OPTIMALISASI JARINGAN AKSES OPTIK DENGAN REMOTE DSLAM
UNTUK IMPLEMENTASI LAYANAN SPEEDY DI KANDATEL
Disusun oleh :
Nama : Agung Wibowo Kusuma
NIM : 41405120068
Fakultas Teknik Telekomunikasi
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Mercu Buana
Tugas akhir dengan judul
OPTIMALISASI JARINGAN AKSES OPTIK DENGAN REMOTE DSLAM
UNTUK IMPLEMENTASI LAYANAN SPEEDY DI KANDATEL BANDUNG
Yang disusun oleh :
Nama : Agung Wibowo Kusuma
NIM : 41405120068
Peminatan : Telekomomunikasi
Menyetujui,
Pembimbing Koordinator TA
Ir.Bambang Hutomo, M.Sc Jaja Kustija. MSc
Mengetahui,
Tugas Akhir dengan judul “OPTIMALISAS JARINGAN AKSES OPTIK DENGAN REMOTEDSLAM UNTUK IMPLEMETASI LAYANAN SPEEDY DIKANDATEL BANDUNG “ pada program pendidikan Strata – 1 , Jurusan Teknik Elektro Program Studi Telekomunikasii, Universitas Mercubuana telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dan diajukan dalam sidang Tugas Akhir
Pembimbing
Assalaamualaikum Warahmatullah Wabarakaatuh
Alhamdulillah, sesungguhnya semua pujian hanyalah milik Allah SWT. Yang Maha Tinggi. Dan atas rahmat, barokah serta hidayah-Nya, proyek akhir ini dapat diselesaikan dengan baik pada waktu yang tepat.
Proyek Akhir yang berjudul “ OPTIMALISASI JARINGAN AKSES OPTIK
DENGAN REMOTE DSLAM UNTUK IMPLEMENTASI LAYANAN SPEEDY DI KANDATEL BANDUNG ” ini adalah merupakan salah satu syarat kelulusan dalam
pendidikan Strata1 pada Universitas Mercubuana
Proyek akhir ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang bisa dikirimkan ke email penulis dengan alamat adungtop@gmail.com
Akhir kata semoga Proyek Akhir ini bisa memberikan manfaat kepada semua pihak
Wassalamuallaikum Warahmatullah Wabarakaatuh.
ABSTRACT iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
LEMBAR PERSEMBAHAN vi
LEMBAR TERIMA KASIH vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR ISTILAH xiv
DAFTAR SINGKATAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 2 1.3 Batasan Masalah 2 1.4 Tujuan Penulisan 2 1.5 Metodologi Penelitian 2 1.6 Sistematika Penulisan 3
BAB II TEORI PENUNJANG
2.1 Jaringan Akses 5
2.1.1 Interface V5.x 6
2.1.2 Jaringan Akses Fiber Optik 8 2.1.2.1 Konfigurasi JARLOKAF 9
2.1.2.2 Aplikasi Jarlokaf 11
2.1.2.3 Teknologi Jarlokaf 13
2.1.3 Jaringan Lokal Akses Tembaga 16 2.1.3.1 x-DSL (x-Digital Subscriber Line) 16
2.2.2 BRAS 20
2.2.3 RADIUS 20
2.2.4 NMS 20
2.3 DSLAM 21
2.3.1 Pengertian DSLAM 21
2.3.2 Konfigurasi Jaringan DSLAM 21
2.3.3 Cara Kerja DSLAM 22
2.3.4 Fungsi DSLAM 23
BAB III DATA DAN KONDISI EKSISTING JARINGAN AKSES OPTIK STO SENTRUM
3.1 Gambaran Umum 24
3.2 Kondisi Eksisting Jaringan Lokal STO Bandung Centrum 24 3.2.1 Jaringan Fiber Optik Sebagai Kabel Primer 24
3.2.1.1 Spesifikasi Teknis Sistem Komunikasi Optik
STO Sentrum 26 3.2.2 Jaringan Akses Tembaga Sebagai Kabel Sekunder 28
3.2.2.1 Elemen Jaringan Pendukung Layanan Speedy 29 3.3 Pemetaan Demand Speedy Pada Jaringan Akses Fiber Optik 32
3.3.1 Segmentasi Pelanggan 33
3.3.1.1 Pelanggan Residensial 33
3.3.1.2 Pelanggan Bisnis 33
BAB IV OPTIMALISASI JARINGAN AKSES OPTIK DENGAN REMOTE DSLAM
4.1 Konfigurasi Pemasangan Remote DSLAM pada Perangkat
4.2 Analisa Link Fiber Optic 40 4.2.1 Analisa Power Link Budget 40 4.2.2 Analisa Rise Time Budget 41 4.3 Perhitungan Kebutuhan Card ADSL pada Remote DSLAM 43
4.3.1 Peramalan Demand Speedy 44
4.4 Perhitungan Kebutuhan Link 45
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 48
5.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ADSL ADSL menyediakan channel digital asimetrik pada bit rate
yang tinggi untuk downstream dan bit rendah untuk
upstream.
Asimetrik Kecepatan downstream dan upstream tidak sama besar (downstream lebih besar dari upstream).
Bandwidth Lebar spektrum frekuensi yang diduduki oleh suatu sinyal, mempunyai batas frekuensi rendah dan frekuensi tinggi yang digunakan sebagai ruang media transmisi untuk pengiriman dan penerimaan sinyal.
Broadband Teknik transmisi yang yang membawa beberapa kanal data seperti voice, video dan internet dalam jaringan sehingga dapat diakses dengan kecepatan tinggi.
Downstream Transmisi data dari central office (CO) ke customer
premise equipment (CPE).
DSLAM Switch yang berfungsi sebagai splitter voice, video dan internet.
IP Standar antarmuka dalam komunikasi internet/intranet dengan teknik pengalamatan jaringan untuk node yang berbeda.
ISP Penyedia layanan akses internet bagi pelanggan.
Jarlokaf Jaringan akses yang menggunakan kabel fiber optic sebagai media transmisi
Jarlokat Jaringan akses yang menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisi
Modem Modulator demodulator yang berfungsi mengubah format sinyal analog menjadi digital
OLT Perangkat optik disisi sentral yang berfungsi sebagai penghubung antar jaringan dibawahnya dengan jaringan PSTN ada jaringan IP.
POTS Layanan telepon analog dengan spektrum frekuensi 4 Khz. PSTN Infrastruktur jaringan yang mengatur prosedur switching
layanan telepon.
Simetrik Kecepatan downstream dan upstream sama besar.
Splitter/Filter Berfungsi memisahkan frekuensi tinggi (untuk data) dan frekuensi rendah (untuk suara).
Upstream Transmisi data dari customer premise equipment (CPE) ke
AAA : Authentication, Authorization, Accounting ADSL : Asymetric Digital Subscriber Line
BRAS : Broadband Remote Access Server COT : Central Office Terminal
DLC : Digital Loop Carrier
DP : Drop Wire
DPG : Digital Pair Gain DSL : Digital Subscriber Line
DSLAM : Digital Subscriber Line Access Multiplexer IP : Internet Protocol
ISP : Internet Service Provider KTB : Kotak Terminal Batas
MSOAN : Multi Service Optical Access Network NMS : Network Management System
OAN : Optical Access Network ONU : Optical Network Unit OLT : Optical Line Terminal POTS : Plain Old Telephone Service PSTN : Public Switch Telephone Network
RADIUS : Remote Authentication Dial in User Service RT : Remote Terminal
SCBF : Switching and Control Board STO : Sentral Telepon Otomat SSL : Satuan Sambungan Layanan
1.1 Latar Belakang
Sistem Jaringan akses merupakan sub sistem jaringan telekomunikasi yang menghubungkan pelanggan telekomunikasi (UN -
User Node) dengan Service Node (SN). Dalam perkembangannya ke
depan, jaringan akses harus dapat mendukung beragam layanan dan informasi yang akan dilewatkan, baik yang berbentuk suara, data maupun video. Dengan kata lain, jaringan akses diarahkan menjadi platform yang dapat mendukung multi-service kepada pelanggan.
Dengan diikuti laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan masyarakat akan jasa telekomunikasi semakin bertambah dengan cepat khususnya layanan multimedia yang melibatkan lebih dari satu jenis layanan informasi seperti suara, data, dan gambar maka dari itu PT TELKOM mengoptimalkan jaringan akses eksisting yang semula hanya bisa digunakan untuk voice saja saat ini sudah berkembang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan layanan data bagi para pelanggannya. Yaitu dengan meluncurkan layanan High Speed Internet Akses dengan nama produk Telkom Speedy.
Dalam proses pengoperasian layanannya, speedy hanya bisa dinikmati oleh pelanggan yang berada pada jaringan akses kabel tembaga, sehingga pelanggan yang ingin menggunakan akses data berkecepatan tinggi melalui jaringan PSTN (Public Switching Telephony Network) tinggal menambahkan perangkat khusus di rumah untuk membagi jalur komunikasi voice dan data. Ini merupakan keuntungan bagi sentral-sentral yang menggunakan kabel tembaga tetapi menjadi kendala bagi sentral-sentral yang menggunakan FO (fiber optic) pada saluran primer yang menuju ONU (Optical Network Unit) karena perangkat DSLAM hanya bisa dipasang pada jaringan tembaga saja.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam proyek akhir ini adalah : 1. Bagaimana kondisi eksisting jaringan akses optik di STO Sentrum? 2. Bagaimana terminasi antara perangkat OAN dan Remote DSLAM agar
support layanan speedy?
