• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataran Evaluasi SMK se Indonesia(November 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penataran Evaluasi SMK se Indonesia(November 2010"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL EVALUASI

PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA

Burhan Nurgiyantoro

FBS/PPs Universitas Negeri

(2)

PENDAHULUAN

(1)

Ada berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan kegiatan pembelajaran, juga untuk

pembelajaran bahasa Indonesia (BI)

Berbagai dapat saja diredusir ke dalam beberapa faktor utama, misalnya faktor pembelajar, guru, bahan ajar, dan model evaluasi

Tiap faktor tersebut dapat dirinci lagi ke dalam sejumlah subfaktor

Namun, satu hal yang pasti ada sifat saling ketergantungan, saling memengaruhi di antara faktor-faktor tersebut

Seorang guru mungkin saja kreatif, inovatif, dan rajin

mengembangkan diri, tetapi jika tidak diimbangi oleh faktor-faktor yang lain, hasilnya juga tidak akan maksimal

Seorang guru Bahasa Indonesia membelajarkan peserta

didik dengan menekankan kompetensi berbahasa Indonesia, tetapi jika soal ujian masih lebih mengujikan kompetensi

(3)

Pendahuluan

(2)

Sebaliknya, tim pembuat soal ujian (misalnya Ujian

Nasional, UN) membuat soal BI dengan benar-benar

mengukur kompetensi ber-BI sesuai dengan fungsi

bahasa di masyarakat, tetapi jika para guru di

sekolah masih menekankan pembelajaran pada

kompetensi BI, hasilnya juga kurang maksimal.

Berbagai faktor penentu keberhasilan pembelajaran,

antara apa dan bagaimana pembelajaran yang

dilakukan guru dan apa yang ditagih dalam UN

harus selaras

Kegagalan capaian maksimal peserta didik dalam

berbagai level pendidikan, perlu ditemukan

penyebabnya dalam faktor-faktor penentu utama

Dalam kaitan ini: antara apa dan bagaimana

(4)

Pendahuluan

(3)

Kurikulum yang kini dipakai di dunia pendidikan di

Indonesia (KBK/KTSP) menekankan pentingnya

kompetensi

berkinerja, ber-

doing

something

Berkinerja yang dimaksud haruslah dipahami sesuai

dengan kondisi tiap mata pelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dalam KBK/KTSP

disarankan memergunakan metode pembelajaran

kontekstual (CTL,

Contextual teaching and Learning

)

Ada sejumlah hal yang disarankan dalam

pelaksanaan CTL, yang salah satunya dalam hal

penilaian hasil pembelajaran adalah penggunaan

model asesmen otentik

Asesmen otentik menekankan kinerja secara nyata

lewat demonstrasi dan atau praktik melakukan

sesuatu

(5)

UJIAN BERBAHASA INDONESIA

(1)

Ada perbedaan makna antara ujian Bahasa Indonesia

dan Berbahasa Indonesia

Ujian BI: konotasi ke sistem bahasa

Ujian ber-BI: konotasi ke kompetensi mempergunakan BI untuk kepentingan berkomunikasi

Dalam kurikulum kita ditulis mata pelajaran BI dan ujian (UUB, UN) BI, namun itu harus dimaknai ujian ber-BI

Analog untuk sastra: ujian bersastra, kompetensi bersastra Ujian ber-BI inilah yang sesuai dengan makna

pembelajaran kontekstual (CTL), ujian berkinerja bahasa, ujian ber-

doing

something

dengan bahasa

Ujian ber-BI ini pula yang semestinya menjadi fokus utama semua kegiatan penilaian pembelajaran bahasa

(6)

Ujian Berbahasa Indonesia

(2)

Jika pembelajaran BI ditekankan pada kompetensi

berbahasa, penilaian harus juga berupa tagihan

kompetensi ber-BI

Model asesmen yang cocok dipergunakan untuk maksud

itu adalah asesmen otentik

Jika dilakukan dengan benar, model asesmen otentik

dapat menjamin tercapainya kompetensi ber-BI

Skor hasil ujian kompetensi ber-BI sekaligus

menunjukkan tinggi rendahnya kompetensi ber-BI dalam

konteks nyata

Namun, dalam ujian-ujian yang dibatasi waktu secara

ketat (UU/UUB/UAS/ UN) pengukuran kemampuan

berbahasa yang betul-betul otentik tidak praktis.

