• Tidak ada hasil yang ditemukan

LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LETAK DAN LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Umum Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan.

Bandara baru untuk kota Medan yang direncanakan akan menggantikan Bandara Polonia, Bandara Kuala Namu, sebenarnya terletak di kabupaten ini. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk Kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi).

Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar NST (Negara Sumatera Timur) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk Negara Republik Indonesia.

(2)

Para pendukung Negara Sumatera Timur (NST) mengadakan Permusyawaratan Rakyat Se-Sumatera Timur untuk menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional. Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan Negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tidak bersedia.

Akhirnya Pemerintah Negara Republik Indonesia (NRI) meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari Negara Sumatera Timur (NST) dan Negara Indonesia Timur (NIT) untuk bermusyawarah dengan Negara Republik Indonesia (NRI) tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima)

Afdeling, salah satu diantaranya Deli en Serdang, Afdeling ini dipimpin seorang

Asisten Residen beribukota Medan serta terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan, Bovan Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh Kontelir.

Selanjutnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur tanggal 19 April 1946. Keresidenan Sumatera Timur dibagi menjadi 6 (enam). Kabupaten ini terdiri atas 6 (enam) Kewedanaan yaitu Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang Hulu, Serdang Hilir, Bedagei / Kota Tebing Tinggi pada waktu itu

(3)

ibukota berkedudukan di Perbaungan. Kemudian dengan Besluit Wali Negara tanggal 21 Desember 1949 wilayah tersebut adalah Deli Serdang dengan ibukota Medan meliputi Lubuk Pakam, Deli Hilir, Deli Hulu, Serdang, Padang dan Bedagei.

Pada tanggal 14 November 1956 Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasikannya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah (DPD).

Tahun demi tahun berlalu setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati dan ditetapkanlah bahwa Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang adalah tanggal 1 juli 1946.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986. Demikian pula pergantian pimpinan di daerah inipun telah terjadi beberapa kali.

Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Binjai dan Kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu Langkat, Karo,

(4)

dan Simalungun dengan total luas daerah 6.400 km² terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Kampung. Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 km².

Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “Tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang.

Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka luas wilayahnya sekarang menjadi 2.394,62 km² terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3,34% dari luas Sumatera Utara.

(5)

Gambar. 1

Peta Kabupaten Deli Serdang

(sumber : www.wikipedia.com/peta_sumatera_utara/ diakses pada tanggal 13 November 2010)

2.2 Perkembangan dan Sejarah PTPN II Kebun Klumpang

Perkebunan pertama kali muncul akibat dari perubahan politik kolonial pada pertengahan abad ke-19, dengan munculnya Undang-Undang Pokok Agrarian (UUPA) pada tahun 1870 yang secara resmi merupakan masa berakhirnya tanam paksa di pulau Jawa yang mengakibatkan transisi liberalisme yang tak terkendali, orientasi yang menunjukkan kebijaksanaan baru atas sumber-sumber alam di Nusantara, dan kemudian menarik minat kaum kapitalis Eropa. Selanjutnya perkebunan di pulau Jawa berangsur-angsur meluas, akan tetapi karena semakin bertambahnya jumlah penduduk, sumber-sumber tanah semakin sulit diperoleh, mengakibatkan pembukaan lahan baru perkebunan dialihkan keluar pulau Jawa yaitu pulau Sumatera yang masih banyak memiliki lahan kosong dan tersedianya petani sebagai pekerja.

(6)

Lahan perkebunan di pulau Sumatera yang pertama kali dibuka adalah daerah Sumatera bagian timur yaitu perkebunan tembakau yang dibuka oleh seorang pengusaha Belanda Jacobus Nienhuys, yang menuai kesuksesan di perkebunan Pulau Sumatera tersebut. Keberhasilan Jacobus mengundang kehadiran pengusaha swasta asing lainnya yang disertai dengan mengalirnya modal besar ke Sumatera Timur. Tidak ada daerah lain di Indonesia, yang perkebunannya berkembang begitu luas, begitu subur dan begitu menguntungkan. Pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat ini terus merambat ke daerah-daerah lain yang berada di pulau Sumatera salah satunya Sumatera Utara yang merupakan areal perkebunan yang dapat memberi investasi bagi orang Belanda atau para kapitalis Eropa.

