• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PEMISAHAN CAMPURAN DENGAN METODE PRAKTIKUM DI SMP (Implementasi Lesson Study Kimia di Kabupaten Sumedang) Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN PEMISAHAN CAMPURAN DENGAN METODE PRAKTIKUM DI SMP (Implementasi Lesson Study Kimia di Kabupaten Sumedang) Abstract"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PEMISAHAN CAMPURAN DENGAN METODE PRAKTIKUM DI SMP

(Implementasi Lesson Study Kimia di Kabupaten Sumedang) Susiwi1, Cincin Cintami2, Gebi Dwiyanti1, Galuh Yuliani1

1

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung 2

SMP Negeri 4 Sumedang

Abstract

This research has a purpose to gather information of how the learning of separating substances from mixture by laboratory method in Junior High School. The characteristic of this research is descriptive. This learning is an implementation of chemistry Lesson Study in Kabupaten Sumedang. The open class are held under the supervision of some observer that consist of teachers and head masters of Elementary School and Junior High School. The result of the research are: 1)The subject matter are consist of four experiments: filtration, recrystallization, distillation, sublimation. Each of these experiments are fully equiped with worksheet. 2)This learning is a laboratory work with local

material based, the apparatus are made from unused items from the

neighborhood. 3)Many substances in daily life can be used for the experiment. 4)The students’ activity from the begining to the end of the lesson are very good. None of the students look bored. 5)The reflection results of the observer are: a)the time alocation is improper; b)the order to draw the apparatus isn’t necessary; c)the students’ activity from the begining to the end of the lesson are very good; d)the interaction inside group isn’t good; e)the time of each experiments must be uniformed; f)the teacher’s patient needed to guide the students to conclude the result of this lesson.

Pendahuluan

Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia. Sains tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen. Sebagai ilmu yang tumbuh secara eksperimental, maka sains mengandung pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif dipelajari siswa sebagai teori-teori, dan pengetahuan prosedural dipelajari melalui praktikum (Dahar, 1989).

Lebih dari satu abad para pendidik berpandangan bahwa kegiatan praktikum merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran Sains, yang memberi kesempatan seseorang memperoleh pengetahuan melalui kegiatan berbuat dan berpikir, bekerja dalam kelompok serta

(2)

mengkomunikasikan hasil percobaan sebagai salah satu sarana untuk mengaktualisasikan dirinya (Deboer, 1991).

Dalam kaitannya dengan belajar, kegiatan praktikum diperlukan agar siswa memperoleh pengalaman belajar konkrit dan sebagai suatu sarana mengkonfrontasikan miskonsepsi yang dimiliki siswa, dalam usahanya mengkonstruksi pengetahuan baru (Hodson, 1996). Melalui percobaan dalam suatu praktikum memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh pengetahuan peristiwa, proposisi, imaginasi, keterampilan berpikir dan keterampilan motorik. Dengan pengalaman sendiri seseorang akan memperoleh memory of event, suatu gambaran pengalaman yang memiliki efek jangka panjang (White, 1996).

Kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan melalui praktikum telah disarankan oleh beberapa ahli, diantaranya oleh Josephy (dalam Nakhleh, 1994), yang menekankan bahwa kemampuan yang dikembangkan melalui praktikum hendaknya tertuang dalam proses sains yang meliputi : 1) perencanaan : menuangkan ide-ide yang dapat diuji, mendesain penyelidikan; 2) penampilan : memanipulasi, observasi, dan pengumpulan data; 3) interpretasi : pengolahan data, penarikan kesimpulan, penerapan konsep; dan 4) komunikasi : melaporkan dan menerima informasi

Gronlund (1977) memberikan pandangan bahwa kemampuan yang dikembangkan dalam praktikum hendaknya bersifat student-oriented dan product-oriented (Odubunmi & Balogun, 1991). Karena itu hasil belajar melalui praktikum hendaknya jelas dan dituangkan dalam rumusan-rumusan tujuan khusus yang rasional disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Saat ini, kenyataannya pembelajaran sains masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah yang praktis kegiatannya lebih berpusat pada guru. Aktifitas siswa hanya mendengar penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek bukan sebagai subjek didik.