3. Bagaimana cara menset-up untuk mengaktifkan Remote DSLAM setelah dilakukan terminasi?
4. Melakukan pendataan pelanggan yang berpotensi
5. Menghitung kebutuhan Remote DSLAM yang disesuaikan terhadap demand di STO Sentrum
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan Proyek Akhir ini, batasan masalah yang hendak dikemukakan adalah:
1. Studi kasus dilakukan pada perangkat jaringan OAN eksisting Kandatel Bandung.
2. Data sample pelanggan diambil dari STO Bandung Sentrum
3. Semua sistem dan standar perangkat yang digunakan menggunakan sistem dan standar PT Telkom
4. Teknologi yang dibahas yaitu ADSL untuk Layanan Speedy
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penyusunan proyek akhir ini adalah untuk mendapatkan konfigurasi jaringan akses optik beserta rincian kebutuhan Remote DSLAM untuk implementasi layanan Speedy berdasarkan
demand di Kandatel Bandung (STO Sentrum).
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam pengerjaan proyek akhir ini adalah sebagai berikut:
2. Studi Lapangan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk perancangan.
3. Diskusi dengan pembimbing dan pihak yang terkait dengan penelitian.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan proyek akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai dasar pemikiran yang melandasi pengerjaan proyek akhir ini, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian yang digunakan, dan sistematika penulisan dari Proyek Akhir.
BAB II TEORI PENUNJANG
Membahas mengenai teori penunjang seperti dasar teori mengenai jaringan akses broadband, Remote DSLAM, Konsep layanan Speedy, Jaringan akses optik, dan Performansi jarlokaf.
BAB III DATA DAN KONDISI EKSISTING JARINGAN AKSES OPTIK STO SENTRUM
Berisi tentang data dan kondisi eksisting jaringan akses optik di STO Sentrum yang diperlukan dalam melihat potensi pelanggan untuk dapat merinci kebutuhan Remote DSLAM agar mendukung implementasi layanan speedy di jaringan akses optik
BAB IV OPTIMALISASI JARINGAN AKSES OPTIK
DENGAN REMOTE DSLAM
Pada bab ini berisikan tentang perhitungan dari teori dan data yang telah diberikan pada bab II dan bab III.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan dari uraian bab analisa serta saran-saran yang diperlukan untuk pengembangan selanjutnya.
2.1 Jaringan Akses
Dari konsep FTP (Fundamental Telecommunication Plan) 2000 Jaringan Akses didefinisikan sebagai seluruh jaringan transmisi yang menghubungkan service node dan user node. Jaringan lokal akses adalah media transmisi yang disediakan untuk hubungan dari penyedia layanan, yang dalam bahasan kali ini seperti sentral ISDN (sentral lokal) menuju ke pelanggan. Sementara media transmisi penghubung antar sentral biasa dikenal dengan istilah jaringan trunk atau jaringan backbone.
Berdasarkan jenis media transmisi, PT TELKOM membagi jaringan lokal akses ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT) b. Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (JARLOKAF) c. Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR)
Dengan melihat perkembangan teknologi jaringan akses, terdapat teknologi akses yang menggunakan media transmisi campuran atau dikenal dengan istilah hybrid seperti kombinasi jaringan akses fiber dengan jaringan koaksial dan jaringan fiber dengan jaringan kabel tembaga.
Teknologi yang berkembang di jaringan akses saat ini antara lain: a. Teknologi berbasis Jarlokat : ISDN, xDSL.
b. Teknologi berbasis Jarlokaf : PON, AON, DLC.
c. Teknologi berbasis Jarlokar : PHS, DECT, WLAN, Wireless DSL. d. Teknologi Hybrid : HFC, DLC, remote DSLAM dan MSOAN.
Beberapa teknologi akses mengadopsi model infrastruktur hybrid (kombinasi) khususnya dengan jaringan fiber optik. Teknologi hybrid antara jarlokat dengan jarlokaf antara lain:
a. HFC (Hybrid Fiber Coaxial)
Teknologi berbasis TV-cable dengan menggunakan infrastruktur jaringan FO mulai sisi Headend sampai perangkat Fiber Node atau Distribution dan dikombinasikan dengan jaringan kabel koaksial sebagai jaringan distribusi ke pelanggan.
b. DLC (Digital Loop Carrier)
Teknologi OAN (Optical Access Network) yang dikombinasikan dengan jaringan kabel tembaga dari sisi remote untuk distribusi ke jaringan pelanggan.
c. MSOAN (Multi Service Optical Access Network) Dapat dikatakan sebagai Next Generation DLC. d. Remote DSLAM
Aplikasi teknologi xDSL dimana perangkat DSLAM berada pada cabinet
outdoor atau cabinet indoor gedung. Perangkat remote DSLAM ada yang
termasuk dalam kategori perangkat MSOAN.
2.1.1 Interface V5.x
Interface V5.x adalah open interface yang menghubungkan antara
sentral lokal dan jaringan akses. Sedangkan jaringan akses sendiri merupakan perangkat disisi akses yang menghubungkan antara pelanggan dengan sentral lokal yang mencatunya. V5.x merupakan protokol yang standard dan bersifat
open. Berbeda dengan standard interface jaringan akses yang bersifat proprietary, V5.x dapat diterapkan dengan pasangan berbagai jaringan akses
terhadap berbagai sentral local. Interface ini ada dua macam yaitu : 1. Interface V5.1
Setiap link antara LE dan AN menggunakan 2 Mbps untuk menghubungkannya
Satu link dapat melayani hingga 30 pelanggan/15 pelanggan biasa
Gambar 2.2 Konfigurasi antarmuka V5.1 2. Interface V5.2
Menggunakan multi link hingga 16 link (2 Mbps)
Didukung fungsi konsentrator pada AN sehingga lebih banyak pelanggan yang dapat dihubungi
Mendukung aplikasi POST, ISDN BRA, ISDN PRA
Memiliki sistem proteksi terhadap kegagalan yang mungkin terjadi
2.1.2 Jaringan Akses Fiber Optik
Jaringan lokal akses fiber adalah jaringan transmisi yang menghubungkan sentral lokal ke arah terminal pelanggan dengan menggunakan media transmisi serat optik. Jarlokaf merupakan nama lain dari Optical Access Network atau lebih dikenal dengan istilah Fiber In The Loop (FITL).
Sistem JARLOKAF setidaknya memiliki 2 buah perangkat opto elektronik, yaitu satu perangkat opto elektronik yang terpasang di sisi sentral dan satu perangkat opto elektronik yang terpasang di sisi pelanggan. Lokasi perangkat opto elektronik di sisi pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO). Secara praktis TKO berarti batas terakhir kabel optik kearah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optik ke sinyal elektronik. Terminal pelanggan biasanya dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga.
Daerah dimana pelanggan terhubung kesuatu TKO disebut Daerah Akses Fiber. Pada jaringan optik tembaga dikenal tiga buah daerah cakupan yaitu daerah cakupan sentral, dearah cakupan Rumah Kabel (RK) dan daerah cakupan Kotak Pembagi (KP), sedangkan Daerah Akses Fiber sebanding dengan daerah cakupan RK atau daerah cakupan KP pada lokasi yang sudah ada jaringan kabel tembaganya.
Pemilihan teknologi jarlokaf harus memperhatikan beberapa kriteria antara lain :
a) Jenis jasa dan kapasitas
b) Kemudahan Operation & Maintenance
c) Konfigurasi dan kehandalan sistem (reliability)
d) Kompabilitas antarmuka dan sesuai standar (compability) e) Tidak mudah usang dan dijamin produksinya
f) Biaya lebih efektif
2.1.2.1 Konfigurasi JARLOKAF a. Konfigurasi single star
Konfigurasi jarlokaf untuk single star memiliki satu buah titik star kabel pada perangkat opto-elektronik disisi sentral. Pada konfigurasi ini sebuah link serat optic akan menghubungkan pelanggan ke sentral local. Link dapat berupa satu atau beberapa kabel serat optic tergantung pada kemampuan dari masing-masing perangkat terminal. Keuntungan dari konfigurasi ini adalah kapasitas tinggi, struktur jaringan lebih sederhana dan privasi lebih terjamin, tetapi disisi lain konfigurasi ini mahal, disamping itu kurang sesuai untuk pelanggan yang distribusinya menyebar, karena akan memerlukan kabel dalam jumlah besar. Jenis teknologi jarlokaf yang menggunakan ini adalah DLC.
Gambar 2.4 Konfigurasi Single Star
b. Konfigurasi Multiple Star
Konfigurasi jarlokaf Multiple Star memiliki lebih dari satu buah titik star kabel serat optik. Contoh penggunaan dari konfigurasi ini ialah pada double
star dengan teknologi PON, dimana memiliki 2 buah titik star, yang pertama
terletak diperangkat opto-elektronik disisi sentral dan yang kedua di Passive
Splitter (PS). Keuntungan sisitem ini adalah kebutuhan kabel serat optik lebih
sedikit sehingga investasi awal lebih murah, tetapi perlu perangkat tambahan pada titik star kedua baik komponen pasif maupun perangkat aktif opto-elektronik, sehingga membatasi privasi dan memerlukan perawatan tambahan. Contoh yang lain adalah konfigurasi triple star, dimana sistem ini memiliki 3 titik star. Titik star pertama berada pada perangkat opto-elktronik disisi sentral, titik star kedua terletak pada perangkat opto-elektronik dilokasi
Rumah Kabel (RK) atau antara sentral dan pelanggan sedangkan titik star ketiga berada pada perangkat opto-elektronik disisi pelanggan/lokasi DP.
