HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DAN KEBIASAAN
MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRA
Artikel Penelitian
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
disusun oleh
EFA AGINTA G2C007026
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2
Hubungan antara merokok dan kebiasaan makan dengan Status Gizi pada Remaja Putra (Studi pada Siswa SMAN 2 Ungaran)
Efa Aginta1, Apoina 2
ABSTRAK
Latar Belakang : : Remaja merupakan salah satu kelompok rawan gizi yang rentan mengalami masalah gizi. Perubahan gaya hidup remaja seperti kebiasaan makan dan merokok dapat meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi sehingga dapat mempengaruhi status gizi seorang remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara merokok dan kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja putradi SMA N 2 Ungaran.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI dan XII dengan jumlah 68 subjek yang diambil secara proportional random sampling. Karakteristik subjek, kebiasaan merokok, dan kebiasaan makan diperoleh dari kuesioner. Status gizi diukur menggunakan metode antropometri serta asupan makan diperoleh dengan metode wawancara dan food frekuensi semi kuantitatif (FFQ). Analisis data bivariat menggunakan rank spearman dan korelasi partial.
Hasil : Sebanyak 60.3% subyek termasuk kategori perokok ringan dan status gizi normal (80,9%). Sebanyak 25% subyek mulai mengkonsumsi rokok pada usia15 tahun dengan rerata jumlah rokok sebesar 3±2,8 batang perhari. Subjek memiliki asupan energi normal sebesar 61,8% dan asupan protein diatas angka kecukupan sebesar 95,6% serta 54,4% subjek memiliki kebiasaan makan yang sesuai dengan skala model linkert. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan kebiasaan makan dengan status gizi (r=-0,232; p=0,057) dan (r=-0,140; p=0,397), sedangkan setelah dikontrol dengan variabel perancu yaitu asupan energi dan protein maka merokok dengan status gizi memiliki hubungan (r=-0,284; p=0,021).
Simpulan : Merokok berhubungan dengan status gizi setelah dikontrol variabel asupan energi dan protein.
Kata Kunci : Merokok, kebiasaan makan, status gizi, remaja putra
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
2
3
Association Between Smoking and Eating Habits with The Nutritional Status of young men (Study on Students of SMA N 2 Ungaran)
Efa Aginta*, Apoina**
ABSTRACT
Background : Adolescent are group which have nutritional problems. Adolescent lifestyle changes such as eating habits and smoking could increase the need for energy and nutrition that could effect the nutritional status of a adolescent. This study aims to determine the correlation between smoking and eating habits with nutritional status in male student among senior high school 2 ungaran.
Method : This study was cross sectional. The subjects were eleventh and twelfth graders with total subjects was 68 people, who taken by proportional random sampling. Data of characteristic subjects, smoking, and eating habits is obtained from questionnaire. Nutritional status was measured using anthropometry method and food intake obtained by the method of interview and semi quantitative food frequency (FFQ). Bivariate analysis use rank Spearman and partial correlation.
Result : A total of60,3% subject, including categories of light smokers and normal nutritional status (80,9%). Most of the subjects (25%) began using tobacco at the age of 15 years with a mean number of cigarettes by 3±2,8 stems per day. The subject had a normal energy intake of 61,8% and protein intake above the adequacy rate of 95,6% and 54,4% subjects had eating habits in according with the scale model linkert. Result of analysis show that no correlation between smoking and eating habits with nutritional status (r= -0.232, p= 0.057) and (r= -0.140, p=0.397), while after the confounding variables intake of energy and protein is controlled the smoke has correlation with nutritional status (r=-0,284; p=0,021).
Conclusion : Smoking is associated with nutritional status after the controlled variable intake of energy and protein.
Keywords : smoking, eating habits, nutritional status, young men.
