• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERSEDIAAN ANGGARAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERSEDIAAN ANGGARAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

K E M E N T E R I A N K E U A N G A N

R E P U B L I K I N D O N E S I A

KETERSEDIAAN ANGGARAN

DAN TATA CARA

PELAKSANAAN ANGGARAN

JAKARTA, 11 APRIL 2017

(2)

Outline

KEMENTERIAN KEUANGAN

2

KETERSEDIAAN ANGGARAN

TINDAK LANJUT PAGU INDIKATIF 2018

PAGU INDIKATIF TAHUN 2018

(3)

KEMENTERIAN KEUANGAN

KETERSEDIAAN

ANGGARAN

(4)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Berdasarkan perkembangan terkini perekonomian, arah kebijakan fiskal tahun

2018, dan outlook tahun 2017, asumsi dasar ekonomi makro bergerak positif

terutama pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan

Ekonomi

(%,yoy

)

5,1

Inflasi

(%,yoy

)

4,0

Tingkat Bunga

SPN 3 Bulan

(%)

5,3

Nilai Tukar

(

Rp/US$)

Harga Minyak Mentah

Indonesia

(US$/Barel

)

45

Lifting Minyak

(ribu barel per hari)

815

Lifting Gas

(ribu barel setara

minyak perhari)

13.300

1.150

4

APBN

2017

5,4 - 6,1

2,5 - 4,5

4,8 - 5,8

45 - 60

771 - 815

13.600-13.900

1.194 - 1.235

Proyeksi

2018

(5)

Uraian

Rp Triliun

I

Pendapatan Negara

1.896,0 – 2.079,3

a.l. a.

Penerimaan Perpajakan

1.610,7 – 1.770,1

b.

PNBP

284,4 – 308,3

II

Belanja Negara

2.187,9 – 2.427,0

a.

Belanja Pemerintah Pusat

1.461,7 – 1.574,5

a.l. Belanja K/L

780,9

b.

Transfer ke daerah

726,2 – 852,5

III

Defisit Anggaran (% thd PDB)

1,9 – 2,3

Dengan memperhatikan asumsi dasar ekonomi makro 2018, realisasi APBN 2016,

dan outlook 2017, defisit proyeksi RAPBN 2018 diperkirakan dapat dijaga pada

tingkat 1,9 – 2,3 % thd PDB, dengan indikasi pagu belanja K/L mencapai Rp780,9

triliun

Angka bersifat indikatif, dan dimungkinkan berubah sesuai dengan perkembangan

terkini dan kebijakan yang akan diambil

(6)

6

KEMENTERIAN KEUANGAN

6

(7)

Belanja K/L tahun 2018 diproyeksikan meningkat dari tahun 2017,

untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan

percepatan pengurangan kemiskinan dan kesenjangan

Rp Trl

Pertumbuhan belanja K/L Pertumbuhan RM

680,9

RM 592,9 NonRM 88,0 PNBP/BLU 52,7 PHLN/PDN/ SBSN 35,3

727,0

RM 620,8 NonRM 106,1 PNBP/BLU 61,8 PHLN/PDN/ SBSN 44,4

780,9

RM 657,9 *) NonRM 123,1 PNBP/BLU 67,9 PHLN/PDN/ SBSN 55,2 2016 Outlook 2017 **) 2018

*) Termasuk rupiah murni pendamping (RMP) dan Local Cost

PNBP 14,6 BLU  38,1 PHLN 19,9 PDN  1,3 SBSN 9,9 PNBP 25,0 BLU  36,7 PHLN 25,1 PDN  2,5 SBSN 16,8 PNBP 26,1 BLU  41,7 PHLN 28,1 PDN  4,5 SBSN 22,5

763,6

NonRM 106,1 PNBP/BLU 61,8 PHLN/PDN/ SBSN 44,4 APBN 2017 PNBP 25,0 BLU  36,7 RM 657,4 PHLN 25,1 PDN  2,5 SBSN 16,8

**) Outlook 2017, dihitung dengan asumsi penyerapan 95% dan

terdapat tambahan belanja mendesak

510,4 669,9 592,9 620,8 657,9 66,7 62,3 88,0 106,2 123,1 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 800,0 900,0

Real 2014 Real 2015 Real Update 2016 Outlook 2017 Proyeksi 2018

Perkembangan Belanja K/L 2014-2018 (Rp Triliun) Non RM RM 26,9% -7,0% 6,8% 7,4% 577,2 732,1 680,9 780,9 727,0 31,2% -11,5% 4,8% 6,0%

(8)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Arah Kebijakan Belanja K/L 2018 ... (1)

8

1. Belanja K/L bersifat baseline  melanjutkan kebijakan yang telah diambil

sebelumnya (tidak ada kebijakan baru) dan memperhatikan hasil review

baseline K/L (berdasar realisasi 2016, outlook 2017, parameter, volume

output);

2. Memperhitungkan

dampak

penerapan

UU

No.