Perkebunan yang berada di Sumatera terus bertambah dan beraneka ragam salah satunya adalah PTPN II yang memiliki kantor di jalan Tembakau Deli. Perkebunan ini pada awalnya dikelola dan didirikan oleh orang Belanda dengan jenis tanaman tembakau. Setelah diambil alih oleh pemerintah nama perkebunan ini adalah PPN (1960). Seiring dengan waktu yang terus berputar serta semakin berkurangnya penghasilan tanaman tembakau, pihak-pihak perkebunan mengganti jenis tanaman menjadi coklat pada tahun 1977, dan pada tahun 1985-1989 nama perkebunan berubah menjadi PPN BARU. Tahun 1990 nama perkebunan ini menjadi PTP IX, dan akhirnya pada tahun 2000 areal perkebunan Mariendal I berubah menjadi PTP N II sampai sekarang nama tersebut masih di pakai oleh pihak perkebunan.

(7)

Areal lahan PTPN II sangat luas dan terbagi menjadi beberapa dareah seperti: Marindal, Selambo, Cemara Asri, di Langkat, Batang Kuis, Seintis dan bahkan masih banyak lagi areal HGU PTPN II di Sumatera Utara. Areal lahan perkebunan PTPN II khususnya Marendal I memiliki luas 1710 hektar, sehingga memerlukan banyak tenaga kerja, dimana para pekerja banyak didatangkan dari pulau Jawa dan lain sebagainnya. Para pekerja difasilitasi rumah pondok dan gaji yang bisa dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Berawal pada tahun 1863 seorang turunan Arab bernama Said Abdullah bin Umar Bilsagih telah mengajak rekan-rekan dagang bangsa Belanda untuk menanam tembakau di Tanah Deli. Pedagang tembakau yang pertama sekali tertarik untuk menanam tembakau di Deli adalah Firma J.F van Leeuwen, dan mengirim pegawainya antara lain Tuan Jacobus Nienhuys untuk datang ke Deli dengan kapal “Josephine” milik Firma van Leeuwen Mains & Co. Tujuan utama pada waktu itu adalah untuk menyelidiki kemungkinan serta prospektif lainnya mengenai penanaman tembakau di Deli, sebagai tindak lanjut informasi yang disampaikan oleh Tuan Abdullah.

Usaha penanaman tembakau ini pada awalnya gagal dan mengalami kerugian cukup besar. Kemudian tim expedisi membuat laporan awal yang menyatakan bahwa “Deli adalah dataran rendah yang berawa-rawa yang sebagian ditutupi hutan-hutan primer yang tidak dapat dijelajahi oleh manusia dan orang-orang pribumi yang tinggal di tepi-tepi sungai membiarkan hutan-hutannya didiami oleh monyet, badak, harimau, buaya dan binatang buas lainnya serta adanya penyakit malaria. Mendengar laporan ini maka Firma J. F van Leeuwen

(8)

menarik diri dari usaha penanaman tembakau di Deli. Hampir semua anggota expedisi pulang kembali ke Jawa, tetapi J. Nienhuys merasa yakin usahanya akan berhasil, ia meneruskan usahanya dan meminta bantuan biaya dari Tuan P van Den Arend.

Setelah nasionalisasi semua perusahaan perkebunan Belanda di Indonesia pada tahun 1957, maka perkebunan – perkebunan tembakau yang ada di Sumatera Utara (eks Keresidenan Sumatera Timur) dilebur ke dalam PTPN-IX (Perseroan Terbatas Perkebunan Negara IX). Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agraria RI No. 24/HGU/1965 tanggal 10 Juni 1965, PTPN-IX mempunyai areal Hak Guna Usaha (HGU) seluas 59.000 ha yang membentang dari Sei Wampu di Kabupaten Langkat sampai Sei Ular di Kabupaten Deli Serdang.

Pada saat perkebunan tembakau dinasionalisasi tahun 1957, tinggal dua perusahaan perkebunan tembakau yang masih bertahan, yakni Deli Maatschappij dengan 16 kebun (estate) dan Senembah Maatschappij dengan 6 kebun tembakau, laporan resmi mengindikasikan bahwa 170 perkebunan besar dan kecil yang ada di tahun 1889 menjadi hanya tinggal 22 di tahun 1959.