*Student of Study Program in Nutritional Science, Faculty of Medicine, Diponegoro University Semarang
4
PENDAHULUAN
Kelompok rentan gizi merupakan suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi.1 Kelompok umur remaja 14-20 tahun termasuk salah satu kelompok rentan gizi karena remaja berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain.2,4 Selain itu, adanya perubahan gaya hidup seorang remaja dapat meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizinya sehingga dapat mempengaruhi status gizi seorang remaja. 2,4
Status gizi remaja merupakan keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor langsung (konsumsi pangan dan adanya penyakit infeksi) dan faktor tidak langsung (faktor psikologis, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan lain sebagainya).2 Konsumsi pangan pada anak remaja perlu diperhatikan karena pada golongan remaja terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan dan aktifitas juga akan meningkat.3,4 Oleh karena itu, jika berbagai aktifitas dan pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak diimbangi dengan masukan zat gizi yang cukup maka tubuh akan mengalami masalah gizi (malnutrisi). 4
Dalam perkembangannya remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial budaya yang diperoleh dari kebiasaan remaja yang sering berada di luar rumah dengan teman sebayanya.2 Hal ini tercermin dari survei di AS yang melibatkan 766 remaja, yang menyatakan bahwa selama akhir pekan remaja memanfaatkan 2 kali waktunya lebih banyak untuk bergaul dengan rekan-rekannnya daripada dengan keluarganya.3
Berdasarkan data Riskesdas Nasional tahun 2010 prevelensi perokok saat ini
menurut karakteristik usia ≥ 15 tahun sebesar 26,6%. Sedangkan prevalensi merokok
5
32,3% pada tahun 2010. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah remaja perokok setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan.12
Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yaitu ketika seorang remaja sedang mencari jati dirinya.5,1 Merokok juga merupakan simbol dari kematangan, kekuatan, dan kepemimpinan seorang remaja.5,1 Remaja perokok berpotensi mengalami malnutrisi.10 Hal ini dapat terjadi karena saat pembakaran rokok, nikotin akan masuk sirkulasi darah sebesar 25% dan masuk ke otak manusia ± 15 detik yang kemudian nikotin akan diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik untuk memacu sistem dopaminergik pada jalur imbalan sehingga akan mempengaruhi penekanan nafsu makan yang menyebabkan terjadinya malnutrisi.2 Perokok pada umumnya mengalami penurunan berat badan daripada bukan perokok, meskipun asupan kalorinya sama atau lebih tinggi daripada bukan perokok. 6 Berdasarkan penelitian beberapa studi epidemologi menunjukkan bahwa perokok akan memiliki berat badan lebih rendah daripada bukan perokok. 7,8 Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan konsumsi energi dan peningkatan hasil pengeluaran energi dapat menunjukkan terjadinya gizi kurang. 6,9 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cavallo,dkk menyatakan bahwa seorang perokok lebih berisiko untuk berperilaku makan tidak sehat dibanding bukan perokok. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa perokok berat dan perokok ringan secara signifikan lebih mungkin untuk terlibat dalam pembatasan diet yang tidak sehat daripada bukan perokok.10
6
Selain itu, pola atau frekuensi makan juga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, keadaan ekonomi, dan kepercayaan pribadi seseorang terhadap makanan.22
Subjek penelitian ini akan dilakukan di SMA N 2 Ungaran, karena berdasarkan data Riskesdas Jateng tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi perokok
usia ≥ 15 tahun yang berada di Kabupaten Semarang lebih tinggi sebesar 27,2%
dibanding dengan prevalensi perokok di Kota Semarang yang hanya sebesar 18.2%.13 Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara merokok dan kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja putra di SMA N 2 Ungaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup keilmuan gizi masyarakat yang dilakukan di SMA Negeri 2 Ungaran pada bulan Juli – Agustus 2011. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross-sectional.14
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMA, sedangkan populasi terjangkau adalah siswa SMA N 2 Semarang kelas XI dan XII. Berdasarkan perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus estimasi proporsi didapatkan subjek sebanyak 68 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yaitu berusia 15 – 18 tahun, bersedia mengisi informed consent, dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi secara aktif, serta tidak dalam keadaan sakit.
7
digunakan untuk mengetahui asupan makannya dan metode FFQ semi kuantitatif digunakan untuk mengetahui pola makannya), sedangkan subyek yang melakukan puasa hanya menggunakan metode FFQ semi kuantitatif untuk mengetahui data asupan makannya yang diperoleh dalam ukuran rumah tangga kemudian dikonversikan dalam gram, dan dihitung rata-rata konsumsinya per hari. Penilaian data asupan makan melalui metode food recall dan FFQ semi kuantitatif menggunakan software nutrisurvey.