Gambar 2.5 Konfigurasi Double Star
Gambar 2.6 Konfigurasi Triple Star
c. Konfigurasi Ring
Konfigurasi ring mempunyai beberapa keuntungan yaitu : kehandalan yang tinggi, leluasa dalam pengalokasian jaringan dan penambahan saluran, mempunyai sistem proteksi yang handal dan dapat menjangkau area pelayanan yang luas. Konfigurasi ring yang terdapat pada jarlokaf ada dua
jenis yaitu : konfigurasi ring kabel dan konfigurasi ring SDH. Konfigurasi ring kabel digunakan sebagai proteksi link point to point sedangkan
konfigurasi ring SDH digunakan untuk proteksi beberapa point sekaligus. Pada jaringan akses yang merupakan wilayah terkecil dari suatu system telekomunikasi maka konfigurasi dengan ring SDH digunakan ADM karena kemampuannya membentuk teknologi ring. Sedangkan DXC atau perangkat SDH lainnya tidak digunakan pada jaringan akses karena berbagai pertimbangan seperti : biaya yang lebih mahal terutama dalam system manajemen, dan penempatan perangkat yang membutuhkan tempat khusus.
Gambar 2.7 Konfigurasi Ring
2.1.2.2 Aplikasi JARLOKAF
Sistem JARLOKAF setidaknya memiliki 2 buah perangkat opto elektronik, yaitu satu perangkat opto elektronik yang terpasang di sisi sentral dan satu perangkat opto elektronik yang terpasang di sisi pelanggan. Lokasi perangkat opto elektronik di sisi pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO). Secara praktis TKO berarti batas terakhir kabel optik kearah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optik ke sinyal elektronik. Terminal pelanggan biasanya dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga.
Daerah dimana pelanggan terhubung kesuatu TKO disebut Daerah Akses Fiber. Pada jaringan optik tembaga dikenal tiga buah daerah cakupan yaitu daerah cakupan sentral, dearah cakupan Rumah Kabel (RK) dan daerah cakupan Kotak Pembagi (KP), sedangkan Daerah Akses Fiber sebanding dengan daerah cakupan RK atau daerah cakupan KP pada lokasi yang sudah ada jaringan kabel tembaganya.
a. Fiber To The Building (FTTB)
Pada Modus Aplikasi ini TKO ditempatkan di dalam sebuah gedung dan biasanya terletak pada ruang khusus di basement, namun juga dimungkinkan terletak pada beberapa lantai di gedung tersebut. Terminal pelanggan dihubungkan dengan kabel tembaga indoor. FTTB dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis di gedung-gedung bertingkat atau pelanggan apartemen.
Gambar 2.8 Fiber To The Building (FTTB)
b. Fiber To The Zone (FTTZ)
Pada modus aplikasi jenis FTTZ, TKO terletak di luar bangunan baik di dalam kabinet. Terminal pelanggan terhubung ke TKO lewat kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti Rumah Kabel (RK). Konfigurasi ini umumnya diterapkan pada daerah perumahan yang letaknya jauh dari sentral telepon atau bila infrastruktur kabel primer pada arah tersebut sudah tidak memenuhi lagi untuk penggelaran kabel tembaga primer.
Gambar 2.9 Fiber To The Zone (FTTZ)
c. Fiber To The Curb (FTTC)
Pada konfigurasi ini TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, di dalam kabinet atau di aras tiang,. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO menggunakan kabel tembaga sepanjang beberapa ratus meter. Fungsi TKO ini mrip dengan Kotak Pembagi pada jaringan telepon fisik. FTTC diterapkan bagi pelanggan yang letaknya terkumpul dalam area terbatas namun tidak
DP
RK Pelanggan
Sentral
optik tembaga tembaga
LOKASI TKO
DP
RK Pelanggan
Sentral
optik tembaga tembaga
pelanggan yang berada dalam area pemukiman yang membutuhkan jasa hiburan.
Gambar 2.10 Fiber To The Curb (FTTC)
d. Fiber To The Home (FTTH)
FTTH adalah salah satu modus aplikasi Jarlokaf dimana TKO ditempatkan di dalam rumah pelanggan. Pelanggan konfigurasi ini ditujukan pada daerah-daerah yang memiliki potensi akan kebutuhan yang tinggi terhadap jasa-jasa distributif dan pelanggan-pelanggan penting tertentu. Teknologi yang digunakan pada modus aplikasi ini adalah teknologi PON. Terminal pelanggan terhubung ke TKO melalui kabel tembaga indoor hingga beberapa meter. D P R K P e l a n g g a n S e n t r a l o p t ik t e m b a g a t e m b a g a L O K A S I T K O
Gambar 2.11 Fiber To The Home (FTTH)
2.1.2.3 Teknologi JARLOKAF a Digital Loop Carrier (DLC)
Sistem DLC adalah jaringan akses yang melayani hubungan secara point to
point berdasarkan teknologi PCM-30 yang didukung oleh sistem transmisi
optik. Untuk membentuk suatu sistem jaringan lokal dengan menggunakan
DP
RK Pelanggan
Sentral
optik tembaga tembaga
sistem DLC diperlukan dua buah perangkat yang identik, satu disisi sentral yang disebut dengan Exchange DLC Unit dan satu lagi disisi pelanggan yang disebut dengan Remote DLC Unit. DLC adalah suatu perangkat yang mengubah sinyal keluaran dari sentral (64Kbps) menjadi sinyal dengan kecepatan 2 Mbps atau sebaliknya disisi pelanggan. Penggunaan DLC didasarkan pada pertimbangan bahwa DLC memiliki kapasitas dan fleksibilitas yang lebih tinggi
Gambar 2.12 Konfigurasi DLC
Dalam sistem DLC ini terdapat beberapa tipe yang memiliki kapasitas dan
bitrate yang berbeda-beda yakni:
Tabel 2.1 Kapasitas dan bitrate tipe DLC
Type Kapasitas (Kanal) Bitrate (Mbps) I 120 8 II 240 34 III 480 34 IV 960 140 V 1920 140
C
C
T
T
R
R
T
T
L
L
E
E
K Keetteerraannggaann:: L LEE==LLooccaallEExxcchhaannggee C CTT==CCeennttrraallTTeerrmmiinnaall R RTT==RReemmootteeTTeerrmmiinnaal l CAS, V5.xb Passive Optical Network (PON)
Digunakan bagi pelanggan yang terkumpul digedung-gedung bertingkat atau pelanggan yang tersebar di rumah-rumah. Sistem ini menggunakan splitter pasif.
c Active Optical Network (AON)
Digunakan bagi pelanggan yang terkumpul digedung-gedung bertingkat atau pelanggan yang tersebar dirumah-rumah. Sistem ini menggunakan splitter aktif.
Gambar 2.13 Konfigurasi PON/AON
d Multi Service Optical Access Network (MSOAN)
MSOAN adalah system yang akan dipakai untuk mengirimkan multi layanan terintegrasi dalam platform jaringan akses optic tunggal. MSOAN diimplementasikan untuk menyediakan solusi berbasis fiber dalam jaringan akses yang merupakan bagian dari jaringan telekomunikasi. System MSOAN paling sedikit mampu untuk mengirimkan layanan telekomunikasi meliputi: o Analog telephone (POTS)
o Layanan analog leased line dengan inband/outband signaling o 64 Kbps digital leased line service
o ISDN (basic rate:2B+D)
F FIIBBEERR O OLLTT s suubbssccrriibbeerr s suubbssccrriibbeerr O ONNUU O ONNUU L LEE P PSS//AASS K Keetteerraannggaann:: L LEE ==LLooccaallEExxcchhaannggee O OLLTT ==OOppttiiccaallLLiinneeTTeerrmmiinnaall O ONNUU ==OOppttiiccaallNNeettwwoorrkkUUnniitt P POONN ==PPaassssiivveeOOppttiiccaallNNeettwwoorrkk A AOONN ==AAccttiivveeOOppttiiccaallNNeettwwoorrkk P PSS ==PPaassssiivveeSSpplliitttteerr A ASS ==AAccttiivve eSSpplliitttteer r CAS, V5.x
o ISDN (primary rate:30B+D)
o Layanan digital leased line 2 Mbps (ITU-T G.703) o Layanan SHDSL (2 Mbps)
o ADSL Adaptive fullrate (8 Mbps Downstream/ 768 Kbps Upstream) o ADSL G.Lite (1.5 Mbps Downstream/ 384 Kbps Upstream)
o Layanan berbasis ATM (STM-1 UNI, 10/100 Base-T) atau layanan berbasis IP (10 base-T,100 Base T)
Gambar 2.14 Konfigurasi umum system MSOAN[7]
2.1.3 Jaringan Lokal Akses Tembaga
2.1.3.1 x-DSL (x-Digital Subscriber Line)
x-DSL merupakan teknologi modem digital yang terdiri atas sepasang modem COT (Central of Terminal) dan ROT (Remote of Terminal) untuk menyalurkan sinyal digital atau data kecepatan tinggi dengan menggunakan media transmisi berupa jaringan kabel tembaga (JARLOKAT). “x” berarti tipe/jenis teknologi DSL, misal : ADSL (Asymmetric DSL), SDSL (Symmetric
DSL), HDSL (High bit-rate DSL), VDSL (Very high-rate DSL) dan lainnya.
x-DSL mampu membawa data (termasuk gambar), dan voice. Signal data dikoneksikan secara kontinu. Tidak seperti kabel modem atau W-LAN
dedicated (no-share bandwidth) sehingga menjadi salah satu kelebihan di sisi reability dan security. x-DSL membagi bandwidth menjadi 2 bagian :
• Band frekuensi rendah (0 ~ 4 kHz) untuk voice (POTS), fax. • Band frekuensi tinggi (38 kHz ~ 1.2 MHz) untuk data. • Antara 4 kHz – 38 kHz digunakan sebagai ‘guard band’.
