• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahok Milik Indonesia!

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ahok Milik Indonesia!"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Ahok Milik Indonesia!

BY MELDEN PERDANA ON MAY 10, 2017 LUAR NEGERI https://seword.com/luar-negeri/ahok-milik-indonesia/

Salah satu contoh komentar yang menganjurkan Ahok pindah negara saja (Sumber: Detik.com)

Sesaat setelah vonis Ahok dibacakan dan akhirnya Ahok harus menjalani hukuman 2 tahun penjara, reaksi masyarakat terhadap kasus ahok seperti meledak.

Tidak sedikit yang mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap hakim, dan sistem peradilan Indonesia yang dianggap cacat dan takut terhadap tekanan sebagian publik yang menginginkan Ahok dipenjara.

Dari sekian banyak respons yang saya perhatikan, ada sebuah respons yang sekalipun tidak sebesar ungkapan kekecewaan terhadap hakim tetapi cukup signifikan muncul di beberapa forum dan media sosial.

Pendapat itu adalah sebuah ide kalau Ahok sebaiknya mencari negara lain saja untuk membaktikan dirinya.

Sebagian merasa, pengorbanan Ahok untuk negeri ini adalah sia-sia. Setelah semua yang telah dilakukannya terhadap bangsa ini, sebagian orang merasa bahwa akan sulit bagi Ahok dan makin akan dipersulit bilamana ia ngotot mau berjuang di jalur politik.

Hanya oleh karena latar belakang Tionghoanya, dan karena agama Nasraninya, sebagian orang mulai berpikir kalo negara ini tidak akan pernah memberikan ruang bagi Ahok untuk memberikan hidupnya untuk melayani bangsa.

Ini diperkuat dengan kalimat Ahok sendiri yang memang mengatakan bahwa dia tidak tertarik untuk menjadi menteri atau duduk dalam kepemimpinan politik lagi sejak kalah di pilkada Jakarta.

(2)

2 Alasannya, sepertinya memang tidak ada tempat bagi minoritas seperti dirinya dalam percaturan politik Indonesia.

Dalam pikiran saya, ungkapan agar Ahok pindah negara ini hanyalah ungkapan kekecewaan hati sebagian orang terhadap hasil vonis diatas tuntutan jaksa terhadap Ahok.

Siapa yang tidak sedih, kecewa, dan marah saat melihat sebuah ketidakadilan seperti yang terjadi di persidangan Ahok masih harus terjadi sementara mereka yang makar dan menghina Pancasila sepertinya masih berleha-leha diluar sana.

Bahkan tidak sedikit pandangan sinis yang mengatakan bahwa adalah kebodohan kalau mau kerja jujur dan benar di Indonesia.

Dan kalau ungkapan ini kita dalami lebih dalam lagi, tidak menutup kemungkinan kalau ide ini akan digaungkan lebih keras lagi kalau keadaan tidak berubah.

Ahok sendiri sering mengungkapkan dalam berbagai wawancara kalau pada awalnya, dia ingin pindah ke Kanada karena kekesalannya yang luar biasa terhadap kotornya pejabat di Indonesia.

Hanya saja, ayahnya melarang dan meminta dia untuk mengabdikan dirinya sebagai pelayan masyarakat di Indonesia.

Haruskan memang Ahok sebaiknya pindah negara saja? Apakah benar tidak ada ruang buat orang seperti Ahok di Indonesia? Akankah Ahok lebih berguna dan berjasa di negara lain?

Saya tentu saja tidak bisa menjawab semua pertanyaan ini. Saya bukan Ahok, kenal aja tidak.

Yang dapat saya lakukan hanyalah menyodorkan sebuah pandangan yang mungkin bisa dijadikan sebuah perenungan kecil, dan perenungan ini saya bawakan melalui kisah sejarah yang terjadi tidak jauh dari Indonesia.

Pelajaran dari Sejarah Negara Tetangga

Setelah Ahok menjadi terpidana, dan akhirnya harus masuk penjara, banyak orang segera mensetarakan Ahok dengan seorang pemimpin ternama lainnya bernama Nelson Mandela.

