BUKU PUTIH SANITASI
KABUPATEN ACEH TENGGARA
Sanitasi Lingkungan
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
POKJA SANITASI KABUPATEN ACEH TENGGARA
PROGRAM
NASIONAL
P
ercepatan
P
embangunan
S
anitasi
P
ermukiman
(
PPSP
)
Kabupaten
Aceh Tenggara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya Final Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara telah dapat diselesaikan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan untuk pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Laporan Akhir Buku Putih Santasi Kabupaten Aceh Tenggara ini merupakan penyempurnaan Draft Buku Putih Sanitasi. Penyempurnaan dilakukan berdasarkan masukan dan saran dari berbagai pihak atas Draft Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara. Penentuan Area Prioritas
(Priority Setting) pembangunan sanitasi dilaksanakan dengan
menggunakan hasil study Environmental Health Risk Assessment (EHRA), data sekunder yang tersedia dan persepsi dari Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) yang secara langsung menangani pembangunan sektor sanitasi.
Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini diharapkan sebagai dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang dijadikan dasar untuk pemutakhiran data Buku Putih Sanitasi untuk penyusunan SSK nantinya.
Kami menyadari bahwa Final Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan perbaikan dari berbagai pihak, terutama yang berpengalaman dalam bidang Sanitasi sangat kami harapkan, untuk kesempurnaan dalam penyusunan Buku Putih ini.
Atas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak dalam penyusunan laporan akhir Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara ini, kami ucapkan terima kasih dengan harapan semoga Final Buku Putih ini bermanfaat bagi pembangunan dan pengembangan sanitasi di Kabupaten Aceh Tenggara.
Kutacane, 26 Desember 2011 Bupati Aceh Tenggara,
DAFTAR SINGKATAN
APBK : Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten
BAB : Buang Air Besar
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
BAPPERMAS : Badan Pemberdayaan Masyarakat
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional
BLT : Bantuan Langsung Tunai
BOD : Biological Oxygen Demand
BORDA : Bremen Overseas Research and
Development Agency
BPS : Badan Pusat Statistik
CI : Confidence Interval
CL : Confidence Level
CSR : Corporate Social Responsibility
CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
DBD : Demam Berdarah Dengue
Dispenda : Dinas Pendapatan Daerah
DKP : Dinas Kebersihan dan Pertamanan
DLH : Dinas Lingkungan Hidup
DPKKD : Dinas Pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Daerah
DPRK : Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten
DSCR : Debt-Service Coverage Ratio
DSS : Diagram Sistem Sanitasi
EHP : Environmental Health Project
EHRA : Environment and Health Risk Assessment
Enu : Enumerator (petugas pengumpulan data)
FGD : Focus Group Discussion
GIS : Geographical Information System
HU : Hidran Umum
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KFM : Kebutuhan Fisik Minimum
KK : Kepala Keluarga
KLUI : Kelompok Lapangan Usaha Industri
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LH : Lingkungan Hidup
LNP : Lembaga Non Pemerintah
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi Cuci Kakus
MDGs : Millennium Development Goals
Monev : Monitoring dan Evaluasi
MPA : Methodology for Participatory Assessment
Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan
NGO : Non-Governmental Organization
NSPK : Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria
Ortala : Organisasi dan Tata Laksana
PDAL : Perusahaan daerah Air Limbah
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKK : Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga
PMJK : Partisipasi Masyarakat, Jender, dan
Kemiskinan
PNS : Pegawai Negeri Sipil
Pokja : Kelompok Kerja
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PRA : Partiicipatory Rapid Assessment
PT : Perguruan Tinggi
PU : Pekerjaan Umum
RDTRK : Rencana Detail Tata Ruang Kota
Renstra : Rencana Strategis
RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPH : Rumah Pemotongan Hewan
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SANIMAS : Sanitasi Berbasis Masyarakat
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
Sekda : Sekretaris Daerah
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMA : Sekolah Menengah Atas
Spv : Supervisor pengumpulan data
SR : Sambungan Rumah
SSK : Strategi Sanitasi Kota
TPA : Tempat Pengolahan Akhir
TPS : Tempat Penampungan Sementara
TTPS : Tim Teknis Pembangunan Sanitasi
TNGL : Taman Nasional Gunung Leuser
Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi
TUPM : Tempat Umum dan Pengolahan Makanan
UMR : Upah Minimum Regional
Unicef : United Nations Children’s Fund
USAID : United States Agency for International
Development
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Dinas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR SINGKATAN ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pengertian Dasar Sanitasi ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 6
1.4 Pendekatan dan Metodologi ... 7
1.5 Posisi Buku Putih ... 8
1.6 Sumber Data ... 10
1.7 Peraturan Perundangan ... 12
II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN ... 17
2.1 Geografis, Topografis dan Geohidrologi ... 17
2.1.1 Geografi ... 17
2.1.2 Topografis ... 18
2.1.3 Geohidrologi ... 21
2.2 Administratif ... 25
2.3 Kependudukan ... 29
2.3.1 Jumlah dan Distribusi Penduduk ... 29
2.3.2 Kepadatan Penduduk ... 29
2.3.4 Struktur Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 34
2.4 Pendidikan ... 35
2.4.1 Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudlatul/Bustanul Athfal ... 36
2.4.2 Tingkat SD (SD dan MI) ... 37
2.4.3 Tingkat SMP (SMP dan MTs) ... 40
2.4.4 Tingkat SM (SM dan MA) ... 43
2.4.5 Pendidikan Nonformal ... 46 2.5 Kesehatan ... 47 2.5.1 Fasilitas Kesehatan ... 47 2.5.2 Tenaga Kesehatan ... 48 2.6 Sosial Masyarakat ... 49 2.7 Perekonomian ... 50 2.7.1 Struktur Ekonomi ... 50 2.7.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 52
2.8 Visi dan Misi Kabupaten ... 53
2.8.1 Visi Kabupaten ... 53
2.8.2 Misi Kabupaten ... 53
2.9 Institusi dan Organisasi Pemda ... 54
2.9.1 Sekretariat Daerah ... 55
2.9.2 Sekretariat DPRK ... 56
2.9.3 Dinas Daerah ... 56
2.9.4 Lembaga Teknis Daerah ... 57
2.9.5 Kecamatan ... 58
2.9.6 Desa ... 58
2.10 Tata Ruang Wilayah ... 58
2.10.1 Indikasi Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara ... 60
2.10.2 Indikasi Program Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara ... 62
2.10.3 Indikasi Program Perwujudan Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara ... 63
III. PROFIL SANITASI KABUPATEN ... 67
3.1 Kondisi Umum Sanitasi Kabupaten ... 67
3.1.1 Kesehatan Lingkungan ... 67
3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat ... 72
3.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air ... 80
3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga ... 80
3.1.5 Limbah Padat (sampah) ... 82
3.1.6 Drainase Lingkungan ... 84
3.1.7 Pencemaran Udara ... 85
3.1.8 Limbah Industri ... 85
3.1.9 Limbah Medis ... 86
3.2 Pengelolaan Limbah Cair ... 87
3.2.1 Landasan Hukum/ Legal Operasional... 87
3.2.2 Aspek Institusional ... 89
3.2.3 Cakupan Pelayanan ... 91
3.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi ... 92
3.2.5 Peran serta Masyarakat dan Jender Dalam Penanganan Limbah Cair ... 95
3.2.6 Permasalahan ... 96
3.3 Pengelolaan Persampahan (Limbah Pdat) ... 97
3.3.1 Landasan Hukum/ Legal Operasional... 97
3.3.2 Aspek Institusional ... 98
3.3.3 Cakupan Pelayanan ... 99
3.3.4 Aspek Teknis dan Teknologi ... 99