Gambar 2.15 Spektrum Frekuensi xDSL
Untuk mengaplikasikan teknologi x-DSL diperlukan peralatan tambahan : • DSLAM
DSLAM yang berada dalam lingkungan CO (Central Office) digunakan sebagai dasar untuk solusi DSL. DSLAM berfungsi untuk mengkonsentrasikan trafik data dari berbagai loop DSL yang kemudian akan dikirimkan ke backbone network untuk dihubungkan lagi ke jaringan lainnya. DSLAM dapat mengirimkan layanan untuk aplikasi berbasis paket,
cell, dan circuit.
• POTS splitter di sisi pelanggan.
Divais ini ada pada CO dan pemakai yang memungkinkan loop digunakan untuk transmisi data kecepatan tinggi dan digunakan juga untuk komunikasi telepon. POTS splitter biasanya mempunyai 2 konfigurasi, yaitu splitter tunggal untuk pengguna rumah dan mass splitter untuk CO.
Dasar sistem x-DSL :
• x-DSL menyalurkan akses broadband via jaringan telepon.
f 4kHz 26kHz 1.1MHz Downstream - Channel up to ≤ 8000 kbit/s Upstream - Channel ≤ 640 kbit/s POTS 130 kHz f 4kHz 26kHz 1.1MHz Downstream - Channel up to ≤ 8000 kbit/s Upstream - Channel ≤ 640 kbit/s POTS 130 kHz
Dengan x-DSL pelanggan dapat mengakses aplikasi high speed, seperti :
streaming video, online gaming, multimedia applications, high speed internet access, dan telecommuting.
• x-DSL selalu "always-on" dan dedicated
Tidak seperti modem dial-up, x-DSL tidak perlu logging on/off atau menunggu dial tone. Dengan x-DSL, koneksi 24 jam. Sebagai tambahan, dengan x-DSL (ADSL, VDSL) hubungan telepon masih dapat tetap berlangsung. Pelanggan tidak perlu khawatir kecepatan akses akan turun jika semakin banyak pelanggan lain yang log on.
• x-DSL secure.
Koneksi x-DSL adalah point-to-point, bukan point-to-multipoint ataupun
share bandwidth, sehingga faktor security lebih handal
2.1.3.2 ADSL
ADSL ( Asymetrical Digital Subscriber Line ) adalah teknologi
dengan metode pentransmisian kecepatan tinggi menggunakan jaringan lokal akses tembaga yang telah ada ( existing ) dan memungkinkan untuk layanan multimedia dengan mode transmisi asimetris, yang berarti bandwidth
downstream berbeda dengan bandwidth upstream dimana bandwidth untuk downstream lebih besar dari upstream.
Laju downstream-nya berkisar dari 1,5 Mbps sampai 8 Mbps,
sementara upstream-nya dari 16 kbps sampai 640 kbps. Transmisi ADSL bekerja pada jarak sampai 18.000 kaki ( 5,48 Km ) pada sepasang kawat tembaga pilin ( single twistedpair ). Teknologi ADSL memanfaatkan frekuensi dengan membaginya( splitting ), frekuensi yang lebih tinggi dari
voiceband ( diatas 4 KHz ) digunakan untuk transmisi data sedangkan
frekuensi voiceband ( 0-4 KHz ) digunakan untuk transmisi suara ( telepon ) dan fax. Keterbatasan bandwidth dari kabel tembaga terutama
ADSL Modem POTS Filter Mbit/s kbit/s ADSL Modem POTS Filter sentral Mbit/s kbit/s jarlokat
Lokasi STO Lokasi Pelanggan
Gambar 2.16 Konfigurasi ADSL
2.2 Konsep Layanan Speedy
Speedy adalah produk Layanan Internet access end-to-end dari PT. TELKOM dengan basis teknologi Asymetric Digital Subscriber Line (ADSL), yang dapat menyalurkan data dan suara secara simultan melalui satu saluran telepon biasa dengan kecepatan yang dijaminkan sesuai dengan paket layanan yang diluncurkan dari modem sampai BRAS (Broadband Remote Access
Server).
Gambar 2.17 Konfigurasi jaringan Speedy[4] DSLAM DSLAM DSLAM ATUR ATUR ATUR ATUR ATUR ACCESS Layer DISTRIBUTION CORE
Internet
BRAS ROUTER RADIUS ATM /IP VOD Server NMSBerikut ini merupakan elemen – elemen jaringan Speedy:
2.2.1 Ethernet Aggregator
Merupakan perangkat switching yang bertugas men-switch perangkat BRAS dan DSLAM, selain itu berfungsi sebagai router yang merutekan informasi BRAS kepada pelanggan.
2.2.2 BRAS (Broadband Remote Access Server)
Setelah keluar dari Ethernet Aggregator, data akan masuk ke BRAS terlebih dahulu sebelum mencapai ISP. BRAS berfungsi sebagai router yang merutekan data dari ISP melalui Ethernet aggregator untuk menuju user.
2.2.3 RADIUS
RADIUS melakukan fungsi AAA, dimana sistem AAA adalah sebuah software yang dijalankan pada system operasi computer yang
universal (umumnya UNIX dan windows NT) dan memiliki dua buah software module. Modul pertama adalah modul yang digunakan untuk
memproses RADIUS yaitu digunakan untuk proses akuntansi. Modul kedua merupakan modul data, dan digunakan untuk proses manajemen (meliputi rekening, pembebanan,dll), data disimpan pada database sebagai data informasi. AAA merupakan standar fungsi
Authentication, Authorization, Acounting terhadap pelanggan yang
login ke jaringan ADSL.
2.2.4 NMS ( Network Management System)
Digunakan sebagai pemonitor performansi jaringan, gangguan,
provisioning dan keamanan pada perangkat DSLAM, Ethernet
Aggregator dan BRAS. NMS dapat ditempatkan secara terdistribusi (satu buah NMS membawahi satu buah perangkat) maupun terpusat (satu buah NMS membawahi beberapa perangkat).
2.3 DSLAM
Pada prinsipnya antara Remote DSLAM dengan DSLAM yang biasanya mempunyai karakteristik cara kerja yang sama, yang membedakan terletak pada kapasitasnya dan peletakkan perangkatnya. Untuk Remote DSLAM, sudah tentu mempunyai kapasitas yang lebih sedikit dibanding dengan DSLAM dan peletakkan perangkatnya bisa diletakkan di sisi Remote Terminal untuk mengakomodir pelanggan yang jaraknya lebih jauh serta pelanggan yang berada pada jaringan optical access network. Berikut ini dijabarkan sekilas tentang DSLAM secara prinsip dasarnya:
2.3.1 Pengertian DSLAM
DSLAM adalah konfigurasi perangkat xDSL yang secara fisik modem sentralnya berupa card module yang berisi banyak modem sentral yang dapat mengakomodir banyak pelanggan DSL untuk kemudian dihubungkan dengan satu jaringan backbone dengan kecepatan yang tinggi
DSLAM menyediakan layanan transmisi data kecepatan tinggi dengan memanfaatkan kabel eksisting yang sudah ada. Pada saat sentral telepon menerima signal DSL, maka modem ADSL akan mendeteksi suara dan data. Suara akan dikirim ke PSTN, sedangkan data akan dikirimkan ke DSLAM, dimana ini melewati IP menuju Internet, lalu kembali ke DSLAM dan ADSL sebelum ke pengguna.
2.3.2 Konfigurasi Jaringan DSLAM
Gambaran sederhana dari konfigurasi DSLAM ditunjukkan pada gambar sebagai berikut :
x D S L T E L E P O N K O M P U T E R D S L A M M O D E M I S P IN T E R N E T P S T N V O IC E S W IT C H B A C K B O N E
Gambar 2.18 Konfigurasi jaringan DSLAM
2.3.3 Cara Kerja DSLAM
Cara kerja DSLAM pada prinsipnya sama dengan DSL. DSLAM memisahkan frekuensi sinyal suara dari trafik data kecepatan tinggi, serta mengontrol dan merutekan trafik Digital Subriber Line ( xDSL ) antara perangkat end-user, seperti: router, modem, network
interface card dengan jaringan penyedia layanan.
DSLAM menyalurkan data digital memasuki jaringan suara POTS ( Plain Ordinary Telephone Service ) ketika mencapai di CO (
central Office ). DSLAM mengalihkan kanal suara ( biasanya dengan
menggunakan spliter POTS ) sehingga sinyal tersebut dapat dikirim melalui PSTN, dan kanal data yang sudah ada kemudian ditransmisikan melalui DSLAM yang sebenarnya adalah kumpulan modem DSL.