23/2014

tentang

Pemerintahan Daerah terkait dengan pelimpahan wewenang untuk

urusan pemerintahan konkuren dari Pemda ke Pemerintah Pusat;

3. Memperhatikan real income aparatur pemerintah serta peningkatan

implementasi reformasi birokrasi;

4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja K/L:

i. Review Belanja Barang berbasis realisasi 2016;

ii. Penerapan

cap

policy

belanja

barang

operasional,

dengan

tetap

memperhatikan:

a. Maksimal sama dengan realisasi tahun 2016  (pagu 2017 apabila lebih

rendah);

b. Potensi efisiensi kebutuhan belanja operasional K/L (a.l. langganan

daya/jasa);

(9)

iii. Penghematan belanja barang non operasional, antara lain:

a. Belanja perjalanan dinas

– dengan tetap memperhatikan karakteristik K/L (contoh kegiatan pelatihan guru

terpusat yang membutuhkan biaya perjalanan)

– pembatasan frekuensi dan jumlah pegawai, optimalisasi IT untuk monev

b. paket meeting

– pengurangan konsumsi, pemanfaatan waktu yang efektif

c. Belanja honor tim yang rasional

– honor tim hanya untuk tambahan penugasan yang tidak terkait tusi,

pembatasan honor (jumlah keanggotaan)

d. Belanja bahan dan non operasional lainnya

- Go-green dengan penghematan ATK dan upaya ramah lingkungan

Hasil penghematan dari pembatasan belanja barang tersebut dapat digunakan untuk

belanja produktif, termasuk menambah volume output prioritas K/L.

iv. Penguatan dan perbaikan kualitas belanja modal untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi dengan:

a. efisiensi belanja modal untuk peralatan dan mesin (a.l: kendaraan bermotor) serta

pembangunan gedung kantor baru;

b. diarahkan untuk belanja modal produktif antara lain: pariwisata, infrastruktur

(pelabuhan, bandara, jalan, bendungan, irigasi dan listrik), sarana dan prasarana

ekonomi produktif (pasar), serta daerah perbatasan.

(10)

KEMENTERIAN KEUANGAN

v. Sinergi program perlindungan sosial dan mempertajam sasaran

Bantuan Sosial dan menghindari tumpang tindih antar program

dengan pemanfaatan basis data terpadu (untuk meningkatkan akses,

mutu layanan bidang pendidikan/kesehatan sekaligus sebagai

perlindungan bagi masyarakat miskin).

vi. Refocusing anggaran prioritas, antara lain:

Bidang Pendidikan diarahkan untuk peningkatan akses, kualitas, dan

pemerataan (Guru dan Sarpras), serta penguatan pendidikan

vokasional;

Bidang Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan supply side, akses

dan mutu layanan kesehatan;

Bidang Infrastruktur diarahkan untuk meningkatkan konektifitas dan

kapasitas produksi

vii. Pemanfaatan sistem pemantauan berbasis on-line seperti SMART.

10

(11)

Perencanaan harus dilaksanakan secara baik sehingga pelaksanaannya dapat dipercepat tanpa banyak

perubahan atau revisi

Pola penyerapan yang cenderung besar di belakang harus diperbaiki agar daya dorong terhadap

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

Bantuan Sosial Triliun Rp Triliun Rp 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

Belanja Modal Triliun Rp Triliun Rp 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

Belanja Barang Triliun Rp Triliun Rp 10,00 20,00 30,00 40,00 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

Belanja Pegawai

Triliun Rp Triliun Rp

(12)

KEMENTERIAN KEUANGAN

12

Belanja Barang (Triliun Rupiah)

252,8

206,6

215,4

166,4

2015

2016

APBNP

Realisasi

238,8 304,2 233,3 259,4 2015 2016

APBNP

Realisasi

Belanja Modal (Triliun Rupiah)