(3)

3 Memang ada kecocokan yang kentara diantara keduanya. Dipenjara oleh karena mereka dianggap sebagai minoritas yang perlu untuk dibungkam.

Tetapi ada lagi seorang pemimpin negara yang juga memiliki sedikit banyak kesamaan seperti Ahok, dan beliau adalah pendiri negara Singapura, Lee Kuan Yew.

Dua-duanya adalah dari keturunan Tionghoa, dan juga dari golongan dialek yang sama, Hakka. Lee Kuan Yew juga dikenal sebagai seorang yang cerdas, ulet, pekerja keras, dan percaya bahwa sistem pemerintahan yang transparan dan bebas korupsi harus ada kalau sebuah negara ingin maju. Lee juga dikenal sebagai seorang yang berani menyampaikan pemikirannya tanpa basa basi.

Saya bukanlah seorang ahli sejarah, tetapi tidak sulit sebetulnya mencari sejarah Singapura karena Lee Kuan Yew mendokumentasikannya dalam sebuah memoir yang dia tulis dengan judul “The Singapore Story” (Kisah Singapura).

Di dalam buku yang tebalnya 680 halaman ini (mirip-mirip dengan disertasi dari seorang doktor yang rajin menulis di twitter), dengan panjang lebar diceritakan lika liku perjalanan negara Singapura mulai dari menjadi bagian koloni Inggris, memperoleh kesempatan untuk berdiri sendiri, hingga menjadi bagian dari Federasi Malaysia, sampai akhirnya Singapura kembali menjadi sebuah negara yang berdiri sendiri.

Tetapi artikel ini bukanlah ingin membahas sejarah Singapura secara mendalam. Fokus dari artikel hanyalah ingin menceritakan pergolakan yang terjadi sekitar tahun 60’an saat Singapura dan Malaysia masih berada di dalam negara yang sama di bawah nama Federasi Malaysia.

Sebagaimana yang dituliskan di dalam buku “the Singapore Story”, ketegangan besar terjadi antara Singapura dan Malaysia disebabkan oleh ide yang dipelopori oleh Lee Kuan Yew, bahwa Federasi Malaysia harus mau untuk merubah ideologinya kepada apa yang disebut dengan “Malaysian Malaysia”.

Usaha Perubahan Ideologi Federasi Malaysia

Ideologi ini menekankan bahwa setiap warga negara Malaysia, entah apapun latar belakang ras-nya wajib menerima perlakuan yang sama.

Ada pandangan di antara banyak warga non-melayu di dalam federasi Malaysia saat itu yang merasa bahwa ada perlakuan istimewa yang diberikan kepada rumpun melayu dan ini merupakan sebuah ketidakadilan.

(4)

4 Lee berharap bahwa tidak akan ada lagi sebuah dikotomi yang membeda-bedakan ras di dalam federasi Malaysia yang selama ini masih terjadi; Dimana sekalipun seseorang mungkin berkewarganegaraan sama tetapi oleh karena rasnya, maka harus mendapat perlakuan berbeda

Konsep “Malaysian Malaysia” ini menjadi salah satu sumber ketegangan politik yang sangat besar oleh karena perlawanan yang sengit dari partai yang berseberangan dengan partai pimpinan Lee Kuan Yew.

Ketegangan ini semakin meruncing dengan mulai dibawanya pemisahan antara kaum melayu yang disebut bumiputera (yang artinya sama dengan pribumi) dengan ras lain terutama ras tionghoa ke dalam politik.

Paling tidak tercatat dua kerusuhan besar terjadi yang latar belakangnya diduga dimotori oleh konflik rasial antara rumpun melayu dengan rumpun tionghoa.

Lee Kuan Yew mulai diserang dengan berbagai fitnah dan rumor, yang pada dasarnya menuduh bahwa Lee menekan dan mendiskriminasi kaum melayu di Singapura. Fitnah pun semakin menjadi dengan menuduh bahwa Lee merupakan agen komunis dan agen Jakarta (Indonesia saat itu sedang dalam konflik dengan Malaysia dibawah slogan “Ganyang Malaysia”), dan merupakan ancaman bagi keutuhan federasi Malaysia.

