• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN INTERIOR PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN INTERIOR PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA."

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh Evan Sapentri NIM 11206241011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Bismillahirrohmanirrohim...

Aku persembahkan skripsiku ini kepada Ibu dan Bapakku yang tercinta, Paman dan Bibiku, beserta keluarga besarku di Desa Q.1 Tambahasri, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang selalu memberikan dukungan dan doanya selama ini tanpa

henti-hentinya

Ku persembahkan juga tulisan indahku ini, atas pengabdianku kepada Universitas Negeri Yogyakarta selama 4 tahun lamanya...

Ibu Bapak dengan selesainya skripsiku ini semoga Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu kembali setelah hampir 2 tahun

anakmu belum melihat wajah Ibu dan Bapak... Amien... Ya Robbal Alamien...

(6)
(7)

vii

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Permasalahan ... 2

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 3

BAB II KAJIAN TEORI ... 4

A. Desain Interior ... 4

B. Perpustakaan ... 22

C. Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Pendekatan Penelitian ... 41

B. Proses Penelitian Kualitatif ... 41

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

(8)

viii

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 49

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

I. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. HASIL PENELITIAN ... 55

1. Lembaga dan Pengelolaan Perpustakaan Pusat UNY ... 55

2. Perabot dan Perlengkapan Pokok Perpustakaan Pusat UNY ... 83

3. Sirkulasi Ruang di Perpustakaan Pusat UNY ... 92

4. Kondisi Interior di Perpustakaan Pusat UNY ... 95

B. PEMBAHASAN ... 118

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 131

A. Simpulan ... 131

B. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

(9)

ix DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Pengaturan Temperatur Ruang Perpustakaan ... 16

Tabel 2 : Matriks Warna dalam Hubungannya dengan Ekspresi yang Ditimbulkan ... 18

Tabel 3 : Intensitas Pantulan Warna ... 19

Tabel 4 : Warna dan Sifat Warna ... 20

Tabel 5 : Pengaturan Intensitas Cahaya untuk Area-area Perpustakaan ... 21

Tabel 13 : Jenis Koleksi Majalah di Perpustakaan Pusat UNY... 60

Tabel 14 : Formasi Tenaga Perpustakaan Pusat UNY ... 63

Tabel 15 : Pembagian Ruangan di Perpustakaan Pusat UNY ... 70

Tabel 16 : Jam Pelayanan di Perpustakaan Pusat UNY ... 75

Tabel 17 : Jenis Layanan Rujukan dan Informasi Perpustakaan Pusat UNY ... 78

Tabel 18 : Perbandingan Kondisi Perabot dan Perlengkapan Pokok di Perpustakaan Pusat UNY ... 83

Tabel 19 : Gambar Perabot dan Perlengkapan Pokok di Perpustakaan Pusat UNY ... 84

(10)

x

Tabel 21 : Ukuran Pintu Keluar Masuk di Setiap Ruang Baca

Perpustakaan Pusat UNY... 97 Tabel 22 : Ukuran Meja Peminjaman di Perpustakaan Pusat UNY

... 99 Tabel 23 : Ukuran Rak Penitipan Tas di Perpustakaan Pusat UNY

... 100 Tabel 24 : Ukuran Rak Koleksi Buku di Perpustakaan Pusat UNY

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Alur, Hubungan dan Tata Ruangan Perpustakaan... 36

Gambar 2 : Proses Penelitian Kualitatif Model Sugiyono ... 42

Gambar 3 : Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir ... 52

Gambar 4 : Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ... 52

Gambar 5 : Struktur Organisasi UPT Perpustakaan Pusat UNY ... 57

Gambar 6 : Denah Perpustakaan Pusat UNY ... 64

Gambar 7 : Denah Lantai 1 Perpustakaan Pusat UNY ... 66

Gambar 8 : Denah Lantai 2 Perpustakaan Pusat UNY ... 67

Gambar 9 : Denah Lantai 3 Perpustakaan Pusat UNY ... 68

Gambar 10 : Tampak Timur Bangunan Perpustakaan Pusat UNY ... 69

Gambar 11 : Tampak Barat Bangunan Perpustakaan Pusat UNY ... 69

Gambar 12 : Tampak Utara dan Selatan Bangunan Perpustakaan Pusat UNY ... 69

Gambar 13 : Sirkulasi Ruang Lantai 1 di Perpustakaan Pusat UNY ... 92

Gambar 14 : Sirkulasi Ruang Lantai 2 di Perpustakaan Pusat UNY ... 93

Gambar 15 : Sirkulasi Ruang Lantai 3 di Perpustakaan Pusat UNY ... 94

Gambar 16 : Pintu Utama Perpustakaan Pusat UNY di Lantai 1 ... 96

Gambar 17 : Pintu Keluar Masuk Ruang Baca ... 97

Gambar 18 : Sirkulasi Ruang Koleksi di Lantai 3 ... 98

Gambar 19 : Sirkulasi Ruang Peminjaman dan Pengembalian Buku di Lantai 1 ... 98

Gambar 20 : Sirkulasi Ruang Penitipan Tas di Lantai 1 ... 99

(12)

xii

Gambar 22 : Rak Buku dengan Ukuran Panjang 100 cm dan Tinggi

198-200 cm ... 102

Gambar 23 : Rak Buku di Ruang Baca Lantai 2 dengan Ukuran Panjang 85 cm dan Tinggi 85 cm ... 103

Gambar 24 : Ruang Baca R.3.03 di Lantai 3 ... 104

Gambar 25 : Ruang Koleksi dan Meja Katalog di Lantai 1 ... 105

Gambar 26 : Ruang Baca di Lantai 3 ... 107

Gambar 27 : Ruang Koleksi dan Ruang Baca di Lantai 2 ... 107

Gambar 28 : Ruang Koleksi dan Ruang Baca di Lantai 3 ... 108

Gambar 29 : Ruang Administrasi/pelayanan di Lantai 3 ... 109

Gambar 30 : Kursi baca dan Meja Belajar di Lantai 2 ... 110

Gambar 31 : Kondisi Kursi Baca di Ruang Majalah Lantai 2 ... 111

Gambar 32 : Rak Buku di Lantai 1 ... 113

Gambar 33 : Warna Pada Dinding, Lantai, dan Plafon di Ruang Baca ... 114

Gambar 34 : Kondisi Tembok di Lantai 2 dan Plafon di Lantai 3 ... 115

Gambar 35 : Ventilasi dan AC di Ruang Baca ... 116

Gambar 36 : Ruang Pelayanan Fotokopi di Lantai 2 ... 116

Gambar 37 : Pencahayaan Pada Ruang Baca ... 117

(13)

xiii

Halaman Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian dan Observasi ... 138 Lampiran 2 : Hasil Transkrip Wawancara Tak Tertsruktur ... 142 Lampiran 3 : Daftar Nama 100 Responden, Hasil Reduksi Data, dan