3.3.5 Peran Serta Masyarakat dan Jender Dalam Pengelolaan Sampah ... 104
3.3.6 Permasalahan Dalam Pengolahan Sampah ... 106
3.4 Pengelolaan Drainase ... 107
3.4.1 Landasan Hukum/ Legal Operasional... 107
3.4.3 Cakupan Pelayanan ... 108
3.4.4 Aspek Teknis dan Teknologi ... 108
3.4.5 Peran serta Masyarakat dan Jender Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan ... 109
3.4.6 Permasalahan ... 109
3.5 Penyediaan Air Bersih ... 112
3.5.1 Landasan Hukum/ Legal Operasional... 114
3.5.2 Aspek Institusional ... 114
3.5.3 Cakupan Pelayanan ... 114
3.5.4 Aspek Teknis dan Teknologi ... 116
3.5.5 Permasalahan ... 118
3.6 Komponen Sanitasi Lainnya ... 120
3.6.1 Penanganan Limbah Industri ... 120
3.6.2 Penanganan Limbah medis ... 121
3.6.3 Kampanye PHBS ... 121
3.7 Pembiayaan Sanitasi Kabupaten ... 122
3.7.1 Persiapan Pemetaan Keuangan ... 123
3.7.2 Langkah-langkah Pemetaan Keuangan ... 124
IV. RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN ... 131
4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten ... 131
4.2 Strategi Penanganan Sanitasi Kabupaten ... 132
4.3 Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair ... 139
4.3.1 Sistem Terpusat (Off Site) ... 139
4.3.2 Sistem Sanimas ... 140
4.3.3 Sistem On Site ... 145
4.4 Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah (Limbah Padat) ... 146
4.5 Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan .. 148
4.6 Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum ... 151
V. INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN
SANITASI ... 156
5.1 Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya ... 156
5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas 160 5.3 Komunikasi Untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi Hasil Pemetaan Media ... 169
5.4 Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi ... 171
VI PENUTUP ... 175
6.1 Harapan ... 175
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Bentuk wilayah dan kelas lereng 20 Tabel 2.2 Sungai-sungai utama di Kabupaten Aceh Tenggara 23 Tabel 2.3 Luas Kecamatan, jumlah Desa, Kelurahan dan Mukim di
Kabupaten Aceh Tenggara 2010
27
Tabel 2.4 Rata-rata rumah tangga menurut Kecamatan 31 Tabel 2.5 Jumlah penduduk, jumlah KK, dan pertumbuhan penduduk
Kab. Aceh Tenggara tahun 2008-2010
32 Tabel. 2.6 Data TK dan RA/BA tahun pelajaran 2010/2011 37 Tabel. 2.7 Data Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiayah tahun
2010/2011
39 Tabel 2.8 Data Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah tahun 2010/2011
42
Tabel 2.9 Data Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, dan Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2010/2011
43 Tabel 2.10 Data peserta didik PAUD, kesetaraan, dan penduduk buta
huruf tahun 2010/2011
46
Tabel 2.11 Fasilitas kesehatan menurut Kecamatan Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2008-2009
47 Tabel 2.12 Banyaknya tenaga medis dirinci menurut Kecamatan
dalam Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2011
48
Tabel 2.13 Keadaan Keagamaan Tahun 2010 49
Tabel 2.14 Struktur perekonomian Kab. Aceh Tenggara Tahun 2007-2009 (persen)
51 Tabel 2.15 Laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Kab. Aceh
Tenggara tahun 2008-2009
53
Tabel 2.16 Indikasi program penyusunan RTRW Kab. Aceh Tenggara Tahun 2009-2029
65
Tabel 3.1 Indikator kesehatan masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara
73 Tabel 3.2 Persepsi masyarakat terhadap wadah sampah di
Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2011
Tabel 3.3 Persepsi terhadap pengumpulan sampah di Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2011
102 Tabel 3.5 Penyebab genangan yang terjadi di Kota Kutacane
Kabupaten Aceh Tenggara
110 Tabel 3.6 Alternatif penanganan gangguan yang terjadi di Kota
Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara
111 Tabel 3.7 Kriteria umum pelayanan sistem perpipaan air bersih 113 Tabel 3.8 Kriteria teknis sistem jaringan perpipaan air bersih 113 Tabel 3.9 Sumber air yang digunakan untuk memasak, mencuci
pakaian, piring, dan gosok gigi
114
Tabel 3.10 Wilayah pelayanan/data kawasan PDAM Tirta Agara 115 Tabel 3.11 Kapasitas produksi air minum pada PDAM Tirta Agara
menurut sumber air dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2011
116
Tabel 3.12 Aspek dokumen dan sumber dokumen 123 Tabel 3.13 Informasi teknis keuangan sub sektor sanitasi 123 Tabel 3.14 Index kapasitas fiskal Kabupaten Aceh Tenggara 126 Tabel 3.15 Informasi teknis keuangan sub sektor sanitasi 127 Tabel 3.16 Belanja sanitasi pada SKPK Kabupaten Aceh Tenggara 130 Tabel 5.1 Daerah area berisiko Kabupaten Aceh Tenggara 158 Tabel 5.2 Hasil temuan dan analisa survey PMJK pada area berisiko 164 Tabel 5.3 Besaran pengeluaran keluarga untuk air minum,
pengangkutan sampah, dan penyedotan tanki septik
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta ketinggian tempat Kabupaten Aceh Tenggara 19 Gambar 2.2 Peta kemiringan lereng Kabupaten Aceh Tenggara 20 Gambar 2.3 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Aceh
Tenggara
22
Gambar 2.4 Sungai lawe alas dan Kali Bulan Kabupaten Aceh Tenggara
23
Gambar 2.5 Peta orientasi Kabupaten Aceh Tenggara 25 Gambar 2.6 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Tenggara 26 Gambar 2.7 Peta daerah studi buku putih 28
Gambar 2.8 Peta kepadatan penduduk 30
Gambar 2.9 Peta rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
61 Gambar
2.10
Peta rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
62 Gambar
2.11
Peta kawasan strategis wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
64 Gambar 3.1 Skema sistematis pembuangan limbah cair rumah
tangga di Kabupaten Aceh Tenggara
81
Gambar 3.2 Skema sistem pembuangan limbah cair rumah tangga di Kabupaten Aceh Tenggara
93
Gambar 3.3 Skema sistem pembuangan limbah cair rumah tangga dengan cubluk di Kabupaten Aceh Tenggara
94
Gambar 3.4 Wadah sampah di Kabupaten Aceh Tenggara 101 Gambar 3.5 Prinsip dasar sistem distribusi air bersih 112 Gambar 3.6 Alur penyusunan data keuangan 130 Gambar 5.1 Peta penetapan area berisiko Kabupaten Aceh
Tenggara
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 2.1 Proporsi luas Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara
27
Grafik 2.2 Perkembangan jumlah penduduk dan KK Kab. Aceh Tenggara tahun 2008-2010
33
Grafik 2.3 Perkembangan kepadatan penduduk Kab. Aceh Tenggara tahun 2008-2010 (jiwa/Km²)
33
Grafik 2.4 Pertumbuhan penduduk Kab. Aceh Tenggara tahun 2008-2010 (%)
31 Grafik 2.5 Jumlah penduduk, jumlah KK, dan pertumbuhan
penduduk Kab. Aceh Tenggara tahun 2008-2010
32 Grafik 3.1 Penilaian rumah sehat propinsi Aceh 69 Grafik 3.2 Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2009
70 Grafik 3.3 Persentase tempat umum dan pengolahan makanan
(TUPM) Kab. Aceh Tenggara
72
Grafik 5.1 Persentase tempat pembuangan bekas pampers 166 Grafik 5.2 Kegunaan sabun bagi keluarga 167
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) sebagai cetak biru bagi pembangunan Sanitasi komprehensif di kawasan perkotaan. Roadmap ini akan diterapkan secara bertahap di 330 Kabupaten/kota di seluruh Indonesia mulai tahun 2010 hingga 2014.
Di samping untuk mengejar ketertinggalan dari sektor-sektor lain, roadmap Sanitasi juga dimaksudkan untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia memenuhi tujuan-tujuan Millennium Development Goals (MDGs), khususnya yang terkait dengan Butir 7 target ke-10 MDG, yakni “mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada air yang aman diminum dan Sanitasi yang layak pada tahun 2015”. Target ini bisa dipenuhi secara kuantitif, tetapi secara kualitatif layanan yang tersedia masih belum memadai.