20 19,8 25,5 24,8 06 6,3 10,1 7,6 14 13,4 14,3 13,8 63 57,65 3,5 3,4

APBNP Real (Audited) APBNP Real

(Unaudited)

2015 2016

PBI PKH PIP Bansos lainnya

Bantuan Sosial (Triliun Rupiah)

Belanja KL per Jenis 2015-2016

Belanja KL mendorong pertumbuhan ekonomi,

pengentasan kemiskinan, dan efisien, yang terlihat dari:

Pada belanja barang terdapat belanja berkarakteristik

modal (belanja pemeliharaan dan belanja barang

yang diserahkan kepada masyarakat)  harus efektif

dan tepat sasaran;

Dua tahun terakhir belanj modal menurun  harus

ditingkatkan khususnya belanja modal infrastruktur

produktiv;

Bantuan Sosial harus ditingkatkan efisiensi dan

efektifitasnya dengan memanfaatkan basis data .

(13)

BELANJA K/L DALAM PAGU INDIKATIF 2018 MENINGKAT

DIBANDINGKAN PAGU APBN 2017

BELANJA K/L 2018

Rp780,9 triliun

(naik 2,3%)

RUPIAH MURNI

Rp657,9 triliun

(naik 0,1%)

KEBUTUHAN

DASAR

Rp316,2 triliun

(naik 4,1%)

NON

OPERASIONAL

Rp341,7 triliun

(turun 3,4%)

PHLN

Rp28,1 triliun

(naik 12,1%)

PDN

Rp4,5 triliun

(naik 80,0%)

SBSN

Rp22,5 triliun

(naik 34,3%)

PNBP + BLU

Rp67,9 triliun

(naik 9,9%)

NON RUPIAH MURNI

Rp123,1 triliun

(naik 15,9%)

Multi Years

Contract

(Rp28,3 T)

Rupiah Murni

Pendamping

(Rp7,5 T)

Kegiatan

Prioritas K/L

(Rp 305,9 T)

Prioritas Lanjutan Tahun

2017

(Rp290,9 T)

a.l. PBI, PKH, KIP,

pembangunan jalan

jembatan, sejuta rumah

Prioritas Baru Tahun 2018

(Rp15,0 T)

(14)

BELANJA KEBUTUHAN DASAR K/L TAHUN 2018 (Rp316,2 T)

• Belanja pegawai (tunjangan khusus)

• Belanja barang operasional lainnya

• Belanja pemeliharaan gedung dan Alutsista

a.l: Gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji (termasuk gaji

ke-13), uang makan PNS, dan tunjangan kinerja, serta gaji untuk

pengalihan PNS daerah ke pusat (termasuk untuk reformasi

perpajakan dan pengalihan urusan konkuren)

Belanja Barang

Operasional

• Belanja barang kebutuhan sehari-hari perkantoran

• Belanja langganan daya dan jasa

• Belanja pemeliharaan sarana dan prasarana kantor

Dukungan Operasional

Pertahanan dan Keamanan:

Dukungan

Operasional Tusi Unit

• Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

• Tunjangan profesi guru /dosen Non PNS

• Bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN)

• Bahan makanan narapidana/tahanan

• Pengadaan obat-obatan dan bahan medis habis pakai

• Pengadaan bahan baku SIM, paspor, dan buku nikah

• Pemeliharaan kapal

a.l:

Belanja Pegawai Operasional

a.l:

a.l:

Dukungan Operasional

Penyelenggaraan Pendidikan

a.l:

(15)

Belanja K/L 2016-2018 … (1)

(triliun rupiah)

Kenaikan KemenPU PERA

a.l tambahan untuk

pembangunan jalan, jembatan, irigasi, rusun, SPAM

2)

Kenaikan Kemenkeu a.l a.l reformasi perpajakan dan kenaikan BLU kelapa sawit

Kenaikan Kemenag tunggakan TPG 2014 – 2016 dan kenaikan SBSN untuk sarpras PT Agama, asrama haji dan KUA

Kenaikan Kemenkes Penmabahan coverage PBI dan pembangunan RS UPT vertikal baru di Papua, Maluku dan NTT