(14)

xiv

Oleh Evan Sapentri NIM 11206241011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kondisi Interior Perpustakaan di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta dengan memfokuskan pada pengolahan elemen-elemen desain interior, yang meliputi sirkulasi, zoning, perabot, warna, elemen pembentuk ruang, dan tata kondisi ruang perpustakaan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengunjung dan pustakawan Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta. Pemilihan subjek penelitian menggunakan cara nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahapan penelitian ini meliputi: (1) tahap orientasi/deskripsi, (2) tahap reduksi data, dan (3) tahap analisis data. Keabsahan data diperoleh melalui perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, menggunakan bahan referensi, dan member check. Data dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Lasa (2008: 147-149), jika ditinjau dari segi bangunan, perpustakaan merupakan suatu organisasi yang memiliki sub-sub sistem yang memiliki fungsi berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung dan ruang perpustakaan perlu memperhatikan fungsi tiap ruang, unsur-unsur keharmonisan dan keindahan interiornya. Ruang yang tertata dengan baik akan memberikan kepuasan kepada pemakainya (pegawai perpustakaan dan pengguna perpustakaan). Gedung/ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip arsitektur. Penataan itu dimaksudkan untuk memperoleh efektivitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran, menciptakan lingkungan yang nyaman suara, nyaman cahaya, nyaman udara, dan nyaman warna, meningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan kinerja petugas perpustakaan. Dengan penataan yang baik akan memberikan kepuasan fisik dan psikis bagi penghuninya. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung perlu diperhitungkan kebutuhan manusia, tata ruang, dan segi lingkungan.

(16)

Yogyakarta kurang begitu diperhatikan terutama dalam hal pengolahan elemen-elemen desain interior, yang meliputi sirkulasi, zoning, perabot, warna, elemen-elemen pembentuk ruang, dan tata kondisi ruang perpustakaan. Penataan ruang di perpustakaan pusat Universitas Negeri Yogyakarta dapat dilihat dari pintu masuk perpustakaan antara pengunjung yang datang dan pengunjung yang akan naik ke lantai dua terlihat jelas aksesnya kurang diperhatikan dan mengganggu gerak antar setiap pengunjung. Penataan buku di setiap rak juga kurang di perhatikan, banyak yang kurang rapi penyusunannya. Di lantai dua apabila ada kendaraan atau suara marching band dari luar masih terdengar jelas dan sangat mengganggu kenyamanan para pengunjung.

Dari latar belakang masalah di atas muncul pertanyaan apakah para pengunjung yang datang di perpustakaan karena hanya sekedar ingin membaca buku di perpustakaan, atau karena mencari buku referensi, atau karena membutuhkan ketenangan belajar di perpustakaan, dan menghubungkannya dengan keadaan interior Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para penggunanya.

B. Fokus Permasalahan

(17)

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi interior perpustakaan di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, yang meliputi sirkulasi, zoning, perabot, warna, elemen pembentuk ruang, dan tata kondisi ruang perpustakaan.

D. Manfaat 1. Mafaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang desain interior, khususnya pada interior perpustakaan universitas, sehingga dapat mencapai visi dan misi perpustakaan mereka di masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yang terkait:

a. Bagi pengunjung, dapat memberikan kenyamanan pengunjung yang akan memanfaatkan fasilitas perpustakaan, baik yang meminjam buku, membaca buku, maupun yang membutuhkan ketenangan belajar di perpustakaan.

b. Bagi perpustakaan, dapat menjadi bahan refleksi/evaluasi terhadap pengembangan interior perpustakaan universitas, khusunya Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta.

(18)

4 BAB II KAJIAN TEORI

A. Desain Interior

1. Pengertian Desain Interior

Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006: 287), desain adalah kerangka bentuk, rancangan.

Susanto (2012: 102), menjelaskan bahwa desain adalah rancangan/seleksi atau aransemen dari elemen formal karya seni, ekspresi konsep seniman dalam berkarya yang mengkomposisikan berbagai elemen dan unsur yang mendukung. Desain merupakan aktivitas menata unsur-unsur karya seni yang memerlukan pedoman yaitu azas-azas desain (principles of design), antara lain unity, balance, rhythm, dan proporsi. Desain sangat terkait dengan komponen visual seperti garis, warna, bentuk, bangun, tekstur, value. Sedangkan desain interior adalah sebuah rancangan, karya desain yang membidangi masalah tata ruang dalam (interior). Menurut Susanto (2012: 196-197), interior merupakan desain, dekorasi dan penyelenggara alat-alat atau perlengkapan sebuah ruang dari sebuah ruang.

Menurut Ching (2011: 36-37), desain interior adalah perencanaan, penyusunan tata ruang, dan pendesainan ruang interior di dalam bangunan. Pengaturan fisik ini memenuhi kebutuhan dasar kita akan naungan dan perlindungan, pengaturan ini mengatur tahapan dan mempengaruhi aktivitas kita, pengaturan ini mengeluarkan aspirasi kita dan mengekspresikan ide yang menemani tindakan-tindakan kita, pengaturan ini mempengaruhi pandangan, mood, dan kepribadian kita.

(19)

yang dipilih diatur ke dalam pola tiga dimensi menurut pedoman fungsi, estetika, dan perilaku. Hubungan antarelemen yang ditetapkan oleh pola ini pada akhirnya menentukan ciri visual dan kesesuaian fungsi ruang interior tertentu serta mempengaruhi cara kita merasakan dan menggunakannya (Ching, 2011: 37).

Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, maka desain interior berarti proses perencanaan, penyusunan, dan pendesaian ruang di dalam sebuah bangunan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kita akan naungan dan perlindungan.