Asesmen otentik lebih cocok untuk penilaian proses

(Callison, 2009)

(7)

Ujian Berbahasa Indonesia

(3)

Dalam proses itulah penilaian kompetensi

mempergunakan bahasa (ber-BI) sebagai sarana

berkomunikasi, dan bukan tes bahasa demi bahasa itu

sendiri, dapat dilakukan dengan maksimal

Pada intinya,soal ujian harus tidak hanya berurusan

dengan bahasa, tetapi bahasa dan sekaligus makna

yang dikandung

Jadi, ia mesti berurusan dengan ketepatan bahasa dan

kejelasan/ketepatan makna

Hal itu juga berlaku dalam hal ujian kompetensi

bersastra

Artinya, ujian kompetensi bersastra mesti berurusan

dengan berbagai teks kesastraan sebagai suatu bentuk

ekspresi seni lewat bahasa, bukan tentang sistem sastra

Maka, soal penilaian kompetensi ber-BI juga dapat

(8)

Soal Ujian Berbahasa Indonesia

(4)

Persoalan yang muncul adalah ujian (UU/UUB/UAS, UN) sering dibuat dengan bentuk tes tradisional objektif-pilihan ganda (karena memang lebih praktis)

Namun, bagaimanapun ujian bentuk objektif bukan

merupakan ujian berkinerja dalam pengertian aktif-produktif seperti tuntutan asesmen otentik

Ujian secara tradisional objektif-pilihan ganda adalah ujian dalam bentuk merespon jawaban yang disediakan

Di pihak lain, asesmen otentik memberi kebebasan peserta didik untuk mengreasikan jawaban sendiri (ini jelas kurang praktis, bahkan sering tidak konsisten, dalam hal memeriksa pekerjaan, belum lagi masalah waktu)

Maka, persoalan yang muncul berikutnya adalah:

bagaimanakah membuat soal-soal ujian, UU/UN, yang

bernuansakan otentik, namun dalam bentuk tes tradisional objektif-pilihan ganda

(9)

MODEL UJIAN BER-BI:

TRADISIONAL ATAU OTENTIK?

(1)

Tes Tradisional

Model soal ujian yang selama ini dipakai, maka disebut sebagai model/tes tradisional, adalah bentuk objektif; khususnya objektif pilihan ganda

Penggunaan tes objektif pilihan ganda pada ujian-ujian akhir memang banyak keuntungannya

Misalnya, dapat melibatkan banyak soal (bahan ajar), koreksi cepat dan konsisten, dan mengukur kompetensi pemahaman dengan baik

Kesulitannya terutama dalam membuat soal yang baik dan itu membutuhkan waktu lama dan harus cermat

Namun, masalahnya tinggi rendahnya skor tes bentuk ini belum tentu menjamin kompetensi aktif produktif dalam berkinerja

bahasa dalam konteks sesungguhnya

(10)

Model Ujian Ber-BI:

Tradisional atau Otentik?

(2)

Tes Otentik

Otentik berarti: nyata, konkret, benar-benar tampilan peserta didik, objektif, akurat, dan bermakna.

Penilaian otentik: pemberian tugas kepada pembelajar untuk menampilkan kemampuannya mempergunakan bahasa target secara bermakna dan kemudian dinilai

Authentic Assessment: a form of assessment in which students are asked to perform real-world tasks that demonstrate meaningful application of essential

knowledge and skills (John Mueller, 2008)

Jadi, ada dua kata kunci untuk asesmen otentik: kinerja dan bermakna.

Pengukuran hasil pembelajaran haruslah berupa kinerja

berbahasa: (bukan sekadar terkait dengan tagihan yang aktif reseptif dan apalagi hanya pengetahuan tentang sistem)

Bermakna berarti kontekstual, kinerja berbahasa yang

(11)

Karakteristik Penilaian Tradisional dan Penilaian

Otentik (Mueller, 2008)

No. Penilaian Tradisional Penilaian Otentik

1.

2.

3.

4.

5.

Misi sekolah adalah

mengembangkan warga negara yang produktif.

Untuk menjadi warga negara produktif, seseorang harus

menguasai disiplin keilmuan dan keterampilan tertentu.

Maka, sekolah mesti mengajarkan siswa disiplin keilmuan dan

keterampilan tersebut.

