• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTER AGRONOMI GENOTIPE BC2F1 DARI TETUA JAGUNG LOKAL PULUT DAN VARIETAS SRIKANDI PUTIH DARI BENIH DENGAN DUA UMUR SIMPAN BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTER AGRONOMI GENOTIPE BC2F1 DARI TETUA JAGUNG LOKAL PULUT DAN VARIETAS SRIKANDI PUTIH DARI BENIH DENGAN DUA UMUR SIMPAN BERBEDA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 68

KARAKTER AGRONOMI GENOTIPE BC2F1 DARI TETUA JAGUNG LOKAL PULUT DAN VARIETAS SRIKANDI PUTIH DARI

BENIH DENGAN DUA UMUR SIMPAN BERBEDA

(Agronomic Characters Of Genotype Bc2f1 From Corn Parent Local Pulut And White Srikandi Varieties Of Seeds With Two Different Save Ages)

Rasni1, Edy2, Sudirman2

1

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, FapertaUM UMI, Makassar 2

Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Muslim Indonesia

1

[email protected], [email protected]

ABSTRACT

Agronomic Characteristics of BC2F1 Genotypes of Local Pulut Corn Parents and Srikandi Putih Varieties from Seeds with Two Different Shelf Ages. This research was conducted with the aim of knowing the Agronomic Characteristics of BC2F1 Genotype of Pulut Local Corn and Srikandi Putih Parents from Seeds with Two Different Shelf Ages. The study was conducted at the Cereal Research Institute (BALITSEREAL), Maros, South Sulawesi, Indonesia. August to December 2019. The materials used in this study were BC2F1 corn seeds, white srikandi, local pulut, calaris, urea and NPK fertilizers, using a randomized block design (RBD) with a two-factor factorial pattern. The first factor is the type of variety (V) which consists of Srikandi Putih, Lokal Pulut and BC2F1. The second factor is the shelf life (U) consisting of 1 month shelf life of seeds (U1) and 6 months of seed shelf life (U2). The results showed that the BC2F1 genotype had a good effect on the agronomic characters of ear diameter, ear seed weight, 100 seeds weight, seed weight per plot, and seed production per hectare. The 1 month shelf life of seeds had a good effect on the parameters of ear diameter, ear weight, seed weight per plot, and seed production per hectare. The interaction between genotype BC2F1 and seed shelf life of 1 month had a good effect on ear diameter.

Keywords: Genotype Bc2f1, corn parent local pulut, white srikandi, different save ages.

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas penting bagi Bangsa Indonesia karena merupakan komoditas utama penghasil karbohidrat setelah beras.Jagung sebagai bahan pangan utama setelah padi menjadi salah satu komoditas yang terus mengalami peningkatan permintaan seiring dengan berkembangnya industri pengolahan jagung dan pakan ternak. Dalam beberapa tahun terakhir peningkatan kebutuhan jagung tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri sehingga diperlukan impor jagung yang makin besar. Biji jagung kaya akan karbohidrat, sebagian besar karbohidrat

tersebut berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji (Irmayani, 2011).

Indonesia telah lama dikenal sebagai negara agraris, dengan komposisi penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai petani atau di sektor pertanian. Namun ironisnya, Indonesia masih mengimpor berbagai produk pertanian, seperti jagung, kedelai dan produk hortikultura, yang jumlahnya tidak sedikit. Ini mengindikasikan bahwa produk dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan jagung nasional dari tahun ke tahun terus meningkat. Produksi jagung

(2)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 69

nasionalpada tahun 2011 hanya mencapai 17,6 juta ton, sedangkan pada tahun 2012 diprediksimencapai 18,6 juta ton pipilan kering, dengan luas panen 4,8 juta hektar. Beberapa daerah khususnya di Indonesia jagung pulut digunakan sebagai jagung rebus dan jagung bakar karena rasanya enak dan pulen. Jagung pulut juga digunakan untuk pembuatan kue, jagung marning dan bubur jagung (bassang). Peningkatan potensi hasil jagung pulut belum mendapat perhatian yang serius, Oleh karena itu permintaan jagung pulut terutama untuk industri jagung marning tidak dapat dipenuhi. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung ini yaitu dengan menciptakan varietas jagung pulut yang unggul melalui kegiatan pemuliaan. Balai Penelitian Tanaman Serealia Kabupaten Maros telah menemukan dua varietas jagung pulut unggul yaitu Srikandi Putih dan Maros Sintetik-2 (MS-2) dengan potensi hasil yaitu masing masing 5,89 ton/ha dan 4,8 ton/ha(Kementerian Pertanian, 2015).