2. Prinsip-prinsip Desain Interior

Dalam merancang sebuah gedung perpustakaan kita juga harus memperhatikan prinsip-prinsip desainnya. Menurut Hakim (2012: 141), prinsip desain adalah dasar dari terwujudnya suatu rancangan atau rekayasa bentuk. Prinsip-prinsip desain yang baik adalah alat yang digunakan oleh seorang perancang untuk membuat komposisi desain yang efektif. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah keseimbangan, pengulangan, penekanan, kesederhanaan, kontras, proporsi, dan kesatuan.

a. Keseimbangan

(20)

terdiri dari berbagai bentuk, warna, garis, pola, tekstur, dan cahaya. Menurut Ishar (1995: 90), keseimbangan adalah suatu nilai yang ada pada objek yang daya tarik visualnya di kedua sisi pusat keseimbangan atau pusat daya tarik adalah seimbang. Pusat keseimbangan ini ialah titik istirahat mata, titik perhentian mata, yang menghilangkan keresahan dan kekacauan.

b. Ritme

Menurut Hakim (2012: 149), ritme (rythme) adalah pengulangan, yang dipergunakan pada tempat yang berbeda dalam suatu tapak, sehingga membentuk suatu ikatan atau hubungan visual dari bagian-bagian yang berbeda. Menurut Ishar (1995: 106), ritme/irama adalah pengulangan ciri secara sistematis dari unsur-unsur yang mempunyai hubungan yang dikenal. Dalam desain interior yang dimaksud dengan pengulangan adalah pengulangan unsur-unsur dalam perancangan bangunan, seperti bentuk garis-garis lurus, lengkung, bentuk masif, perbedaan warna, kolom-kolom, volume interior, massa dan garis, jarak unsur-unsur yang sama atau mirip, jenis-jenis pembukaan. Irama dipakai dengan tujuan untuk menghilangkan kesan monoton atau menghilangkan kesan yang sama atau menjemukan, untuk menciptakan kegairahan dan variasi.

c. Penekanan/Aksentuasi (Dominan)

(21)

bentuknya sendiri, tata letaknya, juga unsur-unsur lain seperti garis, warna, bentuk, tekstur, dan ruang.

d. Kesederhanaan

Menurut Hakim (2012: 157), kesederhanaan yaitu menghilangkan semua unsur yang tidak penting yang tidak memberikan kontribusi terhadap esensi dari komposisi rancangan keseluruhan. Kesederhanaan menuntut penciptaan karya yang tidak lebih dan tidak kurang. Kesederhanaan juga diartikan tepat dan tidak berlebihan. Pencapaian kesederhanaan mendorong penikmat untuk menatap lama dan tidak merasa jenuh.

e. Kontras

Menurut Hakim (2012: 159), kontras dalam seni dan rancang terjadi ketika dua elemen berbeda saling terkait. Semakin besar perbedaan semakin besar terjadinya kontras. Kontras menambahkan variasi dalam rancangan secara keseluruhan dan dapat menciptakan kesatuan. Kunci untuk penerapan kontras adalah memastikan adanya perbedaan yang jelas. Cara yang paling umum menciptakan kontras adalah dengan menciptakan perbedaan dalam ukuran, tekstur, warna, bentuk, pola, dan jenis.

f. Proporsi

(22)

kumpulan berbagai objek atau komposisi antara beberapa objek dengan ruang, atau antara satu elemen dengan elemen yang lainnya.

g. Kesatuan/Keterpaduan (Unity)

Menurut Hakim (2012: 166), kesatuan/keterpaduan (unity) dalam komposisi dicapai ketika semua prinsip-prinsip rancangan telah diterapkan dengan benar. Prinsip kesatuan yaitu menghubungkan beberapa unsur prinsip rancangan secara menyeluruh. Menurut Ishar (1995: 79), unity berarti keterpaduan yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu-kesatuan yang utuh dan serasi.

3. Elemen-elemen Desain Interior

Ruang interior di dalam bangunan dipengaruhi oleh struktur arsitektur dan pelengkapnya, seperti kolom, dinding, lantai dan atap. Elemen-elemen ini memberikan bentuk ke bangunan, memberi demarkasi sebagian ruang yang tidak terbatas dan membentuk pola ruang interior. Cara kita memilih dan memanipulasi elemen-elemen ini ke dalam pola keruangan, visual, dan sensorik akan mempengaruhi tidak hanya fungsi dan penggunaan ruang tetapi juga sifat ekspresif bentuk dan gayanya. Menurut Ching (2011: 146-196), ada beberapa elemen-elemen desain interior sebagai berikut.

a. Lantai

(23)

cukup tahan untuk menahan penggunaan yang berkelanjutan. Struktur lantai harus mampu mentransfer secara horizontal beban mereka di seluruh ruang ke para pendukungnya tanpa defleksi (perubahan arah) yang berlebihan. Lantai harus dibangun dari serangkaian batang paralel yang ditumpukkan ke atas sub lantai, bahan struktur seperti lapisan kayu, plang beton, atau dek baja yang mampu membentangkan batang. Sub lantai atau batang-batang ini diamankan sehingga dapat bertindak bersama sebagai unit struktur dalam menahan tegangan dan mentransfer beban ke para pendukungnya.

Lantai juga dapat terdiri dari bidang beton berulang baja monolitik yang mampu memperluas ke satu atau dua arah. Bentuk bagian bawah slab biasanya mencerminkan cara ia meluas melintasi ruang dan mentransfer bebannya. Bukannya dicetak secara monolitik di tempat, slab juga dapat dicetak sebelumnya sebagai plang. Apapun struktur lantai berupa slab monolitik atau gabungan kerangka, permukannya harus mulus, rata, dan cukup padat agar mampu menerima bahan penutup lantai. Untuk mengkompensasi kekasaran atau keganjilan apa pun, lapisan bagian bawah atau topping semen diperlukan untuk beberapa material penutup lantai.

b. Dinding

(24)

pencahayaan dari satu ruang ke ruang lainnya. Baik dinding eksterior maupun interior dapat menjadi struktur penahan beban bagi konstruksi homogen atau komposit yang dirancang untuk menahan beban yang diteruskan dari lantai dan atap. Dinding juga harus mengandung kerangka kolom dan batang dengan panel non struktur yang dilekatkan atau diisikan ke antaranya.