Untuk mengukur keberhasilan

pembelajaran, guru mengetes siswa untuk mengetahui tingkat

penguasaan keilmuan dan keterampilan itu.

The curriculum drives assessment; the body of knowledge is

determined first.

Misi sekolah adalah

mengembangkan warga negara yang produktif.

 

Untuk menjadi warga negara produktif, seseorang harus

mampu menunjukkan

penguasaan melakukan sesuatu secara bermakna

 

Maka, sekolah mesti

mengembang-kan siswa untuk dapat mendemonstra-sikan kemampuan/keterampilan melakukan sesuatu.

 

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, guru meminta siswa melakukan aktivitas

tertentu secara bemakna yang mencerminkan aktivitas di dunia nyata.

 

Assessment drives the

(12)

Tes Tradisional vs Tes Otentik

Perbedaan antara:

memilih jawaban dan menunjukkan suatu

aktivitas

menunjukkan penguasaan pengetahuan dan

demonstrate proficiency by doing something

memanggil kembali atau rekognisi dan

mengonstruksi atau aplikasi

soal dan jawaban disusun guru dan siswa

menyusun sendiri jawaban

(13)

Model Ujian Ber-BI:

Tradisional atau Otentik?

(3)

Pertanyaan:

Model mana yang lebih baik?

Penilaian tradisional ataukah otentik?

Jawabnya: standar, keduanya baik,

tergantung

kapan dan bagaimana

penggunaanny

a

(14)

Model Ujian Ber-BI:

Tradisional atau Otentik?

(4)

Ujian Ber-BI secara Tradisional-Objektif

Ujian ber-BI dengan model tradisional lebih praktis dan efisien untuk ujian-ujian akhir yang waktunya terbatas

Namun sekali lagi, soal-soal ujian harus dikreasikan sedemikian rupa sehingga betul-betul mengungkap kompetensi ber-BI dan bukan hanya sistem BI

Tekanan pengukuran pada kompetensi pemahaman dan kompetensi memilih proposisi jawaban yang tepat untuk mengisi stem (pokok soal)

Model yang populer adalah objektif pilihan ganda, namun hal itu tidak mengurangi kreativitas pengembangan model-model pengukuran agar soal terasa segar

Khususnya yang berkaitan dengan apa yang ditanyakan

(15)

Model Ujian Ber-BI:

Tradisional atau Otentik?

(5)

Ujian Ber-BI secara Otentik

Ujian ber-BI secara otentik tepat diterapkan dalam penilaian proses karena waktu yang relatif panjang

Asesmen otentik mengukur kompetensi kinerja ber-BI secara aktif-produktif dengan berbagai model/bentuk yang dapat dipilih Skor tes otentik mencerminkan kompetensi ber-BI yang

sebenarnya, maka nilai ini harus ikut menentukan nilai akhir capaian seorang peserta didik

Idealnya, hal itu tidak hanya terjadi pada ujian-ujian sekolah

untuk mengisi rapor dan menentukan kenaikan kelas, melainkan juga untuk Ujian Nasional (UN, UNAS)

Jadi, penentu kelulusan tidak semata dari skor UN yang

(16)

Model Ujian Ber-BI:

Tradisional atau Otentik?

(6)

Ujian Ber-BI bentuk tradisional objektif, tetapi

bernuansakan otentik

Ujian ber-BI secara tradisional dalam bentuk objektif pilihan ganda lebih memfokus pada pemahaman (aktif-reseptif) walau yang diteskan sebetulnya kompetensi aktif-produktif

Jika peserta didik telah terbiasa diuji secara otentik, artinya

betul-betul ujian BI, berhadapan dengan soal-soal ujian ber-BI dalam bentuk objektif tentunya lebih mudah

Dalam soal ujian objektif peserta uji tinggal merespon soal jawaban yang telah disediakan yang bernuansakan otentik Bernuansakan otentik karena soal-soal itu juga menekankan kebermaknaan, namun bukan berkinerja aktif-produktif

(17)

STRATEGI ASESMEN OTENTIK

(1)

Penilaian Kinerja (Performance Assessment):

Menguji kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, menguji apa yang diketahui dan dapat

dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu

Unjuk kerja dalam konteks hasil pembelajaran bahasa

berkaitan dengan kinerja aktif-produktif lewat berbicara dan menulis

Kinerja sering dilakukan atau adalah berbicara dan menulis dengan segala jenisnya secara bermakna