Untuk meningkatkan produksi sesuai kebutuhan masyarakat perlu adanya benih yang tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Adanya teknologi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih baik mutu fisik maupun mutu fisiologis selama penyimpanan. (Feistritzer, 1975, dalam Karim, 1976). Untuk memperoleh produk jagung yangberprotein tinggi rasa pulut dapat dilkukan denganmenyilangkan varietas jagung yang berprotein tinggidengan varietas lokal pulut. Setelah itu diperoleh F1,kemudian F1 diselfing diperoleh F2, F2 diselfingdiperoleh F3, F3 dibackcross dengan tetua resipientdiperoleh BC1F1, BC1F1 dibackcross dengan tetua resipientdiperoleh BC2F1,

BC2F1 merupakan genotipe yang digunakan sebagai salah satu materi yang telah memiliki sebahagian karakter dari kedua induk tetuannya. Kelebihan tesebut dapat dijadikan produk benih jagung berproduksi tinggi, berkadarprotein dan amilopektin tinggi sehingga kelak dapat dijadikanpangan pokok alternatif (Edy dkk., 2017).

Karakter agronomi adalah Karakter-karakter yang berperan dalam penentuan atau pendistribusian potensi hasil suatu tanaman, karakter agronomi meliputi karakter komponen hasil dan hasil tanaman. karakter komponen hasil meliputi tinggi tanaman, umur panen jumlah cabang produktif dan jumlah tongkol sedangkan karakter hasil dilihat dari total bobot biji kering, bobot 100 biji kering, dan junlah biji yang dihasilkan pertanaman. Genotipe-genotipejagung lokal yang berkembangpun dapatmenjadi beragam dan masing-masingtelah beradaptasi baik pada kondisi streslingkungan setempat. Hasil pengamatansementara di lapang menunjukkan bahwaterdapat keragaman beberapa karaktermorfologi atau agronomi dari genotipe-genotipejagung lokal. Tipe dan warnabiji merupakan contoh karakter yangmudah diamati dan sering beragam.Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk merakit varietas unggul baru. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan (Anonim, 2008).

Benih merupakan simbul dari suatu permulaan, inti dari kehidupan dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Benih sebagai biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, sehingga masalah

(3)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 70

teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi. Agronomi sendiri diartikan sebagai suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan produksi dengan segenap unsur alam, iklim, tanah dan air, tanaman hewan dan manusia untuk mencapai produksi tanaman secara maksimal. Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju (Sjamsoe’oed Sadjad, 1977).

Penelitian ini bertujuan untuk 1. Untuk mengetahui karakter agronomi dari genotipe BC2F1. 2. Untuk mengetahui pengaruhumur

simpan benih 1 bulan dan 6 bulan terhadap karakter agronomi jagung. 3. Untuk mengetahui interaksi antara genotipe BC2F1

dengan umur simpan benih

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL), Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2019. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: benih jagung varietas BC2F1, Lokal Pulut, Srikandi Putih, Fungisida Saromil, Herbisida calaris, Insektisida furadan 3G, pupuk urea dan pupuk NPK Phonska. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: mesin traktor, cangkul, meteran, spidol, label tanaman, tali, tugalan, mistar 100 cm, timbangan duduk, timbangan digital, jangka sorong, oven, kamera, alat tulis.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah jenis

varietas (V) yang terdiri dariSrikandi Putih (V1),Lokal Pulut (V2), dan BC2F1 (V3).

Faktor kedua yaitu umur simpan (U) terdiri dari umur simpan benih 1 bulan (U1) dan umur simpan benih 6 bulan (U2). Dari dua faktor perlakuan tersebut yang di cobakan diperoleh enam (6) kombinasi perlakuan yaitu :V1U1, V2U1, V3U1,V1U2, V2U2, V3U3. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 18 ulangan.

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan benih, benih yang digunakan, benih yang berasal dari penyimpanan 6 bulan dan 1 bulan yang sebelumnya telah dikeringkan hingga kadar 14%. Benih tersebut diberi perlakuan saromil lalu dikemas dalam kantong plastik transparan dan disimpan disuhu kamar, setelah itu diberi label. Persiapan lahan dilakukan dengan mengukur luas lahan yang akan digunakan. Selanjutnya dilakukan penyisiran guna membersihkan sisa-sisa gulma yang masih tertinggal dengan menggunakan mesin traktor sekaligus menggemburkan tanah yang akan digunakan, dibuat 3 plot. Penanaman dilakukan pada pagi hari dengan pemasangan label benih jagung lebih awal dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm. Pembuatan lubang tanaman dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 2-3 cm dan setiap lubang dimasukkan dua benih jagung yang sudah diberi saromil dan siap ditanam pada plot yang telah ditentukan jenis jagung. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali, Urea 300 kg/ha, NPK Phonska 200 kg/ha. Cara pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak sekitar 5cm dari lajur lubang tanaman dengan kedalaman 3 cm sampai 5 cm. Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyiangan, penjarangan tanaman, pembubunan dan pengairan. Pengairan

(4)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 71

dilakukan saat kondisi lahan terlihat kering. Pengendalian gulma dilakukan saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dengan cara penyemptotan herbisida Calaris. Pengamatan dan pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali sampai panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas, umur simpan benih dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Gambar 1).

Gambar 1. Rata-rata Tinggi tanaman BC2F1 dari Tetua

Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih Pada Umur Simpan Berbeda.

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan Lokal Pulut dan umur simpan benih 1 bulan (V2U1) cenderung tercepat dengan tinggi 223,7cm. Sedangkan perlakuan yang menghasilkan tinggi tanaman yang cenderung terendah terdapat pada perlakuan Srikandi Putih dan umur simpan benih 6 bulan (V1U2) dengan tinggi 177,3 cm. Handayani (2003) juga menyatakan bahwa tinggi tanaman, jumlah daun segar, diameter batang, bobot brangkasan dan komponen hasil

panen dipengaruhi oleh varietas. Menurut Humpreys (1978), unsur nitrogen yang tersedia akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan vegetative terlebih dahulu. Sehingga pertumbuhan tinggi tanaman pada setiap perlakuan relatif sama.

Jumlah Daun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas, umur simpan benih dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (Gambar 2).

Gambar 2. Rata-rata jumlah daun BC2F1 dari Tetua

Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih Pada Umur Simpan Berbeda.

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa bahwa rata-rata jumlah daun pada kombinasi perlakuan BC2F1 dan umur simpan

benih 1 bulan (V3U1) cenderung tercepat dengan rata-rata jumlah daun13,53 helai. Sedangkan perlakuan yang menghasilkan jumlah daun yang cenderung terendah terdapat pada perlakuan Lokal Pulut dan umur simpan benih 6 bulan (V2U2) dengan nilai 10,72 helai. Menurut Salisbury dan Ross, 1995; Yoshida dan Parao, 1976 dalam Haris 1999, bahwa cekaman cahaya akan mengganggu keserasian antar sumber (source) dan tempat penyimpanan dan pemakai (sink). Pertumbuhan dari organ penyimpan

194.7 177.3 223.7 192.5 213.6 215.1 0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0

V1U1 V1U2 V2U1 V2U2 V3U1 V3U1

T ing g i t a na m a n 12.20 12.80 12.40 10.72 13.53 13.37 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00

V1U1 V1U2 V2U1 V2U2 V3U1 V3U2

J um la h Da un

(5)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 72

dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor ini secara langsung akan mempengaruhi laju fotosintesis. Hal ini sebagai akibat menutupnya stomata, meningkatnya resistensi mesofil yang akhirnya memperkecil fotosintesis.

Panjang Daun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas, umur simpan benih dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang daun (Gambar 3).

Gambar 3. Rata-rata panjang daun BC2F1 dari Tetua

Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih Pada Umur Simpan Berbeda.

Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata panjang daun pada kombinasi perlakuan BC2F1 dan umur simpan benih 6

bulan (V3U2) cenderung tercepat dengan nilai 75,49 cm. Sedangkan perlakuan yang menghasilkan panjang daun yang cenderung terendah terdapat pada perlakuan Lokal Pulut dan umur simpan benih 6 bulan (V2U2) dengan nilai 56,58 cm. Sejalan dengan pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra (1990) bahwa untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman membutuhkan hara N, P dan K yang merupakan unsur hara esensial di mana usur hara ini sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman secara umum pada fase vegetative.

Bobot 100 biji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan interaksinya berpengaruh nyata sedangkan umur simpan benih tidak berpengaruh nyata (Tabel 1).

Tabel 1. Bobot 100 Biji Tanaman Jagung pada Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut

dan Varietas Srikandi Putih pada Umur Simpan Berbeda.

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan NPBNT

U1 30.87a 31.27a 31.67a 31.27a 1,20

U2 28.40b 32.73a 31.28a 30.80a

Rataan 29.64b 32.00a 31.48a

Ket: V1 : Srikandi Putih V2 : Lokal Pulut V3 : BC2F1

U1: Umur simpan benih 1 bulan U2 : Umur simpan benih 6 bulan

74.73 71.73 72.53 56.58 70.73 75.49 0 10 20 30 40 50 60 70 80

V1U1 V1U2 V2U1 V2U2 V3U1 V3U2

P a nja ng Da un

(6)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 73

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata Bobot 100 Biji tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan Lokal Pulut dan umur simpan benih 6 bulan (V2U2) berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan Srikandi Putih dan umur simpan benih 6 bulan (V1U2) dan Lokal Pulut dan umur simpan benih 6 bulan (V2U2) tetapi tidak berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya. Menurut Welsh (1991), dalam Haris dan Askari (2008), jika terdapat perbedaan hasil antara dua individu pada lingkungan yang sama dan dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari

variasi genotype kedua tanaman tersebut. Menurut Takdir et al (1998), hasil biji jagung dipengaruhi oleh interaksi antara genotipe dengan lingkungan disebabkan oleh kemampuan genotipe yang berbeda dalam memanfaatkan kondisi lingkungan.

Bobot Biji Perplot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan varietas dan interaksinya tidak berpengaruh nyata sedangkan umur simpan benih berpengaruh sangat nyata. (Tabel 2).

Tabel 2. Bobot Biji perplot Tanaman Jagung pada Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal

Pulut dan Varietas Srikandi Putih pada Umur Simpan Berbeda.

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan NPBNT

U1 10.88 13.26 13.43 12.52 a 1.51

U2 10.99 9.28 10.75 10.34 b

Rataan 10.94 11.27 12.09

Ket: V1 : Srikandi Putih V2 : Lokal Pulut V3 : BC2F1

U1: Umur simpan benih 1 bulan U2 : Umur simpan benih 6 bulan

Hasil uji BNT taraf 5% pada Tabel 2 menunjukkan bobot biji per plot tertinggi diperoleh pada umur simpan benih 1 bulan (U1) berbeda nyata dengan umur simpan benih 6 bulan (U2). Menurut Saenong dkk (2007) terdapat 3 kriteria, yaitu a). Kualitas benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman; b). Kualitas

fisiologis, yaitu kualitas benih yang ditentukan oleh daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan simpan benih; c). Kualitas fisik ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dan segi ukuran maupun bobot.

Produksi Biji Perhektar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan interaksinya tidak berpengaruh nyata sedangkan umur simpan benih berpengaruh sangat nyata (Tabel 3).

(7)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 74

Tabel 3. Produksi Biji Perhektar Tanaman Jagung pada Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung

Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih pada Umur Simpan Berbeda.

Perlakuan V1 V2 V3 Rataan NPBNT

U1 8.42 10.26 10.39 9.69 a 2.04

U2 8.48 7.18 8.32 7.99 b

Rataan 8.45 8.72 9.35

Ket: V1 : Srikandi Putih V2 : Lokal Pulut V3 : BC2F1

U1: Umur simpan benih 1 bulan U2 : Umur simpan benih 6 bulan

Hasil uji BNT taraf 5% pada Tabel 3 menunjukkan produksi biji perhektar tertinggi diperoleh pada umur simpan benih 1 bulan (U1) berbeda nyata dengan umur simpan benih 6 bulan (U2). Hal ini menunjukkan bahwa produksi BC2F1 meningkat

dibandingakn dari hasil penelitian sebelumnya yaitu produktivitas BC2F1 umumnya rendah

yaitu 2-2,5 ton/ha dan tidak tahan terhadap penyakit bulai. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa jarak tanam berpergaruh terhadap produksi biji perhektar (Wahyudi dkk.,2017).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Genotipe BC2F1 berpengaruh baik terhadap

karakter agronomi diameter tongkol, bobot biji pertongkol, bobot 100 biji, bobot biji per plot, dan produksi biji perhektar.