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas antara lain kebiasaan merokok dan kebiasaan makan remaja, variabel terikat meliputi status gizi pada remaja, dan variabel perancu meliputi asupan makanan. Kebiasaan merokok merupakan aktivitas merokok responden yang dilihat dari rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari yang dinyatakan dalam batang, jenis rokok yang dikonsumsi, dan usia mulai merokok. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
Kebiasaan makan remaja merupakan kebiasaan yang dilakukan remaja yang berhubungan dengan konsumsi makanan yang mencakup jenis makanan, jumlah, dan frekuensi mengkonsumsi makanan yang diukur menggunakan kuesioner dan wawancara. Kuesioner kebiasaan makan yang akan digunakan telah diuji validitas dan realibilitas sebelum penelitian yang terdiri dari pertanyaan favorable dengan rentang nilai 1-5 (nilai 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 untuk kadang-kadang, 4 untuk sering, dan 5 untuk selalu) dan pertanyaan unfavorable dengan rentang nilai 5-1 (nilai 5 untuk tidak pernah, 4 untuk jarang, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk sering, dan 1 untuk selalu). Hasil ukur kebiasaan makan diperoleh melalui skala model Likert dengan cut off point berdasarkan nilai rata-rata skor-T, yaitu sesuai (≥
mean skor-T) dan tidak sesuai (< mean skor-T). 15
8
persentil WHO NCHS menjadi gemuk / overweight (≥ persentil 95), normal (>
persentil 5 sampai < persentil 95), kurus / underweight (< persentil 5).
Asupan zat gizi yaitu jumlah rerata asupan zat gizi (energi dan protein) dari berbagai macam makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari, diperoleh dengan menggunakan metode FFQ semi kuantitatif dan recall. Hasil analisis asupan kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) individu kemudian dikalikan 100% maka didapatkan persen tingkat kecukupan asupan zat gizi. Tingkat asupan zat gizi dibagi menjadi lima kategori, yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG individu), defisit tingkat sedang (70% - 79% AKG individu), defisit tingkat rendah (80% - 89% AKG individu), normal (90% - 119% AKG individu), dan di atas angka kecukupan (>120% AKG individu).16
Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian meliputi nilai minimum dan maksimum, nilai rata – rata, dan standar deviasi dengan tabel distribusi frekuensi pada umur subjek, status merokok, kebiasaan makan, dan status gizi. Semua variabel diuji kenormalannya dengan menggunakan uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov.17 Data yang berdistribusi normal hanya variabel kebiasaan makan sehingga analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan variabel merokok dengan status gizi dan juga variabel kebiasaan makan dengan status gizi. Uji Korelasi Partial digunakan untuk mengetahui hubungan merokok dan kebiasaan makan dengan status gizi yang dikontrol dengan asupan protein dan asupan energi.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek
9
siswa sebagian besar normal (80,9%). Distribusi frekuensi menurut karakteristik subyek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Distribustri Frekuensi karakteristik subjek penelitian
Karakteristik subjek n %
Sebagian besar subjek 48,5% mengkonsumsi rokok jenis filter, jumlah konsumsi rokok 1-7 batang per hari sebanyak 60,3% dengan rerata jumlah rokok 3±2,8 batang per hari. Rata-rata usia mulai merokok 14±1,355 tahun dengan usia minimal mulai merokok 10 tahun dan usia maksimal 16 tahun. Sebagian besar subjek (25%) mulai mengkonsumsi rokok pada saat usia 15 tahun. Distribusi frekuensi menurut konsumsi rokok dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Distribustri Frekuensi menurut konsumsi rokok
Variabel bebas n %
10
makan, tidak pernah menghindari sarapan pagi (47,1%), siang maupun malam (52,9%), tidak pernah menghindari makan saat lapar (64,7%), serta tidak pernah mengkontrol jenis dan jumlah makanan (33,8%).
Tabel 3. Distribustri Frekuensi menurut kebiasaan makan
Variabel bebas Frekuensi (n) Persen (%)
Kebiasaan makan
Sesuai* 37 54,4
Tidak sesuai** 31 45,6
Total 68 100
*sesuai = ³ mean skor T (skor standar) **tidak sesuai = < mean skor T (skor atandar)
Asupan Zat Gizi
Sebagian besar subjek 61,8% memiliki tingkat asupan energi normal dengan rata – rata asupan energi 90,59+15,79 % AKE. Asupan energi subjek berkisar antara 48,77 – 134,6 % AKE.