Kenaikan Kemenhub a.l alokasi PHLN dan PNBP

Penurunan POLRI dan Kemenhan  tahun 2017 terdapat tambahan belanja dari hasil pembahasan DPR Kenaikan Kemensos a.l kenaikan jumlah peserta PKH (naik 4 juta) 2018 Real Smtr APBN Proy Pagu Indikatif No. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA 2016 2017

1

KEMENHAN

96,1

108,0

106,9

2

KEMEN PUPR

82,4

101,5

106,0

3

POLRI

78,0

84,0

76,5

4

KEMENAG

53,0

60,2

63,7

5

KEMENKES

57,0

58,3

60,1

6

KEMENHUB

31,8

46,0

48,5

7

KEMENKEU

39,2

40,8

45,7

8

KEMENRISTEK DIKTI

37,4

39,7

41,2

9

KEMENDIKBUD

38,5

39,8

40,1

10

KEMENTAN

21,1

22,1

22,7

11

KEMENSOS

12,3

17,5

22,1

(16)

KEMENTERIAN KEUANGAN

16

(triliun rupiah)

Kenaikan Kemen ATR  percepatan target reforma agraria

Kenaikan Kemenpora  Asian Games

Kenaikan Kemenkumham

Pembangunan LAPAS

over kapasitas, bantuan hukum rakyat miskin dan politeknik (imigrasi dan pemasyarakatan) Kenaikan Kemen LHK Reforma agraria tanah kehutanan dan tambahan penanganan kebakaran hutan

Penurunan KKP  Pembatasan pengadaan kapal ikan (kegiatan tidak berlanjut) Kenaikan BKKBN  Pengalihan penyuluh KB dari daerah 2018 Real Smtr APBN Proy Pagu Indikatif No. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA 2016 2017

12 KEMENKUMHAM

10,6

9,4

9,9

13 MA

8,3

8,2

8,3

14 KEMEN LHK

4,9

6,8

8,1

15 KKP

6,5

9,3

7,3

16 KEMENLU

6,1

7,4

7,3

17 KEMEN ATR/BPN

5,2

5,5

7,1

18 KEMEN ESDM

5,9

7,0

6,5

19 BKKBN

2,6

3,4

5,5

20 KEMENPORA

2,3

3,1

5,0

21 KEMEN KOMINFO

3,6

4,8

4,9

22 KEMEN DESA, PDT, TRANS

5,8

4,9

4,7

Belanja K/L 2016-2018 … (2)

(triliun rupiah)

(17)

Belanja K/L 2016-2018 … (3)

(triliun rupiah)

Kenaikan BPOM  a.l Penguatan BPOM Kenaikan BPS  a.l tambahan survei

Kenaikan Kejaksaan

a.l renovasi kantor,

jaksa masuk sekolah Kenaikan Kemenaker a.l peningkatan target pendidikan vokasi Penurunan BIN  tahun 2017 terdapat tambahan belanja dari hasil pembahasan DPR

Kenaikan LIPI  a.l Revitalisasi peralatan riset dan analisa teknologi mineral 23 BPS 4,6 4,3 4,7 24 KEJAKSAAN RI 4,3 4,1 4,5 25 DPR 3,7 4,3 4,4 26 KEMEN NAKER 2,3 3,5 4,0 27 KEMEN PARIWISATA 3,3 3,8 3,7 28 KEMENDAG 2,8 3,4 3,5 29 KEMENDAGRI 2,9 3,3 3,1 30 KEMENPERIN 2,1 2,8 2,8 31 BPK 3,1 2,7 2,8 32 BASARNAS 2,3 2,2 2,0 33 BADAN POM 1,3 1,8 2,0 34 KEMENTERIAN SETNEG 2,1 1,7 1,9 35 BMKG 1,4 1,6 1,7 36 BIN 2,2 5,3 1,7 37 BPKPB BATAM 1,4 1,8 1,7 38 KPU 3,9 1,9 1,6 39 KEMEN PPN/BAPPENAS 1,9 1,4 1,5 40 BNN 1,8 1,3 1,3 41 LIPI 1,2 1,1 1,3 42 BPKP 1,5 1,4 1,5 43 KEMEN KUKM 1,0 1,0 1,0 44 DPD 0,8 1,0 1,0 2018 Real Smtr APBN Proy Pagu Indikatif No. NEGARA/LEMBAGAKEMENTERIAN

(18)

KEMENTERIAN KEUANGAN

18

Belanja K/L 2016-2018 … (4)