Kegiatan praktikum jarang dilakukan oleh guru karena alasan teknis, sarana dan prasarana sekolah. Sebuah percobaan atau praktikum tentu membutuhkan sarana yang memadai. Banyak guru yang mengeluh kesulitan memberikan praktikum bagi para siswanya. Tidak ada laboratorium, kondisi laboratorium yang terbatas, peralatan kurang lengkap atau bahkan tidak memiliki alat-alat praktikum menjadi kendala dalam melakukan praktikum.

(3)

Sebenarnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi jika guru mau mengembangkan kreatifitasnya. Banyak bahan-bahan di lingkungan sekitar yang dapat dimodifikasi menjadi alat percobaan sederhana. Bahkan limbah rumah tangga seperti botol-botol bekas atau gelas plastik bekas juga dapat dimanfaatkan. Dengan merancang suatu praktikum yang menggunakan alat sederhana yang berasal dari lingkungan sekitar (lazim dikenal dengan praktikum berbasis lokal material) guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, melatih kreativitas siswa, berpartisipasi mengatasi masalah pencemaran lingkungan dengan pemanfaatan limbah rumah tangga, dan yang paling penting melatih kecakapan hidup siswa.

Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti adalah, “Bagaimanakah pembelajaran pemisahan campuran dengan metode praktikum”? Dari rumusan masalah tersebut kemudian dirinci ke dalam sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pemisahan campuran dengan metode praktikum? 2. Alat apa saja yang didapatkan dari lingkungan sekitar dan bagaimanakah alat tersebut dirangkai

untuk pelaksanaan praktikum pemisahan campuran?

3. Zat-zat apa saja dari lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan praktikum pemisahan campuran?

4. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pemisahan campuran dengan metode praktikum?

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Open class ini merupakan implementasi

dari kegiatan Lesson Study Kimia di Kabupaten Sumedang Rayon C. Tergabung pada rayon C

adalah SMPN 4 Sumedang (basecamp), SMPN 1 Sumedang, SMPN 2 Sumedang, SMPN 3 Sumedang, SMPN 7 Sumedang, SMPN 10 Sumedang, SMPN 1 Rancakalong, SMPN 2 Rancakalong, SMPN 3 Rancakalong, dan SMP 11 April.

Tahap perencanaan (planning), merupakan kegiatan awal guru untuk dapat melaksanakan KBM dengan baik. Pada tahap ini diperoleh RPP dan silabus yang sebelumnya diujikan di kelas lain

(4)

dan juga rangkaian alat praktikum yang akan digunakan. Pada dasarnya pembelajaran yang dilaksanakan merupakan praktikum berbasis lokal material.

Tahapan berikutnya setelah perencanaan adalah tahapan do. Open class dilaksanakan dengan observer guru-guru MGMP IPA Rayon C, guru-guru non-IPA SMPN 4 Sumedang, serta para kepala sekolah SD dan SMP wilayah Sumedang kota. Open class diadakan di laboratorium dengan kursi yang telah diset sesuai kelompok yang telah ditetapkan.

Tahap see atau yang lebih dikenal dengan tahap refleksi dilaksanakan langsung setelah open

class dilakukan. Pada tahap ini para observer diberikan kesempatan untuk memberikan masukan,

saran, komentar atau kritik mengenai aktifitas siswa yang terlihat selama pembelajaran berlangsung.

1. Pelaksanaan Pembejaran Pemisahan Campuran

a. Materi :

Materi yang dipilih adalah “Pemisahan Campuran” di kelas VII semester 1. Alasannya, materi tersebut menarik dan dapat dipraktikumkan.

Materi pemisahan campuran yang dapat dibuat percobaan adalah : 1) penyaringan

2) rekristalisasi 3) distilasi 4) sublimasi b. Alokasi Waktu :

dua jam pelajaran (2x40 menit) c. Pengelolaan Kelas :

Siswa dibagi menjadi delapan kelompok. Pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan kursi yang telah diatur sesuai kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang terjadinya interaksi siswa di dalam kelompok.

d. Pelaksanaan Praktikum :

Setiap kelompok melakukan hanya satu jenis percobaan, hal ini dilakukan karena pertimbangan waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan, maka setelah praktikum dilakukan presentasi dari wakil setiap jenis percobaan sehingga siswa dapat saling belajar dengan bertukar pengalaman bersama kelompok lain.

