• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan, ditujukan pada kesejahteraan manusia secara utuh sejak konsepsi dan berlangsung sepanjang masa hidupnya, baik manusia sebagai individu, kelompok, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif. Pembangunan kesehatan kelompok, terutama ditujukan pada kelompok beresiko terhadap kemungkinan munculnya masalah kesehatan karena kerentanannya, misalnya kelompok balita, ibu hamil dan kelmopok lansia (Depkes RI, 2013). Disamping itu, angka harapan hidup masyarakat Indonesia juga semakin meningkat. Pemerintah terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang mampu mendukung peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Menurut data Kementrian Kesehatan RI (2016), UHH di Indonesia mengalami peningkatan dari 68,6 tahun (2004) menjadi 72 tahun (2015). Usia harapan hidup ini diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga berdampak pada lonjakan jumlah penduduk lansia.

Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, lansia merupakan suatu proses alami yang akan dialami oleh seluruh manusia dan merupakan akhir dari kehidupan (Azizah, 2011). Yang dapat dikatakan lansia adalah sesorang yang berusia 60-74 tahun menurut WHO (World Health Organitation). Lansia dapat dikatakan dengan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut. Permasalahan kesehatan para lansia mulai bermunculan, diirngi dengan energi yang mulai berkurang dalam hal ini para lansia sedapat mungkin mampu melakukan penyesuaian sehingga menemukan kepuasan hidup meskipun aspek kesehatan fisik sudah menurun. Lansia mengalami berbagai perubahan fungsi pada sistem tubuh, salah satunya adalah sistem integumen.

(2)

Sedangkan perubahan psikologis yang terjadi pada lansia adalah rasa kesepian, depresi, gangguan cemas dan duka cita.

Penuaan merupakan fenomena alamiah yang tidak dapat ditolak, tidak ada satu pun faktor yang dapat mencegah proses menua. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Menurut Constantinides dalam Nugroho, 2008).

Menurut data UN Wold Population Prospect: The 2010 Revision, prevalensi lansia di dunia tahun 2010 adalah 10,03% dan akan meningkat menjadi 10,06% di tahun 2020. Sedangkan prevalensi lansia di Indonesia tahun 2010 adalah 9,9% dan akan meningkat menjadi 10,03% di tahun 2020. Prevalensi penyakit terbanyak pada lansia tahun 2013 menurut data Rikesdas (2013) adalah hipertensi (57%), DM (4,8%), stroke (46%), penyakit jantung koroner (3,6%) dan penyakit kulit (2,33%).

Penurunan yang terjadi pada lansia dengan sistem integumen yaitu perubahan kulit, perubahan kulit merupakan salah satu perubahan yang nyata dan dapat dilihat. Dengan bertambahnya usia kadar asam amino pembentuk kolagen pun berkurang sehingga kolagen menjadi bermutu rendah, kehilangan kelembaban dan menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tak mampu menopang kulit dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas.

Perubahan kulit pada lansia dapat dilihat dari perubahan stratum korneum, epidermis, dermis dan subkutan. Penampilan kulit yang kasar dan kering

(3)

disebabkan karena adanya perubahan pada stratum korneum. Selain itu, lansia sangat rentan mengalami infeksi pada bagian kulit, penyembuhan luka lambat, penurunan respon inflamasi dan hilangnya turgor kulit. Hal tersebut disebabkan karena adanya perubahan lapisan dermis seperti penurunan jumlah kolagen, penurunan sel-sel makrofag dan penurunan elastisitas. Perubahan pada lapisan subkutan juga memberikan dampak terhadap kulit lansia seperti peningkatan risiko hipertermia dan peningkatan risiko cedera.

Selain dari perubahan sistem integumen pada lansia, faktor lingkungan juga dapat menyebabkan terjadinya masalah kulit pada lansia. Kelembaban yang rendah, polusi serta cuaca yang panas menjadi faktor predisposisi timbulnya masalah integritas kulit, paparan sinar UV matahari dapat menyebabkan penebalan pada lapisan epidermis, perubahan pada kolagen dan elastisitas, serta menyebabkan atrofi pada lapisan kulit dan jaringan subkutan (Proksch, 2008). Selain radiasi UV, polusi juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan penuaan kulit pada lansia (Vierkotter, 2010). Masalah kulit yang umumnya terjadi pada lansia seperti scabies, priuritus, xerosis, infeksi jamur dan dermatitis (Smith & Hsieh, 2008).