Setelah menghilangkan sinyal suara analog, DSLAM mengumpulkan sinyal-sinyal yang berasal dari end user dan menyatukan menjadi sinyal tunggal dengan bandwitdh lebar, melalui proses multiplexing. Sinyal yang sudah disatukan ini disalurkan dengan kecepatan Mbps ke dalam kanal oleh peralatan switching backbone melalui jaringan akses ( Access Network ) yang biasa disebut
network service provider ( NSP ). Sinyal yang dikirimkan melalui
2.3.4 Fungsi DSLAM
• Melakukan fungsi splitter untuk memisahkan sinyal suara dan meneruskannya ke Sentral PSTN
• Melakukan modulasi/demodulasi data dan mengirimkannya ke Modem dengan format DSL
• Melakukan fungsi switching dari port pelanggan menuju ke
port uplink dan sebaliknya
• Melakukan fungsi multipleksing/demultipleksing port pelanggan untuk berhubungan dengan network data
• Melakukan fungsi paketisasi data dari port pelanggan ke ATM Format/frame ethernet, dan sebaliknya.
• Mengirimkan data menuju BRAS dan menerima data dari BRAS
STO SENTRUM
3.1 Gambaran Umum
Kandatel Bandung terdiri dari 30 STO dimana satu diantaranya adalah STO Bandung Sentrum. Pada proyek akhir ini, study kasus dikhususkan pada STO Bandung Sentrum yang terletak di Jl. Lembong 11 yang meliputi wilayah perumahan penduduk, perkantoran dan pertokoan. Di STO Bandung Centrum, layanan speedy mulai dipasarkan pada bulan Mei 2006 dengan jumlah pelanggan sebanyak 45. Namun pelanggan yang bisa mengakses speedy hanya pelanggan yang berada pada jaringan kabel akses tembaga, pelanggan yang berada pada kabel DPG, OAN, dan DLC belum dapat berlangganan speedy.
Dalam BAB III ini membahas data dan kondisi eksisting jaringan akses optik di STO Sentrum yang digunakan dalam melihat potensi pelanggan untuk dapat merinci kebutuhan Remote DSLAM agar mendukung implementasi layanan speedy di jaringan akses optik.
3.2 Kondisi Eksisting Jaringan Lokal STO Bandung Centrum 3.2.1 Jaringan Fiber Optik Sebagai Kabel Primer
Jaringan serat optik sebagai kabel primer merupakan jaringan yang salah satu ujungnya terhubung ke Rangka Pembagi Utama (RPU/MDF) sebagai terminal dihubungkan dengan perangkat sentral, sedangkan ujung lainnya terhubung pada terminal RK. STO Bandung Centrum memiliki 30 ONU yang dihubungkan oleh akses fiber, semua ONU tersebut belum terpasang Remote DSLAM sehingga belum dapat untuk mendukung layanan
Berikut ini konfigurasi jarlokaf secara umum di STO Bandung Centrum :
Gambar 3.1 Konfigurasi Jarlokaf STO Bandung Centrum
Pada saat ini, aplikasi serat optik tidak hanya terbatas sebagai transmisi antar sentral saja, tetapi telah menjangkau hingga ke jaringan lokal dengan pertimbangan serat optik dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah kapasitas dan penyediaan pelayanan sarana telekomunikasi berbasis multimedia di masa yang akan datang. Pemilihan serat optik sebagai media pengganti kabel tembaga atau akses radio pada jaringan lokal karena memiliki banyak kelebihan sebagai berikut :
• Memiliki redaman yang rendah
• Kualitas tinggi yang tahan terhadap gangguan elektromagnetik • Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi
• Bandwidth lebar, sehingga dapat menampung kapasitas saluran yang besar
• Dimensi kecil dan ringkas, pemakaian infrastruktur yang lebih efisien • Tidak dipengaruhi oleh efek medan listrik sehingga tidak ada short circuit
(sebab energi yang dikirimkan oleh serat optik dalam bentuk pulsa cahaya bukan arus listrik )
• Kemungkinan peningkatan kapasitas dengan adanya kemampuan melalukan data kecepatan tinggi
COT
X
3.2.1.1 Spesifikasi Teknis Sistem Komunikasi Optik STO Sentrum
Dari segi teknisnya sistem komunikasi serat optik terdiri tiga bagian utama, yaitu: pemancar (transmitter), media transmisi berupa serat optik, dan penerima (receiver). Berikut ini spesifikasi teknis sistem komunikasi serat optik yang digunakan pada jaringan akses fiber di STO Bandung Sentrum.
Transmitter
Transmitter merupakan salah satu syarat untuk membangun suatu
sistem komunikasi. Fungsi utama transmitter adalah mengubah sinyal elektrik menjadai sinyal optik. Media yang digunakan oleh transmitter tersebut adalah media cahaya. Syarat mutlak yang harus dimiliki oleh
transmitter adalah memiliki sifat monokromatik, redaman sekecil
mungkin, dan efisiensi setinggi mungkin. Dari pertimbangan syarat diatas, maka pada jaringan fiber optik di STO Bandung Centrum menggunakan sumber cahaya Laser diode.
Jenis Serat Optik
Dalam studi kasus proyek akhir ini media transmisi yang digunakan adalah serat optik. Jenis serat optik yang digunakan adalah serat optik single mode standar atau Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF) sesuai dengan rekomendasi ITU-T G.652. Secara garis besar pada jaringan akses fiber di STO Bandung Centrum menggunakan serat optik G.652D yang mengalami perkembangan dari yang semula seri G.652A, G.652B, G.652C .
Kelebihan serat optic G.652 antara lain sebagai berikut:
• Serat optik dengan titik zero dispersion pada panjang gelombang 1310nm.
• Cocok untuk transmisi jarak jauh dengan bitrate yang tinggi
• Rugi-rugi hasil penyambungan kecil, parameter geometrik yang akurat, dan efisiensi yang tinggi.
Tabel 3.1 Karakteristik serat optik tipe G 652D FIBER G.652D
Karakteristik Detail Nilai
Redaman λ = 1330 nm 0,311 dB/km λ = 1450 nm 0,227 dB/km λ = 1460 nm 0,22 dB/km λ = 11550 nm 0,186 dB/km λ = 1560 nm 0,187 dB/km λ = 11570 nm 0,187dB/km λ = 1580 nm 0,189 dB/km Dispersi λ = 1330 nm 0,91194 ps/nm.km λ = 1550 nm 17,0049 ps/nm.km λ = 1560 nm 17,5970 ps/nm.km λ = 1570 nm 18,1800 ps/nm.km λ = 1780 nm 18,7541 ps/nm.km
Parameter Geometri Cladding 124,9 µm
Core 8,05 µm
Parameter PMD λ = 1330 nm 0,057
λ = 1550 nm 0,073
MFD (Mode Field Diameter) λ = 1330 nm 9,1 µm
λ = 1550 nm 10,35 µm
Panjang Gel.Cut Off λ = 1244,26 µm
Receiver
Receiver pada sistem komunikasi optik berupa photodetector. Fungsi
receiver adalah untuk menerima cahaya yang dipancarkan oleh sumber
radiasi dan diubah dari sinyal cahaya menjadi sinyal elektrik. Pada saat penjalaran, cahaya telah mengalami attenuasi dan dispersi. Oleh sebab itu photodetector harus memiliki syarat sensitivitas yang tinggi agar dapat
mendeteksi kembali sinyal optik yang ditransmisikan dengan benar dan memiliki noise yang rendah. Dari pertimbangan syarat diatas, maka pada jaringan fiber optic STO Bandung Sentrum menggunakan photodetector APD (Avalanche photodiode).
Tabel 3.2 Spesifikasi teknis sistem komunikasi serat optik
No Parameter Jenis Nilai Satuan
I Sistem Transmisi
1 Jenis Serat Optik Single Mode
2 Laju Data STM-1 155,5 Mbps
3 Panjang Gelombang 1310 nm
4 Redaman Serat Optik 0,311 dB/km 5 Dispersi kromatis 0,91194 ps/nm.km
6 Redaman Splitter 4,7 dB/Splitter
7 Redaman Splicer 0,2 dB/Splice
8 Redaman Konektor 0,4 dB/Konektor
II Transmitter
1 Sumber Cahaya Laser
Diode 2 Rise Time 0,1 ns 3 Lebar Spektral 1,4 nm 4 Daya Transmit -8 dBm III Receiver
1 Detektor cahaya APD
2 Rise Time 0.5 ns
3 Sensitivitas Penerima -31 dBm
3.2.2 Jaringan Akses Kabel Tembaga Sebagai Kabel Sekunder
Pada dasarnya jaringan lokal akses tembaga terdiri dari kabel tembaga multipair. Jaringan lokal akses tembaga sebagai kabel sekunder berfungsi menghubungkan RK (Rumah Kabel) dengan DP (Distribution Point), jaringan ini dapat dipasang diatas tanah ataupun dengan cara tanam langsung tergantung pada kemungkinan pengembangan jumlah pelanggan yang akan dicatu, kemudian dari DP ke KTB (Kotak Terminal Batas) yang ada di rumah-rumah pelanggan dihubungkan dengan saluran penanggal (drop wire).
Dalam proyek akhir ini jarlokat digunakan sebagai media transmisi yang dapat menginjeksikan teknologi ADSL karena output dari perangkat ADSL
teknologi modem yang memiliki kecepatan pentransferan data 1.5 Mbps sampai 8 Mbps untuk mendukung implementasi layanan internet dan voice secara simultan. Simultan dimaksudkan dapat mengakses keduanya dalam waktu bersamaan dikarenakan ADSL membagi bandwidth menjadi 2 bagian.
3.2.2.1 Elemen Jaringan Pendukung Layanan Speedy
Seperti yang kita ketahui bahwa pada OAN eksisting belum bisa untuk melayani kebutuhan layanan high speed internet. Sehingga harus dihubungkan dengan beberapa perangkat ADSL agar bisa melayani kebutuhan akan layanan multimedia.