Asupan protein subjek berkisar antara 83,47 – 317,83 % AKP dengan rata –
rata asupan sebesar 200,74+53,54 % AKP. Hampir sebagian besar subjek 92,6% asupan proteinnya tergolong di atas angka kecukupan (>120% AKG individu). Tabel 4 di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi menurut asupan zat gizi subjek.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Asupan Zat Gizi
Asupan Zat Gizi Tingkat
Asupan Zat Gizi Frekuensi (n) Persentase (%) Energi Defisit tingkat berat 9 14,7
Defisit tingkat sedang 6 7,4
Defisit tingkat rendah 10 14,7
Normal 42 61,8
11
mengkonsumsi nasi 2 kali sehari dan 4 kali sehari. Selain mengkonsumsi nasi sebagai makanan utama, subjek juga mengkonsumsi mie instan, biskuit, roti, dan kentang dengan frekuensi 1 – 4 kali per minggu.
Lauk hewani yang banyak dikonsumsi subjek antara lain daging ayam, telur ayam, daging sapi, daging bebek, dan ikan. Daging ayam dan telur ayam lebih banyak dikonsumsi subjek dengan frekuensi 1 – 4 kali per minggu. Daging bebek dan ikan dikonsumsi 1 – 3 kali per bulan. Sebanyak 50,63% dan 49,37% subjek mengkonsumsi tempe dan tahu 2 – 4 kali per minggu.
Jenis Sayuran yang sering dikonsumsi subjek antara lain wortel, bayam, kol, tomat sayur, kangkung, ketimun, kembang kol, dan sawi hijau. Buah – buahan yang sering dikonsumsi subjek yaitu jambu biji, belimbing, jeruk manis, jambu air, pisang raja, dan melon. Sebanyak 45,57% subjek mempunyai kebiasaan minum teh setiap hari dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari.
Sebanyak 11,8% subjek mengkonsumsi susu sapi 1-4 kali seminggu, 21,2% subjek mengkonsumsi susu kental manis 1-3 kali sehari, dan 17,6 % subjek mengkonsumsi es krim 1-4 kali seminggu .
Hubungan antara Merokok dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil analisis bivariat dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan
antara merokok dan status gizi (p = 0,057) yang memiliki arah korelasi negatif ( ρ
= -0,232).
12
Hubungan antara Kebiasaan makan dengan Status Gizi
Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi. (ρ = -0,104; p = 0,397)
Gambar 2. Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi
Hubungan antara merokok dan kebiasaan makan dengan status gizi dikontrol dengan Variabel Perancu
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Parsial merokok dan kebiasaan makan dikontrol dengan Variabel Asupan Protein dan energi
Variabel Perancu
Variabel Independen
Sebelum dikontrol
Sesudah dikontrol
r p r p
Asupan Protein dan Asupan Energi
Konsumsi rokok -0,232 0,057 -0,284 0,021 Kebiasaan makan -0,104 0,397 0,049 0,698
13
menyebabkan adanya korelasi bermakna antara merokok dan status gizi, sedangkan perubahan nilai r dan p variabel kebiasaan makan dan status gizi tidak mempunyai korelasi yang bermakna setelah maupun sebelum variabel perancu dikeluarkan.