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) atau
roadmap Sanitasi merupakan muara berbagai aktifitas terkait
pembangunan sektor Sanitasi yang berlangsung beberapa tahun terakhir. Dimulai dengan Konferensi Sanitasi Nasional, November 2007, yang
merintis kesepakatan langkah-langkah penting pembangunan Sanitasi seiring pencapaian MDGs, penyelenggaraan International Year of Sanitation, 2008, yang mampu meningkatkan kesadaran dan komitmen pemerintah pusat dan daerah, dan Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan, April 2009, yang berhasil mengidentifikasi isu-isu terkait sektor Sanitasi dan memperkenalkan pendekatan Strategi Sanitasi Kabupaten yang lebih praktis.
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
diarahkan pada upaya memenuhi tiga sasaran, yakni : menghentikan perilaku Buang Air Besar sembarangan (BABs) pada tahun 2014, di perkotaan dan pedesaan. Pengurangan timbunan sampah dari sumbernya dan penanganan sampah yang ramah lingkungan serta pengurangan genangan di 100 Kabupaten/kota seluas 22.500 hektar.
Komitmen Kabupaten Aceh Tenggara dalam program PPSP secara menyeluruh dimulai dengan memenuhi persyaratan yang antara lain 1) Surat penyampaian minat yang ditandatangani Bupati dan Ketua DPRK Aceh Tenggara pada tanggal 24 Mei 2010 Nomor 050/118/2011 tentang Penyampaiaan Minat Mengikuti PPSP Tahun 2011, 2) Draf SK pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Tanggal 29 Oktober 2010 Nomor 050/156/2010 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2010, 3) RKA PPSP Tahun 2011, 4) Rekomendasi dari Pokja Provinsi Aceh. Kesemua persyaratan tersebut disusun melalui tahapan
dan proses yang sistematis dari tahun 2010 sampai 2011 sehingga terpilihnya Kabupaten Aceh Tenggara sebagai peserta PPSP yang dimulai dari pertengahan tahun 2011 hingga akhir tahun 2011.
Dalam menjalankan tugasnya Pokja Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara melakukaan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji, serta menganalisa data dalam rangka memetakan Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara. Adapun data-data tersebut akan ditindaklanjuti dalam
pertemuan-pertemuan yang akan datang serta siapa yang
bertanggungjawab terhadap hasil data-data tersebut. Hasil pengumpulan data tersebut dituangkan dalam sebuah dokumen yang disebut Buku Putih Sanitasi.
Adapun pentingnya penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah untuk memberikan informasi data yang valid dan akurat sebagai materi penyusunan kebijakan dalam strategi Sanitasi Kabupaten, agar pembangunan Sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan serta untuk memberikan gambaran yang jelas dan aktual mengenai kondisi dan profil Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara pada saat ini.
1.2. Pengertian Dasar Sanitasi
Berdasarkan pengertiannya yang dimaksud dengan Sanitasi adalah suatu upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
Di dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 22
disebutkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan Sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologi termasuk perubahan perilaku. Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia, melalui pemukiman antara lain rumah tinggal dan asrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara perkantoran dan kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya yang harus dilakukan dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah obyek Sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerja seperti: dapur, restoran, taman, publik area, ruang kantor, rumah dsb.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kegiatan Sanitasi meliputi aspek sebagai berikut:
1.Penyediaan air bersih/ air minum (water supply)
Meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas 2. Pemanfaatan air
3. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air 4. Cara pengolahan
2. Pengolahan sampah (refuse disposal) Meliputi hal-hal berikut :
1. Cara/system pembuangan
2. Peralatan pembuangan dan cara penggunaannya serta cara pemeliharaannya
3. Pengolahan makanan dan minuman (food sanitation) Meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. pengadaan bahan makanan/bahan baku 2. Penyimpanan bahan makanan/bahan baku 3. Pengolahan makanan
4. Pengangkutan makanan 5. Penyimpanan makanan 6. Penyajian makanan
4. Pengawasan/pengendalian serangga dan binatang pengerat (insect
and rodent control)
1. Meliputi cara pengendalian vector 5. Kesehatan dan keselamatan kerja
Meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Tempat/ Ruang kerja.
1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud
Adapun maksud penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara adalah untuk memberikan informasi data yang valid dan akurat sebagai materi penyusunan kebijakan dalam Strategi Sanitasi Kabupaten, agar pembangunan Sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan serta untuk memberikan gambaran yang jelas dan aktual mengenai kondisi dan profil Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara pada saat ini.
Pemetaan kondisi dan profil Sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona Sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Kabupaten Aceh Tenggara yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor Sanitasi di Kabupaten Aceh Tenggara.
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih Sanitasi ini antara lain adalah untuk pembangunan kapasitas
(capacity building) Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan,
menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan Sanitasi Kabupaten. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang
akan menangani dan mengelola program pembangunan dan
pengembangan Sanitasi ditingkat Kabupaten.
1.4 Pendekatan dan Metodologi
Pendekatan dan metodologi yang dipakai untuk penyusunan Buku Putih Kabupaten Aceh Tenggara secara keseluruhan dapat dijelaskan beberapa aspek metodologi yang digunakan untuk penyusunan Buku Putih yang antara lain dapat di jelaskan sebagai berikut :
1.Sumber Data
a. Dokumen yang mendukung dalam penyusunan Buku Putik Sanitasi yang berasal dari Dinas terkait, Kantor, yang berupa data statistik, majalah, media cetak, buku profil, sejarah, foto , peta serta dokumen arsip yang kesemuanya tersebut merupakan data mentah dan data final.
b. Sumber-sumber lainnya, yang terdiri dari sumber/ sejarah yang di ketahui oleh pihak yang mengerti tentang Sanitasi Kabupaten Aceh Tenggara. Baik dari LSM, Mahasiswa, pihak swasta, masyarakat sipil, tokoh masyarakat dan NGO.
Data sekunder tersebut diolah dan dianalisis berdasarkan kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten dan dilanjutkan dengan beberapa
survey Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survey peran media dalam perencanaan Sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender.
2.Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data, yaitu metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi serta kesepakatan pokja dalam mengambil keputusan tentang penetapan data sekunder yang dikumpulkan dan melalui beberapa tahapan seperti pengumpulan dokumen awal, analisis dan kesimpulan.
1.5. Posisi Buku Putih
Buku Putih pada hakekatnya adalah gambaran karakteristik dan kondisi Sanitasi, serta prioritas/arah pengembangan Kabupaten dan masyarakat saat ini. Sedangkan kegunaan Buku Putih adalah sebagai baseline data tentang kondisi Sanitasi Kabupaten saat ini bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan monev Sanitasi. Substansi Buku Putih Sanitasi mencakup :
Aspek kelembagaan Sanitasi Aspek keuangan Sanitasi Aspek komunikasi Sanitasi
Aspek partisipasi masyarakat, jender & kemiskinan (PMJK) Aspek partisipasi sektor swasta & lembaga non pemerintah Akses masyarakat terhadap sarana Sanitasi & PHBS
Proses penyusunan Buku Putih dilakukan oleh Pokja Kabupaten. Untuk memperoleh hasil yang optimal akan dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Pelatihan Pokja
2) Pengkajian setiap aspek yang terdiri dari aktifitas: Pengumpulan data sekunder dan primer
Diskusi (FGD, dan lokakarya) Survey lapangan
3) Penetapan Area Berisiko. 4) Konsultasi Publik
5) Penyusunan dokumen
Salah satu output dari Buku Putih adalah Penetapan Area Berisiko Sanitasi dari berbagai aspek. Dengan adanya pemetaan ini dapat diketahui kecamatan mana saja yang mempunyai resiko Sanitasi yang tinggi, menengah, rendah, dan aman (tidak ada resiko).
1.6. Sumber Data
Sumber data dalam penyusunan Buku Putih Saniasi Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan
yang dilakukan Pokja sepertisurvey Enviromental Health Risk Assesment
(EHRA), survey peran media dalam perencanaan Sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender.