(triliun rupiah)

Kenaikan BATAN  a.l Penelitian bahan bakar nulir, pemeliharaan peralatan, agrotechno park Penurunan LSN, BNPB, Bakamla  tahun 2017 terdapat tambahan belanja dari hasil pembahasan DPR 45 LPP RRI 0,9 0,9 1,0 46 BPPT 0,9 1,1 1,1 47 MPR 0,7 0,9 1,0 48 BATAN 0,7 0,7 0,9 49 BIG 0,6 0,8 0,8 50 LPP TVRI 0,7 0,8 0,8 51 LAPAN 0,7 0,7 0,8 52 KPK 0,8 0,7 0,8 53 LSN 1,5 1,1 0,8 54 BNPB 2,9 1,2 0,7 55 BEKRAF 0,3 0,9 0,7 56 BKN 0,5 0,6 0,7 57 PERPUSNAS 0,6 0,6 0,6 58 BAKAMLA 0,8 1,0 0,6 59 KEMEN PP DAN PA 0,7 0,6 0,6 60 BKPM 0,4 0,5 0,5 61 BNPT 0,7 0,5 0,5 62 BAWASLU 1,0 0,5 0,4 63 BPLS 0,4 0,5 0,4 64 BNP2TKI 0,3 0,4 0,4

65 KEMENKO BID PEREKONOMIAN 0,3 0,4 0,4

66 KEMENKO BID PMK 0,2 0,4 0,4 2018 Real Smtr APBN Proy Pagu Indikatif No. KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA 2016 2017

(19)

Belanja K/L 2016-2018 … (5)

(triliun rupiah)

67 LAN 0,3 0,3 0,3

68 LEMHANAS 0,2 0,3 0,3

69 KEMENKO BID POLHUKAM 0,2 0,3 0,3

70 MK RI 0,3 0,3 0,3

71 BPWS 0,2 0,3 0,2

72 KEMEN PAN RB 0,2 0,2 0,2

73 KEMENKO BID KEMARITIMAN 0,3 0,4 0,3

74 BPKPB SABANG 0,1 0,2 0,2 75 SETKAB 0,2 0,2 0,2 76 LKPP 0,1 0,2 0,2 77 KEMEN BUMN 0,2 0,2 0,2 78 ARSIP NASIONAL 0,2 0,2 0,2 79 BSN 0,1 0,2 0,2 80 BAPETEN 0,2 0,2 0,2 81 BNPP 0,1 0,2 0,2 82 KPPU 0,1 0,1 0,1 83 OMBUDSMAN RI 0,1 0,1 0,1 84 PPATK 0,2 0,1 0,1 85 KY RI 0,1 0,1 0,1 86 KOMNAS HAM 0,1 0,1 0,1 87 WANTANAS 0,1 0,2 0,0 680,9 763,6 780,9 JUMLAH 2018 Real Smtr APBN Proy Pagu Indikatif No. NEGARA/LEMBAGAKEMENTERIAN

(20)

20

KEMENTERIAN KEUANGAN

20

TINDAK LANJUT PAGU

INDIKATIF 2018

(21)

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan...(1)

1. Belanja operasional wajib dialokasikan sesuai dengan kebutuhan:

a. Belanja pegawai operasional (komponen 001), dengan memperhitungkan

antara lain:

Acres 3,1% untuk menyesuaikan perubahan status pegawai

Pemberian gaji ke-13

Tunjangan kinerja dan tunjangan lainnya beserta penyesuaiannya, yang ditetapkan

sampai dengan Maret 2017

b. Belanja barang operasional (komponen 002), dengan memperhitungkan antara

lain:

Standar biaya terbaru (2017)

Biaya pemeliharaan tambahan aset

2. Belanja nonoperasional berkarakteristik operasional merupakan belanja

yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai komponen 001 & komponen

002, tetapi wajib dipenuhi untuk menunjang pelaksanaan tugas dan

fungsi K/L

3. Pengalokasian PHLN, PDN, PNBP, BLU, dan SBSN agar tetap mengacu

pada surat bersama Menkeu dan MenPPN/Ka. Bappenas tentang Pagu

Indikatif K/L tahun 2018;

a. PNBP & BLU : unit penghasil, peruntukkan & besarannya sudah ditetapkan, tidak

dapat berubah

b. PHLN, PDN & SBSN : peruntukan dan besarannya sudah ditetapkan, tidak dapat

berubah

(22)

KEMENTERIAN KEUANGAN

22

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan...(2)

4. Pengalokasian untuk perjalanan dinas perlu dilakukan dengan efisien.

5. Dalam hal terdapat usul-usul baru yang lebih prioritas, maka

pendanaannya dilakukan melalui penajaman prioritas, refocusing, dan

realokasi dari dana yang ada, serta didiskusikan/disepakati di dalam

forum trilateral meeting.