Wawancara Lisan (Oral Interview):

Tugas ini bagian kinerja kebahasaan

Dalam penilaian pembelajaran bahasa tujuan utamanya adalah menilai kompetensi peserta didik membahasakan secara lisan informasi yang ditanyakan

(18)

Strategi Asesmen Otentik

(2)

Pertanyaan Terbuka (Constructed-Response Items):

Penilaian dengan memberikan pertanyaan/tugas yang harus dijawab atau dilakukan oleh siswa secara tertulis atau lisan

Pertanyaan harus memaksa siswa mengreasikan jawaban yang

menunjukkan kualitas berpikir, mengembangkan argumentasi, dan membuat kesimpulan.

Kemampuan memilih atau mengreasikan pesan dan bahasa secara akurat dan tepat mencerminkan kualitas berpikir tingkat tinggi. Menceritakan kembali Teks atau Cerita (Story or Text Retelling):

Pemberian tugas menceritakan kembali wacana yang didengar atau dibaca secara lisan atau tertulis

Ada integrasi beberapa kemampuan berbahasa. Misalnya teks bacaan dapat diceritakan kembali secara lisan dan tertulis.

Tugas ini dimaksudkan untuk mengukur kompetensi pemahaman isi dan informasi yang terkandung dalam wacana yang disampaikan.

(19)

Strategi Asesmen Otentik

(3)

Portofolio (Portfolio):

Portofolio: asesmen otentik yang tepat dipakai dalam penilaian proses

Portofolio: kumpulan karya siswa yang dibuat secara terencana dan sistemik yang kemudian dianalisis secara cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan mereka setiap waktu

Jika ada banyak karya, dipilih dengan memergunakan kriteria tertentu, misalnya yang relevan, bermakna, dan menggambarkan kemajuan serta capaian belajar

Proyek (Projects):

Tugas penelitian seperti menganalisis fiksi, makna puisi-puisi anak, tajuk rencana bermuatan kependidikan di koran, pementasan drama, dll.

Pemilihan topik proyek sebaiknya didiskusikan dengan peserta didik. Kegiatan proyek harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Tugas proyek merupakan kegiatan investigasi sejak perencanaan,

pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data sampai pembuatan laporan

(20)

ASESMEN OTENTIK BER-BI DAN BERSASTRA

(1)

Tes kinerja berbahasa dan bersatra mesti melalui

keempat kompetensi berbahasa

Persoalannya adalah bagaimana mengembangkan soal

keempat kompetensi berbahasa tersebut menjadi tes

otentik (atau minimal bernuansakan otentik)

Tes berbicara dan menulis mudah untuk dijadikan tes

otentik, tetapi bagaimana tes menyimak dan membaca

yang bersifat aktif reseptif yang notabene lebih banyak

untuk mengukur pemahaman?

Sebetulnya, kuncinya adalah bagaimana cara mengukur

kemampuan pemahaman itu

Tes yang lazim (tradisional-objektif ) adalah meminta

siswa merespon jawaban

(s

electing a response)

(21)

Asesmen Otentik Ber-BI dan Bersastra

(2)

Jadi, masalahnya adalah bagaimana membuat tes menyimak dan membaca menjadi performing a task dan bukan sekadar

selecting a response

Di pihak lain, tes performing a task menuntut peserta didik untuk aktif produktif dalam bentuk unjuk kerja berbahasa secara bermakna

Hal itu berarti bahwa untuk mengukur kemampuan menyimak dan membaca dibuat menjadi tes performing a task

Respon biasanya terkait dengan pemahaman siswa tentang materi yang disimak atau didengarkan, dan respon itu hatrus diubah menjadi tes performing a task

Soal harus dijadikan tugas-tugas kinerja bahasa secara bermakna walau hal itu juga harus tetap diprasyarati

kemampuan pemahaman bahan yang disimak dan dibaca

(22)

Asesmen Otentik Ber-BI dan Bersastra

(3)

Bentuk kinerja bahasa adalah berbicara atau menulis

Jadi, tes menyimak dan membaca kini diubah dengan

menuntut jawaban siswa lewat berbicara atau menulis,

jadi mereka mengreasikan jawaban sendiri

Bentuk tugas kinerja dapat berupa menceritakan kembali

secara lisan dan atau menuliskan kembali secara tertulis

Selain itu, agar tugas-tugas itu juga harus bermakna

sebagaimana tuntutan tes otentik, perlu adanya

komentar atau tanggapan kawannya

Tanggapan ditekankan pada isi teks, tetapi dapat juga

berkaitan dengan aspek kebahasaan

Untuk menilai tingkat kemampuan siswa dibuatkan

lembar-lembar rubrik yang sesuai

(23)

Contoh Rubrik Penilaian Kinerja Pemahaman

Menyimak/Membaca Secara Lisan

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Kefasihan

1 2 3 4 5

1. Pemahaman isi teks 2. Keruntutan

pengungkapan isi teks 3. Kelancaran dan

kewajaran pengungkapan 4. Ketepatan diksi

5. Ketepatan struktur kalimat

6. Kebermaknaan penuturan

(24)

Contoh Rubrik Penilaian Kinerja Pemahaman

Menyimak/membaca Secara Tertulis

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Ketepatan

1 2 3 4 5

1. Pemahaman isi teks

2. Keruntuttan pengungkapan isi teks

3. Ketepatan diksi

4. Ketepatan struktur kalimat 5. Ejaan dan tatatulis

6. Kebermaknaan penuturan

Jumlah Skor:

(25)

Asesmen Otentik Ber-BI dan Bersastra

(4)

Tes kompetensi berbicara dan menulis otomatis akan berwujud

performing a task dan bukan sekadar memilih respon yang disediakan, selecting a response

Jika tes sudah berupa performing a task, kita tinggal membawa, menjadikan, atau memastikan bahwa tugas-tugas itu bermakna sesuai dengan tuntutan tes otentik

Tugas kinerja berbicara dapat berupa berdiskusi, berpidato, wawancara, penyampaian laporan, dll

Tugas kinerja menulis dapat berupa menulis dengan tema tertentu, membuat laporan kegiatan, membuat resensi buku, membuat bermacam surat, menulis puisi, dll

Model penyekoran tes berbicara dan menulis secara otentik adalah dengan rubrik

Ada banyak model rubrik penilaian tergantung pada tugas berbicara atau menulis yang diberikan

(26)

Contoh Pedom an Penilaian Kom petensi B erbicara

(Contoh 1)

No

. Aspek yang Dinilai

Tingkat Kefasihan 1 2 3 4 5

1. Keaktualan topik penuturan

2. Keluasan materi penuturan 3. Keruntutan penyampaian

gagasan

4. Ketepatan diksi

5. Ketepatan struktur kalimat 6. Kelancaran dan kewajaran

penuturan

(27)

Contoh Pedom anPenilaian Kem am puan

B erbicara (Contoh 2)

No

. Nama Siswa

Aspek yang Dinilai

Jumla h Skor Keakurata n & Kelengkap -an Informasi Keruntuta n Penyampaian Gagasan Ketepata n Struktur & Kosakata Kelancara n dan Kewajaran Gaya Pengu-capan

1. 25*) 25*) 30*) 10*) 10*)

2.

3.

(28)

Contoh Panduan Penilaian M enulis

(Contoh 1)

No. Komponen yang Dinilai Tingkat Ketercapaian

1 2 3 4 5

1. Keaktualan topik penulisan

2. Keluasan materi penulisan

3. Keruntutan

penyampaian gagasan 4. Ketepatan diksi

5. Ketepatan struktur kalimat

6. Ketepatan ejaan

(29)

Contoh Panduan Penilaian M enulis (Contoh 2)

No

. Nama Siswa

Skor dan Aspek yang Dinilai

Isi

Organisas

i Isi Struktur Bahasa

Diksi Ejaan & Tata tulis

Jumla h Skor

1. 25*) 25*) 25*) 15*) 10*)

2. 3.