Partai pimpinan Lee Kuan Yew pun tidak luput dari serangan. Partai pimpinan Lee disebut sebagai “partai pro-chinese, berorientasi komunis dan anti-Melayu” (hal.608)

Akan terlalu panjang kalau saya tuliskan dengan lebih mendalam lagi apa saja yang terjadi di tahun 60’an tentang sepak terjang Lee Kuan Yew di politik federasi Malaysia. Bagi pembaca yang tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam, silahkan saja membeli buku “The Singapore Story” atau bisa juga men-google nya di Internet. (Tetapi tentu saja bacalah sumber internet dari sumber sejarah yang kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan.)

Namun secara singkatnya, Lee yang kebetulan seorang tionghoa, menjadi duri dalam daging di dunia politik yang didominasi oleh kaum melayu.

Ide dan gagasan Lee sebetulnya cerdas dan brilian. Lee ingin memajukan ekonomi dan kemakmuran Federasi Malaysia yang baginya dapat tercapai ketika dikotomi ras dikecilkan bahkan dihilangkan.

(5)

5 Lee juga ingin melihat Federasi Malaysia yang memiliki kebijakan yang tidak berpihak kepada ras tertentu khususnya memberikan perhatian khusus kepada bumiputera.

Konsep Malaysians Malaysia ini menekankan nasionalisme yang tidak didasarkan oleh ras, melainkan berdasarkan keyakinan yang sama untuk kemakmuran bersama.

Akhir Dari Perjuangan – Pemisahan Malaysia dan Singapura

Akan tetapi kondisi politik Federasi Malaysia saat itu tidak bisa menerima ide yang dimotori Lee Kuan Yew bahwa tidak boleh ada keberpihakan khusus pemerintah terhadap kaum pribumi/bumiputera.

Sehingga tekanan demi tekanan terus terjadi, termasuk ide untuk memenjarakan Lee Kuan Yew melalui demonstrasi yang terjadi pada tanggal 16 Mei 1965. Demonstrasi ini juga diikuti dengan sebagian dari orang-orang muda dari partai yang menentang Lee Kuan Yew yang membawa spanduk bertuliskan “Tangkap Lee Kuan Yew”, dan “Hancurkan Lee Kuan Yew”

Melihat keadaan yang semakin berbahaya ini, Parlemen Malaysia akhirnya mengadakan pertemuan untuk menentukan pendapat tentang masa depan Singapura di dalam Federasi Malaysia.

Keputusan sangat bulat didapat (126 setuju, 0 tidak setuju) untuk menyatakan bahwa Singapura harus berpisah dari Federasi Malaysia dan menentukan nasibnya sendiri. Dan akhirnya, Lee Kuan Yew dan partainya harus disingkirkan dari politik federasi Malaysia dan selanjutnya Singapura menjadi sebuah negara yang berdiri sendiri.

Ketika Singapura berpisah dari Federasi Malaysia, Singapura hanyalah sebuah pulai kecil diantara dua negara besar. Singapura pun tidak memiliki sumber daya alam yang kaya dan melimpah. Singapura bahkan dalam keadaan melarat dan sangat lemah. Singapura seperti dicampakkan dan sepertinya memang tidak ada harapan.

Akan tetapi melawan segala tantangan, di bawah pimpinan Lee Kuan Yew, negara kecil ini menjadi negara dengan kekuatan ekonomi kelas dunia.

(6)

6

Singapura: sebuah kota modern (Kredit Foto: Russel Gentapanan)

Di dalam berbagai indeks pembangunan, kemakmuran, dan kesejahteraan, Singapura selalu berada jauh diatas Indonesia bahkan Malaysia.

Selama bertahun-tahun lamanya Singapurapun selalu berada di ranking 10 besar dalam Indeks Persepsi Korupsi sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia.

Dalam bidang keamanan, angka kriminalitas di Singapura sangatlah rendah, apalagi kalau mau dibandingkan dengan Indonesia.

Apa Hubungannya Dengan Ahok?

Saya tidak sedang berusaha menyamakan Lee Kuan Yew dan Ahok.