1) Konstruksi Dinding

Dinding dengan kerangka pasak dapat dibangun dari pasak kayu atau logam yang diikat bersama oleh plat sol dan plat atas ke dalam kerangka ini, diletakkan satu lembar material bahan atau lebih, seperti papan plywood atau gipsum, yang memperkaku bidang dinding. Material lembaran ini dapat bertindak sebagai penutup dinding interior, tetapi lebih sering lagi, bertindak sebagai pendukung bagi lapisan material penutup yang terpisah. Dinding beton dan pasangan batu biasanya adalah konstruksi penahan beban dan memiliki sifat sebagai konstruksi yang tahan api. Dinding ini dengan kuat memperjelas batas fisik ruang dan lebih sulit diubah daripada dinding berkerangka. Dinding beton dan pasangan batu biasanya lebih tebal daripada dinding berkerangka pasak karena dinding ini tergantung pada massanya untuk membentuk kekuatan dan stabilitasnya. Lubang sering digunakan untuk mengakomodasi insulasi termal dan mengurangi jalur kelembaban dan uap air.

2) Dinding Penahan Beban

(25)

3) Tekstur Dinding

Dinding memberikan latar belakang bagi furnishing atau pengguna ruangan. Jika warnanya halus dan netral, dinding bertindak sebagai latar belakang pasif bagi elemen di depannya. Jika bentuknya tidak beraturan atau diberi tekstur, pola, atau warna yang keras, dinding ini akan menjadi lebih aktif dan bersaing mendapatkan perhatian kita. Tekstur dinding juga mempengaruhi seberapa banyak cahaya yang akan dipantulkan atau diserap. Dinding yang mulus akan memantulkan lebih banyak cahaya daripada dinding yang bertekstur, yang cenderung mendifusikan cahaya yang menerpa permukaannya. Dalam cara yang sama, permukaan dinding yang mulus dan keras akan memantulkan kembali lebih banyak suara ke ruang daripada dinding yang kasar atau bertekstur halus.

4) Warna Dinding

Dinding berwarna muda memantulkan cahaya efektif dan bertindak sebagai latar belakang yang efisien bagi elemen-elemen yang diletakkan di depannya. Warna muda dan hangat pada dinding mengungkapkan kehangatan, sementara warna yang muda dan sejuk meningkatkan keluasan ruang. Dinding berwarna tua menyerap cahaya, yang membuat ruangan menjadi lebih sulit diterangi, dan menyampaikan rasa yang tertutup dan intim.

c. Langit-langit

(26)

interior dan membatasi dimensi vertikalnya. Elemen ini merupakan elemen penaung desain interior, yang menawarkan perlindungan fisik dan psikologis bagi mereka yang berada di bawah kanopinya.

1) Tinggi Langit-langit

Tinggi langit-langit memiliki dampak sangat besar pada skala ruang. Meskipun tinggi langit-langit harus dipertimbangkan relatif terhadap dimensi lain ruang atau terhadap penempatan dan penggunannya, beberapa generalisasi masih dapat dilakukan mengenai dimensi ruang vertikal ini. Langit-langit yang tinggi cenderung memberikan perasaan terbuka, lega, dan nyaman ke ruang. Langit-langit ini juga memberikan perasaan kebanggaan atau formalitas, khususnya ketika bentuknya beraturan. Langit-langit yang rendah, di sisi lain menekankan sifat penaungan mereka dan cenderung menciptakan ruang yang intim dan nyaman.

2) Bentuk Langit-langit

(27)

ke puncaknya, fokus yang dapat diaksentuasi lebih jauh dengan skylight yang menerangi bagian dalamnya. Langit-langit lengkung menggunakan permukaan lengkung untuk memperhalus pertemuan dengan bidang dinding yang mengelilinginya. Penggabungan yang dihasilkan dari permukaan vertikal dan horizontal memberi ruang tertutup ini sifat yang plastis dan dapat melebur.

3) Langit-langit dan Cahaya

Semua elemen fungsional, langit-langit mempengaruhi iluminasi ruang, sifat akustiknya, dan jumlah energi yang diperlukan untuk memanaskan atau mendinginkan ruang. Sifat tinggi dan permukaan langit-langit mempengaruhi tingkat cahaya di dalam ruang. Sambungan yang ditempatkan di langit-langit tinggi harus memberikan cahaya pada jarak yang lebih jauh untuk mencapai tingkat iluminasi yang sama dengan beberapa sambungan yang digantung dengan langit-langit. Karena biasanya tidak dibebani dengan elemen-elemen yang dapat menghalangi iluminasi dari sumber cahaya, bidang langit-langit dapat menjadi reflektor cahaya yang efisien jika berwarna muda dan halus. Ketika secara langsung diterangi dari bawah atau samping, permukaan langit-langit itu sendiri dapat menjadi permukaan iluminasi lembut yang luas.

4) Langit-langit dan Akustik

(28)

yang tidak diinginkan di dalam ruang terjadi ketika beragam gema dipantulkan kesana kemari di antara dua bidang paralel yang tidak menyerap, seperti langit-langit keras dan datar dengan lantai berpermukaan keras.

d. Jendela

Jendela dan pintu menginterupsi bidang dinding memberi tepi bentuk dan ruang interior bangunan. Jendela adalah elemen transisi dari arsitektur dan desain interior yang menghubungkan secara visual dan fisik satu ruang dengan lainnya, dan bagian dalam dengan luar. Ukuran, bentuk, dan penempatan jendela mempengaruhi integritas visual permukaan dinding dan rasa lingkup yang diberikan. Jendela dapat dipandang sebagai area terang di dalam dinding atau bidang gelap di malam hari, kerangka bukaan oleh dinding, atau lubang yang memisahkan dua bidang. Jendela juga dapat diperbesar hingga titik yang memungkinkan ia menjadi bidang dinding fisik, dinding jendela transparan yang sepenuhnya menggabungkan ruang interior dengan ruang luar atau dengan ruang interior lain yang berbatasan.

(29)

e. Pintu

Pintu memungkinkan akses fisik kita bagi diri kita, furnishing, dan barang kita untuk keluar dan masuk dari bangunan dan dari satu ruang ke ruang lain di dalamnya. Melalui desain, konstruksi, dan lokasinya, pintu dapat mengendalikan penggunaan ruangan, pemandangan dari satu ruang ke ruang berikutnya, dan jalur masuk cahaya, suara, kehangatan, dan udara.

f. Tangga

Tangga memungkinkan kita bergerak secara vertikal antara beragam tingkat lantai bangunan. Dua kriteria fungsi yang paling penting dalam desain tangga adalah keamanan dan kemudahan naik dan turun. Dimensi anak tangga dan galurnya harus disesuaikan dengan gerakan tubuh kita. Puncaknya jika curam, dapat membuat gerakan naik secara fisik melelahkan dan secara psikologis melarang dan dapat membuat gerakan turun menjadi sulit dan berbahaya. Jika landai, tangga harus memiliki tapak anak tangga yang cukup dalam agar sesuai dengan langkah kita.