(30)

Model Penilaian Otentik

Jadi, model penilaian otentik memergunakan model penilaian analitis daripada holistis

Penilaian karangan atau unjuk kerja yang lain dirinci ke dalam komponen-komponen tertentu

Tiap komponen diberi bobot sesuai dengan perannya dalam karangan secara keseluruhan

Skor sebuah karangan diperoleh dengan menjumlah seluruh skor per komponen

Dengan model analitis kita akan tahu komponen tertentu yang sudah baik atau sebaliknya

Dengan demikian, kita dapat memberikan pembenahan yang lebih dibutuhkan

Teknik penilaian ini dipakai untuk keperluan diagnostik-edukatif

Perincian karya ke dalam komponen-komponen dapat berbeda tergantung jenis karya yang dinilai

(31)

CATATA N PEN U TU P U JIA N B ER -B I

(1)

Ujian ber-BI dapat dilakukan dengan model tradisional

dengan soal objektif-piihan ganda dan model otentik

Model tes tradisional berupa merespon jawaban

dengan tekanan kompetensi pemahaman: pemahaman

terhadap isi perintah dan perintahnya itu sendiri

Model tes otentik menekankan kinerja ber-BI secara

bermakna sebagaimana yang dibutuhkan di dunia

nyata atau dunia kerja

Model tes pilihan ganda dapat menjadi ujian ber-BI

yang baik jika isi perintah mencerminkan tuntutan

ber-BI dan bukan sekadar sistem ber-BI

Tes pilihan ganda dapat divariasikan menjadi banyak

model, baik yang mencakup isi perintah, ragam BI

yang diujikan, maupun bunyi perintahnya

(32)

Catatan Penutup U jian B er-B I

(2)

Ujian ber-BI dapat dilakukan dengan model tradisional

dan model otentik tergantung waktu dan tujuan

pengukuran

Model tes tradisional lebih cocok untuk ujian-ujian

akhir yang dibatasi waktu, sedang tes otentik untuk

tes proses sepanjang waktu pembelajaran

Model UN ber-BI memergunakan tes tradisional

pilihan-ganda, namun dengan roh tes otentik

Jadi, tugas-tugas kinerja ber-BI selama pembelajaran

yang otentik dapat dipandang sebagai latihan UN

ber-BI dengan bentuk lain

Lewat tes otentik yang penilaiannya dilakaukan

secara analitis lewat rubrik, sekaligus dapat diketahui

keunggulan dan kelemahan seorang peserta didik

(33)

Catatan Penutup U jian B er-B i

(3)

Survei awal keterbacaan UN BI 2010 menemukan sejumlah masalah yang dapat memengaruhi keterbacaan soal UN yang sebenarnya dapat diminimalisir jika soal-soal itu dulu direviu oleh ahli di bidangnya.

UN adalah ujian resmi, maka soal-soal yang diujikan harus baik, dapat dipertanggungjawabkan, dan mencerminkan kompetensi yang dibelajarkan.

UN adalah penentu nasib dan masa depan anak-anak kita. Tidak adil rasanya jika mereka dihakimi salah, gagal, tidak

lulus, atau minimum nilai UN BI rendah gara-gara butir soalnya kurang dapat dipertanggungjawabkan.

Bahwa butir soal UN sudah melibatkan aspek makna dalam komunikasi dengan bahasa, itu adalah hal positif dalam UN ini. Namun, pemilihan teks dengan segala karakteristiknya yang diujikan masih perlu dipertimbangkan agar terdapat

kesesuaian dengan jenjang pendidikan peserta ujian.

Intinya, pembuatan soal-soal UN yang melibatkan berbagai aspek penulisan masih harus ditingkatkan lagi dengan melihat kelebihan dan kekurangan yang ada pada soal-soal

(34)

TERIMA

KASIH

SEMOGA

Referensi

Dokumen terkait

Ishak (2012) menjelaskan bahwa jika persepsi yang tercipta baik, maka lembaga keuangan mikro agribisnis akan dapat lebih berperan dalam kemajuan usahatani yang

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian

PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muna, maka dengan ini kami undang untuk mengikuti Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga serta Pembuktian Kualifikasi atas penawaran yang saudara sampaikan, yang akan

Blambangan Food Packers Indonesia (PT. BFPI) Muncar Banyuwangi telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jember pada:.. Hari

The students were more motivated and confident to write individually after using picture series; some students discussed actively about the picture series in their own

http://teakdoor.com/, Method of Execution in Thailand, diakses pada hari Kamis, Tanggal 24 Oktober 2013 Pukul 07.36 WIB.. Pidana mati dan penjara seumur hidup tidak akan

(. Peserta dapat menyusun rencana aksi penerapan pendidikan karakter di satuan  pendidikan dan instansi, yang meliputi@. • Perencanaan <pelatihan, penyediaan daya dukung,