Karena sekalipun ada persamaan di beberapa aspek kehidupan kedua orang ini, ada banyak perbedaan yang bisa juga dilihat.

Merekapun hidup di dalam era berbeda, pengalaman hidup juga tidak selalu sama dan tidak ada niat saya untuk menyandingkan keduanya di dalam posisi yang sama.

Sayapun tidak sedang membanggakan negara lain.

Hanya saja saat kita kembali ke kisah Ahok, ide yang menggagas bahwa jalan terbaik bagi Ahok adalah untuk mencari negara lain untuk membaktikan dirinya, ada sesuatu yang saya lihat menarik.

Ide agar Ahok pindah negara saja saya lihat memiliki kemiripan dengan ide bahwa adalah lebih baik kalau Singapura berpisah saja dari Federasi Malaysia di tahun 60’an.

Dan kalau Ahok akhirnya harus angkat kaki dari Indonesia setelah menjalani masa tahanannya, yang akan mengalami kerugian paling besar adalah mereka yang ditinggalkan Ahok bukan Ahok sendiri.

Karena sejarah telah membuktikan, tidak menutup kemungkinan kalau sebuah negara bahkan negara kecil yang dikelilingi negara besar; yang harus terpisahkan oleh karena perbedaan ideologi dan latar belakang etnis, bisa mencapai kemakmuran kalau pemimpinnya benar-benar memperhatikan rakyatnya, dan didukung oleh sistem pemerintahan yang bersih dan tidak korup.

(7)

7 Karena kemanapun Ahok akan mengabdikan dirinya maka keyakinan dirinya, ketulusannya, dan kejujurannya yang akan terus menjadi bagian dari mereka yang dipimpinnya.

Karena sejak awal, Ahok adalah sebagian kecil dari pemimpin yang tidak bermuka dua, yang tidak perduli dengan pencitraan demi simpati masyarakat, dan yang terpenting, ucapannya telah juga dibuktikan melalui hasil yang nyata dan terukur.

Karena itu saya tidak juga menyudutkan mereka yang berpikir kalau Ahok sebaiknya mencari tempat dimana orang-orang dapat menerima dia apa adanya. Yang bisa menerima beliau dalam segala kelebihannya, maupun kekurangannya.

Karena memang sesuatu yang sangat pragmatis kalau orang seperti Ahok bisa memberikan kontribusi berharga dimanapun itu.

Ahok akan lebih berguna untuk berkarya di tempat lain dibandingkan untuk tetap tinggal di tempat dimana masih banyak orang-orang yang terlalu naif akan dirinya.

Yang berpikir bahwa dia telah memiliki dunia walaupun sebetulnya tidak punya banyak. Yang dengan tanpa malu menampilkan dirinya seolah-olah hebat sekalipun sebetulnya mereka miskin. Entah itu miskin dalam kekayaan ilmu, miskin dalam kecukupan dan kecakapan berpikir, bahkan miskin dalam penguasaan bahasa sampai tidak bisa membedakan apa itu etika (ethics) dan etiket (etiquette).

Yang masih terkungkum dalam pemikiran bahwa suara keras lebih baik daripada kerja keras.

Yang masih merasa punya hak khusus karena mereka “pribumi” tapi tidak mau membumi. Yang merasa suara mereka harus didengar karena mereka “mayoritas” sekalipun arti mayoritas itu sendiri sebetulnya sangat rancu karena itu sangat tergantung dimana anda berdiri.

Karena bilamana anda seorang Kristen di Sulawesi Utara, maka anda adalah golongan mayoritas.

Sementara itu bilamana anda berdiri sebagai seorang Jawa di Papua anda adalah seorang minoritas.

Sebab itu satu-satunya golongan mayoritas di negara ini adalah warga negara Indonesia, bukan agama tertentu, bukan ras tertentu, dan bukan bahasa tertentu.

(8)

8 Tetapi sayangnya, masih banyak dari bagian bangsa ini yang menyudutkan sesama saudaranya hanya karena merasa mereka kekuatan “terbesar”.

Untuk apa tinggal dan hidup bersama orang-orang seperti ini saat Ahok mampu memberikan kontribusi yang lebih besar kepada orang orang yang mau menerima beliau apa adanya.

