SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Ekonimi Syari’ah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH : RAHMAWATI
105251103916
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2020 M
ii SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Ekonimi Syari’ah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh: RAHMAWATI NIM : 1052511039 16
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M
vi
Nama : Rahmawati
NIM : 105251103916
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : B
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini. 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka
bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 11 Agustus 1442 H 30 Agustus 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Rahmawati
vii
Kemiskinan Di Kota Makassar. Dibimbing oleh Hurriah Ali Hasan, S.,ME.,Ph.D dan Hasanuddin, SE,Sy.,ME .
Jenis penelirian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang di lakukan di BAZNAS Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karaktaristik rumah tangga penerima zakat dan untuk mengetahui potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Makassar. Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variable, diantaranya dikarakteristik rumah tangga, potensi zakat dan Pengentasan kemiskinan.
Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 87 orang. Pengumpulan data di lakukan dengan cara penyebaran kuesioner atau angket. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut kemudian diolah melalui metode SPSS (Statitical Product and Service Solution).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik rumah tangga pada penerima zakat didasarkan pada keadaan rumah tangga itu sendiri dilihat dari keadaan ekonomi, tingkat pendidikan tingkat kesehatan, serta banyaknya tanggungan setiap kepala keluarga. Masyarakat yang berhak menerima bantuan dana zakat itu sendiri antara lain muallaf, fakir miskin, budak (tetapi tidak ada perbudakan), orang yang dililit hutang karna berjuang dijalan allah SWT. Dalam usaha mengentasan kemiskinan melalui zakat, BAZNAS Kota Makassar secara umum memiliki dua bentuk program yaitu bantuan dana konsumtif dan bantuan dana produktif.
viii Sy., M.E.
This type of research is a quantitative research, which was conducted at BAZNAS Makassar City. This study aims to determine the characteristics of households receiving zakat and to determine the potential of zakat in alleviating poverty in Makassar City. This study consists of three variables, including household characteristics, zakat potential and poverty alleviation.
The total sample in this study amounted to 87 people. Data collection is done by distributing questionnaires or questionnaires. Furthermore, the data obtained is then processed through the SPSS (Statistical Product and Service Solution) method.
The results of this study indicate that the household characteristics of zakat recipients are based on the condition of the household itself seen from the economic situation, the level of education, health level, and the number of dependents of each head of the family. People who are entitled to receive zakat funds themselves include converts, the poor, slaves (but there is no slavery), people who are in debt because they are fighting in the way of Allah SWT. In an effort to alleviate poverty through zakat, BAZNAS Makassar City generally has two forms of programs, namely consumptive fund assistance and productive fund assistance.
ix
Alhamdulillahi puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam yang tidak pernah berhenti memberikan berjuta nikmatNya. Maha suci Allah yang telah memudahkan segala urusan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga,sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil,
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti haturkan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Husen A dan Ibu Mina yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberi dorongan moril maupun materi selama menempuh pendidikan. Semua itu tak lepas dari kasih sayang, jerih payah, cucuran keringat, dan doa-doa yang tiada putus-putusnya buat peneliti.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam. 4. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP, selaku Ketua Prodi Hukum
x
Selaku pembimbing penulis dalam menyelesakan skripsi ini
6. Sahabat dan teman penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Walaupun demikian, dalam skripsi ini penulis menyadari masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sarn kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya. Makassar, 11 Muharram 1442 H 30 Agustus 2020 M Penulis RAHMAWATI Nim : 105251103916
xi
PERSETUJUAN PEMIBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Rumah Tangga... 6
B. Kemiskinan ... 7
1. Pengertian Kemiskinan ... 7
2. Kemiskinan di Perkotaan ... 9
3. Ukuran Kemiskinan ... 11
4. Kemiskinan Dalam Prespektif Islam ... 12
C. Zakat ... 16
1. Pengertian Zakat ... 17
2. Golongan Penerima Zakat ... 17
3. Hikmah dan Peran Zakat ... 18
4. Zakat Sebagai Pengentasan Kemiskinan ... 20
5. Organisasi Pengelola Zakat ... 22
xii
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 25
C. Variable Penelitian ... 26
D. Defenisi Operasional Variabel... 26
E. Populasi dan Sampel ... 27
F. Instrumen Penelitian ... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ... 28
H. Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34
1. Sejarah BAZNAS Kota Makassar ... 34
2. Visi dan Misi BAZNAS Kota Makassar ... 35
3. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Makassar ... 36
4. Bidang Program BAZNAS Kota Makassar ... 38
B. Deskripsi Responden ... 39
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 39
D. Hasil Uji Kualitas Data ... 54
1. Hasil Uji Validitas ... 54
2. Hasil Uji Reabilitas ... 55
3. Hasil Uji Asumsi klasik ... 56
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 62 RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xiii
Gambar 3 Uji Normalitas P-Plot ... 56 Gambar 4 Uji Heteroskedasitas ... 58
xiv
Tabel 4.2 : responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 39
Tabel 4.3 : jawaban mustahik ... 41
Tabel 4.4 : jawaban mustahik... 41
Tabel 4.5 : jawaban mustahik... 42
Tabel 4.6: jawaban mustahik... 43
Tabel 4.7: jawaban mustahik... 43
Tabel 4.8 : jawaban responden berdasarkan variabel rumah tangga ... 44
Tabel 4.9 : jawaban mustahik... 46
Tabel 4.10: jawaban mustahik... 46
Tabel 4.11 : jawaban mustahik... 47
Tabel 4.12: jawaban mustahik... 48
Tabel 4.13 : jawaban mustahik... 48
Tabel 4.14 : jawaban responden berdasarkan variabel potensi zakat... 49
Tabel 4.15 : jawaban mustahik... 50
Tabel 4.16 : jawaban mustahik... 51
Tabel 4.17 : jawaban mustahik... 51
Tabel 4.18 : jawaban mustahik... 52
Tabel 4.19 : jawaban mustahik... 53
Tabel 4.20 : jawaban berdasarkan variabel pengentasan kemiskinan ... 53
Tabel 4.21 :hasil uji validitas ... 54
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang dan telah menjadi isu yang cukup menyita perhatian pemerintah dan masyarakat dunia. Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain. Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan hidup yang bermatabat1.