PEMBAHASAN
Subjek penelitian sebagian besar berada pada kelompok umur 17-18 tahun dengan rerata usia 17±0,73 tahun. Kelompok umur ini termasuk kedalam remaja akhir dimana kehidupan seorang remaja dipengaruhi secara langsung oleh keluarga, sekolah, tetangga, dan lingkungan sekitar yang nantinya dapat menyebabkan perubahan psikologis seorang remaja.18
14
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara merokok dengan status gizi yang mempunyai arah korelasi negatif, artinya semakin tinggi konsumsi rokok maka semakin rendah nilai status gizi seseorang yang berarti kejadian status gizi kurang (underweight) pada remaja semakin tinggi. Hasil penelitian lain juga menunjukkan adanya arah korelasi negatif antara merokok dengan status gizi dengan r= - 0,053 (p>0,05).22 Remaja perokok berpotensi mengalami malnutrisi.10 Hal ini dapat terjadi karena saat pembakaran rokok, nikotin akan masuk sirkulasi darah sebesar 25% dan masuk ke otak manusia ± 15 detik yang kemudian nikotin akan diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik untuk memacu sistem dopaminergik pada jalur imbalan sehingga akan mempengaruhi penekanan nafsu makan yang menyebabkan terjadinya malnutrisi.2 Perokok pada umumnya mengalami penurunan berat badan daripada bukan perokok, meskipun asupan kalori nya sama atau lebih tinggi daripada bukan perokok. 6 Berdasarkan penelitian beberapa studi epidemologi menunjukkan bahwa perokok akan memiliki berat badan lebih rendah daripada bukan perokok. 7,8 Perokok mempunyai energi expenditure yang lebih tinggi dari pada bukan perokok yaitu sekitar 10 %. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan konsumsi energi dan peningkatan hasil pengeluaran energi dapat menunjukkan terjadinya gizi kurang. 6,9Penurunan konsumsi energi tersebut berkaitan dengan mekanisme hemeostatis energi yang nantinya berhubungan dengan regulasi berat badan seseorang, sedangkan mekanisme terjadinya penurunan berat badan disebabkan oleh leptin yang membatasi cadangan lemak tubuh dan melengkapi loop umpan balik dari proses regulasi.23
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian
(54,4%) memiliki kebiasaan makan yang termasuk kategori “sesuai” antara lain
15
mengkonsumsi makanan yang dipilih dan diperoleh berdasarkan faktor-faktor sosial budaya disekitar lingkungan tempat tinggalnya.11 Kebiasaan makan dapat dinilai berdasarkan perilaku anggota rumah tangga mengkonsumsi makanan sehari-hari.23 Pola makan pada remaja ini serupa dengan pola makan orang dewasa yang cenderung banyak memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, tidak makan dirumah dan juga sering makan bersama teman sebayanya.3 Pada anak remaja yang tumbuh dengan baik dalam lingkungan rumahnya sendiri dapat memilih makanannya dengan bijak, dan selanjutnya akan mempunyai kebiasaan makan yang baik bagi remaja.24
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebiasaan makan berasal dari budaya kelompok yang diajarkan oleh anggota kelompok keluarga.4 Latar budaya ini mempengaruhi pola frekuensi makan seseorang yang akan berdampak terhadap status gizinya.3,4 Selain itu, pola atau frekuensi makan juga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, keadaan ekonomi, dan kepercayaan pribadi seseorang terhadap makanan.23 Kebiasaan makan ini sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan keluarga.24 Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa konsumsi makan seorang remaja akan berubah ketika mereka berada diluar rumah.25 Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh fisiologi makan. Hipotalamus adalah pusat pengendali selera makan terbesar yaitu sepasang nucleus lateralis yang berperan sebagai pusat lapar dan nucleus ventromedial yang berfunsi sebagai pusat kenyang. Jika terjadi kerusakan pada kedua nucleus ini maka dapat mempengaruhi asupan makan seseorang.26
16
mengkonsumsi susu kental manis 1-3 kali sehari. Sedangkan subjek yang memiliki asupan energi dengan kategori defisit ringan, sedang, maupun berat biasanya mengkonsumsi nasi 2-3 kali sehari, tahu dan tempe 2-4 kali per minggu, daging ayam, telur ayam, daging bebek, dan ikan dikonsumsi 2-4 kali seminggu, dan jarang mengkonsumsi sayur, buah maupun susu.
Hampir sebagian besar subjek 92,6% asupan proteinnya tergolong di atas angka kecukupan (>120% AKG individu) dengan asupan tertinggi yaitu 317,89%. Hal ini disebabkan oleh perilaku makan subjek yang sering mengkonsumsi bahan makanan sumber protein seperti tempe 3 kali sehari, tahu, kacang hijau, dan kacang tanah 2 kali sehari, daging ayam 2 kali sehari, telur ayam, daging bebek, daging sapi, dan ikan dikonsumsi 2-4 kali seminggu, bakso dan sosis 1-2 kali sehari, susu sapi segar 2 kali sehari, susu bubuk, susu UHT 1-4 kali seminggu, susu kental manis 1-3 kali sehari, es krim dan keju 1-4 kali seminggu, biskuit 2 kali sehari.