6. Alokasi yang dapat diperhitungkan sebagai anggaran pendididikan

(sekurang-kurangnya 20% dari APBN) dan anggaran kesehatan (5%

dari APBN), yang merupakan amanat UUD 1945 amandemen ke-4 dan

UU Kesehatan, tidak boleh berkurang

7. Alokasi per program, di luar yang bersifat wajib dipenuhi dan wajib

dialokasikan, merupakan ancar-ancar dan bersifat indikatif, sehingga

dimungkinkan untuk dilakukan pergeseran antarprogram

8. Dalam pengalokasian memperhatikan sinergitas antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah (sinkronisasi antara kegiatan dalam

Renja K/L dan kegiatan daerah), dengan berpedoman pada

pembagian urusan dan kewenangan sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan

(23)

Tindak Lanjut Pagu Indikatif

1. Dengan mengacu pada Surat Bersama Menkeu dan MenPPN/Ka. Bappenas

tentang Pagu Indikatif K/L tahun 2018, K/L menyusun dan menyampaikan

Rencana Kerja (Renja) K/L sebagai bahan penyusunan RKP 2018.

2. Sesuai Pasal 8 ayat 7 PP 90 Tahun 2010 : “Dalam proses penyusunan Renja KL

dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara K/L , Bappenas, dan Kemenkeu”.

3. Pertemuan tiga pihak dilaksanakan untuk:

a. Menetapkan kegiatan prioritas yang akan didanai di TA 2018, beserta

indikator kinerja, output, target, dan sasaran kinerja yang jelas dan

terukur, yang mencerminkan kerangka logis dalam perencanaan dan

penganggaran

b. Menilai dan menetapkan prioritas yang belum didanai dalam Pagu

Indikatif, untuk dapat diusulkan;

c. Memutakhirkan Rancangan Awal RKP Tahun 2018

d. Salah satu bahan dalam penyusunan Pagu Anggaran Tahun 2018

Catatan :

1.

Pertemuan tiga pihak dapat dilaksanakan di Bappenas, Kemenkeu, atau K/L, diharapkan

tidak dilaksanakan di hotel

2.

Untuk panduan/juklak perlu dikomunikasikan dengan DJA, khususnya terkait dengan tugas

dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam TM

3.

Penandatanganan kesepakatan hendaknya dilakukan segera setelah pertemuan, sebagai

bahan penyusunan Renja K/L dan RKP 2018

(24)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Tahapan Pagu Indikatif Menuju Pagu Anggaran

N0. Uraian

Pihak Terkait

Substansi dan Hal Penting

1.

Penyusunan

Renja K/L

K/L

K/L menyusun Renja berdasarkan Pagu Indikatif dan

Rancangan Awal RKP

K/L yang terkait langsung dengan pencapaian prioritas

nasional, capaian kinerja program/kegiatan harus tercermin

dalam umusan kinerjanya.

2.

Pertemuan

Tiga Pihak

(Trilateral

Meeting)

Kemenkeu,

Kem PPN, K/L

• meningkatkan koordinasi dan kesepahaman 3 pihak terkait

Tujuan:

pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional, dan

pokok-pokok kebijakan fiskal dan kebijakan belanja tahun

2018;

• menjaga konsistensi kebijakan dalam RPJM, RKP, Renja K/L,

serta RKA-K/L;

3.

Penyampaian

Renja K/L

kepada

Kemenkeu

dan

Kementerian

PPN

Kemenkeu,

Kem PPN, K/L

K/L menyampaikan Renja dengan melakukan penyesuaian

berdasarkan dokumen kesepakatan dalam forum Trilateral

Meeting.

4.

Penyampaian

KEM PPKF dan

RKP 2018

Kemenkeu

dan Kemen

PPN

Menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan rancangan

Rencana Kerja Pemerintah di DPR yang menjadi dasar bagi

penyusunan RAPBN 2018 dalam forum Pembicaraan Pendahuluan

6.