(5)

Praktikum ini disertai dengan LKS untuk tiap-tiap percobaan, yang harus diisi siswa setelah melakukan percobaan dan berdiskusi dalam kelompoknya. Adapun LKS yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Pemanfaatan Barang Bekas dari Lingkungan Sekitar serta Rangkaian Alatnya untuk Pelaksanaan Praktikum Pemisahan Campuran.

Pembelajaran pemisahan campuran ini merupakan praktikum berbasis lokal material. Keterbatasan sarana dan prasarana di laboratorium bukanlah menjadi alasan untuk tidak melakukan kegiatan praktikum. Banyak bahan-bahan di lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan praktikum. Berikut ini adalah contoh dari rangkaian alat untuk praktikum pemisahan campuran yang dibuat dari barang-barang bekas:

a. Percobaan penyaringan

Alat yang diperlukan: Gambar rangkaian alat:

- Corong plastik - Kawat

- Gelas plastik bekas b. Percobaan rekristalisasi

Alat yang diperlukan:

- Wadah balsem bekas - Potensiometer bekas - Sumbu

- Rangkaian alat penyaringan - Botol obat bekas

- Tutup kaleng bekas - Paku besar

Gambar rangkaian alat:

c. Percobaan distilasi Alat yang diperlukan:

- Papan kayu - Wadah balsem bekas

- Potensiometer bekas - Sumbu

- Sedotan bengkok - Botol obat bekas

- Tutup kaleng bekas - Paku besar

(6)

Gambar rangkaian alat:

d. Percobaan sublimasi Alat yang diperlukan:

- Botol selai bekas - Wadah balsem bekas

- Potensiometer bekas - Sumbu

- Bohlam bekas - Tutup kaleng bekas - Paku besar

Gambar rangkaian alat:

3. Zat-zat dari Lingkungan Sekitar yang dapat Dimanfaatkan untuk Pelaksanaan Praktikum Pemisahan Campuran

Banyak zat yang dijumpai sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan praktikum. Untuk percobaan-percobaan pemisahan campuran ini selain zat yang sudah disarankan pada LKS dapat pula digunakan zat-zat lain sebagai alternatif :

a. Percobaan penyaringan : Zat : air kapur

Zat lain sebagai alternatif : air berpasir, air kopi b. Percobaan rekristalisasi :

Zat : air garam kotor

Zat lain sebagai alternatif : air gula kotor c. Percobaan distilasi :

Zat : pembersih kuku (nail polisher) dan air ledeng

(7)

d. Percobaan sublimasi :

Zat : kamper (nafthalen) kotor

Zat lain sebagai alternatif : camphor, salah satu bahan yang terdapat pada Vicks inhaler (obat luar, pelega hidung tersumbat karena pilek)

4. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pemisahan Campuran dengan Metode Praktikum

a. Aktivitas Siswa Sebelum Praktikum,

Sebelum pelaksanaan praktikum guru membuat rangkaian alat lengkap sebagai contoh dan diperlihatkan kepada siswa. Berikutnya siswa diberi tugas untuk membuat rangkaian alat praktikum dan gambar rangkaian alat tersebut di kertas karton.

b. Aktifitas Siswa Saat Pembelajaran Berlangsung

Aktifitas siswa saat pembelajaran diobservasi secara langsung oleh banyak observer yang terdiri dari guru-guru MGMP IPA Rayon C, guru-guru non-IPA SMPN 4 Sumedang, serta para kepala sekolah SD dan SMP wilayah Sumedang kota. Hasil pengamatan para observer menyatakan bahwa aktifitas siswa dari awal hingga akhir pembelajaran sangat bagus dan tidak pernah terlihat bosan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada paparan berikut ini :

1) Tahap Apersepsi : Aktifitas siswa sudah mulai terlihat di tahap apersepsi, pertanyaan-pertanyaan guru ditanggapi dengan cepat oleh beberapa siswa. Pada menit-menit pertama, siswa pandai saja yang berani mengacungkan tangannya.

2) Tahap Pengembangan Konsep :

- Aktifitas siswa makin meningkat pada saat praktikum dilaksanakan, karena siswa secara langsung terlibat di dalamnya.