Hingga tahun 1971, semua kebun yang disebutkan di atas masih menanam tembakau. Hanya saja untuk memperkecil risiko pengelolaan monokultur dan lebih memeratakan pendapatan sepanjang tahun, mulailah dilakukan diversifikasi tanaman. Maka, sejak tahun 1982 di bekas lahan tembakau yang sengaja dihutankan 5-6 tahun, mulai ditanami tebu secara bergantian. Di sejumlah tempat, tembakau sudah digantikan coklat dan kelapa sawit secara permanen.

(9)

Diversifikasi ini kemudian mendapat legitimasi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1996, yang menetapkan PTPN II Tanjung Morawa mengelola budidaya tembakau, kelapa sawit, kakao, karet dan tebu. Peraturan Pemerintah tersebut juga sekaligus menetapkan PTPN-IX dilebur menjadi PTPN-II. Pada masa penanaman tahun berikutnya, hanya ada 12 kebun yang masih melakukan penanaman tembakau

Perusahaan Perseroan PT Perkebunan II bergerak dibidang usaha Pertanian dan Perkebunan didirikan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing, SH No. 12 tanggal 5 April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Notaris No. 54 tanggal 21 Desember 1976 dan pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5/43/8 tanggal 28 Januari 1977 dan telah diumumkan dalam Lembaran Negara No. 52 tahun 1978 yang telah didaftarkan kepada Pengadilan Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Pebruari 1977 No. 10/1977/PT. Perseroan Terbatas ini bernama Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT Perkebunan II disingkat “PT Perkebunan II" merupakan perubahan bentuk dan gabungan dari PN Perkebunan II dengan PN Perkebunan Sawit Seberang.

Pendirian perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1969, Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1975.

(10)

Pada tahun 1984 menurut Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham, Akte Pendirian tersebut diatas telah dirubah dan diterangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 94 tanggal 13 Agustus 1984 yang kemudian diperbaiki dengan Akte Nomor 26 tanggal 8 Maret 1985 dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-5013-HT.0104 tahun 1985 tanggal 14 Agustus 1985. Sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 20 Desember 1990 Akte tersebut mengalami perubahan kembali dengan Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 2 tanggal 1 April 1991 dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-4939-HT.01.04TH-91 tanggal 20 September 1991.

Pada tanggal 11 Maret 1996 kembali diadakan reorganisasi berdasarkan nilai kerja dimana PT Perkebunan II dan PT Perkebunan IX yang didirikan dengan Akte Notaris GHS. Loemban Tobing, SH Nomor 6 tanggal 1 April 1974 dan sesuai dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH Nomor 100 tanggal 18 September 1983 dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama PT Perkebunan Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH Nomor 35 tertanggal 11 Maret 1996. Akte pendirian ini kemudian disyahkan oleh Menteri Kehakiman RI.

(11)

Gambar. 2

Peta Lokasi Kebun di Sumatera Utara

(sumber : www.ptpn2.com/ diakses pada 13 November 2010)

PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP II dan PTP IX. Selain itu dikembangkan juga tanaman kelapa sawit di wilayah Irian Jaya yaitu di Kabupaten Manokwari dan Jayapura.

2.2.1 Komoditi Utama

PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan tembakau dengan areal konsesi seluas 103.860 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 61.577 ha, karet 11.265 ha dan kakao seluas 7.370 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri dan daerah inti perkebunan,

(12)

PTPN II juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit. Disamping itu PTPN II juga mengelola tanaman musiman yaitu tanaman tebu dan tembakau. Tanaman tebu lahan kering ditanam pada areal seluas 16.046 ha, terdiri dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha, sedangkan tanaman tembakau ditanam pada areal seluas 2.443 ha.

2.2.2 Visi Perusahaan

Turut melaksanakan dan menopang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya. Khusus di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.

2.2.3 Misi Perusahaan

Profitisasi melalui pendayagunaan, pengelolaan perusahaan di bidang perkebunan, dengan mengusahakan lima budidaya komoditi unggulan yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu secara efisien, ekonomis sehingga dapat mencapai produk yang memenuhi standard kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen, serta melakukan diversifikasi usaha yang dapat mendukung kinerja perusahaan.