Sebagaimana kota metropolitan pada umumnya, Kota Makassar juga dihadapkan dengan persoalan yang banyak dan beraneka ragam bentuk. Di antaranya persoalan yang mendapat perhatian adalah persoalan kemiskinan. Kemiskinan sendiri telah menjadi akrab dengan kota-kota besar termaksud Kota Makassar yang tentunya harus segera diselesaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statustik (BPS) Kota Makassar jumlah dan presentase penduduk miskin di Kota Makassar pada tahun 2019 mencapai 767,80 ribu jiwa. Angka tersebut menurun sebesar 3,1% jika di bandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 792,63 ribu jiwa. Presentase penduduk miskin juga turun dari 9,0% kondisi Maret 2018 menjadi 8,69% pada Maret 2019 presentase
1
Muhammad dan Ridwan Mas’ud, zakat dan kemiskinan: Instrumen pemberdayaan
penduduk miskin mengalami penurunan baik daerah perkotaan maupun daerah pedesaan selama periode September 2018-September 2019.2
Mengingat pentingnya masalah kemiskinan dalam kehidupan manusia, islam memiliki perbedaan yang sangat jelas dibandingkan dengan sistem lainnya. Dalam islam, kemiskinan merupakan problem, cobaan, bahkan bisa menjadi bencana membahayakan, yang membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat. Selain itu, kemiskinan dapat merusak pemikiran manusia serta mengancam kebutuhan keluarga dan stabilitas masyarakat.3
Mengatasi kemiskinan pada hakikatnya adalah upaya memberdayakan orang miskin untuk dapat mandiri, baik dalam pengertian ekonomi, karakter, etos, budaya, politik, dan lain-lain. Karena kemiskinan merupakan problem multi dimensional maka penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan strategi yang hanya fokus pada sisi ekonominya saja4
Dalam Islam terdapat beberapa instrumen yang efektif untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satunya adalah instrumen zakat. Zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat dan menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteeraan masyarakat dari kemiskinan. Untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan
2
Angka Kemiskinan Kota Makassar https://m.bisnis.com/sulawesi/read diakses pada tanggal 6 September 2020 pukul 23:06
3
wahbah al-ZuhaῙlῙ, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Terj. Agus Efendi dan Baharuddin Fananny, (Bandung : PT. Reamaja Rosda Karya, 2000), h.3
4
Heru Nugroho, Kemiskinan Ketimpangan dan Pemberdayaan: dalam kumpulan
Makalah Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, (yogyakarta: Aditya Media,
sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah.5
Badan Amil Zakat Nasional merupakan lembaga pengelola zakat yang secara resmi dibentuk oleh pemerintah untuk mengelola dan zakat masyarakat mulai tingkat nasional, provinsi, sampai tingkat kabupaten/kota. Salah satu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di tingkat kabupaten/kota ialah BAZNAS Kota Makassar. BAZNAS Kota Makassar merupakan lembaga resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah di Kota Makassar yang pengurusnya (unsur pimpinan) diangkat Walikota Makassar berdasarkan keputusan wali Kota Makassar nomor : 1762/451.12/XII/2015 yang memliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) pada tingkat Kota Makassar.6
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah dan dana Sosial Keagamaan lainnya Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar. BAZNAS Kota Makassar sebagai lembaga Pemerintahan non struktural yang bersifat mandiri, merencanakan dan mengumpulkan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq, sedekah dan dana sosial lainnya untuk peningkatan kesejahteraan umat dan penanggulangan umat.
5
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak : Salah satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia (Ed. 1. Cet. 2; Jakarta: Kencana, 2008), h. 127-128. 6
Profil BAZNAS Makassar, http://www.baznasmakassar.com/di akses 20 November 2019 pukul 22:14
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan ibadah zakat, baik pada tataran konsep maupun praktik, adalah konsep mustahik zakat. Para ulama ekonomi dan sosial menjelaskan bahwa persoalan terpenting dalam zakat bukan sekedar menarik dan mengumpulkan zakat, tetapi kemana zakat ini didistribusikan setelah terkumpul. Ini sebabnya mengapa al-Quran memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah ini dan tidak membiarkan masalah ini secara global. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Karakteristik Rumah Tangga Penerima Zakat (Mustahik) dan Potensi Zakat Dalam mengentaskan Kemiskinan Di kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah penelitian yang dirumuskan adalah sebabagi berikut:
1. Bagaimana karakteristik rumah tangga penerima zakat di Makassar? 2. Bagaimana potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan di Makassar? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di paparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik rumah tangga penerima zakat di Makassar. 2. Untuk mengetahui potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat (kegunaan) yang diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini bagi dunia akademik diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah sekaligus dapat melengkapi atau memperbaharui temuan-temuan sebelumnya tentang penentuan karakteristik rumah tangga (mustahik) penerima zakat dan potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan.
2. Penelitian dalam kaitannya dengan kepentingan praktis selain untuk dijadikan acuan bagi penulis, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi masyarakat, khusunya perbaikan manajemen di BAZNAS kota Makassar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Rumah Tangga
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Makan dari dari satu dapur berarti pembiayaan keperluan apabila pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama. Rumah tangga adalah dasar bagi unit analisis dalam banyak model sosial, mikroekonomi, dan pemerintah , dan menjadi bagian penting dalam ekonomi.
Dalam arti luas, rumah tangga tidak hanya terbatas pada keluarga, bisa berupa rumah tangga perusahaan, rumah tangga Negara, dan lain sebagainya. Istilah rumah tangga dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah.7
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal disuatu rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Anggota rumah tangga telah bepargian 6 bulan atau lebih dan anggota rumah tangga yang kurang dari 6 bulan tetap dengan tujuan pindah dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu:
7Pengertian rumah tangga https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_tangga diakses
1. Rumah tangga biasa (Ordinary Household) adalah seorang atau kelompok yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. 2. Rumah tangga khusus (Special Household) adalah orang yang tinggal
di asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga serta sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih.
B. Kemiskinan
1. Pengartian Kemiskinan
Kemiskinan adalah taraf hidup yang rendah atau suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakatnya di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini di tandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemammpuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.8
Definisi tentang kemiskinan menurut nabi Subhi Ath-Thawil adalah tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan pokok. Kebutuhan-kebutuhan ini dianggap pokok karena ia menyediakan batas
8
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, ( Jakarta : Prenamedia Group, 2011), h. 788
kecukupan minimum untuk hidup manusia yang layak dengan tingkatan kemuliaan yang dilimpahkan Allah atas dirinya.9
Defenisi kemiskinan dapat ditinjau dari tinjauan ekonomi, sosial, dan politik. Secara ekonomi kemiskinan adalah kekurangan sumber daya uang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara sosial kemiskinan diartikan kekurangan jaringan sosial dan struktur untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan meningkatkan produktivitas. Sedangkan secara politik kemiskinan diartikan kekurangan akses terhadap kekuasaan.10
Dari beberapa definisi di atas, kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar atau standar hidup (sandang, papan dan pangan) karena pendapatan yang rendah.