4. Tata Kondisi Ruang Interior

(30)

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti penghawaan, tata suara, warna, pengaturan udara, dan pencahayaan.

a. Penghawaan

Keadaan suhu normal bagi manusia adalah bekisar kurang lebih 24 ºC. Tingkat pengkondisian kelembaban ruang berkisar antara 45-55%. Dengan kesesuaian temperatur ruangan dengan kebutuhan suhu tubuh manusia akan memberikan dampak positif bagi seseorang dalam aktivitasnya di dalam ruangan. Berikut adalah pengaturan temperatur ruang berdasarkan Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun Perpustakaan Nasional RI tahun 2011. Tabel 1: Pengaturan Temperatur Ruang Perpustakaan

Ruang Perpustakaan Temperatur (ºC)

Area baca pemustaka 20º-25ºC

Area koleksi 20º-25ºC

Ruang kerja 20º-25ºC

Sumber: Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun Perpustakaan Nasional RI tahun 2011

Menurut Lasa (2008: 168), untuk menjaga kenyamanan ruangan, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu, misalnya:

1) Memasang Air Conditioning (AC) untuk mengatur udara di dalam ruangan. 2) Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya

dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.

(31)

b. Tata Suara

Kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh kenyamanan suara, baik dari dalam ruangan atau dari luar ruangan. Suara dari dalam mungkin ditimbulkan oleh bunyi (mesin ketik, komputer, fotokopi, penjilidan, AC, kipas angin) suara orang, langkah orang, dan lainnya. Suara luar mungkin berupa suara pesawat udara, suara kereta api, suara lalu lintas, banjir, pasar, dan lainnya. Suara dari dalam dapat dikurangi atau diredam, antara lain dengan pembuatan mebeler, dinding, dan plafon terdiri dari kayu dan sejenisnya, serta lantainya diberi karpet. Oleh karena itu, dalam mendesain ruang perpustakaan perlu diperhatikan adanya suara/bunyi yang dapat menentukan tingkat gangguan bagi manusia, yakni; lama suara, frekuensi, dan intensitas (Lasa, 2008: 163-164).

c. Warna

Warna memegang peranan penting dalam menciptakan kesan umum pada sebuah ruang perpustakaan. Penggunaan warna pada perpustakaan harus dapat memberikan perasaan menyenangkan bagi pengguna. Menurut Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan Umum RI (2011: 40-44), dalam memilih dan menggunakan warna di ruang perpustakaan diperlukan berbagai pertimbangan sebagai berikut:

1) Warna yang dipilih harus sesuai dengan jiwa pengguna perpustakaan. 2) Ruang perpustakaan dapat menggunakan warna-warna netral.

3) Ruang perpustakaan dapat menggunakan lebih dari satu warna yang dipadukan untuk mewarnai berbagai bagian perpustakaan.

(32)

5) Penggunaan warna dapat digunakan pada berbagai bagian ruang perpustakaan, yaitu pada dinding, lantai, lagit-langit serta perabot yang ada dalam ruang. 6) Pemilihan jenis cat yang aman bagi pengguna.

Pemilihan warna yang sesuai untuk ruang dalam akan memberikan kesan: 1) Suasana yang menyenangkan dan menarik.

2) Secara tidak langsung dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja. Dengan demikian diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitas kerja.

3) Mengurangi kelelahan.

Menurut Hakim (2012: 140), dalam mengekspresikan suatu objek dan memadukannya diperlukan pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip warna, sehingga menunjang sistem perancangan yang lengkap. Di bawah ini diperlihatkan contoh sebuah matriks warna dalam hubungannya dengan ekspresi yang ditimbulkan. Tabel 2: Matriks Warna dalam Hubungannya dengan Ekspresi yang

Ditimbulkan

Warna Persepsi Waktu Ukuran Berat Volume

Hangat (Merah,

(33)

dapat memberikan perasaan menyenangkan bagi pengguna. Selain itu juga perlu diperhatikan intensitas pantulan cahaya di ruang perpustakaan sebagai berikut. Tabel 3: Intensitas Pantulan Warna

No. Warna Intensitas Pantulan Cahaya

1. White (putih) 80 Pendidikan Nasional tahun 2004

(34)

Menurut Ishar (1995: 132), warna memberikan ekspresi kepada pikiran atau jiwa manusia yang melihatnya. Sebab itu warna juga sedikit banyak menentukan karakter. Di bawah ini adalah warna umum dengan sifatnya masing-masing.

Tabel 4: Warna dan Sifat Warna

No. Warna Sifat Warna

1. Kuning Bebas dan ceria

2. Kuning hijau Tenang dan menyegarkan 3. Hijau Tenang, ramah, cendikia 4. Hijau biru Angkuh dan mantap 5. Biru Keras dan dingin

6. Biru ungu Sombong dan suka mengkhayal tanpa kendali 7. Ungu Tinggi dan ekstrem

8. Ungu merah Tegang dan peka

9. Merah Panas dan melelahkan urat saraf 10. Jingga Gembira dan bergairah

11. Jingga kuning Lincah bergairah 12. Abu-abu Menenangkan

13. Biru telur asin Dapat dimakan, buah 14. Biru hitam Menekan

15. Cokelat hitam Menolak, menghindar, menjijikkan

16. Ros kulit telur ayam Murah tangan, mau menyambut tamu, ramah

d. Pencahayaan

(35)

pemenuhan tingkat intensitas terang tidaklah sama. Daftar intensitas cahaya adalah sebagai berikut.

Tabel 5: Pengaturan Intensitas Cahaya untuk Area-area Perpustakaan

Ruang Perpustakaan Intensitas Cahaya

Area baca (majalah dan surat kabar) 200 lumen Meja baca (ruang baca umum) 400 lumen Meja baca (ruang baca rujukan) 600 lumen

Area sirkulasi 600 lumen

Area pengolahan 400 lumen

Area akses tertutup (clossed access) 100 lumen

Area koleksi buku 200 lumen

Area kerja 400 lumen

Area pandang dengar 100 lumen

Sumber: Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun Perpustakaan Nasional RI tahun 2011

Lasa (2008: 170), menjelaskan bahwa pada dasarnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan ada dua macam, yakni cahaya alami dan cahaya buatan.