- Siswa secara aktif berdiskusi dalam kelompok untuk mengisi LKS.

- Saat presentasi hasil praktikum ditemukan satu dua orang siswa yang mulai tidak fokus belajar.

3) Tahap Penutup :

- Siswa secara aktif menyimpulkan macam-macam teknik pemisahan campuran sesuai percobaan yang telah dilakukan.

(8)

5. Hasil Refleksi Pembelajaran oleh Para Observer

Tahap see (tahap refleksi) dilakukan langsung setelah open class dilaksanakan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

a. Alokasi waktu dua jam pelajaran kurang sesuai dengan kenyataan di lapangan. Untuk pelajaran Kimia alokasi waktu yang tersedia adalah 1x40 menit.

b. Penugasan gambar rangkaian alat pada setiap kelompok kurang perlu karena dengan membuat rangkaian alatnya saja juga sudah cukup.

c. Aktifitas siswa dari awal hingga akhir pembelajaran sangat bagus, karena pembelajaran menarik dan melibatkan siswa secara langsung sehingga siswa tidak pernah terlihat bosan. Hanya pada saat presentasi saja, ditemukan satu-dua orang siswa yang mulai tidak fokus belajar.

d. Interaksi siswa dalam kelompok kurang baik karena posisi duduk yang tidak diatur berseling laki-laki dengan perempuan. Kecenderungannya siswa akan berinteraksi dengan siswa satu jenis kelamin.

e. Waktu yang dibutuhkan oleh setiap percobaan agar diseragamkan.

f. Diperlukan kesabaran guru untuk menuntun siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal di antaranya : 1. Pada pembelajaran pemisahan campuran dengan metode praktikum didapatkan empat sub-materi

yang dapat dipraktikumkan, yaitu: penyaringan; rekristalisasi; destilasi; dan sublimasi. Keempat percobaan penyaringan; rekristalisasi; destilasi; dan sublimasi; masing-masing dilengkapi dengan LKS.

2. Praktikum pada pembelajaran pemisahan campuran ini merupakan praktikum berbasis lokal material. Rangkaian alat untuk percobaan-percobaan pemisahan campuran dibuat dari barang-barang bekas yang diambil dari lingkungan sekitar.

3. Banyak zat yang dijumpai sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan untuk keperluan zat-zat pada percobaan pemisahan campuran.

4. Aktifitas siswa dari awal hingga akhir pembelajaran sangat bagus. Siswa sangat antusias dan tidak pernah terlihat bosan.

(9)

5. Hasil refleksi dari para observer : a)Alokasi waktu kurang sesuai. b)Penugasan gambar rangkaian alat kurang perlu. c)Aktifitas siswa dari awal hingga akhir pembelajaran sangat bagus. d)Interaksi siswa dalam kelompok kurang baik. e)Waktu yang dibutuhkan setiap jenis percobaan agar diseragamkan. f)Diperlukan kesabaran guru untuk menuntun siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran.

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran IPA untuk SMP/MTs.

Dahar, R.W.. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Deboer, G E.. (1991). A History of Ideas in Science Education, Implication for Practice. New York : Teacher College Press.

Hodson, D.. (1996). Philosophic of Secondary School Science Teachers, Curriculum Experience, and Children’s Understanding of Science. Interchange. 24, 41-52.

Hofstein, Avi and Vincent N. Lunetta (1982). The Role of the Laboratory in Science Teaching : Neglected Aspects of Research. Review, Educational Research,

Nakhleh, Mary B. (1994). Chemical Education Research in the Laboratory Environment: How can research uncover, What student are learning. Journal of Chemical Education, 17, (3), 201 - 205.

Odubunmi, Olagunju and T. A. Balogun (1991). The Effect of Laboratory and Lecture Teaching Methods on Cognitive Achievement in Integrated Science. Editor Ronald G. Good. Journal of Research in Science Teaching, 28,(3), 213 - 224.

UNESCO (1973). New Unesco Source Book for Science Teaching. Paris: The Unesco Press.

White, R. T., (1996), The Link between the Laboratory and Learning, International J. Science Education, 18(7), 761-774.