Adapun bentuk dan jenis kemiskinan itu sendiri antara lain:
a. Pertama, kemiskinan Kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya yang berasal dari adaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki baik taraf hidup dengan tata cara modern. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak hemat, kurang kreatif, dan relarif pula bergantung pada pihak lain.
9
Aath-Thawi, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-Negara Muslim, Terj. Muhammad bagi, (Cet 1: Bandung : Mizan, 1985), h. 36
10
Tadjuddin Noer Efendi, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan
b. Kedua, Kemiskinan Natural adalah dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat ini menjadi miskin karena tidak memiliki sumber daya manusia maupun pembangunan. Kemiskinan natural ini merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam. Kemiskinan ini merupakan daerah yang kritis sumber daya alamnya ataupun daerah yang terisolasi.
c. Ketiga, Kemiskinan Struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya maupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.11
2. Kemiskinan di Perkotaan
Kesejahteraan yang adil dan makmur adalah cita-cita semua bangsa, namun masih sedikit yang mampu mewujudkannya. Oleh karena itu pemberantasan kemiskinan masih merupakan salah satu agenda yang perlu segera dituntaskan. Kesempatan kerja dengan tingkat penghasilan yang layak masih jauh di bawah jumlah angkatan kerja yang membutuhkannya, sehingga kelompok pengangguran dan setengah pengangguran makin meningkat di perkotaan. Kondisi seperti ini pada gilirannya juga akan menimbulkan kemiskinan.
11
Pembangunan secara tidak terduga memisahkan masyarakat menjadi dua kelompok berbeda tajam dari satu dengan yang lain. Ada satu kelompok yang stabil, kuat ekonominya, terjamin masa depannya. Ada satu kelompok yang tidak stabil, mudah bergeser dari sektor yang lain, cepat berpindah pekerjaan. Kelompok inilah yang disebut masa apung.12 Mereka adalah kelompok yang paling besar. Kehidupan ekonominya hanya berlangsung dari tangan ke mulut, semua habis untuk makan dan tidak terlibat dalam ekonomi pasar.
Daerah perkotaan sudah lama dipandang dengan daerah pedesaan yang di anggap terbelakang dan belum maju. Orang kota “modern” dan kaum tani “tradisional”, yang buta berita dan melek berita, karena pemilikan media sumberdaya insani dan sumber daya benda, teknologi rendah versus teknologi tinggi, ekonomi subsistensi yang tidak produktif versus produksi padat modal untuk pasar, adalah serangkaian perbedaan yang diakui ada antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan.13 Pesatnya pertumbuhan kota umumnya disebabkan kota migrasi, dan hal ini melahirkan suatu masyarakat kota yang kompleks menurut ukuran kesukaan, pekerjaan serta kelompok-kelompok sosial.
Menurut Bagong Suyanto14, ada tiga faktor penyebab terjadinya kemiskinan di pedesaan dan di perkotaan, yaitu:
12
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1995), h.52
13
Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (ed. 1, cet.2 1993 ), h.76
14
a. Sempitnya penguasaan dan pemilikan lahan atau akses produksi, di tambah lagi kurangnya ketersediaan modal yang cukup untuk usaha. b. Karena nilai tukar hasil produksi yang semakin jauh teringgal dengan
hasil produksi lain, termaksud kebutuhan sehari-hari.
c. Karena tekanan perangkat kemiskinan dan ketidaktahuan masyarakat, dengann artian mereka terlalu relatif terisolasi atau tidak memiliki akses yang cukup untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan, di samping itu masyarakat secara fisik lemah karena kurang gizi, mudah terserang penyakit dan tidak berdaya atau rentan.
3. Ukuran Kemiskinan
Usaha pengentasan kemiskinan harus mancapai kepada langkah-langkah yang nyata, para perencana dan pengelola pembangunan perlu kesepakatan tentang ukuran-ukuran yang disepakati untuk menentukan sasaran yang dianggap sebagai penduduk miskin. Pengertian dan ukuran tersebut harus di terima dan dipakai oleh semua pihak. Adapun ukuran kemiskinan menurut BPS:
a. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan tetangga. Sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik. b. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang. Jenis
lantai terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. Jenis dinding dari rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plaster
c. Sumber air dari sumur/mata air yang tidak terlindungi/sungai air hujan.
d. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/minyak tanah.
e. Hanya mengkomsusi daging susu ayam satu kali seminggu. Hanya membeli 1 stel pakaian baru dalam setahun. Hanya makan sebanyak dua kali dalam sehari.
f. Tidak sanggup membayar pengobatan di puskesmas/poliklinik.
g. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh, tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan.15 4. Kemiskinan Dalam Perspektif Islam
Kemiskinan, dalam Islam .menjadi perhatian serius. Islam menilai bahwa kemiskinan satu hal yang sangat berbahaya terhadap akidah, etika, dan moral, pikiran manusia, rumah tangga ketentraman masyarakat.16 Kemiskinan dalam prespektif Islam ditimbulkan oleh sebab struktural dan kultural. Salah satu faktor struktural adalah Pertama, kemiskinan timbul karena kejahatan manusia terhadap alam (Al-Qur’an 30:40), Kedua, kemiskinan timbul karena ketidak pedulian dan kebatathilan kelompok kaya (Al-Quran 3:180), sehingga si miskin tidak mampu keluar dari lingkungan kemiskinaan. Ketiga, kemiskinan timbul karena sebagian manusia bersikap eksploitatif, dan menindas manusia lain dengan memakan harta orang lain dengan bathil (Al-Qur’an 9:34), Keempat, kemiskinan timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi dan
15Ukuran Kemiskinan menurut standar bps https://www.bps.go.id/subject/ di
akses pada tanggal 22 Desember 2019 pukul 20:39
16
Yusuf Qardawy, Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan, Surabaya : PT Bina Ilmu, 1996, h. 13-22
ekonomi di satu tangan (Al-Quran 28: 1-88). Kelima, kemiskinan karena faktor eksternal seperti bencana dan perang
Sedangkan dampak buruk yang disebabkan oleh kemiskinan dapat dilihat dalam ayat surah (Al-Isra: 31):
َةٍَْشَخ ْمُكَد َلَ ْوَأ اىُهُتْقَت َلََو
ْمُهَهْتَق َّنِإ ۚ ْمُكبٌَِّإَو ْمُهُقُشْسَو ُهْحَو ۖ ٍق َلَْمِإ
ًسٍِبَك بًئْطِخ َنبَك
اTerjemah :
“janganlah kamu sekalian membunuh anak-anak kamu, karena takut miskin. kamilah yang akan memberikan rezeki kepada mereka dan kepada kamu sekalian. Sesungguhnya membunh mereka adalah suatu dosa besar.” (Q.S. Al-Isra: 31).17
Sementara dalam hadis menyebutkan :
ْهَع
ِسَوَأ
ِهْب
ٍكِنبَم
ًَِضَز
ُالل
ُهْىَع
َلبَق
:
َلبَق
ُل ْىُسَز
ِالل
ىَّهَص
َُّالل
ِهٍَْهَع
َمَّهَسَو
:
َدبك
ُسْقَفنا
ْنأ
َن ْىُكٌَ
ًسْفُك
Terjemah:Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “hampir saja kemiskinan itu menjadi kekafiran” (H.R. Imam al-Baihaqi).18
Hadis di atas memiliki tiga makna yaitu pertama, orang-orang miskin harus selalu hati-hati atau waspada terhadap kemiskinanannya. Hal ini disebabkan keadaannya yang serba kekurangan dapat menggodanya untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
17
Departemen Agama RI “Al-Quran dan Terjemahnya”. 2008. QS Al-Isra’ [17]: 31. h. 286
18
Ahmad ibn Husain al-Baihaqi, Al-sunan al-Kubra(Beirut: Dar al-Fiqr, 1352), h. 372
Kedua, sebagai peringatan kepada orang kaya bahwa kemiskinan yang dialami saudara-saudaranya yang miskin dapat mendorongnya kepada kekufuran, baik kufur dalam arti murtad atau ingkar akan adanya Tuhan maupun kufur dalam arti ingkar terhadap perintah Allah SWT. Ketiga, sebenarnya keiskinan itu ada dua macam yakni kemiskinan material dan kemiskinan spiritual. Yang dimaksud kemiskinan material adalah keadaan kurang atau miskin dari harta benda duniawi. Sedangkan yang dimaksud kemiskinan spiritual adalah kemiskinana kaitannya dengan kurangnya iman atau jiwa. 19
Fakir miskin sering tidak memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarga, Menurut Imam al-Syatibi, kebutuhan manusia dalam Islam terdiri dari tiga jenjang, yaitu:
a. Dharuriat : yang mencangkup lima hal: yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (aql), keluarga dan keturunan (nasl), dan material (maal/wealth)
b. Hajiyat : Jenjang ini merupakan pelengkap yang mengokohkan, menguatkan dan melindungi kebutuhan atau jenjang dharuriat.
c. Tahsiniyat : merupakan kebutuhan penambah bentuk kesenangan dan keindahan dharuriat dan hajiyat.
Mustahik yang fakir dan miskin terkadang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan Dharuriatnya. Kebutuhan Dharuriyat sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan mustahik dan keluarganya,
19
Kemiskinan Dekat Kepada Kekufuran, http://Islam.nu.or.id/ di akses 05 Desember 2019 pukul 20:57
sehingga program pengentasan kemiskinan harus fokus pada kebutuhan Dharuriatnya terlebih dahulu.
Islam berusaha keras untuk memerangi kemiskinan muslim terhindar dari kerusakan moral, etika dan akidah, yang disebabkan oleh kemiskinan. Karena itu Islam mengharuskan agar setiap individu mencapai taraf hidup layak dalam masyarakat. Untuk menuju taraf hidup yang layak dan terhormat, maka Islam mempunyai solusinya.20
a. Bekerja
b. Mencukupi anggota keluarga yang lemah, seorang muslim wajib menanggunganggota keluarga yang tidak dapat bekerja, seperti orang tua, janda, orang cacat dan sakit, serta keluarga yang mengalami musibah.
c. Zakat
d. Dana bantuan bendaharaan Islam dari berbagai sumber, yang dimaksud dana disini adalah kekayaan merupakan hak milik Negara atau umum. Hal ini tidak boleh dikuasai oleh individu atau golongan tertentu. Kekayaan hak umum harus ditangani oleh pemerintah, agar seluruh rakyat dapat menikmatinya
e. Keharusan memenuhi hak-hak selain zakat. Hak-hak lselain zakat antara lain: hak bertetangga, hewan Qurban, kafarah, dinar, kafarah, fidyah untuk orang lanjut usia, dan al-hadyu (kurban karena pelanggaran dalam ibadah haji)
20
Yusuf Qardawy, Konsepsi Islam Dalam Mengentaskan Kemiskinan, Surabaya : PT Bina Ilmu, 1996, h. 51
f. Sedekah sukarela. C. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat berasal dari kata zaka bermakna Numuw (menumbuhkan), al-Ziyadah (menambah), al-Barakah (memberkatkan), dan al-Tathhir (menyucikan).21 Secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi antatra satu dengan yang lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada pemiliknya.
Secara istilah zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat. Sedangkan menurut hukum islam (Syara’),22 zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dan untuk di berikan kepada golongan sesuai dengan firman Allah :
ِإ
ْمُهُبىُهُق ِةَفَّنَؤُمْناَو بَهٍَْهَع َهٍِهِمبَعْناَو ِهٍِكبَسَمْناَو ِءاَسَقُفْهِن ُتبَقَدَّصنا بَمَّو
ۖ ِمٍِبَّسنا ِهْباَو ِ َّالل ِمٍِبَس ًِفَو َهٍِمِزبَغْناَو ِةبَقِّسنا ًِفَو
ٌمٍِكَح ٌمٍِهَع ُ َّاللَو ۗ ِ َّالل َهِم ًةَضٌِسَف
Artinya:“Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (membebaskan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang untuk jalan
21
Mahmud Syaltout, Min Taujihat al-Islam, Dar al-Qalam, Cairo, 1996. h.106. Lihat Al-Mu’jam al-Wasit, Juz 1, Cet. II, Darul Ma’arif, Mesir, 1972, h.396
22
Inayah, Gazi, Teori Komprehensip Tentang zakat dan Pajak. (Jakarta: Tiara Wacana 2003)
Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari allah. Allah maha mengetahui, Maha bijaksana”. (Q.S. At-taubah : 60)23
Ayat ini menyatakan bahhwa zakat tidak boleh diberikan kepada orang-orang selain mereka, dan tidak boleh pula mencegah zakat dari sebagian golongan di antara mereka bilamana golongan tersebut memang ada. Selanjutnya Imamlah yang membagi-bagikannya kepada golongan-golongan tersebut secara merata akan tetapi imam berhak mengutamakan individu tertentu dari suatu golongan atas yang lainnya. Hanya saja tidak diwajibkan kepada pemilik harat yang dizakati, bila mana ia membaginya sendiri, meratakan pembagiannya kepada setiap golongan, karena hal ini amat sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi cukup baginya memberikannya kepada tiga orang dari setiap golongan. Tidak cukup baginya bilamana ternyata zakatnya hanya diberikan kepada kurang dari tiga orang. Sunnah telah memberikan penjelasannya, bahwa syarat bagi orang yang menerima zakat itu, antara lain muslim, hendaknya ia bukan keturunan dari Bani Hasyim dan tidak pula dari Bani Muthalib.24
2. Golongan Penerima Zakat
1. Fakir adalah golongan yang memiliki harta namun kebutuhan hidupnya lebih banyak dibandingkan harta yang mereka miliki, atau rang-orang yang sehat dan jujur, tetapi tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki penghasilan.