1) Cahaya Alami

Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari dan kubah langit. Cahaya matahari yang masuk hendaknya dibatasi pada sudut kurang dari 45º, yakni pada pagi hari pada pukul 07.00-09.00. Untuk sore hari pada sudut 180º yakni sekitar pukul 16.00. Sedapat mungkin cahaya matahari antara pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00 tidak masuk ruangan perpustakaan. Sebab cahaya pada jam-jam tersebut mengandung radiasi panas yang merugikan manusia dan memperpendek daya pakai bahan pustaka, baik yang berupa kertas maupun non kertas.

2) Cahaya Buatan

(36)

Penggunaan lampu TL apabila dibandingkan dengan lampu pijar mengandung radiasi panas lebih sedikit. Perbandingan cahaya panas yang dihasilkan lampu TL 50%:5%. Sedangkan lampu pijar panas 96% cahaya 4%. Pencahayaan yang baik diperlukan apabila kita melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketelitian dan kecermatan. Pencahayaan yang terlalu suram akan mengakibatkan mata cepat lelah karena mata berusaha untuk tetap mampu melihat.

B. Perpustakaan

1. Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai (Purwono, 2013: 3). Menurut Suwarno (2011: 14-15), perpustakaan merupakan suatu satuan kerja organisasi, badan atau lembaga. Satuan unit kerja tesebut dapat berdiri sendiri, tetapi dapat juga merupakan bagian dari organisasi di atasnya yang lebih besar.

Menurut Standar Nasional Perpustakaan yang disusun oleh Perpustakaan Nasional RI (2011: 2), perpustakaan adalah sebuah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

(37)

Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, maka perpustakaan berarti suatu unit kerja yang mengelola informasi baik buku maupun bukan buku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi agar dapat dimanfaatkan oleh pemakainya.

2. Perpustakaan Sebagai Unit Kerja

Menurut Suwarno (2011: 15), ada beberapa kebutuhan pokok dalam membangun sebuah perpustakaan. Berikut beberapa kebutuhan pokok perpustakaan sebagi unit kerja.

a. Gedung (Ruangan)

Menurut Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan (1986: 3-4), ruang (space) adalah tempat atau bagian tertentu dalam suatu gedung perpustakaan dipakai untuk meletakkan suatu barang atau yang mempunyai fungsi tertentu. Antara satu ruang dengan ruang yang lain dibatasi atau tidak dibatasi oleh pemisah/penyekat. Ruangan (room) adalah suatu ruang atau kumpulan ruang yang sekelilingnya dibatasi dinding/penyekat.

(38)

Perpustakaan yang merupakan bagian dari suatu unit kerja memiliki ruangan-ruangan yang memadai, baik untuk menempatkan koleksi, semua inventaris dan barang yang ada, maupun untuk melayani pengunjung. Hal yang perlu dipahami adalah bahwa gedung atau ruangan yang representatif merupakan daya tarik tersendiri, baik bagi pegawai maupun pemakai perpustakaan. Berikut merupakan standar luas ruang gedung perpustakaan.

Tabel 6: Luas Ruang Gedung Perpustakaan

Jumlah Mahasiswa Luas Ruang (��)

> 1.000 200

1.000-2.500 500

2.501-5.000 1.000

5.001-7.500 1.500

7.501-10.000 2.000

10.001-20.000 4.000

Sumber: Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun Perpustakaan Nasional RI tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas, maka luas ruang gedung perpustakaan dipengaruhi oleh jumlah pemakainya. Dalam membangun sebuah perpustakaan hendaknya memperhatikan luas ruang yang cukup menampung koleksi pembaca, layanan, kegiatan pengolahan bahan pustaka, kegiatan administrasi, dan dapat menampung para pegawai maupun pemakainya.

(39)

perencanaan bangunan atau ruangan perpustakaan perlu juga diperhatikan alokasi luas lantai, pembagian ruangan menurut fungsi, tata ruang, struktur, utilitas, pengamanan ruang, dan rambu-rambu.

Gedung/ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip desain interior. Penataan itu dimaksudkan untuk memperoleh efektivitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran, menciptakan lingkungan yang nyaman suara, nyaman cahaya, nyaman udara, dan nyaman warna, meningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan kinerja petugas perpustakaan.

b. Asas-asas Tata Ruang Perpustakaan

Menurut Lasa (2008: 149), dalam membangun ruang perpustakaan perlu diperhatikan asas-asas tata ruang, yakni asas jarak, asas rangkaian kerja, dan asas pemanfaatan sebagai berikut:

1) Asas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek.

2) Asan rangkaian kerja, yakni suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

3) Asas pemanfaatan, yakni tata susunan ruang yang sepenuhnya menggunakan ruang yang ada.

(40)

1) Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.

2) Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.

3) Penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus.

4) Jarak atau mebeler dengan yang lainnya dibuat agak lebar agar orang yang lewat lebih leluasa.

5) Bagian-bagian yang mempunyai tugas sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.

6) Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan, seperti pengolahan, pengetikan, dan penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum.

7) Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ruangan duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.

8) Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus.

9) Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa.

10)Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

(41)

12)Agar masyarakat segera mengetahui keberadaan perpustakaan, dalam penempatannya perlu dipilih lokasi yang strategis.

3. Desain Perpustakaan

Menurut Lasa (2008: 151), desain ruang perpustakaan juga perlu diperhatikan guna menunjang kemudahan akses dan pelayanan. Berikut desain perpustakaan yang perlu diperhatikan.

a. Pintu Utama

Letak perpustakaan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan satu pintu. Di samping itu hendaknya diusahakan agar pemakai tidak usah berputar-putar lebih dahulu sebelum mencapai pintu masuk utama.

b. Kelenturan

Dalam usaha mengantisipasi perkembangan tuntutan informasi oleh masyarakat pemakai, maka dalam perencanaan perpustakaan dituntut adanya kelenturan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengikuti perubahan kebutuhan dengan hanya mengubah strukturnya sedikit saja. Dengan demikian akan ada penghematan biaya.

c. Kesederhanaan Desain

(42)

Ruang-ruangnya mudah diatur sehingga pemakai perpustakaan dapat menemukan dan mencapai tempat pelayanan (ruang sirkulasi, ruang referensi, ruang fotokopi, dan lainnya) dengan mudah.

d. Perluasan Otomasi

Otomasi perpustakaan merupakan tuntutan tersendiri yang perlu diantisipasi dengan perencanaan yang matang. Untuk itu hal-hal berikut ini perlu diperhatikan: 1. Ruang audio visual dengan penghawaan yang baik.