(10)

Nama : Kelas: Kelompok:

Lembar Kegiatan Siswa 1

Pemisahan Campuran dengan Teknik Penyaringan A. Tujuan : memisahkan campuran zat padat dengan teknik penyaringan. B. Alat dan Bahan

Alat: Bahan: - Air kapur - Gelas plastik - Corong plastik - Statif kawat - Kertas saring C. Cara Kerja

1. Susunlah gelas plastik, corong plastik, kertas saring, dan statif kawat seperti gambar berikut ini:

2. Tuangkan campuran air kapur ke dalam alat penyaring di atas.

3. Amati keadaan hasil saringan (bening, keruh, dll) lalu catat hasil pengamatan kalian ke dalam tabel.

4. Bila hasil saringan masih keruh, saring kembali dengan kertas saring yang baru.

D. Tabel Data Hasil Pengamatan

Keadaan air Campuran

Sebelum disaring Setelah disaring

Air kapur

... ...

E. Pertanyaan

1. Bagaimana keadaan air setelah disaring melalui alat penyaring yang kalian buat? ... 2. Apa fungsi kertas saring?

... 3. Mengapa setelah dilewatkan pada kertas saring air menjadi jernih?

(11)

4. Mengapa kapur tersaring oleh kertas saring?

...

F. Kesimpulan

Campuran air kapur dapat dipisahkan dengan teknik..., karena memiliki perbedaan...

(12)

Nama : Kelas: Kelompok:

Lembar Kegiatan Siswa 2

Pemisahan Campuran dengan Teknik Rekristalisasi G. Tujuan : memisahkan campuran zat padat dengan teknik rekristalisasi. H. Alat dan Bahan

Alat:

- Gelas plastik - Botol bekas obat - Statif kawat - Corong plastik - Kaki tiga dari kaleng - Pembakar spirtus sederhana

Bahan:

- Air garam kotor

I. Cara Kerja

1. Saring campuran garam kotor dengan menggunakan kertas saring, tampung hasil saringan seperti pada gambar berikut:

2. Amati zat yang tersaring pada kertas saring, amati pula hasil saringannya! 3. Panaskan hasil saringan pada botol obat seperti pada gambar berikut:

4. Hentikan pemanasan setelah air menguap seluruhnya, amati garam yang terkumpul pada dasar botol! Catat hasil pengamatan kalian ke dalam tabel!

(13)

J. Tabel Data Hasil Pengamatan

Keadaan Campuran Campuran

Sebelum disaring Setelah disaring Setelah dipanaskan

Air garam

kotor ... ... ...

K. Pertanyaan

1. Ketika air garam kotor disaring, adakah yang tersaring oleh kertas saring? Apakah itu? ... 2. Bagaimana keadaan air garam hasil saringan?

... 3. Hasil saringan yang kalian tampung apakah masih mengandung garam? Mengapa?

... ...

4. Setelah hasil saringan dipanaskan hingga air menguap seluruhnya, bagaimana rupa garam yang dihasilkan?

...

L. Kesimpulan

Campuran air garam kotor dapat dipisahkan dengan teknik..., karena garam dan pengotornya memiliki perbedaan...

(14)

Nama : Kelas: Kelompok:

Lembar Kegiatan Siswa 3

Pemisahan Campuran dengan Teknik Destilasi M. Tujuan : memisahkan campuran zat cair dengan teknik destilasi. N. Alat dan Bahan

Alat:

- Set alat destilasi sederhana - Kaki tiga dari kaleng - Pembakar spirtus sederhana

O. Cara Kerja

1. Rangkaikan alat-alat seperti gambar berikut:

2. Masukan pembersih kuku ke dalam wadah 1 kira-kira seperempatnya, sebelumnya coba oleskan pembersih kuku tersebut pada kulit tanganmu dan rasakan. Catat ke dalam tabel yang disediakan!

3. Pasangkan wadah 1 tersebut pada alat destilasi.

4. Isi pendingin dengan air, nyalakan pembakar spirtus, dan tampung cairan yang menetes dari sedotan dengan wadah dua.

5. Hentikan pemanasan setelah cairan yang menetes terhenti beberapa saat.

6. Bandingkan rasa cairan pada wadah 1 dengan cairan pada wadah 2 dengan cara dioleskan kembali pada tangan. Catat ke dalam tabel! (Ingat! Tunggu wadah 1 dingin sebelum mengoleskan cairan pada wadah tersebut)

P. Tabel Data Hasil Pengamatan

Rasa cairan di tangan Campuran

Sebelum didestilasi Setelah didestilasi

Pembersih kuku

...

Wadah 1: ...

Wadah 2: ...

Bahan:

- Pembersih kuku (nail polisher) - Air ledeng

(15)

Q. Pertanyaan

1. Apa yang kamu rasakan ketika pembersih kuku dioleskan pada kulit tanganmu sebelum didestilasi?

... 2. Terdiri dari campuran apakah pembersih kuku itu?

... 3. Setelah didestilasi, bagaimana rasa cairan pada wadah 1? Apakah sama seperti semula?

...

4. Bagaimana rasa cairan pada wadah 2? Apakah aseton atau air yang tertampung pada wadah 2 tersebut?

...

5. Berdasarkan pengamatan kalian selama praktikum, apakah sama antara titik didih air dengan titik didih aseton? Titik didih manakah yang lebih rendah (menguap lebih cepat)?

...

R. Kesimpulan

Campuran air dan aseton dapat dipisahkan melalui cara...

Karena air dan aseton memiliki...yang berbeda. Titik didih air lebih...daripada aseton.

(16)

Nama : Kelas: Kelompok:

Lembar Kegiatan Siswa 4

Pemisahan Campuran dengan Teknik Sublimasi S. Tujuan : memisahkan campuran zat padat dengan teknik sublimasi. T. Alat dan Bahan

Alat:

- Kaki tiga dari kaleng - Pembakar spirtus sederhana - Botol bekas obat

- Bohlam bekas - Kapas

U. Cara Kerja

1. Masukan dua sendok kamper kotor ke dalam botol bekas obat.

2. Tutup botol bekas obat dengan bohlam bekas berisi air dan sumbat lubang pada mulut botol dengan kapas. Panaskan dengan pembakar spirtus seperti pada gambar berikut:

3. Amati keadaan campuran dan biarkan sampai semua kamper menyublim! 4. Matikan api, diamkan beberapa saat tanpa menggeser alat apapun!

5. Amati dasar botol bekas obat dan dasar bohlam, catat pengamatan kalian ke dalam tabel yang disediakan.

V. Tabel Data Hasil Pengamatan

Keadaan campuran

Campuran Sebelum

dipanaskan Ketika dipanaskan Setelah didinginkan

Kamper kotor ... ... ...

Bahan:

- Kamper kotor - Air ledeng

(17)

W. Pertanyaan

1. Apakah kamper kotor merupakan campuran?

... 2. Apa yang terjadi ketika kamper kotor dipanaskan?

... ... 3. Adakah yang tidak ikut menyublim? Apakah itu?

... 4. Apa yang kalian amati pada dasar bohlam setelah api dimatikan?

... 5. Adakah perbedaan sifat kamper dengan pengotornya? Sebutkan!

...

X. Kesimpulan

Kamper kotor merupakan..., yang dapat dipisahkan dengan teknik...karena memiliki perbedaan...

Gambar

Gambar rangkaian alat:
Gambar rangkaian alat:

Referensi

Dokumen terkait

Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu pendiri Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu pendiri yang

Pengukuran garis kontur dengan sistem raimetting ini biasa dipakai untuk areal perkebunan. Dalam pengukuran, areal dibagi berupa kotak – kotak berdasarkan jarak

• Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sampel probabilistik dengan menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana, di mana setiap anggota

Analisis X R D seperti yang tertera di dalam Table 5.1 menunjukkan bahwa lempung mengandung mineral-mineral muscovit, kaolinit dan kuarsa sesuai dengan d- spacing yang

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan alat bukti elektronik dalam praktik baik berupa informasi atau dokumen elektronik dan keluaran

Penentuan kesesuaian lahan terdiri dari beberapa indikator, diantaranya adalah jenis penggunaan lahan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan

Syahril Effendy Pasaribu, M.Si,MA, selaku Direktur Utama PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program

Keragaan dan zimogram hasil analisis isoenzim ditampilkan pada Gambar 3, dan hasil analisis komponen utama ini dipetakan pads Gambar 4, yang mengelompokkan aksesi pamelo atas