Akan tetapi di waktu yang sama, disinilah saya mulai mengerti mengapa ada ribuan bunga saat beliau dan pak Djarot kalah dalam Pilkada baru-baru ini.

Saya mulai mengerti mengapa ada ribuan balon, mengapa ada ratusan bahkan ribuan orang rela untuk berdiri di samping pagar penjara kemarin ketika pak Ahok memulai babak baru sebagai narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

Ini karena dibalik riuhnya pekik dan sorak gantung, bunuh, penjarakan, dan musnahkan penista agama, suara kecil ketulusan seorang Ahok untuk negeri ini masih sanggup untuk menyentuh hati dan sanubari dari orang orang di negeri ini.

Rasa cinta beliau yang sangat besar terhadap bangsa yang belum bisa mengerti dan menghargai cinta itu, bukanlah sepenuhnya cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Masih ada banyak hati dari orang-orang di dalam bangsa ini yang tersentuh oleh betapa besarnya cinta seorang Ahok bagi Indonesia.

Oleh karena itu, sekalipun mungkin bapak Ahok tidak bisa membaca pesan saya karena keterbatasan jeruji penjara, saya hanya ingin katakan, “jangan pernah berpikir untuk tinggalkan Indonesia Pak! anda adalah milik Indonesia, dan Indonesia bangga memilikimu!”

“Masih banyak dari mereka yang memanggil diri mereka Indonesia yang mungkin tidak sekeras dan selantang mereka yang berteriak gantung, bakar, usir, atau bunuh yang benar-benar tahu betapa berharganya bapak bagi Indonesia.”

“Ada banyak dari mereka yang tidak akan rela kalau orang seperti Pak Ahok harus dipisahkan dari Indonesia, dan diberikan kesempatan untuk memakmurkan negara lain hanya karena sebagian orang masih belum mau bangun dari delusi mereka.”

Sementara saya sedang menulis artikel ini, terngiang-ngiang dalam benak saya, lagu “Rayuan Pulau Kelapa” karya Ismail Marzuki. Lagu yang membuat banyak orang menitikkan air mata terharu saat mendengarkannya.

(9)

9 Lagu yang bercerita tentang indahnya Indonesia dan betapa kayanya negeri ini.

Saya tidak tahu apakah lagu ini merupakan lagu kegemaran pak Ahok. Tetapi satu hal yang saya percaya, pulau kelapa ini mencintai bapak sebagaimana bapak mencintainya. Dan oleh karena itu, biarlah pulau kelapa ini yang menjadi rumah bagi perjuangan bapak selama-lamanya.

Referensi:

Lee, Kuan Yew. (1998) The Singapore Story: Memoirs of Lee Kuan Yew. Singapore. Times Edition, Pte.Ltd

Referensi

Dokumen terkait

Hasil akhir penelitian ini adalah diketahuinya bahwa produk olahraga permainan badpingpong yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik” dan layak untuk

– Perubahan transisi Perubahan transisi adalah implementasi adalah implementasi dari suatu status baru yang dikenal. dari suatu status baru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kepala sekolah di MI Muhammadiyah PK Kartasura telah mampu mengembangkan sekolah menjadi unggul dengan menerapkan manajer dengan

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Peraturan Menteri Pekerjaan

*ader Pos U** adala pekerja $ang mempun$a% kesadaran dan mau &ekerja seara sukarela untuk men%ngkatkan dan memel%ara keseatan d%r% send%r% dan kelompokn$a

 perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris  contoh pemuatan kata yang tidak penting:.. “Pengalaman dari Praktik Sehari-hari …” atau, “Beberapa Faktor yang

dekat permukaan. Nilai ∆ MVBS yang dikategorikan sebagai plankton ditemukan menyebar dan terdeteksi tergantung dari threshold yang digunakan. 2) Jumlah kawanan ikan ditemukan

Hindi rin niya alam kung nakikipag- syota na ba sa kaniya si Doray o simpleng pinaglalakuan lang siya ng ‘tilapiya’ nito.Hindi nakatulog si Intoy sa gabing iyon nang sabihin ni Doray