Berikut ini spesifikasi perangkat ADSL untuk mendukung layanan Speedy :
1. Remote DSLAM
Remote DSLAM atau bisa disebut mini DSLAM merupakan salah satu
jenis DSLAM yang digolongkan berdasarkan kapasitasnya.
Pada Remote DSLAM terdiri dari empat elemen penting yaitu: • SCB Control Board
Merupakan board pengontrol dalam mini DSLAM. SCB memiliki beberapa fungsi yaitu untuk switching layer 2, mengontrol operasi pada line interface board, impelementasi fungsi Network Management • Subscriber Board
Bagian ini merupakan card module dalam Remote DSLAM. Untuk ADSL, card module ada dua macam. Yaitu: ASIG-ATIG untuk 32 port dan ASIK-ATIK untuk 48 port.
• Splitter Board
Seperti konsep ADSL yang ada, maka pada DSLAM juga dilengkapi dengan Spliter yang berfungsi untuk mendukung layanan telepon pada jaringan ADSL. Fungsi Splitter adalah memisahkan kanal suara dan kanal data. Dengan demikian maka dimungkinkan untuk menggunakan jaringan fisik yang sama untuk dua kanal sekaligus.
• Power Distributor dan Power Supply
Remote DSLAM dapat digunakan catu daya AC/DC. Biasanya
perangkat Remote DSLAM dicatu dengan tegangan -48Vdc.
2. Switch Aggregator
Pada perangkat ethernet aggregator terdapat line cards yang digunakan untuk interface uplink yaitu:
• GBIC
Merupakan card GigaEthernet yang menyediakan 2 port 1000 Base-SX atau 1000 Base-LX. GBIC card berfungsi menyalurkan layanan dengan kecepatan tinggi menuju metro access.
3. BRAS
Pada BRAS terdiri dari 8 port OC-3/STM-1 ATM dan 4 port
4. RADIUS (Remote Authentications Dial In Users Service)
Radius melakukan fungsi yaitu:
• Authentication artinya mengidentifikasi user melalui username,
password, calling number
• Authorization artinya melayani akses user sesuai dengan service levelnya (LDAP)
• Accounting artinya melakukan proses billing dan informasi penggunaan user
5. CPE (Modem ADSL, Splitter)
Teknologi disisi pelanggan dikenal dengan ATU-R (ADSL Terminal
Unit-Remote). Pada modem ADSL sisi pelanggan ada yang langsung
terpasang POTS Splitternya dan ada juga yang terpisah dari modem ADSLnya. Fungsi modem ADSL untuk melakukan modulasi / demodulasi data dan mengirimkannya ke DSLAM.
Pada layanan speedy menggunakan tiga layer dari protocol OSI dan menggunakan protocol TCP/IP pada VLAN manajemennya. Tiga layer pada protocol OSI yang digunakan adalah :
• Physical Layer
Physical layer digunakan dari modem ADSL di Pelanggan sampai pada
DSLAM atau Remote DSLAM yang terpasang • Data Link Layer
Data link layer digunakan dari DSLAM atau remote DSLAM sampai ke
BRAS. Pada layer ini dilakukan pembagian VLAN, yaitu VLAN Managemen untuk hubungan antar Remote DSLAM dan VLAN Trafik untuk digunakan oleh pelanggan.
• Application Layer
Application layer digunakan pada layanan internet global dan untuk
menjalankan aplikasi-aplikasi yang ada pada layanan internet pada umumnya seperti : Email, World Wide Web, Remote Access, Database.
3.3 Pemetaan Demand Speedy Pada Jaringan Akses Fiber Optik
Pada proyek akhir ini demand speedy dikhususkan pada pelanggan yang berada pada jaringan akses fiber optik (OAN) yang saat ini juga sedang berlangganan layanan internet namun masih menggunakan sistem dial up seperti TelkomNetInstan, serta pada provider lain seperti Centrin, CBN, Sistelindo, dan lain sebagainya. Pemetaan demand speedy ini didasarkan pada kategori pelanggan high usage, dimana pelanggan tersebut menggunakan layanan internet setiap harinya minimal rata-rata satu jam atau dalam satu bulan minimal rata-rata 10 jam atau bila dirupiahkan mencapai di atas Rp.200.000.-. Jika dilihat dari tarif layanan speedy yang berlaku, pengguna internet dengan pemakaian diatas Rp.200.000 dapat disarankan untuk pindah ke layanan speedy
Seperti yang kita ketahui sistem dial up mempunyai kekurangan-kekurangan yaitu ratenya yang rendah, hanya dapat memilih satu layanan, internet atau telepon. Diharapkan dengan adanya optimalisasi dari jaringan akses fiber optik, pelanggan tersebut dapat bermigrasi menjadi pelanggan Speedy yang mempunyai banyak kelebihan dari sisi kecepatan rate nya.
Di STO Bandung Sentrum memiliki 30 ONU yang tersebar dibeberapa wilayah dan 8 diantaranya memiliki demand speedy yang berpotensi yang digolongkan berdasarkan kategori diatas. Berikut data demand speedy pada tiap ONU di STO Bandung Centrum:
Tabel 3.3 Data Demand Speedy
No ONU Demand 1 RAA 26 2 RAB 22 3 RAG 10 4 RAT 14 5 RC 13 6 RDD 11 7 RS 15 8 RY 13 Jumlah 124
Dari data diatas dapat dilihat jumlah demand speedy yang ada yaitu sebanyak 124 ssl (satuan sambungan layanan). Dimana ssl sama dengan 1 port pelanggan.
3.3.1 Segmentasi Pelanggan
Selain data demand speedy, segmentasi pelanggan juga menjadi pertimbangan dalam aspek peramalan. Seperti halnya pelanggan telepon, pelanggan untuk layanan multimedia juga berasal dari berbagai kalangan sehingga perlu adanya segmentasi pelanggan untuk mempermudah peramalan demand dan pemenuhan permintaan pelanggan. Adapun segmentasi pelanggan untuk layanan multimedia dapat dikelompokkan sebagai berikut:
3.3.1.1 Pelanggan Residensial
Pelanggan residensial adalah pelanggan perorangan yang berasal dari perumahan-perumahan penduduk. Aplikasi layanan yang sering digunakan oleh pelanggan residensial termasuk kategori layanan hiburan dan pendidikan, misalnya home shopping, mengakses internet dan situs-situs yang memberi info tentang perkembangan global, baik teknik, politik, dan ekonomi.
3.3.1.2 Pelanggan Bisnis
Pelanggan bisnis adalah pelanggan yang memakai
layanan multimedia untuk keperluan bisnis. Pelanggan bisnis ini biasanya dari perusahaan swasta, BUMN, kantor-kantor pemerintahan, rumah sakit, perhotelan, dan warnet. Pada umumnya pengguna bisnis bersedia membayar layanan yang dibutuhkan dengan alasan image perusahaan dan peningkatan produktifitas. Aplikasi layanan yang mungkin untuk pelanggan bisnis seperti video conference,
telecommunicating, komunikasi data, layanan hiburan (untuk perhotelan) dan akses internet.
DENGAN REMOTE DSLAM
4.1 Konfigurasi Pemasangan Remote DSLAM pada Perangkat OAN
Setelah pada Bab III dipaparkan mengenai data dan kondisi eksisting jaringan akses optik yang ada di STO Sentrum, pada Bab IV ini berisi pembahasan mengenai konfigurasi pemasangan Remote DSLAM dimulai dari terminasi untuk menghubungkan Remote DSLAM dengan ONU, set-up konfigurasi Remote DSLAM untuk mengaktifkan perangkat dengan telnet serta perhitungan kebutuhan subscriber card ADSL pada Remote DSLAM yang disesuaikan dengan potensi demand speedy di STO Sentrum.
4.1.1 Sistem wiring Remote DSLAM dengan ONU
1 .Tie Line KT 300 “ 2 .DC 48 Volt. 3. 2 Pathcore Optic 4 .AC 220 Volt LSA Plus LSA Plus Rmt DSLAM
OAN/ONU/DPG
External R DSLAM
1 2 3 4 No Tlp Sekunder FAN BLOWER-48 +
NC Gnd
Gnd Term Power Rmt Dslam
Detail Connector Power
User 1 User 2 User 3 PSTN 1 PSTN 2 PSTN 3 User 1 PSTN 1 A1 A2 A3 A4 A1 A2 A3 A4 TERM LSA PLUS
Jumper wire dari arah ONU ( No Tlp )
Jumper wire ke arah Pelanggan / Sekunder
ADSL LINE PSTN LINE DSLAM BAG BLK 1 50 51 100
Gambar 4.2 Skema jumpering Remote DSLAM dengan ONU
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa pada pengaplikasian teknologi ADSL untuk layanan speedy, tidak melakukan perubahan pada sisi jaringan eksistingnya, hanya dilakukan jumpering antara perangkat DSLAM dengan MDF di sisi Sentral. Demikian juga pada pengaplikasian layanan Speedy bagi pelanggan jaringan akses fiber, jumpering perangkat DSLAM dilakukan pada sisi Remote Terminal.