Pengumpulan data sekunder yang dikumpulkan meliputi aspek umum, teknis, kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, keterlibatan sektor swasta dalam layanan Sanitasi serta aspek komunikasi. Data ini umumnya tersebar dibeberapa SKPK, tetapi tidak tertutup kemungkinan universitas setempat memiliki data terkait (biasanya berbentuk hasil penelitian), begitu pula instansi di Provinsi ataupun di Pemerintah Pusat. Oleh karenanya setelah dilakukan identifikasi kebutuhan data, anggota Pokja perlu melakukan identifikasi sumber datanya.
Khusus untuk aspek kebijakan daerah dan kelembagaan serta aspek keuangan, perlu dilakukan diskusi intensif tersendiri guna identifikasi data terkait Sanitasi. Hal ini karena umumnya belum ada keseragaman pemahaman dari kedua aspek tersebut yang terkait dengan Sanitasi. Diskusi ini membutuhkan fasilitasi dari ahli kebijakan daerah dan kelembagaan serta ahli keuangan.
Informasi tentang keterlibatan sektor swasta dalam layanan
Sanitasi sebagian sudah dikumpulkan dalam bagian „Pengumpulan Data
Awal‟ dan dilanjutkan pada saat melakukan pemetaan manajemen dan
operasi sistem Sanitasi. Kunjungan dan diskusi dengan para pemain di lapangan akan memberikan gambaran yang melengkapi informasi data sekunder. Kegiatan tersebut dilakukan pada bagian ini.
Demikian juga halnya dengan aspek komunikasi. Bila pada bagian sebelumnya pengumpulan informasi dilakukan melalui sumber internal, pada bagian ini informasi lebih lanjut diperoleh dari sumber eksternal. Ini dilakukan sembari memberikan penjelasan kepada pihak yang berkecimpung dalam bidang komunikasi (dalam hal ini media) tentang isu Sanitasi, dan mencari celah-celah kerja sama yang memungkinkan demi mendukung pembangunan Sanitasi di Kabupaten tersebut.
Dalam bagian ini akan dihasilkan dokumen Penilaian Pemetaan Cepat Sanitasi Kabupaten, yang berisi rangkuman bagian-bagian sebelumnya ditambah dengan:
a) draf area berisiko;
b) penetapan kawasan ‘urban-high’, ‘urban-medium’, ‘urban-low’, ‘peri
urban’ dan ‘rural’, identifikasi jenis dan tingkat layanan Sanitasi serta
identifikasi kondisi tipikal.
Penilaian dan pemetaan cepat ini sebaiknya disajikan dalam bentuk ringkas dan padat, yang menampilkan informasi untuk: a) masing-masing Desa; dan b) informasi tingkat kota. Informasi tingkat kota
merupakan resume dari informasi tingkat Desa, ditambah informasi lainnya yang tidak mungkin tercatat dalam informasi tingkat Desa.
Hasil dari bagian ini adalah Penilaian Pemetaan Cepat Sanitasi Kabupaten. Data yang disajikan keseluruhannya berdasarkan data sekunder (ditambah informasi survey lapangan dari aspek komunikasi dan pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan).
1.7. Peraturan Perundangan
Penyusunan Buku Putih Sanitasi di Kabupaten Aceh Tenggara di dasarkan pada Peraturan dan produk hukum yang meliputi :
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 Kesehatan;
3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Privinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
6. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;
8. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 9. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
10. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 12. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah;
13. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
14. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
15. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025;
16. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
17. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 18. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah;
19. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
20. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
Pemerintah;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 30. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Nasional;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau
Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak;
35. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
39. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri; 40. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
41. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;
42. Permen PU Nomor 494 Tahun 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan;
43. Permen PU Nomor 20 Tahun 2006 tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM);
44. Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
45. Qanun Kabupaten Aceh Tenggara Nomor 9 Tahun 2003 tentang Retribusi Pengangkutan Sampah;
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistimewaan Kabupaten Aceh Tenggara;
47. Qanun Kabupaten Aceh Tenggara Nomor 1 Tahun 2010 tentang Revisi Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara;
48. Qanun Kabupaten Aceh Tenggara Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan Industri, Makanan dan Minuman, Pengolahan Air Serta Usaha Tempat-tempat Umum Kabupaten Aceh Tenggara;
49. Qanun Kabupaten Aceh Tenggara Nomor 30 Tahun 2011 tentang APBK Aceh Tenggara Perubahan Tahun Anggaran 2011;
50. Qanun Kabupaten Aceh Tenggara Nomor 31 Tahun 2011 tentang APBK Aceh Tenggara Tahun Anggaran 2011;
51. Peraturan Bupati Aceh Tenggara Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penjabaran APBK Aceh Tenggara Tahun 2011.
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN
2.1 Geografis, Topografis dan Geohidrologi
Aceh Tenggara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Aceh yang merupakan daerah cagar alam nasional terbesar yang terdapat di Aceh. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tenggara kaya akan potensi alam, salah satu diantaranya adalah Sungai Alas. Secara umum ditinjau dari potensi pengembangan ekonomi, wilayah ini termasuk zona pertanian. Potensi ekonomi daerah berhawa sejuk ini adalah kopi dan hasil hutan. Dalam bidang Pertambangan, Aceh Tenggara memiliki deposit bahan galian golongan–C yang sangat beragam dan potensial dalam jumlah cadangannya.
2.1.1 Geografi
Kabupaten Aceh Tenggara merupakan bagian dari Provinsi Aceh
dengan luasan wilayah seluas 4.165,63 km2. Kecamatan yang terluas
adalah Kecamatan Darul Hasanah 1.347,25 km2, sedangkan wilayah yang
terkecil adalah Kecamatan Babussalam 9,42 km2. Dari jumlah luasan ini
diperkirakan dua pertiganya masuk kedalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari 16 Kecamatan dan 386 Desa serta 51 mukim. Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara antara lain Kecamatan Lawe Alas, Babul Rahmah, Tanoh Alas, Lawe Sigala,
Babul Makmur, Semadam, Leuser, Bambel, Bukit Tusam, Lawe Sumur, Babussalam, Lawe Bulan, Badar, Darul Hasanah, Ketambe, dan Deleng Pokhison, yang mempunyai jumlah luas keseluruhan 4.165,63 Km².
Ditinjau dari aspek fisiografi kawasan, wilayah Kabupaten Aceh Tenggara memiliki 2 karakteristik kawasan yaitu kawasan dataran dan
kawasan pegunungan. Dua karakteristik topologi kawasan ini
mengindikasikan adanya 2 kegiatan budidaya utama yaitu wilayah dataran yang memberikan peluang sebagai sentra pengembangan komoditi tanaman pangan berupa padi, palawija, tanaman hortikultura seperti buah-buahan, sayuran dan tanaman hias juga berpeluang dikembangkan untuk sektor peternakan dan perikanan darat. Wilayah pedalaman yang memiliki topografi berbukit diprioritaskan pengembangannya sebagai kawasan perkebunan rakyat maupun perkebunan besar.
2.1.2 Topografis
Daerah Kabupaten Aceh Tenggara terletak diketinggian ± 200 - 2000 m diatas permukaan laut yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Peta topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan yang dinyatakan dalam bentuk angka ketinggian atau kontur ketinggian yang diukur terhadap permukaan laut rata-rata. Berikut peta topografi Kabupaten Aceh Tenggara disajikan dalam perbedaan warna ketinggian :
Gambar 2.1.
Peta Ketinggian Tempat Kab. Aceh Tenggara
Kemiringan lereng di Kabupaten Aceh Tenggara bervariasi dari 0% sampai dengan kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan kelas kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
Kelas kemiringan 0 – 8 % Kelas Kemiringan 8 – 15 % Kelas Kemiringan 15 – 40 % Kelas Kemiringan lebih dari 40 %
Wilayah datar dengan kelas kemiringan 0 - 8% ini tersebar di wilayah Kutacane dan Bambel. Pada kelas kemiringan 8 – 15% ditandai dengan Daerah yang bergelombang sampai agak berbukit. Wilayah ini
tersebar di pinggir Lembah Alas bagian selatan Kabupaten. Wilayah agak berbukit sampai berbukit dengan kemiringan 15 – 40 % tersebar merata di Kabupaten Aceh Tenggara, terutama di wilayah Kecamatan Badar dan di sebelah selatan Kecamatan Lawe Alas. Untuk wilayah dengan kelas kemiringan lebih dari 40% ini hampir meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Daerah ini ditandai dengan Daerah yang berbukit sampai bergunung. Berikut peta dan tabel yang menggambarkan kemiringan lereng Kabupaten Aceh Tenggara :
Gambar 2.2.
Peta Kemiringan Lereng Kab. Aceh Tenggara
No Relief Lereng (%) 1 Datar <3 2 Berombak/agak landai 3-8 3 Bergelombang/ melandai 8-15 4 Berbukit 15-30 5 Bergunung 30-40
Bentuk Wilayah dan Kelas Lereng
Tabel 2.1. Bentuk Wilayah dan Kelas Lereng
2.1.3 Geohidrologi
Potensi hidrologi Kabupaten Aceh Tenggara sangat baik, ini terlihat dengan banyaknya sungai dan hutan sebagai jaminan komunitas air. Hingga saat ini potensi ini dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari sehingga dirasakan cukup. Sumber air permukaan di Kabupaten Aceh Tenggara barasal dari beberapa mata air, sungai dan gunung.
Di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terdapat dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil, yaitu sungai Lawe Alas, yang panjangnya ± 200 km dengan kedalaman rata 3 meter dan lebar rata-rata 30 meter, dan sungai Lawe Bulan. Aliran sungai Lawe Alas melalui Kecamatan Darul Hasanah, Badar, Babussalam, Bambel, Lawe Alas, Babul Rahmah, dan Babul Makmur. Pada bagian hilir, sungai ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan Lawe Bulan melintasi wilayah Kecamatan Badar, Deleng Perkison, dan Bambel serta bermuara di Sungai Alas dalam wilayah Kecamatan Bambel. Selain kedua sungai besar ini, seluruh wilayah Aceh Tenggara dilintasi banyak sungai kecil. Sungai-sungai ini berperan besar dalam pemenuhan kebutuhan air masyarakat, baik sebagai sumber air bersih (untuk kebutuhan rumah tangga, seperti untuk mandi, mencuci, dan air minum), pengairan persawahan dan lahan pertanian lainnya, serta untuk budidaya ikan.
Di samping mempunyai pengaruh positif, keberadaan sungai dimaksud juga memberikan pengaruh negatif, terutama pada saat curah hujan meningkat, sehingga mengakibatkan banjir di sekitar DAS (Daerah
Aliran Sungai). Selama ini sering terjadi banjir dan pengikisan area di sepanjang DAS yang umumnya berupa lahan pertanian dan perkebunan, serta pemukiman penduduk. Hal ini sangat merugikan masyarakat yang mendiami DAS tersebut. Daerah Aliran Sungai secara rinci dapat dilihat pada peta berikut :
Gambar 2.3.
Peta Daerah Aliran Sungai Kab. Aceh Tenggara
Ditunjang oleh keadaan topografi di Kabupaten Aceh Tenggara yang sebagian besar berbukit dan bergunung mengakibatkan banyak sungai-sungai di wilayah ini mempunyai aliran air yang cukup deras. Hidrologi di Kabupaten Aceh Tenggara dicirikan oleh sungai panjang, yaitu Sungai Lawe Alas dan anak-anak sungai (ratusan jumlahnya) yang berhulu dari banyak gunung, diantaranya Gunung Leuser, Gunung Kemiri,
Gunung Bendahara dan Gunung Perkison. Umumnya anak-anak sungai tersebut selalu berair sepanjang tahun. Kondisi topografi menyebabkan air sungai mengalir melalui celah-celah bukit dan lereng yang terjal terkadang dapat juga membentuk kantong-kantong air/embun kecil di perbukitan yang diakibatkan oleh penyumbatan pada aliran sungai.
Gambar 2.4.
Sungai Lawe Alas dan Kali Bulan Kab. Aceh Tenggara
Kawasan tangkapan air di Kabupaten Aceh Tenggara antara lain di Gunung Perkison dan Bendahara yang merupakan sumber air bagi sungai-sungai yang mengalir ke pantai Timur. Selain untuk pengairan dan fasilitas perhubungan, sungai-sungai yang ada dipakai pula untuk saluran pembuangan air kotor dan air hujan. Keadaan sungai-sungai di Kabupaten Aceh Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2.
Sungai-sungai Utama di Kab. Aceh Tenggara
No. Nama Sungai Hulu Muara Keterangan
1 Lawe Alas Gn. Leuser Singkil Arus deras dan banyak ikan.
2 Lawe Mamas Gn. Leuser Lawe Alas Arus deras dan besar.
3 Lawe Pungga Gn. Leuser Lawe Alas Arus tidak deras
4 Lawe Geger Gn. Perkison P.Cingkam
-5 Lawe Natam Gn. Perkison Lawe Alas
-6 Lawe Sikap - Gulo
-7 Lawe Buuk - Tanjung
-8 Lawe Bulan Gn. Perkison Terutung Payung,
Lawe Alas
Arus sedang
9 Lawe Kinga - -
-10 Lawe Kisam - Lawe Alas
-11 Lawe Pangkat - Tanjung lama
-12 Lawe Rutung - Kutacane lama
-13 Lawe Sempilang - Kutacane Lama
-Sungai Lawe Alas
Sumber : RTRW Kutacane Sumber : RTRW Kutacane
Berdasarkan aspek geologi dan struktur tanah di wilayah Perencanaan Kota Kutacane, sifat batuan yang terkandung dalam struktur geologi tersebut memiliki beberapa bagian yang mengandung sumber air cukup tinggi karena di dalam lapisan batuan tersebut terdapat lapisan pasir, kerikil yang pada umumnya merupakan lapisan produktif. Keadaan hidrologi di Kota Kutacane terdiri dari air tanah, air sumur dan air sungai.
Air tanah yang mengalir di wilayah perencanaan Kota Kutacane berasal dari daerah pegunungan lipatan sebelah utara sebagai hasil peresapan air hujan atau air permukaan yang mengalir ke bawah permukaan tanah sehingga membentuk suatu aliran air bawah tanah.
Di daerah Kota Kutacane dan daerah sekitarnya disamping terdapat sumber air tanah, juga terdapat sumber air lainnya, yaitu berupa air sumur, air sungai dan air hujan. Air ini sangat membantu mencukupi sebagian besar penduduk kota untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-harinya terutama bagi penduduk yang belum mendapatkan pelayanan dari perusahaan Air Minum Tirta Agara. Hampir semua air sumur di wilayah Perencanaan Kota Kutacane dapat dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kedalaman sumur rata-rata berkisar antara 3 sampai 6 meter. Air sumur di wilayah perencanaan Kota Kutacane mengalami kekeringan pada musim kemarau terutama di Kecamatan Badar.
Di wilayah Kota Kutacane terdapat beberapa buah sungai yang mengalir dari Utara ke Selatan. Sungai-sungai tersebut adalah Sungai
Lawe Alas yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Lawe Alas dan merupakan sungai besar yang memiliki lebar antara 50 m sampai 100 m yang berlokasi disebelah Barat dari wilayah perencanaan.
Sungai-sungai lainnya merupakan anak-anak sungai dari sungai Lawe Alas yaitu Sungai Lawe Kisam, Lawe Rutung, Lawe Bulan dan Kemijin, sungai-sungai tersebut bersatu dengan Sungai Lawe Kisam di daerah Kecamatan Bambel dan kemudian bermuara di Sungai Lawe Alas. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar sungai mempergunakan air sungai tersebut untuk mandi dan mencuci.
2.2 Administratif
Batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tenggara disebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan, di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Subulussalam dan Provinsi Sumatera Utara.
Aceh Tenggara berjarak 900 km dari pusat pemerintahaan Provinsi Aceh
Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa Kecamatan dengan pembagian tiap Kecamatan seperti ditunjukan pada peta berikut :
Gambar 2.6.
Peta Administratif Kab. Aceh Tenggara
Tabel berikut memberikan informasi mengenai luas wilayah beserta prosentasenya untuk setiap Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara. Kecamatan Darul Hasanah adalah Kecamatan terluas dengan luas wilayah 1.347.25 Km². Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Babussalam dengan luas wilayah 9.42 Km². Sumber : Bappeda
Desa Kelurahan Kemukiman 1 Lawe Alas 1026.93 25% 28 - 4 2 Babul Rahmah 852.40 20% 27 - 3 3 Tanoh Alas 38.92 1% 14 - 3 4 Lawe Sigala 71.72 2% 35 - 4 5 Babul Makmur 83.19 2% 21 - 3 6 Semadam 42.39 1% 19 - 3 7 Leuser 139.59 3% 23 - 3 8 Bambel 23.09 1% 33 - 4 9 Bukit Tusam 41.17 1% 23 - 3 10 Lawe Sumur 36.81 1% 18 - 3 11 Babussalam 9.42 0% 28 - 3 12 Lawe Bulan 37.21 1% 24 - 3 13 Badar 93.42 2% 18 - 3 14 Darul Hasanah 1347.25 32% 28 - 3 15 Ketambe 249.93 6% 25 - 3 16 Deleng Pokhisen 72.19 2% 22 - 3 Jumlah 4165.63 100% 386 0 51
Sumber : Aceh Tenggara dalam angka 2010 dan BKM
%
Luas Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan Mukim di Kabupaten Aceh Tenggara 2010
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah
Tabel 2.3.
Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Semua wilayah perkotaan di Kabupayen Aceh Tenggara merupakan bagian dari studi buku putih. Berikut dijelaskan kawasan perkotaan, miskin dan daerah bantaran sungai yang dijadikan sebagai wilayah studi buku putih antaralain Kecamatan Babussalam, Badar, Lawe Bulan, Bambel, Lawe Sumur, Bukit Tusam, Semadam, Tanoh Alas, Lawe Sigala-gala dan Darul Hasanah yang dapat dilihat pada peta berikut :
Gambar 2.7.
Peta Daerah Studi Buku Putih
2.3 Kependudukan
2.3.1 Jumlah dan Distribusi Penduduk
Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku, antara lain suku Alas, Gayo, singkil, Jawa, Karo dan Batak. Berdasarkan data penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tenggara berjumlah 207.390 jiwa yang terdiri dari laki-laki 104.488 jiwa dan perempuan sejumlah 102.902 jiwa. Jika dilihat perkembangannya dari Tahun 2008 sampai 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara terus meningkat. Dari 198.573 jiwa di Tahun 2008 naik menjadi 207.390 jiwa di Tahun 2010. Dilihat dari Kecamatan, jumlah penduduk terbesar pada Tahun 2010 ada di Kecamatan Babussalam yaitu sebesar 25.976 jiwa (12.53% dari total penduduk). Sementara itu, Kecamatan dengan jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Tanoh Alas dengan jumlah 4.661 jiwa (2.25 % dari total penduduk). Pada tahun 2010 penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tenggara tercatat sebesar 30.039 jiwa naik sekitar 2.174 dari tahun 2009 yang hanya sekitar 27.865 jiwa.
2.3.2 Kepadatan Penduduk
Pada Tahun 2010 kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara sejumlah 49.79 jiwa/km2. Jika dilihat distribusinya kepadatan tertinggi di Kecamatan Babussalam 2.758 jiwa/km2. Kepadatan yang tinggi di Kecamatan ini dikarenakan tingginya jumlah penduduk Kecamatan Babussalam, disisi lain luas area Kecamatan Babussalam relatif sempit, hanya 9.42 km2. Akibatnya tingkat kepadatan di Kecamatan
ini menjadi tinggi. Sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Darul Hasanah yaitu 9.96 jiwa/km2 dan Kecamatan Babul Rahmah yaitu 10.28 jiwa/km2. Penyebaran Kepadatan Penduduk dapat dilihat pada peta berikut :
Jumlah rumah tangga berdasarkan hasil SP2010 adalah 41.889 rumah tangga. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk yang menempati satu rumah tangga dari hasil SP2010 rata‐rata sebanyak 4,27 orang. Rata‐ rata anggota rumah tangga di setiap Kecamatan berkisar antara 3,83 orang sampai dengan 4,56 orang. Berikut tabel yang menjelaskan rata-rata anggota rumah tangga menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara :
Sumber : Bappeda
Gambar 2.8.
Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Jumlah Penduduk Rata‐rata Anggota Rumah Tangga Lawe Alas 2.882 13.028 4,52 Babul Rahmah 1.841 7.426 4,03 Tanoh Alas 798 3.570 4,47 Lawe Sigala 4.252 17.440 4,10 Babul Makmur 3.096 12.504 4,04 Semadam 2.634 10.649 4,04 Leuser 1.266 4.844 3,83 Bambel 3.326 15.134 4,55 Bukit Tusam 2.182 9.225 4,23 Lawe Sumur 1.554 6.686 4,30 Babussalam 5.757 25.092 4,36 Lawe Bulan 3.233 13.418 4,15 Badar 2.786 12.112 4,35 Darul Hasanah 2.506 11.429 4,56 Ketambe 2.134 9.258 4,34 Deleng Pokhisen 1.642 7.037 4,29 Aceh Tenggara 41.889 178.852 4,27 Tabel 2.4.
2008 2009 2010 Laki-laki Perempuan Total % 1 LAWE ALAS 1026.93 3,890 3,937 3,694 15,227 15,853 7,724 7,741 15,465 7.46 99.78 15.06 2 LAWE SIGALA-GALA 71.72 4,802 5,020 5,097 20,578 21,842 10,535 10,562 21,097 10.17 99.74 294.16 3 BAMBEL 23.09 4,101 4,391 4,252 16,467 16,954 8,309 8,270 16,579 7.99 100.47 718.02 4 BABUSSALAM 9.42 6,071 6,313 6,501 23,982 25,344 13,019 12,957 25,976 12.53 100.48 2,757.54 5 BADAR 93.42 3,123 3,227 3,373 12,680 13,088 6,924 6,853 13,777 6.64 101.04 147.47 6 BABUL MAKMUR 83.19 3,637 3,718 3,865 14,658 14,906 7,961 7,890 15,851 7.64 100.90 190.54 7 DARUL HASANAH 1347.25 3,059 3,132 3,238 12,349 12,918 6,828 6,592 13,420 6.47 103.58 9.96 8 LAWE BULAN 37.21 3,577 3,917 4,043 14,755 15,502 7,899 7,783 15,682 7.56 101.49 421.45 9 BUKIT TUSAM 41.17 2,482 2,756 2,619 10,336 10,950 5,156 5,131 10,287 4.96 100.49 249.87 10 SEMADAM 42.39 2,693 2,920 2,965 11,394 11,845 6,092 6,022 12,114 5.84 101.16 285.77 11 BABUL RAHMAH 852.40 2,215 2,258 2,051 9,374 9,425 4,392 4,372 8,764 4.23 100.46 10.28 12 KETAMBE 249.93 2,334 2,484 2,594 9,746 10,246 5,421 4,995 10,416 5.02 108.53 41.68 13 DELENG POKHKISEN 72.19 1,683 1,773 1,835 8,159 8,346 3,832 3,815 7,647 3.69 100.45 105.93 14 LAWE SUMUR 36.81 1,950 1,985 2,085 7,610 7,836 4,192 4,188 8,380 4.04 100.10 227.66 15 TANOH ALAS 38.92 1,051 1,088 1,126 4,314 4,359 2,404 2,257 4,661 2.25 106.51 119.76 16 LEUSER 139.59 1,725 1,749 1,761 6,944 7,066 3,800 3,474 7,274 3.51 109.38 52.11 4,165.63 48,393 50,668 51,099 198,573 206,480 104,488 102,902 207,390 100.00 101.54 49.79
Sumber : DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN ACEH TENGGARA
Penduduk Tahun 2008 Tahun 2009
Tahun 2010
JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH KK, KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2010
No. Kecamatan Luas (km2)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Rasio Jenis Kelamin Jumlah KK Tabel 2.5.
2.3.3 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan rata-rata penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara
Tahun 2008-2010, sebesar 2.21%. Pada periode 2008-2009,
pertumbuhan penduduk menurun cukup tajam, dari 3.98% pada Tahun 2008-2009, menjadi 0,44% pada Tahun 2008-2009. Pada periode selanjutnya, pertumbuhan penduduk terus naik , tetapi kenaikannya hanya sedikit. Rendahnya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara
Grafik 2.2.
Perkembangan Jumlah Penduduk dan KK Kab. Aceh Tenggara Tahun 2008-2010
Grafik 2.3.
dikarenakan banyak penduduk yang pindah ke daerah lain untuk bekerja, sekolah dan lainnya. Keadaan ini terjadi karena kurangnya fasilitas pendidikan dan lapangan kerja yang disediakan di Kabupaten Aceh Tanggara. Berikut grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2008-2010 (%) :
2.3.4 Struktur Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Dari data struktur penduduk menurut jenis kelamin, terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki pada Tahun 2010 yang berjumlah 104.488 jiwa, sedikit lebih banyak dari pada penduduk perempuan yang berjumlah 102.902 jiwa. Jika dilihat rasionya antara laki-laki dan perempuan pada Tahun 2010 adalah sebesar 101,54%. Rasio penduduk ini, lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Grafik 2.4.
2.4 Pendidikan
Berdasarkan UU Nomor 2, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia dan salah satu tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk secara maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika penduduk dan masalah yang ditemui dalam masyarakat akan sangat mempengaruhi pendidikan. Dengan demikian, aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pendidikan.
Kemajuan pendidikan di Kabuppaten Aceh Tenggara cukup menggembirakan. Pelaksanaan program pembangunan pendidikan di daerah ini telah menyebabkan makin berkembangnya suasana belajar mengajar diberbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakan program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau daerah terpencil, daerah dengan penduduk miskin, dan daerah jarang dengan dibangunnya sekolah di daerah-daerah tersebut. Secara rinci, pembangunan disetiap jenjang pendidikan tidak sama , oleh karena itu, akan dijelaskan tentang keadaan TK+RA, tingkat SD, tingkat SMP, dan tingkat SM.
2.4.1 Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul/Bustanul Athfal (BA/RA)
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2010/2011, jumlah TK dan RA/BA sebanyak 62, dengan rincian negeri sebesar 7 dan swasta sebesar 55. Hal ini disebabkan karena TK dan RA/BA lebih banyak dibangun oleh yayasan swasta. Jumlah siswa TK dan RA/BA sebesar 1.667 orang dengan rincian di negeri sebesar 251 orang dan swasta 1.416 orang. Bila dirinci menurut kelompok maka siswa kelompok A sebesar 815 orang, dan kelompok B sebesar 852 orang Berdasarkan jenis kelamin, siswa laki-laki sebesar 816 orang (48,95 persen) dan perempuan sebesar 851 orang (51,05 persen) dan lulusan TK dan RA/BA sebesar 986 orang. Sedangkan guru TK dan RA/BA sebesar 191 orang. Untuk menampung sejumlah siswa tersebut, tersedia ruang kelas TK dan RA/BA sebanyak 75, dengan rincian 66 Memiliki kondisi baik, 2 kondisi rusak ringan, dan 7 kondisi rusak berat dengan jumlah kelas sebesar 78 sehingga terdapat shift sebesar 4%. Guru yang mengajar di TK dan RA/BA sebanyak 191 orang di antaranya yaitu sebanyak 7 orang (3,66 persen) adalah laki-laki dan 184 orang (96,34 persen) adalah perempuan. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di TK dan RA/BA terdapat fasilitas perpustakaan sebesar 3 ruang, toilet sebesar 20 ruang, air bersih sebesar 8 sekolah dan listrik sebesar 7 sekolah .
Bila dilihat menurut TK dan RA/BA maka jumlah sekolah TK sebesar 40 sekolah lebih banyak daripada RA/BA sebesar 22 sekolah. Hal ini mengakibatkan jumlah siswa TK sebesar 1.667 Juga lebih banyak dari
pada siswa RA/BA sebesar 420 Jumlah guru TK sebesar 191 dengan ruang kelas TK sebesar 44 Sedangkan fasilitas sekolah TK adalah perpustakaan sebesar 3, toilet sebesar 20, air bersih sebesar 8 Dan listrik sebesar 8 sekolah.
No. Komponen TK % RA/BA % TK+RA/BA
1. Sekolah 40 100,00% 22 100,00% 62 a. Negeri 7 17,50% 0 0,00% 7 b. Swasta 33 82,50% 22 100,00% 55 2. Siswa 1.667 100,00% 420 100,00% 2.087 a. Negeri 251 15,06% 0 0,00% 251 b. Swasta 1.416 84,94% 420 100,00% 1.836 c. Kelompok A 815 48,89% 420 100,00% 1.235 d. Kelompok B 852 51,11% 0 0,00% 852 e. Laki-laki 816 48,95% 200 47,62% 1.016 f. Perempuan 851 51,05% 220 52,38% 1.071 3. Lulusan 986 100,00% 170 100,00% 1.156 a. Laki-laki 496 50,30% 65 38,24% 561 b. Perempuan 490 49,70% 105 61,76% 595 4. Kelas 78 104,00% 22 100,00% 100 5. Ruang Kelas 75 100,00% 22 100,00% 97 a. Baik 66 88,00% 22 100,00% 88 b. Rusak ringan 2 2,67% 0 0,00% 2 c. Rusak berat 7 9,33% 0 0,00% 7 6. Guru 191 100,00% 44 100,00% 235 a. Laki-laki 7 3,66% 0 0,00% 7 b. Perempuan 184 96,34% 44 100,00% 228 7. Fasilitas Sekolah - a. Perpustakaan 3 7,50% 0 0,00% 3 b. Toilet 20 50,00% 0 0,00% 20 c. Air Bersih 8 20,00% 7 31,82% 15 d. Listrik 8 20,00% 8 36,36% 16
Sumber: Padatiweb 2010 Kab. Aceh Tenggara & Analisis Data Profil Pendidikan 2010
2.4.2 Tingkat SD (SD dan MI)
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2010/2011, jumlah SD dan MI sebanyak 182, dengan rincian negeri sebesar 151 sekolah dan swasta sebesar 31 sekolah. Hal ini disebabkan karena banyaknya SD Negeri yang dibangun melalui program Inpres SD. Jumlah siswa baru
Tabel 2.6.
tingkat I SD dan MI sebesar 4.969 orang dengan rincian dari TK/RA/BA sebesar 1.492 orang dan dari rumah tangga sebesar 3.477. Jumlah siswa SD dan MI seluruhnya sebesar 29.346 orang, dengan rincian negeri sebesar 25.359 orang dan swasta sebesar 3.987 orang. Berdasarkan jenis kelamin maka jumlah laki-laki sebesar 15.082 orang dan perempuan sebesar 14.264 orang. Bila dirinci menurut usia makan usia <7 tahun sebesar 4.275 orang, 7-12 tahun sebesar 24.826 orang dan >12 tahun sebesar 245 orang Jumlah kelas SD dan MI sebesar 1.175. Rata-rata UASBN SD dan MI adalah 5,55 sedangkan lulusan sebesar 4.274 orang. Guru yang mengajar di SD dan MI sebanyak 2.829 orang di antaranya yaitu sebanyak 2.249 orang (79.50 persen) adalah berijazah di bawah S1 dan 580 orang (20,50 persen) adalah S1 ke atas. Kepala sekolah SD dan MI yang bersertifikat sebesar 38 orang dan belum bersertifikat sebesar 144 orang Untuk menampung sejumlah siswa SD dan MI tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak 1.167, dengan rincian 694 memiliki kondisi baik, 342 kondisi rusak ringan, dan 131 kondisi rusak berat dengan jumlah kelas sebesar 1.175 sehingga terdapat shift sebesar 1,01. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SD dan MI terdapat fasilitas perpustakaan sebesar 99, lapangan olahraga sebesar 41 ruang UKS sebesar 1, tempat ibadah sebesar 39, toilet sebesar 372 air bersih 159 dan listrik sebesar 158. (Tabel 2.7).
No. Komponen SD MI SD+MI 1. Sekolah 155 27 182 a. Negeri 140 11 151 b. Swasta 15 16 31 c. Akreditasi A 1 - 1 d. Akreditasi B 36 6 42 e. Akreditasi C 70 17 87 2. Siswa Baru Tk. I 4.149 820 4.969 a. TK/RA 1.126 366 1.492 b. RT 3.023 454 3.477 3. Siswa 24.655 4.691 29.346 a. Negeri 22.536 2.823 25.359 b. Swasta 2.119 1.868 3.987 c. Laki-laki 12.724 2.358 15.082 d. Perempuan 11.931 2.333 14.264 e. <7 tahun 3.496 779 4.275 f. 7-12 tahun 20.954 3.872 24.826 g. >12 tahun 205 40 245 4. Kelas 985 190 1.175 5. Rata2 UASBN 5.68 5.41 5.55 6. Lulusan 3.621 653 4.274 7. Guru 2.203 626 2.829 a. Di bawah S1 1.841 408 2.249 b. S1 ke atas 362 218 580 c. Bersertifikat 97 32 129 d. Belum bersertifikat 1.951 567 2.518 8. Kepala Sekolah 155 27 182 a. Bersertifikat 30 8 38 b. Belum bersertifikat 125 19 144 9. Ruang Kelas 966 201 1.167 a. Baik 562 132 694 b. Rusak Ringan 308 34 342 c. Rusak Berat 96 35 131 10. Fasilitas a. Perpustakaan 93 6 99 b. Lapangan olahraga 32 8 40 c. UKS 1 - 1 d. Tempat Ibadah 32 7 39 e. Toilet 329 43 372 f. Air Bersih 140 19 159 g. Listrik 140 18 158
Sumber: Padatiweb 2010 Kab. Aceh Tenggara & Analisis Data Profil Pendidikan 2010
Tabel 2.7.
Bila dilihat SD dan MI dapat digambarkan pula bahwa jumlah SD lebih besar jika dibandingkan dengan MI, hal ini terlihat di semua data yang ada. Jumlah SD sebesar 155, dengan jumlah siswa sebanyak 24.655 dan ruang kelas sebesar 966 dan ditangani oleh guru sebanyak 2.203 Selain itu, terdapat pula perpustakaan sebesar 93, lapangan olahraga sebesar 32 ruang UKS sebesar 1, tempat ibadah sebesar 32, toilet sebesar 329, air bersih sebesar 140 dan listrik sebesar 140.
Bila dilihat menurut status sekolah, jumlah sekolah negeri lebih banyak di SD jika dibandingkan dengan MI. Sebaliknya, jumlah madrasah swasta lebih banyak di MI jika dibandingkan dengan SD. Hal ini disebabkan karena MI lebih banyak dibangun oleh yayasan swasta sedangkan SD lebih banyak dibangun oleh pemerintah melalui program bantuan pembangunan sekolah dasar yang lebih dikenal dengan SD Inpres pada tahun 1973/1974 sampai tahun 1983/1984.
2.4.3 Tingkat SMP (SMP dan MTs)
Berdasarkan data yang ada pada Tahun 2010/2011, jumlah SMP dan MTs sebanyak 67 dengan rincian negeri sebanyak 34 dan swasta sebanyak 33. Dilihat dari akreditasi sekolah sebanyak 1 sekolah telah terakreditasi A, 24 sekolah terakreditasi B, dan 15 sekolah terakreditasi C. Jumlah siswa baru tingkat I SMP dan MTs sebesar 5.741 orang dengan rincian laki-laki sebesar 3.531 orang dan perempuan sebesar 2.210 orang. Jumlah siswa SMP dan MTS seluruhnya sebesar 14.534 orang dengan rincian negeri sebesar 10.480 orang dan swasta sebesar 4.054 orang.
Berdasarkan jenis kelamin maka terdapat siswa laki-laki sebesar 7.188 orang dan perempuan sebesar 7.346 orang. Bila dirinci menurut usia sekolah maka siswa <13 tahun sebesar 4.247 orang (29,22 persen), 13-15 tahun sebesar 9.635 orang (66,29persen), dan >15 tahun sebesar 652 orang (4,49 persen.) Jumlah kelas sebesar 625 dan rata-rata UN SMP dan MTS adalah 6,57 dan lulusan SMP dan MTs sebesar 3.234 orang. Guru yang mengajar di SMP dan MTS sebanyak 1.300 orang di antaranya yaitu 327 orang (25,15 persen) memiliki kualifikasi S1 ke atas dan 973 orang (74,85 persen) memiliki kualifikasi S1 ke bawah. Guru yang telah memiliki sertifikat sebanyak 124 orang dan belum memiliki sertifikat sebanyak 1.109 orang, sedangkan kepala sekolah yang telah memiliki sertifikat sebanyak 16 orang dan yang belum memiliki sertifikat sebanyak 51 orang.
Untuk menampung sejumlah siswa tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak 530, dengan rincian 387 memiliki kondisi baik, 128 dengan kondisi rusak ringan, dan 15 kondisi rusak berat dengan jumlah kelas sebesar 625 sehingga terdapat shift sebesar 1,18. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SMP dan MTS terdapat fasilitas perpustakaan sebesar 25, lapangan olahraga sebesar 1, ruang UKS sebesar 10 dan laboratorium sebesar 28, tempat ibadah sebesar 32, toilet sebesar 312, air bersih 44, dan listrik 42.
Bila dilihat SMP dan MTs dapat digambarkan pula bahwa jumlah SMP lebih besar jika dibandingkan dengan MTs. Jumlah SMP sebesar 49
sekolah, dengan jumlah siswa sebanyak 10.678 orang dan ruang kelas sebesar 414 dan ditangani oleh guru sebanyak 947 orang. Selain itu, terdapat pula perpustakaan sebesar 21, lapangan olahraga sebesar 1, ruang UKS sebesar 9, laboratorium sebesar 27, tempat ibadah sebesar 22, toilet sebesar 236, air bersih sebesar 30 dan listrik sebesar 27.
Bila dilihat menurut status sekolah, jumlah sekolah negeri lebih banyak di SMP jika dibandingkan dengan MTs. Sebaliknya, jumlah madrasah swasta lebih banyak di MTs jika dibandingkan dengan SMP. Hal ini disebabkan karena SMP lebih banyak dibangun dengan adanya wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
No. Komponen SMP MTs SMP+MTs 1. Sekolah 49 18 67 a. Negeri 30 4 34 b. Swasta 19 14 33 c. Akreditasi A 1 - 1 d. Akreditasi B 19 5 24 e. Akreditasi C 9 6 15 2. Siswa Baru Tk. I 4.747 994 5.741 a. Laki-laki 2.994 537 3.531 b. Perempuan 1.753 457 2.210 3. Siswa 10.678 3.856 14.534 a. Negeri 8.910 1.570 10.480 b. Swasta 1.768 2.286 4.054 c. Laki-laki 5.257 1.931 7.188 d. Perempuan 5.421 1.925 7.346 e. <13 tahun 2.336 1.911 4.247 f. 13-15 tahun 7.831 1.804 9.635 g. >15 tahun 511 141 652 4. Kelas 532 93 625 5. Rata2 UN 6.59 6.55 6.57 6. Lulusan 2.476 758 3.234 7. Guru 947 353 1.300 Tabel 2.8.