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman atau kutu sarcoptes scabiei var.hominis. Scabies disebabkan oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes Scabiei) yang mudah menular dari kutu gatal sarcoptes scabiei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum membentuk terowongan lurus atau berbelok sepanjang 0,6-1,2 cm. Tanda dan gejala dari scabies adalah gatal yang biasanya parah dan akan memburuk pada malam hari dan ada lecet atau benjolan kecil dan tipis di kulit. Komplikasi dari scabies yaitu terjadi lesi, bisul yang bernanah ,ruam dan kemerahan. Penyakit scabies ini tentu saja menganggu kebutuhan aman nyaman pada sistem integumen manusia dengan menimbulkan rasa nyeri karena luka yang sangat gatal dan akan memburuk pada malam hari, luka yang kemerahan dan kadang bernanah.

(4)

Angka kejadian scabies diseluruh dunia dilaporkan ada sekitar 300 juta kasus pertahun (Chosidow, 2009), jumlah kasus baru penyakit scabies berjumlah 1.135 orang dan tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 2.941 orang. Menurut Depkes RI 2008, data prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95% dan scabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Faktor yang berperan pada tingginya angka kejadian scabies pada negara-negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang berhubungan dengan rendahnya tingkat kebersihan diri, akses air yang sulit dan kepadatan penduduk (Johnstone & Strong, 2008). Oleh karena itu, angka kejadian scabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan, panti jompo dan pondok pesantren (Steer, Jenney., et al. 2009; Potter & Perry, 2010).

Menurut Maryam (2008), pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi upaya kesehatan yaitu peningkatan (promotion), pencegahan (preventive), pembatasan kecacatan serta pemulihan (rehabilitative). Upaya promotif yaitu untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa : Penyuluhan, demonstrasi dan pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal masalah gizi dan diet, keperawatan kasus darurat dan olah raga. Upaya preventif untuk scabies adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik pada sistem integumen yaitu memeriksa adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1cm. Pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel dan timbul ruam. Dilakukan pemeriksaan kepala dengan melihat adanya bula, dada dengan melihat adanya bula, punggung dengan melihat adanya bula dan luka decubitus, ekstermitas dengan melihat adanya bula dan luka decubitus. Upaya kuratif untuk scabies adalah dengan melakukan perawatan luka pada klien, upaya rehabilitative (pemulihan), yaitu dengan menggunakan terapi modalitas yang mengajarkan klien untuk tidak

(5)

menggaruk area luka, tetapi dialihkan dengan cara menepuk-nepuk area luka.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Sistem Integumen : Scabies.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan atau mendeskripsikan pengalaman nyata dalam memberikan “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Sistem Integumen : Scabies”

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman sistem integumen : scabies.

b. Mampu menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman sistem integumen : scabies.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman sistem integumen : scabies.

d. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman sistem integumen : scabies.

e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman sistem integumen : scabies.

f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta dapat mencari solusinya.

(6)

C. LINGKUP MASALAH

Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan kepada lansia Ny.A dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman sistem integumen : scabies di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2 Cengkareng. Pada tanggal 03-05 April 2019.

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan metode deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana peserta didik mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode ini disebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data atau informasi (wawancara langsung dengan klien Ny.A dan petugas kesehatan, observasi, pemeriksaan fisik).

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dari sistematika penulisan.

BAB II Membahas tentang konsep dasar masalah kesehatan yang terdiri dari pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan dan konsep lanjut usia secara teori meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB III Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil langsung tentang asuhan keperawatan lanjut usia meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

(7)

BAB IV Pembahasan yang membahas kesenjangan teori kasus, analisa dari faktor-faktor pendukung dan penghambat serta alternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan di tiap-tiap yang meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB V Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Penyertaan Modal (lnvestasi) Pemerintah Daerah sebesar Rp.45.500.000.000,00 dapat dianggarkan apabila telah ditetapkan peraturan daerah tentang penyertaan modal dan

Prevalence of microplastics in Singapore’s coastal marine environment.. Microplastics in Singapore’s c oastal mangrove

-Menempatkan bahan berbahaya di tempat yang aman, rapi, dan terlindung -Penyimpanan bahan berbahaya terpisah dari peralatan dan bahan baku -Penggunaan bahan racun tidak

Marganingsih, Margaretha. Increasing the Speaking Fluency of the Second Grade Students of SMA Negeri 1 Maos. Yogyakarta: English Language Education Study Program, Sanata

Warok memiliki pengetahuan yang baik tentang cara hidup dalam budaya Jawa. Hal ini sesuai dengan ilmu kanuragan yang

Informasi akademik merupakan bagian terpenting dalam pendidikan pada masa kini. Dipicu oleh kemajuan teknologi informasi, berbagai organisasi pendidikan mengharapkan suatu sistem

INTAN CILACAP ” di susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret