekerja 4 Orang Rp 3.000.000 Rp 12.000.000 720 Rp 16.667

38.590.600

Rp Rp 317.448

(12)

Gambar 20. Hasil pengolahan. Berat Kering 23.670 Kg Kadar Sn 0,82% Berat Sn 194,40 Kg Sn TAILING Berat 193 Kg

Kadar Sn 60,38% YUBA JIG

Berat Sn 116,53 Kg Sn Berat 855 Kg Berat 22.622 Kg Kadar Sn 8,40% Kadar Sn 0,03% Berat Sn 72,12 Kg Sn Berat Sn 6,08 Kg Sn FEED BTM HARZ JIG KONSENTRAT MIDDLING TAILING

Sedangkan jika menggunakan Harga Ore Con-centrate berdasarkan RKAP tahun 2013 sebesar Rp 90.210/KgSn didapat BEG Ore untuk penam-bangan dengan Borehole Tin Mining type SR4 yaitu sebesar 0,338 kgSn/m3atau setara dengan BEG Overall 0,11 kgSn/m3.

5. PENUTUP

Berdasarkan uji operasional yang dilakukan dengan metode Borehole Tin Mining type SR4 dapat disimpulkan bahwa penambangan dengan cara ini sangat efisien dan mempunyai mobilitas yang tinggi serta mempunyai dampak penam-bangan yang sangat kecil dikarenakan antara lain :

a. Area penambangan yang minimal b. Land Clearing yang minimal c. Tidak ada stripping over burden d. Penggalian ore getting

e. Dampak lingkungan yang sangat kecil f. Reklamasi yang minimal

g. Keselamatan kerja yang tinggi

h. Dapat menjadi solusi dalam penyelesaian tumpang tindih lahan

Dengan demikian metode ini sudah memenuhi kriteria-kriteria solusi yang diharapkan sebagai jalan keluar permsalahan-permasalahan sabagai-mana yang disebutkan di atas.

Sebagai tindak lanjut ke depan diharapkan untuk jangka pendek BTM SR4 dapat diterapkan sebagai pengganti tambang skala kecil yang digunakan oleh masyarakat untuk menjamin keselamatan kerja dan meminimalisir kerusakan lingkungan ke depan. Dalam jangka panjang perlu dilakukan pengembangan teknologi dalam skala yang lebih besar dan teknologi yang lebih modern yang dapat digunakan baik di darat maupun di laut.

CATATAN DAN UCAPAN TERIMA

KASIH

Artikel ini adalah penyempurnaan dari makalah yang telah dipresentasikan dalam Forum Nasional IPTEKIN ke IV di Jakarta, tanggal 9 Oktober 2014, dengan penyelenggara Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, LIPI. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para nara sumber yang telah mem-berikan masukan substansi untuk perbaikan ma-kalah ini sehingga dapat diterbitkan dalam Warta Kebijakan Iptek dan Manajemen Litbang.

DAFTAR PUSTAKA

Annels, A. E. 1991. Mineral Deposit Evaluation, Chapman & Hall

Azwardi, I. 2006. Filosofi Penambangan Timah dan Konsep

Penambangan Endapan Timah Dalam di Laut, PT.

Timah (Persero) Tbk.

Azwardi, I. 2007. Penambangan Timah Alluvial, PT. Timah (Persero) Tbk

Canonica, L.1991. Memahami Hidrolika, Angkasa Bandung Hartman, H. L. 1987. Introductory Mining Engineering, John

Wiley & Sons Inc.

Jansen, M.L., Bateman, A. M. 1981. Economic Mineral

De-posits, third edition, John Wiley and Sons Inc. Toronto

Mason, R. D., Lind, D. A. 1999. Teknik Statistika Untuk

Bisnis & Ekonomi Jilid 2, Penerbit Erlangga

Gambar

Gambar 2. Dampak akibat illegal mining.
Gambar 6. Tripod
Gambar 7. Talang overflow.
Gambar 14. BTM type SR4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan dari pembekuan selain resiko kerusakan kemasan (wadah), pembekuan suatu sediaan (artikel) dapat menyebabkan kehilangan kekuatan / potensi, atau merusak

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarn agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

1) Latar belakang pendidikan sudah memenuhi syarat dalam memberikan training motivasi (outbond). Akan tetapi keterampilan trainer dalam memberikan materi outbond

otot punggung berpengaruh dengan latihan Scale Bend yang dibutuhkan untuk mendukung frekuensi saat melakukan hasil Kelentukan otot punggung Tim Volli. Untuk mencapai tujuan

H301 - Toksik jika tertelan H311 - Toksik jika kontak dengan kulit H331 - Toksik jika terhirup H314 - Menyebabkan luka bakar parah pada kulit dan kerusakan mata H335 - Bisa

Profitabilitas yang tinggi akan dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk melakukan investasi yang berkaitan dengan aset tetap sebagai salah satu tindakan manajemen

Pada putaran 4500 – 4750 RPM terdapat penurunan daya yang dihasilkan, tetapi daya mesin akan meningkat lagi pada putaran 5750 – 5819 RPM sebagai puncak maksimum daya

Dokumen ini sebagai bukti penerimaan dari seorang donatur yang memberikan uang tunai secara langsung kepada bendahara masjid. Masjid Al Jihad sebelumnya sudah memiliki tanda