Penetapan

Pagu

Anggaran K/L

Kemenkeu

Menteri Keuangan menyampaikan surat mengenai pagu

anggaran K/L dengan berpedoman pada kapasitas fiskal,

besaran pagu indikatif, Renja K/L, dan hasil evaluasi kinerja K/L.

(25)

Upaya Peningkatan Efisiensi & Efektivitas Belanja K/L

Perencanaan

Pelaksanaan

Pemantauan

Pelaporan &

Pertanggungjawaban

• Penegasan tugas

Menteri/pimpinan K/L

setelah ditetapkan

Pagu Indikatif (akhir

Maret), Pagu

Anggaran (Juni), dan

Pagu Alokasi

Anggaran (Okt)

dalam penetapan

output, lokasi prioritas

KL/ terkait

• Pembatasan belanja

aparatur (perjalanan

dinas, paket meeting,

honor)

• Sinkronisasi

perencanaan &

penganggaran;

Integrasi data

rencana kerja dan

anggaran

• Pelelangan dini

• Penyampaian

data kontrak ke

KPPN

• Pembayaran

pekerjaan segera

dilakukan sesuai

kemajuan

pekerjaan (tidak

menunggu akhir

tahun)

• Pengendalian

pengelolaan Uang

Persediaa

(UP)/Tambahan UP

• Menteri/pimpinan

K/L memantau

capaian anggaran

dan output tiap

bulan

• KSP, Kemenko,

Bappenas,

Kemenkeu

memantau dan

mengatasi

bottleneck solusi

atas masalah di

lapangan yang

menghambat

pelaksanaan

prioritas nasional,

dan melaporkan ke

Presiden secara

berkala

• Penyederh

anaan SPJ

• Pengintegr

asian data

LAKIP, LKPP

Evaluasi

• Evaluasi

Kinerja

Output &

Outcome,

Realisasi

Anggaran,

dan Unit

cost

• Permasalah

an

(26)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran

Dalam rangka sinkronisasi perencanaan dan penganggaran, Menteri

Keuangan dan Menteri Perencanaan sepakat untuk:

melakukan berbagi pakai data (data sharing) perencanaan dan

penganggaran serta realisasi belanja, dan

menyelenggarakan sistem informasi perencanaan dan

penganggaran yang terintegrasi mulai Renja & RKA-KL 2018.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menyusun Renja dan RKA-KL

2018, akan digunakan aplikasi integrasi perencanaan,

penganggaran, dan informasi kinerja K/L.

Agar target-target yang terdapat dalam RKA-KL konsisten dengan

target-target yang dituangkan dalam Renja, Kementerian Keuangan

dan Kementerian PPN/Bappenas akan melakukan penelaahan Renja

dan RKA-K/L secara bersama-sama sesuai dengan kewenangan

(27)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Referensi

Dokumen terkait

Gas content dihitung berdasarkan data yang diambil dari analisis proksimat pengambilan sampel pada tiga conto batubara yang mewakili lapisan batubara bagian bawah,tengah,

Jadi dapat disimpulkan bawha kecerdasan emosional adalah kemampuan emosi yang ada didalam setiap individu untuk mampu merasakan menggunakan ataupun mengelola

Hasil pengujian mutu terhadap kualitas pisang Raja Bulu selama 15 hari penyimpanan oleh 10 orang panelis menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh pada hari ke-9,12 dan 15 terhadap

Data pengamatan analisa persen pemanjangan terhadap plastik biodegradable dari pati singkong karet dan pati kulit singkong karet dapat dilihat pada tabel berikut..

…yang diberi nama Bedhaya Luluh, sebagai suri tauladan wujudan menyatunya Mardawa Budaya dengan Pamulangan Beksa Ngayogyakarta yang sudah menjadi satu keutuhan tak terpisahkan,

1. Usaha sadar dan terencana.. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Memiliki kekuatan spiritual

Apabila anak kandung/anak wali saya lulus dalam proses Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Tahap 2 Gelombang I di Fakultas Kedokteran Unika Widya Mandala Surabaya untuk

adaptor pemasangan dan biarkan 2 sekrup masuk ke dalam lubang kunci yang terletak di sisi tempat antarmuka kabel kamera berada, misalnya port Eternet.. Putar kamera berlawanan arah