Untuk menghubungkan antara Remote DSLAM dengan ONU spesifikasi yang diperlukan sebagai berikut:
1. Kabel tie line
merupakan kabel penghubung antara ONU dengan RK (Rumah Kabel) karena pada instalasi kabel rumah pelanggan masih menggunakan kabel tembaga sehingga diperlukan pengkonversi dari optik ke tembaga. Kapasitas kabel tie line disesuaikan dengan kapasitas OAN
2. 2 Pathcore Optik
jumlah fiber optik yang digunakan yaitu sebanyak 2 core, disesuaikan dengan sistem transmisi, sisi pengirim dan penerima (Tx-Rx). Fiber optik digunakan untuk media transmisi dari Remote DSLAM ke jaringan data.
3. Power DC 48V dan AC 220V
Digunakan untuk mencatu perangkat Remote DSLAM
Pada sisi Remote DSLAM terdapat perangkat splitter yang built in di dalamnya serta modul untuk port pelanggan dengan kapasitas 48 ssl tiap modul. Dengan adanya splitter tersebut maka layanan antara voice dan data dapat diakses secara bersamaan, karena splitter melakukan fungsi
Band Pass Filter untuk memisahkan frekuensi rendah (LPF) untuk suara
yang akan diteruskan ke jaringan PSTN dan memisahkan frekuensi tinggi (HPF) untuk data yang selanjutnya diteruskan ke jaringan internet.
Wiring untuk menghubungkan Remote DSLAM dengan pelanggan
yang ada pada jaringan OAN diterminasi dengan term LSA. Dari gambar diatas dapat dilihat term LSA terdiri dari 2 bagian yaitu 1 untuk jumper wire dari arah ONU (No telp) dan 1 untuk jumper wire ke arah pelanggan/ sekunder. Jumper wire dari ONU dihubungkan dengan kabel subscriber
Remote DSLAM pada line PSTN dan untuk jumper wire ke arah
pelanggan dihubungkan ke line user yang ada pada Remote DSLAM. Seperti yang telah disebutkan diatas kapasitas satu modul pelanggan terdiri dari 48 ssl, pada remote DSLAM tipe ZXDSL 9203 mempunyai 3 modul pelanggan dan 3 modul splitter. Pedoman warna kabel yang digunakan untuk terminasi dapat dilihat pada lampiran C.
4.1.2 Konfigurasi Set-up Remote DSLAM
Setelah terminasi dilakukan antara Remote DSLAM dengan ONU, langkah selanjutnya dilakukan konfigurasi set-up Remote DSLAM, konfigurasi dilakukan bisa berfungsi untuk:
• Mengaktifkan perangkat baru
• Membuka port jaringan di Remote DSLAM agar Remote DSLAM yang dikonfigurasi dapat terhubung ke DSLAM lain dan terhubung juga ke BRAS.
Konfigurasi dilakukan pada PC/Laptop dengan menggunakan kabel RJ45 yang dihubungkan dari PC/Laptop ke Console pada Remote DSLAM. Berikut ini contoh konfigurasi remote DSLAM tipe ZXDSL 9203:
1. Meng-create card dari masing2 slot Remote DSLAM config# card slot 1 cardtype ASIKB ‹› s/d slot 3 config# card slot 4 cardtype EICG ‹› s/d uplink-port
2. Meng-create nama Remote DSLAM : (tidak boleh ada spasi) config# system prompt DSLAM01-D3-CTRM
3. Meng-create vlan management config# add-vlan 4037
4. Menentukan arah uplink Config# vlan 4037 4/1 tag
5. Meng-create ip address Remote DSLAM
Config# ip subnet 172.xx.xxx.xxx 255.255.255.0.1001 6. Meng-create snmp server host
Config# snmp-server host 172.xx.xxx.x private 7. Meng-create vlan untuk traffic pelanggan
Config# add-vlan 2537
8. Meng-create arah uplink untuk traffic pelanggan Config# vlan 2537 4/1 tag
9. Meng-create arah downlink untuk traffic pelanggan Config# vlan 2537 1-13/1-48 untag, utk 48 port 10. Mengaktifkan command pppoe-plus
Config# pppoe-plus enable 11 Mengaktifkan pvlan-mode Config# pvlan-mode enable 12 Mengaktifkan uplink pvlan
13 Meng-create ADSL profile Config# adsl-profile ADSL384 Config# adsl-profile ADSL384
AtucChanCongFastMaxTxRate[0-131040](Def:8128):384 AtucChanCongInteMaxTxRate[0-131040](Def:8128):384 AtucChanCongFastMaxTxRate[32-1536](Def:8128):64 AtucChanCongInteMaxTxRate[32-1536](Def:8128):64 ** Pilihan : Fast Only (2)
14 Meng-create semua slot/port Remote DSLAM Config# slot adsl-mpvc 1
Config# slot dsl-mpvc 1 ‹› untuk 48 port Config-if# pvid 2537 pvc 1
Config-if# atm pvc 8:81 pvc 1 Config-if# pppoe-plus enable Config-if# adsl profile ADSL384 Config#-if# adsl transmode
{pilih no 1 untuk card STIGN, pilih no 4 untuk card ASIGN atau ATIGN}
15 Konfigurasi selesai, kemudian disave
Config# copy running-config startup-config (disingkat menjadi copy ru st)
Keterangan:
• Software tertanam pada perangkat
• Uplink: jalur untuk mengirim signal ke BRAS
• Downlink: jalur untuk menerima signal dari DSLAM cascade • Tag: merupakan trunk VLAN
• Untag: Access ke pelanggan • PVLAN: membuat trunk uplink • Pvid: patch virtual id
• pppoe-plus: mengaktifkan pengiriman parameter dari DSLAM ke Radius untuk keperluan binding
S K Serat optik splice Serat optik K D • Atm pvc: menentukan channel atm pvi (patch virtual identifier)
dan pci (patch channel indentifier)
4.2 Analisa Link Fiber Optik
Optical Access Network merupakan teknologi akses berbasis optik
yang jaringan kabelnya digelar dari sentral sampai dengan ONU (Remote Terminal). Untuk mengetahui performansi dari jaringan fiber optik yang digelar maka dapat dilihat dari analisa power link budget dan rise time
budget
4.2.1 Analisa Power Link Budget
Dalam penerapan suatu sistem komunikasi selalu mempertimbangkan anggaran daya. Redaman yang terjadi pada komunikasi optik akan mengurangi daya yang dikirimkan oleh sumber optik. Penurunan yang disebabkan adanya penambahan perlatan, sambungan, atau pengaruh lingkungan luar maka diperlukan margin tambahan diatas daya input minimum penerima. Tujuan dari Optical link power budget adalah untuk menentukan apakah komponen dan parameter desain yang dipilih dapat menghasilkan daya sinyal di penerima sesuai dengan tuntutan persyaratan performansi yang diinginkan.
Gambar 4.3 konfigurasi link power budget point to point
Tabel 4.1 Parameter untuk menghitung power link budget Parameter Karakteristik Daya Transmisi -8 dBm
Daya Terima -31 dBm Loss fiber 0,311 dB/km Loss splice 0,2 dB/splice Loss Konektor 0,4 dB/konektor Loss Splitter 4,7 dB/splitter
Dalam perhitungan Power Link Budget diambil contoh dari salah satu ONU yaitu RDD dengan spesifikasi berikut ini:
Panjang lintasan(L) = 1,5 km Splice = 1 Konektor = 2 M - (Lc.k) -(Lsp.n) -(Ls.m) -(Lf.l) -Ptx - Prx = = -8dBm-(0,311dB/km.1,5km)-(0,2dB.1)-(0,4dB.2)-6 = -8-0,466-0,2-0,8-6 = -15,466 dBm
Dari hasil perhitungan power link budget diatas, sinyal detektor pada sisi penerima (receiver) mencukupi atau dengan kata lain detektor penerima mampu mendeteksi daya kirim. Hal ini ditunjukkan dari nilai daya terima (Pr) sebesar -15,466 dBm diatas nilai sensitivitas penerima
sebesar -31dBm. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan optik ini dapat beroperasi dengan baik.
4.2.2 Analisa Rise Time Budget
Rise Time Budget merupakan salah satu syarat yang
penting untuk menentukan batasan dispersi suatu link optic karena berhubungan dengan laju informasi (bit rate) yang ditransmisikan. Perhitungan rise time budget digunakan untuk melihat adanya kemungkinan terjadinya degradasi sinyal digital sepanjang link transmisi yang disebabkan oleh komponen-komponen yang dipakai.
Tabel 4.2 Parameter untuk menghitung rise time budget
Parameter Karakteristik Kabel Serat Optik (L) single mode 1310 nm
Rise Time Sumber cahaya 0,1 ns
Lebar spektrum σλ 1,4 nm (Laser Diode) Dispersi Material (Dm) 0,91194 ps/nm.km Bandwidth Penerima APD 1500 Mhz
Parameter Rise Time Receiver (detector optik) diperoleh dari: trx = 350 Br trx = 350 =0,233 ns 1500
Parameter Rise Time Dispersi Material tmat = σλ x Dm x L
= (1,4 nm)x(9,1194.10-4ns/nm.km)x(1.5km) = 0.001659 ns
Berdasarkan perhitungan parameter-parameter rise time diatas didapat rise time total sebesar:
tsistem = √(trx2 + tmat2 + tmod2 + ttx2)
= √(0,12 + 0,0019152 + 0 + 0,2332)
= 0,254 ns
Agar system tersebut dapat melewatkan bit rate yang ditransmisikan maka:
tsistem ≤ 0,7 ; untuk format data NRZ
BR
Karena perangkat yang digunakan mempunyai spesifikasi bit rate sebesar 155,5 Mbps, maka:
tsistem ≤ 0,7 → 0,254ns ≤ 4,5 ns
155,5
Untuk format data NRZ nilai rise time total system tidak boleh lebih dari 70% suatu periode bit NRZ, berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa nilai rise time system kurang dari 4,5 ns sehingga data NRZ dapat diterapkan pada system jaringan optic.