17
berhubungan namun arah koefisien korelasi setelah dikontrol berubah menjadi positif yang artinya semakin sesuai kebiasaan makan maka semakin baik pula status gizinya. Merokok dapat menyebabkan status gizi remaja menurun karena adanya penurunan konsumsi energi dan peningkatan hasil pengeluaran energi yang diperoleh dari kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan pola makanan seimbang.27
KETERBATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini data asupan makanan belum menggambarkan keadaan asupan energi dan protein yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena metode pengambilan data asupan makanan diambil pada saat subjek puasa sehingga ada kemungkinan data yang didapatkan belum sesuai dengan kebiasaan makan subyek sehari-hari.
SIMPULAN
Sebanyak 60,3% subjek termasuk dalam kategori perokok ringan dengan rerata jumlah rokok sebesar 3±2,8 batang perhari yang mulai dikonsumsi pada usia 15 tahun. Selain itu, sebagian besar subjek juga memiliki status gizi normal, asupan energi normal dan asupan protein diatas kecukupan. Merokok berhubungan dengan status gizi setelah dikontrol asupan energi dan protein, sedangkan kebiasaan makan tidak berhubungan dengan status gizi sebelum maupun setelah dikontrol asupan energi dan protein.
SARAN
18
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang telah diberikan-Nya. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada pembimbing dan para penguji atas bimbingan, masukkan, dan saran yang telah diberikan, segenap dosen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro atas ilmu yang diberikan, kepala sekolah SMA N 2 Ungaran dan guru-guru BK yang telah memberikan ijin dan membimbing selama penelitian berlangsung, serta murid kelas XI dan XII SMAN 2 Ungaran yang telah bersedia menjadi subjek penelitian, dan semua pihak yang telah mendukung penyusunan karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarlito W. Sarwono.Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Raja Grafindo. 2010. Hal:11-12.
2. Tarwoto, Aryani R, Nuraeni A, Miradwiyana B, Nurbayani S, Aminah S, dkk. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:Salemba Medika. 2010. 3. Khomsan A. Pola Makan Kaum Remaja: dalam Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan.Jakarta: PT Raja Grafindo persada.2003.Hal:120-3
4. Arisman MB. Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2009.
5. Pierce, JP. Does Tobacco Adverising Target Young People to Start Smoking. JAMASEA 2002 April;4.p.17
6. Kretchmer N, Zimmermann M. Developmental Nutrition. Allyn & Bacon. 1997.p.481
19
8. Saarni S, Silventoinen K, Rissanen A, Sarlio-Lahteenkorva S and Kaprio J. International weight loss and smoking in young adults. International Journal of Obesity (2004) 28, 796-802.
9. Fisher M and Quintana L. Nutritional implication of smoking. West Virginia University [online]2010[diakses 4 april 2011]. Tersedia dari:URL:http://www.eatrightwv.org
10. Cavallo DA, Smith AE, Schepis Ty S , Desai R, Potenza MN, and Sarin SK. Smoking Expectancies, Weight Concerns, and Dietary Behaviors in Adolescence. Pediatrics 2010;126;e66; originally published online June 14, 2010; DOI: 10.1542/peds.2009-2381
11. Khumaidi M.Gizi Masyarakat. Jakarta: BPK Gunung mulia.1994 12. www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf 13. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. LAPORAN Provinsi Jawa
Tengah.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember 2008
14. Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2008. Hal.327
15. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya. 2009. Hal:3-7
16. Fridieyanti R, Uripi V, Damanik R. Hubungan Konsumsi Energi-Protein dengan Glukosa Darah dan Tekanan Darah Anak Sekolah Dasar Penerima PMT-AS di Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. In: Media Gizi dan Keluarga. Desember,Vol. XXIV (2); 2000.p.54-61.
17. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika; 2008. hal.45
20
19. Tifani C. Hubungan antara merokok dan asupan vitamin C dengan ikesegaran jasmani siswa putra di SMA N 2 Semarang [skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran program studi ilmu gizi Universitas Diponegoro; 2010
20. Whitney E, Rolfes SR. Understanding nutrition. 11th ed. Thomson Wadsworth: United States of America. 2008.
21. Sumartono W, Herawati M H. Smoking and Socio-demographic risk factors of cardiovascular disease among middle age and elderly Indonesian men. Health Science Indones 2010;1:20-25.
22. Polli HJ. Gaya hidup, pola aktivitas, pola makan dan status gizi remaja smu di bogor.[tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor; 2003 23. Despopoulus A and Sibernagl S. Color atlas of Physiocology.5th
editin.Germany: Georg Thieme Verlag, Stuttgart;2001.p.230
24. Hurlock EB. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. 5th Ed. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2005. p. 206
25. Evers S, Taylor J, Mankes S, Midgett C. Eating and smoking behaviours of school children in Southwestern Ontario and Charlottetown, PEI. Canadian Journal of Public Health,2002
26. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology.11th edition. Pennsylvania:Elsiveir Inc.2006.p.867-72
21
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
umur 68 15 18 16.80 .728
kategori merokok 68 1 3 1.72 .569
status_gizi 68 1 3 1.84 .409
Valid N (listwise) 68
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
skor T kebiasaan makan 68 172 462 339.58 54.240
jumlah konsumsi rokok 68 0 16 2.50 2.805
usia mulai merokok 45 10 16 13.93 1.355
jenis rokok 45 1 3 1.49 .843
Persentil 68 0.2 98.7 27.134 27.0278
persen_AKP 68 83.47 317.83 2.0074E2 53.53872
persentase_AKE 68 48.77 134.60 90.5861 15.79573
Valid N (listwise) 45
kategori status gizi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid overweight 1 1.5 1.5 1.5
normal 55 80.9 80.9 82.4
underweight 12 17.6 17.6 100.0
22
jumlah konsumsi rokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 23 33.8 33.8 33.8
1 3 4.4 4.4 38.2
2 17 25.0 25.0 63.2
3 3 4.4 4.4 67.6
4 10 14.7 14.7 82.4
5 5 7.4 7.4 89.7
6 2 2.9 2.9 92.6
7 1 1.5 1.5 94.1
8 3 4.4 4.4 98.5
16 1 1.5 1.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
kategori kebiasaan makan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak sesuai 31 45.6 45.6 45.6
sesuai 37 54.4 54.4 100.0
Total 68 100.0 100.0
kategori merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid bukan perokok 23 33.8 33.8 33.8
perokok ringan 41 60.3 60.3 94.1
perokok berat 4 5.9 5.9 100.0
23
kategori AKP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dfsit ringan 1 1.5 1.5 1.5
normal 4 5.9 5.9 7.4
diatas kckpn 63 92.6 92.6 100.0
Total 68 100.0 100.0
kategori AKE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid defisit berat 9 13.2 13.2 13.2
dfisit sedang 6 8.8 8.8 22.1
dfisit ringan 10 14.7 14.7 36.8
normal 42 61.8 61.8 98.5
diatas kckpn 1 1.5 1.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
jenis rokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid filter 33 48.5 73.3 73.3
kretek 2 2.9 4.4 77.8
kombinasi 10 14.7 22.2 100.0
Total 45 66.2 100.0
Missing System 23 33.8
24
usia mulai merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 10 2 2.9 4.4 4.4
12 4 5.9 8.9 13.3
13 8 11.8 17.8 31.1
14 12 17.6 26.7 57.8
15 17 25.0 37.8 95.6
16 2 2.9 4.4 100.0
Total 45 66.2 100.0
Missing System 23 33.8
Total 68 100.0
Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor total kebiasaan merokok .262 68 .000 .774 68 .000
skor T kebiasaan makan .104 68 .068 .963 68 .040
persentil .225 68 .000 .837 68 .000
25
Korelasi bivariat
Nonparametric Correlations
Correlations
skor total
kebiasaan
merokok
skor T
kebiasaan
makan persentil
Spearman's rho skor total
kebiasaan
merokok
Correlation Coefficient 1.000 -.208 -.232
Sig. (2-tailed) . .088 .057
N 68 68 68
skor T kebiasaan
makan
Correlation Coefficient -.208 1.000 -.104
Sig. (2-tailed) .088 . .397
N 68 68 68
persentil Correlation Coefficient -.232 -.104 1.000
Sig. (2-tailed) .057 .397 .
N 68 68 68
Korelasi parsial
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
skor total kebiasaan
merokok 8.2353 5.33677 68
skor T kebiasaan makan 3.3958E2 54.23990 68
Persentil 27.1338 27.02785 68
persen_AKP 2.2361E2 55.67442 68
26
Correlations
Control Variables
skor total
kebiasaan
merokok
skor T
kebiasaan
makan Persentil
persen_AKP &
persentase_AKE
skor total kebiasaan
merokok
Correlation 1.000 -.182 -.284
Significance (2-tailed) . .144 .021
df 0 64 64
skor T kebiasaan
makan
Correlation -.182 1.000 .049
Significance (2-tailed) .144 . .698
df 64 0 64
persentil Correlation -.284 .049 1.000
Significance (2-tailed) .021 .698 .