23
Departemen Agama RI “Al-Quran dan Terjemahnya”. 2008. QS At-Taubah [9]: 103. h. 203
24
Tafsir ayat https://tafsirq.com/9-at-taubah/ayat-60 (diakses pada tanggal 15 Desember 2019, pukul 22:46)
2. Miskin adalah golongan orang yang memiliki pekerjaan (memiliki harta) untuk mencukupi kebutuhan hidupnya namun tidak memenuhi standar.
3. Amil orang yang diangkat oleh imam atau pemimpin untuk menggarap tugas-tugas pemungutan, pengumpulan, pemeliharaan, pencatatan, dan pembagian zakat. Amil hendaknya memiliki syarat diantaranya, muslim yang taat, muallaf, jujur (amanah), dan memahami hukum zakat.
4. Muallaf ialah orang yang dijinakkan hatinya untuk kepentingan islam dan kaum muslimin.
5. Riqob adalah membebaskan atau memerdekakan hamba sahaya dari perhambaannya sehingga ia lepas dari ikatan dengan tuannya.
6. Gharimin adalah orang yang tenggelam dalam utang dan tidak mampu membayarnya.
7. Fii sabilillah adalah kemaslahatan umum kaum muslimin yang dekat dengan zakat itu berdiri islam dan daulahnya dan bukan untuk kepentingan pribadi. Fii sabilillah ini diperuntukan bagi aktivitas dakwah, dengan berbagai macam penunjangannya.
8. Ibnu sabil adalah orang yang kehabisan ongkos diperjalanan dan tidak bisa mempergunakan hartanya.25
3. Hikmah dan Peran Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan
25
Bariadi, Lili. et. al. 2003. Zakat dan Wirausaha. Centre of Intrepreneurship
orang yag berzakat (muzakki), penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.26
Tujuan zakat yaitu tujuan untuk kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi, mengembangkan akhlak yang baik, mengobati hati dari cinta yang berlebihan, mengembagkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia. Dengan ungkapan lain esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nila-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan martabat manusia melebihi martabat benda dan menghilangkan sifat materialisme dari dalam diri manusia. Tujuan kedua memiliki dampak pada kehidupan kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan suatu bagian dari sistem jaminan sosial dalam masyarakat.27
Tujuan lain dari hikmah lain zakat dikemukakan oleh hafiduddin, yaitu :
a. Merupakan perwujudan ketundukan, ketaatan dan rasa syukur atas karunia tuhan.
b. Zakat merupakan hak mustahik (orang yang menerima zakat) yang berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka kearah
26
Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h.82
27
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak dan dapat beribadah kepada-Nya. c. Merupakan pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang
bekucupan hidupnya dengan para orang yang membutuhkan.
d. Sebagai sumber dana pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki oleh umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia.
e. Merupakan salah satu instrument/saran bagi pembangunan kesejahteraan umat, pertumbuhan dan pemerataan pendapatan.
f. Mendorong umat untuk bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta yang untuk dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya serta dapat berzakat/infak.28
4. Zakat Sebagai Pengentasan Kemiskinan
Islam meletakkan kewajiban pada setiap orang yang memiliki harta yang memelibihi kebutuhan hidup yang layak supaya menunaikan zakat. Di samping itu seorang muslim dianjurkan menginfakkan sebagian hartanya untuk membantu karib, kerabat, anak yatim dan orang miskin disekitarnya. Lebih dari itru seorang muslim semestinya merasa terpanggil untuk memikirkan kemaslahatan agama dan umat islam pada umumnya.
Karena zakat merupakan upaya untuk mengatasi kemiskinan maka dana zakat tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
28
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani , 2002), h. 9-14
sifatnya komsumtif, karena para fakir dan miskin nantinya hanya menggantungkan harapannya kepada zakat. Dan zakat itu bisa untuk biaya pendidikan orang-orang miskin dan modal usaha.
Bekerja merupakan keharusan mutlak yang harus dilakukan oleh seorang muslim, guna memperoleh rezaki yang telah disediakan oleh Allah. Seorang muslim diperintahkan berjalan ke penjuru dunia untuk meraih rezeki syang halal. Sebagaimana firman Allah:
ْهِم اىُهُكَو بَهِبِكبَىَم ًِف اىُشْمبَف ًلَىُنَذ َضْزَ ْلْا ُمُكَن َمَعَج يِرَّنا َىُه
ُزىُشُّىنا ِهٍَْنِإَو ۖ ِهِقْشِز
Artinya :
“Dialah yang menjadiakan bumi itu mudah bagi kamu. Maka berjalan lah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepa-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15).29
Bekerja adalah senjata utama untuk memerangi kemiskinan, modal pokok mencapai kekayaan dan faktor dominan dalam menciptakan kemakmuran dunia. Ini berarti seorang muslim harus memiliki ilmu dan keterampilan agar dapat bekerja dan membuka lapangan kerja serta menumbuhkan semangat untuk bekerja/jiwa entrepreneur.
Andaikan seluruh umat islam (muzaki) membayar zakat maka akan didapatkan sejumlah perkalian jumlah penduduk beragama islam (muzaki) x 2,5 kg beras atau hasil pertanian lainnya. Kemudian andaikan seluruh karyawan dan pegawai beragama islam (muzaki) berzakat, maka juga akan
29
Departemen Agama RI “Al-Quran dan terjemahnya”. 2008. QS Al-Mulk [67]: 15 h. 564
didapatkan 2,5 persen dari penghasilannya dan kemudian dikalikan dengan jumlahnya, maka akan didapatkan angka yang cukup memadai.30
5. Organisasi Pengelola Zakat a. Badan Amil Zakat (BAZ)
BAZ adalah badan organisasi yang di bentuk oleh pemeritah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Badan Amil Zakat meliputi BAZ Nasional, BAZ Provinsi, BAZ Kabupaten/Kota, BAZ Kecamatan.