2. Fasilitas untuk memasang kabel-kabel agar lebih aman.

3. Mebeler; meja, kursi, almari, dan lainnya sebagai tempat komputer, video, disket, kaset, dan lainnya.

e. Area Pengembangan

Menurut Poole dalam Lasa (2008: 153), seorang konsultan perpustakaan dari UNESCO yang pernah ke Indonesia (14 April-10 Mei, dan 16 Juni-12 Juli 1980) menyarankan agar perluasan dan perkembangan perpustakaan dapat berhasil dengan baik, perlu disediakan tanah kosong yang cukup luas di sekitar gedung perpustakaan. Pemikiran ini untuk mengembangkan perpustakaan di masa mendatang yang memerlukan ruang yang lebih luas.

f. Kebutuhan Ruang

(43)

bangunan perpustakaan Perguruan Tinggi berdasarkan perhitungan 1 m2/mahasiswa, akan tetapi menurut Memo Program Koordinatif Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 1984, kebutuhan ruang perpustakaan yang wajar seharusnya adalah 1,6 m2/pengguna (Depdiknas, 1994: 112) dalam Lasa (2008: 155). Ketentuan ini berlaku umum untuk akademi, sekolah tinggi, institut, maupun universitas tanpa memandang status dan nilai akreditasi perguruan tinggi yang bersangkutan, baik diploma maupun tingkat sarjana.

Menurut Thompson dalam Lasa (2008: 155), perlu dibedakan antara program diploma dan program pascasarjana. Disarankannya bahwa kebutuhan ruang perpustakaan untuk diploma dan sarjana adalah 1,223 m2/mahasiswa dan untuk mahasiswa pascasarjana memerlukan ruang seluas 3,253 m2/mahasiswa.

Menurut Poole dalam Lasa (2008: 155), seorang konsultan UNESCO bidang perpustakaan menyarankan tentang kebutuhan ruangan perpustakaan di Indonesia. Dianjurkan bahwa ruang-ruang khusus pandang-dengar dibutuhkan 3,0 m2/meja, ruang diskusi/seminar 2 m2/tempat duduk atau 1,9 m2/orang.

4. Tata Ruang Perpustakaan

Menurut Lasa (2008: 157), pada dasarnya kebutuhan ruang perpustakaan dialokasikan untuk koleksi, pemakai, staf, dan keperluan lain. Untuk itu perlu dipertimbangkan sistem pinjam yang dianut oleh suatu perpustakaan, dengan sistem pinjam terbuka (open access) atau sistem pinjam tertutup (closed access).

(44)

diatur dengan pembagian 70% untuk koleksi dan pengguna, 20% untuk staf, dan yang 10% untuk keperluan lain (Depdikbud, 1994: 113) dalam Lasa (2008: 157). Berikut komposisi ruang dalam membangun sebuah perpustakaan.

Tabel 7: Komposisi Ruang Perpustakaan

Ruang Perpustakaan Jumlah (%)

Area koleksi 45%

Area pemustaka 25%

Area kerja 10%

Area lain/toilet, ruang tamu, seminar/teater, dan lobi 20%

Sumber: Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun Perpustakaan Nasional RI tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas, maka untuk jumlah area koleksi 45%, dalam membangun sebuah perpustakaan area untuk penempatan koleksi buku, jurnal, majalah, dan sebagainya menempati urutan pertama. Setelah itu prioritas lainnya adalah area pemustaka, area kerja, dan area lain/toilet, ruang tamu, seminar/teater, dan lobi. Menurut Lasa (2008: 157-160), dalam perencanaan ruangan perlu dipertimbangkan bahwa keserasian dalam penataan ruang akan mempengaruhi produktivitas, efisiensi, efektivitas, dan kenyamanan pemakai. Untuk itu di dalam penataan ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi dapat dipilih dari sistem tata sekat, tata parak, dan tata baur seperti di bawah ini.

a. Sistem Tata Sekat

(45)

sistem ini bisa juga diterapkan pada sistem terbuka, yakni pemakai mengambil sendiri lalu dicatatkan/dilaporkan kepada petugas, selanjutnya petugaslah yang mengembalikan ke rak semula.

b. Sistem Tata Parak

Yakni suatu sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Hanya saja dalam sistem ini, pembaca dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu dicatat dan/atau dibaca di ruang lain yang tersedia. Cara ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem pinjam terbuka.

c. Sistem Tata Baur

Yakni suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. Sistem ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menggunakan sistem pinjam terbuka.

5. Koleksi Bahan Pustaka

Koleksi bahan pustaka adalah sejumlah bahan pustaka yang telah ada di perpustakaan dan sudah diolah (diproses) sehingga siap dipinjamkan atau digunakan oleh pemakai. Jika standar minimal koleksi sudah ditentukan, tentu selanjutnya adalah bagaimana pengembangannya karena perpustakaan lebih dikenal sebagai pusat informasi, pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan (Suwarno, 2011: 16).

(46)

perbedaan tingkat pendidikan pemakai, misi perpustakaan, pengelola, dan kemampuan dana.

Jenis dan jumlah koleksi perpustakaan menurut Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun oleh Perpustakaan Nasional RI tahun 2011 sebagai berikut:

a. Koleksi perpustakaan berbentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam terdiri atas fiksi dan non fiksi.

b. Koleksi non fiksi terdiri atas buku wajib mata kuliah, bacaan umum, referensi, terbitan berkala, muatan lokal, laporan penelitian, dan literatur kelabu.

c. Jumlah buku wajib dihitung menggunakan rumus 1 program studi × (144 sks dibagi 2 sks per mata kuliah) × 2 judul per mata kuliah = 144 judul buku wajib per program studi.

d. Judul buku pengembangan = 2 × jumlah buku wajib.

e. Koleksi AV (judul) = 2% dari total jumlah judul koleksi non AV.

f. Jurnal ilmiah minimal 1 judul (berlangganan atau menerima secara rutin) per program studi.

(47)

6. Perlengkapan dan Perabot Perpustakaan

Menurut Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan (1986: 4), perabot (futniture) perpustakaan ialah barang-barang yang berfungsi sebagai wadah dan atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti: meja, kursi, rak buku, papan peragaan dan lain sebagainya. Sedangkan perlengkapan perpustakaan ialah barang-barang yang merupakan perlengkapan dari suatu komponen dan atau kegiatan perpustakaan, mesin ketik, komputer, layar proyektor, kartu katalog, kartu buku, lembar pengembalian (date due slip), dan sebagainya.