Pengelolaan produksi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang berwawasan lingkungan, memiliki daya saing yang kuat, serta meningkatkan kemitraan dengan petani untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri guna kelangsungan usaha dalam mendukung pertanian perkebunan.

(13)

2.2.4 Sasaran Perusahaan

Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan di bidang perkebunan melalui upaya peningkatan produksi sekaligus mendukung upaya peningkatan ekspor non migas. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Memelihara sumber daya alam lingkungan, air dan menjaga kesuburan tanah.

Strategi Perusahaan dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan serta mengantisipasi era globalisasi tahun 2000 dan ketidak-pastian perekonomian pada tahun-tahun mendatang, perusahaan telah menetapkan berbagai strategi yakni sebagai berikut ;

 Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan mengembangkan 5 budidaya unggulan yakni kelapa sawit, karet, kakao, tebu dan tembakau dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Peningkatan kualitas produksi yang mempunyai potensi pasar, serta pengawasan harga pokok produksi yang dapat memberikan profit margin yang lebih baik.

 Meningkatkan keperdulian terhadap kesejahteraan karyawan dalam rangka untuk meningkatkan kegairahan kerja serta produktivitas kerja.

 Berupaya ke arah industri hilir yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan) atau berdiri sendiri.  Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan terhadap sumber daya

(14)

PTPN II memiliki 21 unit usaha kebun, sebagai berikut:

Tg. Garbus Melati Kwala Bingel Klambir Lima Pd. Brahrang – Beklun Bandar Klippa Sawit Seberang

Mariendal Gohor Lama/Tj.Beringin Klumpang

Tanjung Jati Saentis Sawit Hulu

Limau Mungkur Basilam Bulu Cina

Maryke/ B. Lawang Sampali PrafiTandem

Pagar Merbau Kwala Sawit ArsoTandem Hilir Sumber : data penelitian diolah penulis

2.2.5 Unit-unit Kegiatan/Usaha

Selain unit usaha kebun PTPN II juga memiliki sejumlah 8 unit pabrik pengolahan, adalah :

 Fresh Fruit Branches (FFB)  Pabrik CPO

 Pabrik RSS  Pabrik SIR

 Pabrik Centrifuge Lateks  Pabrik Kakao

 Pabrik Gula

(15)

2.3 Geografis Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada pada titik kordinat 2°57’-3°16’LU 98°33’-99°27’ BT, dengan luas wilayah 2.394,62 km² serta jumlah penduduk 1.572.768 jiwa.

Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’ – 99027’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli Serdang secara administratif menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 Kecamatan, 2 perwakilan dengan 379 Desa dan 15 Kelurahan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan berjumlah 1.463.031 Jiwa.

Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

2.4 Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang

Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Deli Serdang 2001 – 2005, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Program Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang meliputi empat arah pembangunan, yaitu:

1) arah kebijakan mempertahankan persatuan dan kesatuan serta meningkatkan kehidupan demokrasi;

(16)

2) arah kebijakan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

3) membangun kesejahteraan masyarakat dan ketahanan budaya daerah Kabupaten Deli Serdang; dan

4) meningkatkan kapasitas daerah dan memberdayakan masyarakat.

Keempat bagian dari program pembangunan tersebut merupakan penjabaran dari visi dan misi daerah Kabupaten Deli Serdang, yang visinya berbunyi: "terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, kesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin”.

2.5 Sekilas Desa Klumpang Kebun

Desa Klumpang Kebun yang menjadi fokus lokasi penelitian mengenai pariwisata perkebunan merupakan wilayah yang termasuk dalam administratif Kabupaten Deli Serdang, desa ini juga merupakan desa perbatasan antara perkebunan PTPN II Kebun Helvetia dan perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, sehingga dalam batas areal perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Desa Klumpang Kebun merupakan desa yang pertama dijumpai dalam areal PTPN II Kebun Klumpang.

(17)

Desa Klumpang Kebun terdiri dari 20 dusun yang secara hierarki berada dibawah Pemerintahan Desa Klumpang Kebun, namun dari jumlah 20 dusun tersebut hanya terdapat 6 dusun yang berada didalam areal perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, seperti Dusun XV Sidorejo, Dusun XVI Sidomulyo, Dusun XVII Karang Sari, Dusun XVIII Harjo Sari, Dusun XIX Banjar Sari dan Dusun XX Tanjung Sari.