Badan Amil Zakat terdiri atas ulama, kaum cendekia, tokoh masyarakat, tenaga professional dan wakil pemerintah. Mereka harus memenuhi persyaratan-persyaratan anatara lain : memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintegritas tinggi. Masa tugas pelaksanaanya selama tiga tahun.
b. Lembaga Amil zakat
1) Pengertian dan Kedudukan Lembaga Amil Zakat, lembaga amail zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyrakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan sosial, dan kemaslahatan umat Islam. Lembaga Amil Zakat dikikihkan, dibina dan dilindungi pemmerintah. Dalam melaksanalan tugasnya LAZ
30
memberikan laporan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal 31 KMA).
2) Pengukuhan Lembaga Amil zakat, dilakukan oleh pemerintah atas usul LAZ yang telah memenuhi persyaratan. Pengukuhan dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian persyaratan. Pengukuhan dapat dibatalkan apabila LAZ tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan.
3) Syarat-syarat Lembaga Amil Zakat, yang diusulkan kepada pemerintah untuk mendapatkan pengukuhan. Harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (pasal 22 KMA): Berbadan hukum; memiliki data muzaki dan mustahik; memiliki program kerja; Memiliki pembukuan; Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit. D. Kerangka Konseptual H1 H2 H3 Gambar 2.1 Konseptual Karakteristik Rumah Tangga (X1) Potensi zakat (X1) Pengentasan Kemiskinan (Y)
Keterangan:
Pada gambar 2.1 peneliti akan menguji pengaruh X1 (Rumah Tangga) terhadap Y (kemiskinan) serta X1 (Rumah tangga) dan X2 (zakat) secara bersama berpengaruh terhadap Y (Kemiskinan).
E. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas penelitian yang memerlikan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut, maka hipotesis penelitiannya adalah :
1. Dugaan Rumah Tangga berpengaruh terhadap kemiskinan 2. Diduga zakat berpengaruh terhadap kemiskinan
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, karena data diperoleh dari hasil pengamatan langsung pada lapangan penelitian. Dalam penelititian ini peneliti meggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian menjelaskan pengaruh utama antara variabel-variabel yang digunakan.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang informasi atau datanya dianalisis menggunakan teknik statistik. Dengan demikian, hipotesis pada penelitian kuantitatif diuji dengan prosedur pengujian statistik.31 Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini, memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan-hubungan kuantitatif.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Waktu penelitian diperkirakan selama 2 (dua) bulan. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar di Kecamatan Rappocini Kota Makassar.
31
Ronny kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi 2. Jakarta: Penerbit PPM, 2007.h 89
C. Variable Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahan pada variabel lain. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu Karakteristik Rumah Tangga(X1) dan Potensi Zakat(X2). variabel ini dikatakan variabel bebas dikarenakan keberadaan variabel ini tidak tergantung pada adanya variabel lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain
2. Variabel Terikat (Dependent variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang keberadaanya dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pengentasan Kemiskinan(Y). Dinamakan variabel terikat karena kondisi untuk variasinya terikat atau dipengaruhi oleh variasi variabel lain, yaitu di pengaruhi oleh variabel bebas.
D. Defenisi Operasional
Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:
1. Karakteristik Rumah Tangga adalah keadaan sebenarnya dari rumah tangga yang terdiri dari satu keluarga atau sekelompok orang dimana merupakan dasar bagi unit dalam banyak model sosial, mikroekonomi, dan pemerintah, dan menjadi bagian penting dalam ekonomi.
2. Potensi zakat, zakat tak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah yang diwajibkan kepada setiap umat Islam bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi lebih dari pada itu, yakni sebagai sebuah system
pendistribusian harta benda di kalangan umat islam, dari si kaya kepada si miskin. Sehingga zakat mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat.
3. Pengentasan kemiskinan adalah seperangkat tindakan, baik ekonomi maupun kemanusiaan, yang dimaksudkan untuk mengangkat orang keluar dari kemiskinan secara permanen.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Suhasimi Arikunto populasi adalah “keseluruhan objek yang diteliti”.32
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mustahik yang tersebar diseluruh wilayah kelurahan Rapocini sesuai dengan data yang diberikan oleh Bznas Kota Makassar.
2. Sampel
Adapun sampel yang merupakan bagian dari suatu populasi.33 Maka dari itu sampel dari penelitian ini adalah seluruh warga atau masyarakat yang aktif dalam menerima zakat dikelurahan Rapocini. Pada saat penelitian berlangsung menggunakan Rumus sloving, sebagai berikut:
Rumus Sloving : n = N (1+ N)
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010) h.102
33
Umar, Husain, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesi. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 136
Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Tingkat error (5%) Diketahui : n = 111 1+(0.05)2(111) = 111 1,2775 = 87 Responden F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket atau kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Tujuan dari angkat ini adalah untuk memperoleh informasi yang relevan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik yang dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas metode:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi penelitian yang sedang dilakukan. Observasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data-data kongkret di tempat
penelitian. Observasi digunakan dalam melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
2. Kuesioner (angket)
Kuesioner atau angket adalah tekhnik pengumpulan data dengan memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh para responden. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.
Cara pengumpulan data ini dipilih dengan harapan bahwa peneliti, melalui jawaban responden dapat memperoleh informasi yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dengan mempunyai derajat yang tinggi. Jumlah pertanyaan yang ada diambil dari masing-masing item yang diperoleh dari masing-masing indikator variabel, baik indikator independen maupun variabel dependen.
Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar lebih efektif dan efesien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberikan penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini menggunkan skala Likert dengan skor 1-5, jawaban responden berupa pilihan 5 (lima) alternatif yaitu
No Pernyataan Alternatif Jawaban SS S N TS STS 1 2 3 4 5
Tabel 3.1 Skala Likert Dimana :
SS = Sangat setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Wawancara
Merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun penaleliti terhapadap narasumber atau sumber data. Dalam wawancara peneliti akan mencatat opini dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Dengan demikian ada banyak informasi yang akan didapat dari hasil wawancara tersebut.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data melalui metode dokumentasi, peneneliti menyediakan benda-benda tertulis seperti nuku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya.34 Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan dan bukti.
H. Teknik Analisa Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkatan keandalan alat ukur yang digunakan. Menurut pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui validitas dari setiap pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner yaitu dengan menguji korelasi antara skor item dengan skor total. Jika koefesien korelasi tiap faktor tersebut lebih dari 0,1 maka menunjukan pertanyaan atau pernyataan tersebut valid, dengan menggunakan softwere SPSS 22,0.35
Sedangkan uji reliabilitas merupakan kemampuan suatu instrument untuk diuji kembali dengan memberikan hasil yang relatif konstan. Suatu instrument dikatakan reliable jika memberikan hasil yang relatif sama jika di uji secara berulang-ulang. Reliable jika nilai jika nilai Cronbach’s Alpha dari 0,22.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat normalitas. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator linier tidak bisa dengan varian yang minimum (best linier unbiased estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah atau dengan kata lain apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representative. Pada uji asumsi klasik peneliti menggunakan:
35
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah populasi data mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan pada nilai residualnya. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji apakah distribusi data dapat dikatakan normal atau tidak salah satunya menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirrnov (KS).36 Dengan melihat angka probabilitas dengan ketentuan, probabilitas < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, sedangkan probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima.
3. Uji Frekuensi
Uji frekuensi adalah penyusunan data kedalam kelas-kelas tertentu dimana setiap individu/item hanya termaksud kedalam salah satu kelas tertentu saja. Dalam suatu penelitian juga biasanya akan dilakukan pengumpulan data. Salah satu cara untuk mengatur atau menyusun adalah dengan mengelompokkan data-data. Berdasarkan ciri-ciri penting dari sejumlah data kedalam beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk ke dalam setiap kelas. Uji frekuensi terdiri dari dua yaitu: a. Uji Frekuensi Relatif
Variasi penting dari uji frekuensi dasar adalah dengan menggunakan nilai frekuensi relatifnya, yang disusun dengan membagi frekuensi setiap kelas dengan total dari semua frekuensi (banyaknya
36
data). Sebuah uji frekuansi relative mencangkup batas-batas kelas yang sama seperti TDF, tetapi frekuensi yang digunakan bukan frekuensi actual melainkan frekuensi relative kadang-kadang dinyatakan sebagai persen.
Frekuensi relatif = ×100% b. Uji frekuensi kumulatif
Variasi lain dari uji frekuensi standar ialah frekuensi kumulatif. Frekuensi kumulatif untuk sebuah kelas ialah nilai frekuensi untuk kelas tersebut ditambah dengan jumlah frekuensi semua kelas yang sebelumnya.37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Terbentuknya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar
Masyarakat Kota Makassar yang mayoritas beragama Islam memiliki potensi zakat yang sangat besar. Namun potensi ini belum dimanfaatkan karena dikelola secara individual. Melihat kondisi tersebut maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Dana Zakat. Secara operasional dikeluarkan Keputusan Menteri Agama Repoblik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Dana Zakat.
BAZNAS Kota Makassar adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur Makassar dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sejak berdirinya hingga sekarang BAZNAS Kota Makassar sudah tiga kali mengalami perubahan nama. Pertama pada tahun 1990 yaitu awal berdirinya bernama Badan Amil Zakat, Infak, Sedekah (BAZIS) Kota Makassar. Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 berubah nama menjadi Badan Amil Zakat Kota Makassar melalui surat keputusan pemeritah Kota Makassar Nomor 75/Kep/451.12/2002 dan dikukuhkan pada tahun 2002. Selanjutnya yang
ketiga yaitu setelah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Badan Amil Zakat (BAZ), berubah nama menjadi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar terletak di Jalan Teduh Bersinar Nomor 5 Makassar Kompleks Catatan Sipil dan Kependudukan. Terdiri atas satu bangunan yang didalamnya terdapat beberapa ruangan terpisah untuk pengelolaan zakat. Kegiatan utamanya adalah menghimpun dana-dana zakat, infak, sedekah dan dana keagamaan lainnya dari kaum muslimin baik perorangan, instansi dan perusahaan kemudian menyalurkan kepada yang berhak menerimanya.
2. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar sejak berdirinya memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, yaitu menjadi Badan Amil Zakat Nasional yang Amanah, Transparan, dan Profesional.
Sedangkan Misi dari Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar antara lain :
a. Meningkatkan kesejahteraan muzakki berzakat, berinfak dan bersedekah
b. Mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infak dan sedekah untuk meningkatkan martabat dan kesejahteraan mustahik
c. Terciptanya manajemen BAZNAS yang profesional dengan didukung oleh sistem informasi teknologi.38
3. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar
Adapun susunan struktur organisasi Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar Periode 2015-2020 yang sesuai dengan surat keputusan Walikota Makassar Nomor 1762/451.12/KP/XII/2015 tanggal 14 Desember 2015.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Kota Makassar
38
Sejarah BAZNAS Makassar,http://www.baznasmakassar.com/di akses 29 iuli 2020 pukul 11.33 Kabid Pengumpulan You Yatsir Tonung Kabid Pendayagunaan & pendistribusian H. abdul Azis Bennu,
S.Ag
Kabag Perencaan, Keuangan &
Pelaporan Ismail Hajiali, SE.,
M.Si Kabag administrasi, SDM & Umum H. Katjong Tahir S.H
Staf Staf Staf
Staf
Adapun tugas dan pengurus Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar antara lain :
a. Tugas Dewan Pengawas
1) Mengawasi pekerjaan kerja yang telah disahkan.
2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan yang telah ditetapkan Dewan Pertimbangan.
3) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana yang mencangkup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
4) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah. b. Tugas Badan Pelaksana
1) Membuat rencana kerja.
2) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang disahkan.
3) Menyusun laporan
4) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah. 5) Bertindak dan bertangggung jawab atas amanah BAZNAS Kota
Makassar kedalam maupun keluar.
c. Tugas Devisi Pengumpulan dan Pengembangan
1) Menyusun rencana pengumpulan dan pendayagunaan zakat.
2) Mengatur dan melaksanakan program pengumpulan dana BAZNAS Kota Makassar.
3) Melaksanakan segala usaha penelitian dan pengembangan sumber
dana BAZNAS Kota Makassar obyek pendayagunaan,
pengembangan organisasi, administrasi dan tata usaha.
4) Mempersiapkan peraturan-peraturan, formulir, sistem kerja dan penyuluhan.
5) Menyerahkan hasil pengumpulan dana ke rekening Bank BAZNAS Kota Makassar dan membukukan kepada bendahara.
6) Bidang pengumpulan mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada pengurus harian.
7) Bidang pengumpulan mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada ketua pengurus harian.
d. Tugas Devisi Pendistribusian dan Pendayagunaan
1) Melaksanakan program pendistribusian dan pendayagunaan dana BAZNAS Kota Makassar.
2) Melakasanakan bimbingan dan pengerahan proyek-proyek pendayagunaan baik yang diselenggarakan oleh BAZNAS Kota Makassar, Desa, Kecamatan maupun Organisasi Islam.