4.3 Perhitungan Kebutuhan Card ADSL pada Remote DSLAM
Jika dilihat dari arsitektur Remote DSLAM, terdapat 2 card xDSL modul yaitu card untuk layanan ADSL dan card untuk VDSL. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.4 Arsitektur Remote DSLAM
Dalam proyek akhir ini perancangan dikhususkan untuk layanan speedy dimana speedy merupakan layanan internet berbasis teknologi ADSL sehingga hanya dilakukan perhitungan card ADSL yaitu card ATIGN. Untuk Remote DSLAM ZXDSL 9203 memiliki 3 modul
subscriber dimana 1 modulnya berisi 48 port ADSL. Berdasarkan
pemetaan demand speedy pada tiap cabinet OAN maka jumlah port yang diperlukan yaitu:
Tabel 4.3 Kebutuhan card ATIGN
No ONU Demand Card ASIK-ATIK
1 RAA 26 1 2 RAB 22 1 3 RAG 10 1 4 RAT 14 1 5 RC 13 1 6 RDD 11 1 7 RS 15 1 8 RY 13 1 Jumlah 124 8
Dari 8 ONU yang direncanakan untuk pemasangan Remote DSLAM, terlihat bahwa rata-rata ONU saat ini membutuhkan 1 slot card ASIK-ASIG.
4.3.1 Peramalan Demand Speedy
Pada peramalan demand pelanggan speedy untuk 5 tahun mendatang, pada proyek akhir ini tidak menggunakan metode peramalan demand secara makro/mikro seperti metode trend linier atau metode regresi, dikarenakan proses pengambilan data pelanggan yang berpotensi tidak dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, maka untuk meramalkan demand pelanggan speedy untuk 5 tahun berikutnya menggunakan estimasi dari PT Telkom untuk prospek pelanggan dari jaringan akses fiber optik diambil persentase sebesar 20% pada setiap OAN.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan estimasi tersebut, maka diperoleh data demand pelanggan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Peramalan Demand berdasarkan estimasi dari PT.Telkom
NO ONU DEMAND (SSL) TOTAL Card
ASIK-ASIG 2008 2009 2010 2011 2012 1 RAA 26 31 38 46 56 197 5 2 RAB 22 27 33 40 48 170 4 3 RAG 10 12 15 18 22 77 2 4 RAT 14 17 21 25 30 107 3 5 RC 13 16 19 23 28 99 3 6 RDD 11 13 16 19 23 82 2 7 RS 15 18 22 27 33 115 3 8 RY 13 16 19 23 28 99 3 TOTAL 124 150 183 221 268 946 25
Dari tabel diatas, dapat dilihat total kebutuhan slot card ADSL sampai tahun 2012 yaitu sebanyak 25 card dari 8 ONU yang berpotensi untuk demand speedy.
4.4 Perhitungan Kebutuhan Link
Parameter yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan link
adalah : parameter trafik per-pelanggan, jumlah pelanggan, konsentrasi, trafik per-DSLAM, kapasitas Remote DSLAM, dan kapasitas uplink.
1. Trafik Per Pelanggan
Untuk menentukan kapasitas link maka diasumsikan trafik per pelanggan adalah menggunakan bandwidth 384 Kbps sesuai dengan layanan speedy
2. Jumlah Pelanggan
Jumlah dari pelanggan speedy ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebelumnya
3. Konsentrasi
Konsentrasi adalah asumsi pemakaian internet terhadap kawasan bisnis dan residensial. Hal itu dilakukan agar supaya tidak terjadi pemborosan link. Sehingga konsentrasi yang diberikan oleh PT.Telkom untuk kawasan bisnis sebesar 1:8 dan untuk kawasan residensial 1:20
4. Kapasitas Remote DSLAM
Selanjutnya adalah kapasitas dari Remote DSLAM itu sendiri. Adapun kapasitas Remote DSLAM yang digunakan adalah tipe ZXDSL 9203 dengan kapasitas (48x3) port ADSL.
5. Perhitungan kapasitas uplink
Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan kapasitas link maksimum yang akan digunakan, sehingga bisa menentukan total bandwidth yang diperlukan untuk link transmisi arah Aggregator
Rumus yang digunakan yaitu:
Kap.link = trafik pelanggan x kap DSLAM (jumlah pelanggan max) x
Konsentrasi
Salah satu contoh perhitungan kapasitas link untuk kawasan bisnis adalah
pada kabinet RDD yang berada di Jl.Tamblong dengan spesifikasi ,
berikut:
Jumlah demand = 11 ssl
Kapasitas DSLAM = 144 port ADSL Trafik perpelanggan = 384 kbps/0.384 Mbps
Diperoleh perhitungan untuk kapasitas link yang dibutuhkan RDD : = 0,384 x 11x (1:8)
= 0,528 Mbps = 1 Mbps
Kapasitasi link maksimumnya yaitu: = 0,384 x 144 x (1:8)
= 7 Mbps
Dengan cara yang sama, maka dapat dilakukan perhitungan kebutuhan bandwidth untuk kabinet kabinet yang lainnya. Hasil yang diperoleh untuk keseluruhan total kebutuhan link dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5 Hasil perhitungan kebutuhan link
No ONU Pelanggan Tipe Demand Kap link Max Kap Link dibutuhkan saat ini
1 RAA Bisnis 26 7 2 2 RAB Bisnis 22 7 2 3 RAG Residensial 10 3 1 4 RAT Bisnis 14 7 1 5 RC Bisnis 13 7 1 6 RDD Bisnis 11 7 1 7 RS Residensial 15 3 1 8 RY Residensial 13 3 1 Total 124 44 10
Dari tabel perhitungan kebutuhan link diatas, dapat dilihat total kebutuhan link maksimum arah ethernet aggregator yang diperlukan yaitu sebesar 44 Mbps atau setara dengan 22 E1 dan kebutuhan link saat ini sebesar 10 Mbps atau setara 5E1 Selanjutnya Remote DSLAM yang sudah terpasang pada ONU akan dihubungkan dengan perangkat eksisting DSLAM yang ada di STO Sentrum dengan konfigurasi sebagai berikut:
Gambar 4.5 Konfigurasi ONU dengan Bandwidth yang dibutuhkan
Pada perangkat Remote DSLAM terdapat card EICG yang merupakan card yang menyediakan 3 port GigaEthernet (1000M Optical) dan berfungsi menyediakan switching untuk network interface Ethernet 10/100/1000 Mbps
Antara DSLAM dengan Aggregator dihubungkan dengan transmisi GigaEthernet, di Aggregator sendiri mempunyai interface untuk saluran GE yaitu GBIC yang merupakan card Giga Ethernet , terdiri dari 2 port 1000 Base-SX atau 1000 Base-LX. GBIC berfungsi menyalurkan layanan dengan kecepatan tinggi menuju metro access.
Dari Aggregator paket data IP dari DSLAM selanjutnya dikirimkan ke BRAS dengan transmisi GigaEthernet untuk menghubungkan pelanggan ke internet. Pada BRAS terdapat elemen NMS dan RADIUS. NMS berfungsi untuk dapat memonitor performansi perangkat dan status jaringan dari sentral ke pelanggan, perangkat DSLAM dihubungkan dengan NMS melalui modul SCBF(Switching Control Board), sedangkan RADIUS berfungsi untuk melakukan fungsi AAA,Authentication
5.1 KESIMPULAN
1. Pada analisa link fiber optik yang meliputi power link budget dan rise time
budget didapat hasil perhitungan yang menunjukan bahwa jaringan optik
yang digunakan dapat beroperasi dengan baik, dengan rincian yaitu daya terima (PR) didapat sebesar -15,466 dBm masih diatas nilai sensitivitas
penerima sebesar -31 dBm, total rise time sebesar 0,254 ns tidak melebihi periode bit untuk pengiriman data yaitu sebesar 4,5 ns.
2. Dari 30 ONU yang ada di STO Bandung Centrum terdapat 8 ONU yang berpotensi memiliki demand speedy yaitu sebanyak 124 ssl dilihat dari kategori pelanggan high usage yang berada pada jaringan akses optik. 3. Dari perhitungan didapat total kebutuhan link maksimum untuk transmisi
arah aggregator yaitu sebesar 44 Mbps atau setara 22 E1 dan kebutuhan
link yang diperlukan saat ini yaitu sebesar 10 Mbps atau setara 5 E1
4. Berdasarkan estimasi pertumbuhan dari PT. TELKOM sebesar 20%, maka peramalan demand speedy untuk 5 tahun mendatang diperoleh jumlah demand sebanyak 946 ssl dan total kebutuhan slot card ADSL sebanyak 25 card
5. Berdsasarkan rise time yang dibutuhkan adalah 0.254 ns maka berdasarkan perhitungan bahwa 0.254 ns < 4.5 ns sehingga data NRZ dapat diterapkan pada system jaringan optic
5.2 SARAN
1. Untuk pemetaan demand speedy, sebaiknya dilakukan pencarian data yang lebih lengkap lagi misal dengan kuisioner serta dilakukan pengambilan data histories tahun-tahun sebelumnya agar dapat dilakukan peramalan
2. Pemeliharaan jaringan tetap dilakukan secara berkala walaupun tidak terjadi gangguan
3. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan perencanaan pada teknologi jarlokaf lainnya seperti MSOAN.