Dari 6 dusun tersebut yang berada langsung dalam areal perkebunan tembakau PTPN II Kebun Klumpang, hanya Dusun XVII Karang Sari yang memiliki penduduk dengan mata pencaharian sebagai pekerja perkebunan, sedangkan pada dusun lain, mayoritas penduduk memiliki beragam mata pencaharian.

Tabel. 1

Data statistik luas Desa Klumpang Kebun

No Keterangan Luas 1 Perumahan 163,18 Ha 2 Tanaman Komoditi PTPN II 1.648,06 Ha 3 Parit/Saluran Air/Jalan 5,71 Ha 4 Lapangan Olahraga 4,03 Ha 5 Rumah Ibadah 4,71 Ha 6 Sekolah 4,24 Ha 7 Tanaman Jati 3,12 Ha

8 Tanaman Sawit baru 243,30 Ha

9 Tanah Wakaf 2,43 Ha

10 Ladang/Kebun Sayur 24,85 Ha

(18)

Berdasarkan penghitungan jumlah penduduk, Desa Klumpang Kebun memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.325 jiwa, yang terbagi atas jumlah penduduk laki-laki sejumlah 7000 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4325 jiwa. Dari jumlah keseluruhan penduduk tersebut sebanyak 95% diantaranya memiliki pekerjaan sebagai pekerja di perkebunan PTPN Kebun Klumpang, baik sebagai karyawan tetap maupun pekerja perkebunan (buruh).

Sebanyak 600 Kepala Keluarga di Desa Klumpang Kebun merupakan karyawan tetap dan karyawan kontrak pada PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang. Selain bekerja sebagai pekerja perkebunan, mata pencaharian lain masyarakata adalah TNI sejumlah 45 Kepala Keluarga, Polri sebanyak 20 Kepala Keluarga, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 194 Kepala Keluarga, buruh pabrik dan kuli bangunan sebanyak 500 Kepala Keluarga serta pembantu rumah tangga sebanyak 200 Kepala Keluarga.

Tabel. 2

Penduduk Desa Klumpang Kebun berdasarkan suku

No Suku Jumlah 1 Jawa 9525 Jiwa 2 Banjar 800 Jiwa 3 Batak 200 Jiwa 4 Tionghoa 800 Jiwa TOTAL 11.325 Jiwa (data diolah penulis)

Selain itu, terdapat 5 Mesjid, 12 Mushalla, 2 Gereja dan 1 Vihara sebagai sarana peribadatan di Desa Klumpang Kebun. Bangunan sekolah yang terdapat di Desa Klumpang Kebun adalah Sekolah Dasar Negeri sebanyak 3 unit, Sekolah

(19)

Dasar Swasta sebanyak 4 unit, SMP sebanyak 2 unit dibawah pengelolaan pihak swasta, Tsanawiyah sebanyak 2 unit, SMA sebanyak 1 unit, SMEA sebanyak 1 unit dan Aliyah sebanyak 1 unit. Data sarana pendidikan tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan di Desa Klumpang Kebun sudah mencapai taraf mencukupi.

Gambar 3

Peta Desa Klumpang Kebun (Sumber foto : repro)

Referensi

Dokumen terkait

the schema s the gco and gmd namespaces via a local copy of an interim version of the ISO 19139 implementation of the ISO 19115 metadata schema. In turn this s GML using a

dini akan memiliki Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2004).

When combinations of shape and scale parameters were formed with small values, image objects were obtained at fine sizes showing real spectral values of the land and

Saya, Hilna Khairunisa Shaliha, mahasiswi semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini tengah melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Indeks Masa

Ongoing complaints about problems in locales where the decimal fraction separator is a comma, which interferes with the separator specified for <coordinates>. Summary

Pertama dan yang paling utama saya panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah meridhoi dan melimpahkan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis yang

Walau terkesan sederhana, aplikasi toko online ini dapat berguna untuk pemakainya yaitu para pengguna Internet, khususnya pengusaha yang ingin memperluas jangkauan bisnisnya

Salah satu dari tiga pulau ini akan menjadi lokasi perencanaan dan perancangan sebuah Resort Hotel dengan fasilitas Pelatihan Menyelam yang akan menjadi salah satu fasilitas