3) Menetapkan proyek pendayagunaan oleh Organisasi Islam.
4) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua pengurus harian.
4. Bidang Program Badan Amil zakat Nasional Kota Makassar a. Bidang Makassar Taqwa atau Taqwa.
c. Bidang Makassar Sehat atau Sosial Kesehatan d. Bidang Makassar Peduli atau Sosial Kemanusiaan e. Bidang Makassar Cerdas atau Sosial Pendidikan B. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 87 orang mustahik yang tersebar di Kota Makassar sesuai dengan data dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS ) Kota Makassar.
a. Responden Berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 38
2. Perempuan 49
Total 87
Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah mustahik denngan jenis kelamin perempuan lebih banyak di bandingkan mustahik yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk perempuan sebanyak 49 orang dan untuk laki-laki sebanyak 38 orang.
b. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 4.4
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan No. Jenis pekerjaan Jumlah
2. Ibu rumah tangga 13
3. Pedagang asongan 17
4. Buruh/pekerja 27
5. Bentor 14
Jumlah 87
Dari segi ekonomi terlihat mustahik yang tidak bekerja sebanyak 66 orang. Ibu rumah tangga sebanyak 13 orang. Selanjutnya pedagang asongan sebanyak 17 orang. Buruh/pekerja sebanyak 27 orang. Dan bentor sebanyak 14 orang. Kondisi ini menunjukan profesi buruh/pekerja merupakan profesi yang paling banyak menyerap tenaga kerja yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Karakteristik rumah tangga penerima zakat dan potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan akan dilihat dari masing-masing variable. Berikut ini adalah hasil tanggapan responden berdasarkan kuesioner yang disebar. 1. Variable rumah tangga (mustahik)
Karakteristik Rumah Tangga adalah keadaan sebenarnya dari rumah tangga yang terdiri dari satu keluarga atau sekelompok orang dimana merupakan dasar bagi unit dalam banyak model sosial, mikroekonomi, dan pemerintah, dan menjadi bagian penting dalam ekonomi.
Untuk lebih jelas mengenai data dalam Rumah Tangga maka akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
a. Banyaknya masyarakat Kota Makassar yang tidak memiliki mata pencaharian tidak menentu.
Tabel 4.3 Jawaban Mustahik
Altenatif jawaban Jumlah Persentase (%)
Sangat setuju 26 29,9%
Setuju 58 66,7%
Netral 3 3,4%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100%
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 26 orang atau 59,1% mustahik menjawab sanagat setuju, 58 orang atau 66,7% menjawab setuju dan 3 atau 3,4 % menjawab netral.
b. Jumlah tanggungan tidak sesuai dengan pendapatan Table 4.4
Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 67 77,0%
Setuju 16 18,4%
Netral 3 3,4%
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 67 orang atau 77,0 % mustahik menjawab sangat setuju, 16 orang atau 18,4 % menjawab setuju dan 3 orang atau 3,4 % menjawab netral dan 1 atau 1,1% menjawab tidak setuju.
c. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabakan masyarakat sulit mendapat pekerjaan
Tabel 4.5
Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 16 18,4%
Setuju 21 24.1%
Netral 49 56,3%
Tidak setuju 1 1,1%
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari table diatas dapat diketahui bahwa 16 orang atau 18,4 % menjawab mustahik sangat setuju, 21 orang atau 24,1% menjawab setuju, 49 orang atau 56,3% menjawab netral dan 1 atau 1,1% menjawab tidak setuju.
d. Setiap kepala keluarga memiliki pendapatan yang berbeda-beda Tabel 4.6
Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 66 75,9%
Setuju 20 23,0%
Netral 1 1,1%
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 87 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 66 orang atau 75,9% mustahik menjawab sangat setuju, 20 orang atau 23,0 % menjawab setuju dan 1 orang atau 1,1 % menjawab netral.
e. Tidak sesuainya kompetensi dan kemampuan masyarakat dalam bidang pekerjaan yang dilakukan
Table 4.7
Jawaban Mustahik
Alternatif jawaban Jumlah Presentase (%)
Sangat setuju 64 73,6%
Setuju 22 25,3%
Netral 1 1,1%
Tidak setuju 0 0
Jumlah 44 100 Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 64 orang atau 73,6 % mustahik menjawab sangat setuju, 22 orang atau 25,3 % menjawab setuju dan 1 orang atau 1,1% menjawab netral.
Tabel dari kuesioner yang ada dari pernyataan-pernyataan di atas tersebut : Tabel 4.8
Jawaban mustahik berdasarkan Variabel rumah Tangga Alternatif jawaban Pernyataan Jumlah Presentase (100%) 1 2 3 4 5 Sangat setuju 26 67 16 66 64 239 54,0% Setuju 58 16 21 20 22 137 31,5% Netral 3 3 49 1 1 57 13,1% Tidak setuju 0 1 1 0 0 2 1,4% Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 87 87 87 87 87 435 100
Sumber: Data primer diolah pada tanggal 19 agustus 2020
Pada variabel karakteristik rumah tangga alternatif jawaban setuju merupakan jawaban yang paling banyak diberikan oleh mustahik yaitu 239 atau 54,0%, 137 atau 31,5% mustahik menjawab sangat setuju, 57 atau 13,1% menjawab netral dan 2 atau 1,4% menjawab tidak setuju. Hal ini menggambarkan bahwa karakteristik rumah tangga didasarkan pada
keadaan rumah tangga itu sendiri dilihat dari keadaan ekonomi, tingkat pendidikan tingkat kesehatan, serta banyaknya tanggungan setiap kepala keluarga.
Rumah tangga merupakan struktur kehidupan terkecil dalam susunan kehidupan masyarakat. Masih sangat banyak masyarakat yang terbilang miskin dan penentuan kriteria ini dapat membantu pihak baznas dalam memilih dan memilah bantuan seperti apa yang hendak diberikan kepada setiap elemen masyarakat sesuai dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Ada beberapa kriteria yang telah ditetapkan bagi masyarakat yang berhak menerima bantuan dana zakat itu sendiri antara lain muallaf, fakir miskin, budak (tetapi tidak ada perbudakan), orang yang dililit hutang karna berjuang dijalan allah SWT.
2. Variable Potensi Zakat
Zakat tak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah yang diwajibkan kepada setiap umat Islam bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi lebih dari pada itu, yakni sebagai sebuah system pendistribusian harta benda di kalangan umat islam, dari si kaya kepada si miskin. Sehingga zakat mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. Untuk lebih jelas mengenai data dalam Potensi zakat maka akan dijelaskan satu persatu sebagai brikut :