27
Master data
no nama BB TB umur IMT
status
gizi st_rokok kat_k.mkn %AKE %AKP kat AKE kat AKP
28
27 YNA 70.5 165.1 16 25.86396 normal tidak sesuai 100.35 257.15 normal diatas kckpn 28 AT 46.3 160 17 18.08594 normal ya sesuai 99.5 156.78 normal diatas kckpn 29 AG 64.7 171.2 17 22.0748 normal tidak tidak 99.81 165.3 normal diatas kckpn 30 CBL 53 172.6 18 17.79075 normal ya sesuai 80.67 177.34 d.ringan diatas kckpn 31 DBS 66.1 167 17 23.7011 normal ya tidak 54.45 123.7 dfst brt diatas kckpn 32 DYS 68.3 173 17 22.82068 normal tidak sesuai 94.63 194.13 normal diatas kckpn 33 FA 62.1 170 18 21.48789 normal tidak tidak 97.53 246.61 normal diatas kckpn
no nama BB TB umur IMT
status
gizi st_rokok kat_k.mkn %AKE %AKP kat AKE kat AKP
34 FAA 71.5 178 17 22.5666 normal ya sesuai 94.26 233.3 normal diatas kckpn 35 MAA 51.3 167.5 18 18.2847 normal tidak sesuai 97.13 223 normal diatas kckpn 36 MGNH 52.8 166.9 17 18.95489 normal ya tidak 99.15 160.2 normal diatas kckpn 37 NWDC 47.6 171.3 17 16.22155 kurus ya tidak 81.63 204.1 d.ringan diatas kckpn 38 PBS 59.9 170.9 17 20.50892 normal ya tidak 91.8 207.2 normal diatas kckpn 39 RYA 57.4 173.8 17 19.00257 normal ya tidak 84.44 258.02 d.ringan diatas kckpn 40 RHAR 49.8 161.6 17 19.06982 normal ya tidak 99.59 273.6 normal diatas kckpn 41 RRY 47.7 164.9 18 17.54192 kurus ya tidak 81.78 200.34 d.ringan diatas kckpn 42 SAW 67.6 169 17 23.66864 normal ya tidak 80.85 202.9 d.ringan diatas kckpn 43 ARG 52.9 164 17 19.66835 normal ya tidak 101.24 238.8 normal diatas kckpn
44 AK 53.2 169.1 17 18.60477 normal ya sesuai 134.6 241.7
diatas
29
54 AA 55 170.3 17 18.96415 normal ya sesuai 74.5 191.66 d.sedang diatas kckpn 55 AF 54 170.6 17 18.55392 normal ya tidak 85.79 159.9 d.ringan diatas kckpn 56 AWNB 48.4 157.4 16 19.53601 normal ya sesuai 76.02 140.6 d.sedang diatas kckpn
57 AM 62 170.4 17 21.35269 normal ya sesuai 94.91 119.5 normal normal
58 DTS 46.2 161 16 17.82339 normal tidak tidak 104.22 217.3 normal diatas kckpn 59 FH 49 163.5 17 18.32992 normal ya sesuai 86.61 193 d.ringan diatas kckpn 60 GSW 59.2 173.2 15 19.73449 normal ya tidak 112.8 317.84 normal diatas kckpn 61 PK 57.5 179.3 17 17.88575 normal ya tidak 77.69 176.37 d.sedang diatas kckpn 62 RF 62.3 169.9 17 21.58248 normal ya tidak 109.16 233.6 normal diatas kckpn 63 RND 48.7 161.4 17 18.69485 normal ya sesuai 106.73 296.1 normal diatas kckpn 64 RYA 89.1 173.5 16 29.59912 gemuk tidak sesuai 105.97 217.6 normal diatas kckpn 65 TH 53.6 166.8 16 19.26516 normal tidak tidak 99.2 162.65 normal diatas kckpn 66 TAD 53.3 176.2 16 17.16783 normal ya tidak 98.1 272.2 normal diatas kckpn
no nama BB TB umur IMT
status