2. Umur simpan benih 1 bulan berpengaruh baik pada parameter diameter tongkol, bobot biji pertongkol, bobot biji per plot, dan produksi biji perhektar.

3. Interaksi antara genotipe BC2F1 dan umur

simpan benih 1 bulan berpengaruh baik terhadap diameter tongkol.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Potensi Jagung Pulut, QPM, dan Provit – A Untuk Pangan Fungsional. http://balitsereal.litbang. deptan.go.id/ind/bjagung/.pdf.

Edy, Sudirman N., Baktiar I., 2017. Increased Potential Of Protein Content Of Waxy Corn, International

Journal of Environment, Agriculture and Biotechnology (IJEAB), Vol.2,

No.4,July-August 2017, P:1990-1993 Haris A. B., 1999. Karateristik Iklim Makro

dan Respon Tanaman Padi Gogo pada Pola tanam Sela dengan Tanaman Karet.Tesis Magister Sain pada Fakultas Pasca Sarjana IPB. Humphreys, L.R. 1978. Tropical Pasture and

Folder Crops. Brisbane. Departemen Of Agriculture University Of Queensland Australia. Quensland. Irmayani, T. 2011. Pengaruh Pemberian

Pupuk Nitrogen Terhadap Timbulnya Penyakit Daun Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Pada Beberapa Varietas Di Lapangan. http://repository.usu.ac.id/ handle/123456789/23043.

Kementerian Pertanian, 2015. Kinerja satu tahun kementerian pertanian (Oktober 2014 –Oktober 2015). Jakarta

Saenong, S., M. Azrai, R. Arief dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan Benih Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

(8)

Rasni et al. Karakter Agronomi Genotipe BC2F1 dari Tetua Jagung Lokal Pulut dan Varietas Srikandi Putih dari Benih dengan Dua Umur Simpan Benih.

Jurnal AGrotekMAS 75

Sjamsoe'oed Sadjad, 1977.Beberapa Parameter baru untuk untuk Vigor Benih jagung Simpposium I Peranan Hasil Penelitian padi dan Palawija Dalam Pembangunan Pertanian. LP3 Maros, hlm 1- 8.

Sutedjo, M. M. Dan Kartasapoetra. 1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wahyudin, A., Y. Yuwariah F.Y. Wicaksono. R.A.G Bajri, 2017. Respons jagung (Zea mays L.) akibat jarak tanam pada sistem tanam legowo (2:1) dan berbagai dosis pupuk nitrogen pada tanah inceptisol Jatinagor. Jurnal Kultivasi, Vol. 16 (3), P:507-513 1998.

Gambar

Gambar  1.  Rata-rata  Tinggi  tanaman  BC 2 F 1   dari  Tetua  Jagung  Lokal  Pulut  dan  Varietas  Srikandi  Putih Pada Umur Simpan Berbeda
Gambar  3.  Rata-rata  panjang  daun  BC 2 F 1   dari  Tetua  Jagung  Lokal  Pulut  dan  Varietas  Srikandi  Putih Pada Umur Simpan Berbeda.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak hal lain yang harus diperjuangkan, yakni pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup,

Dengan demikian, aplikasi dan panduan Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah telah memenuhi kriteria akseptabilitas pengguna dan ahli sehingga

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangn yang dihimpun melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi lalu data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode

Dalam penelitian ini penulis menganalisis gaya bahasa Mandarin yang terdapat pada lirik lagu penyanyi Andy Lau.. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya

Hasil penelitian menunjukkan jurnal kebahagiaan efektif dalam meningkatkan self esteem pada anak jalanan.. This study used one-group prestest-posttest

Berdasarkan Data primer yang di dapatkan dilapangan yakni suhu di perairan Nongsa masih dikategorikan stabil juga dengan DO,Pasang Surut bertipe semi diurnal, dan Pola

Data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa strategi, antara lain: (1) melalui wawancara terstruktur mengenai berbagai informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dan

Cakupan tindak pidana Pasal 221 ayat (1) ke-1 KUHPidana yaitu menyembunyikan pelaku kejahatan atau memberi pertolongan kepadanya menghindari penyidikan atau