Menurut Suwarno (2011: 16), perlengkapan dan perabot harus dimiliki oleh perpustakaan, sekurang-kurangnya rak, meja baca, kursi untuk pegawai, lemari penyimpanan bahan pustaka, dan lemari katalog sehingga tugas-tugas dan fungsinya dapat berjalan. Kursi harus dirancang untuk mendukung beban dan bentuk pengguna dengan nyaman. Meja biasanya memiliki permukaan yang datar dan horizontal, didukung dari atas lantai. Meja harus memiliki atribut-atribut seperti: kekuatan dan stabilitas untuk mendukung benda yang digunakan, ukuran, bentuk, dan tinggi di atas lantai yang benar dan sesuai dengan penggunaan yang dimaksudkan, dan kontruksi dari material yang tahan lama. Ukuran rak-rak buku dan majalah dapat disesuaikan dengan keadaan perpustakaan. Semua perabot dan perlengkapan perpustakaan harus diorganisasikan dengan baik meliputi perencanaan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemakaian, dan perawatannya. Semua proses itu merupakan sebuah sistem yang berjalan sistematis dan mekanistis agar terhindar dari mismanagement.

(48)

Tabel 8: Rancangan Standar Sarana dan Prasarana Perpustakaan

No. Jenis Ratio Deskripsi

1. Perabot kerja 1 set/pengguna Dapat menunjang kegiatan memperoleh informasi dan mengelola perpustakaan. Minimum terdiri atas kursi dan meja baca pengunjung, kursi dan meja kerja pustakawan, meja sirkulasi, dan meja multimedia.

2. Perabot penyimpanan

1 set/perpustakaan Dapat menyimpan koleksi perpustakaan dan peralatan lain untuk pengelolaan perpustakaan. Minimum terdiri atas rak buku, rak majalah, rak surat kabar, lemari/laci katalog, dan lemari yang dapat dikunci.

3. Peralatan multimedia

1 set/perpustakaan Sekurang-kurangnya terdiri atas 1 set komputer.

4. Perlengkapan lain

1 set/perpustakaan Minimum terdiri atas buku inventaris untuk mencatat koleksi perpustakaan, buku pegangan pengolahan untuk pengatalogan bahan pustaka yaitu Bagian Klasifikasi, Daftar Tajuk Subjek dan Peraturan Pengatalogan, serta Papan Pengumuman.

Sumber: Rancangan Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Tinggi Program Pascasarjana dan Profesi, BSNP, 2011

Berdasarkan tabel di atas, rancangan standar sarana dan prasarana perpustakaan digunakan untuk menunjang kegiatan memperoleh informasi dan mengelola perpustakaan maupun menyimpan informasi. Dalam hal ini perabot, peralatan, dan perlengkapan sangat menunjang keberhasilan perpustakaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

(49)

Tabel 9: Standar Perabot dan Perlengkapan Pokok di Perpustakaan

No.

Perabot dan Perlengkapan Pokok

Perpustakaan

Ukuran Perabot dan Perlengkapan Pokok Perpustakaan (dalam cm)

Panjang Tinggi Lebar

1. Meja pelayanan 100-125 75 75

Sumber: Standar Perabot dan Perlengkapan Pokok Perpustakaan yang Disusun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1986

Menurut Atmodiwiryo (2012: 77), perabot yang digunakan dalam ruang perpustakaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Mendukung kenyamanan pengguna dalam melakukan kegiatan. b. Memiliki ukuran yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna.

c. Terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan dipelihara, serta tidak mudah rusak.

d. Sebagian perabot harus cukup ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan untuk mengantisipasi perubahan fungsi ruang perpustakaan.

e. Pemilihan warna perabot harus mendukung suasana ruang perpustakaan yang baik.

(50)

Alur, hubungan dan tata ruangan perpustakaan sesuai Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan (1986: 115), sebagai berikut.

Masuk

Ruang pelayanan Ruang kerja

(sirkulasi/lobi)

Ruang koleksi Ruang baca Ruang umum, WC, dan lain-lain.

Gambar 1: Alur, Hubungan dan Tata Ruangan Perpustakaan

Diagram di atas menjelaskan bahwa setiap ruangan mempunyai hubungan yang sangat penting guna mempermudah akses lalu lintas antara pustakawan dan pengunjung perpustakaan. Penempatan setiap ruang harus memperhatiakan alur dan hubungan antara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya.

Menurut Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan (1986: 115), penempatan perabot dan perlengkapan harus ditata dengan baik sehingga:

a. Tidak terjadi hambatan arus lalu lintas pemakai dan pelaksana kerja disetiap ruangan dan antar ruangan.

(51)

c. Terdapat keleluasan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan maupun pelaksana kerja.

d. Adanya efisiensi pemakaian ruangan.

7. Mata Anggaran/Sumber Pembiayaan Perpustakaan

Menurut Standar Nasional Perpustakaan yang disusun oleh Perpustakaan Nasional RI (2011: 8), Perguruan tinggi mengalokasikan anggaran perpustakaan setiap tahun sekurang-kurangnya 5% dari total anggaran perguruan tinggi di luar pengembangan fisik, untuk pengembangan perpustakaan. Ini merupakan sarana untuk menjamin tersedianya anggaran pendapatan dan belanja setiap tahun. Mata anggaran merupakan sumber pembiayaan dan pengembangan perpustakaan. Semakain besar mata anggaran, semakin membuat perpustakaan leluasa untuk mengolahnya dalam rangka memajukan perpustakaan. Perguruan tinggi mengalokasikan anggaran perpustakaan setiap tahun sekurang-kurangnya 5% dari total anggaran perguruan tinggi di luar pengembangan fisik, untuk pengembangan perpustakaan (Suwarno, 2011: 16).

8. Tenaga Kerja Perpustakaan

(52)

perundang-undangan tentang kepegawaian yang berlaku. Semua tenaga kerja/karyawan merupakan komponen organisasi yang turut menentukan berkembang tidaknya sebuah perpustakaan.

Menurut Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun oleh Perpustakaan Nasional RI tahun 2011 menyatakan bahwa tenaga perpustakaan perguruan tinggi terdiri dari pustakawan, tenaga teknis perpustakaan (staf), dan kepala perpustakaan. Jumlah tenaga kerja sebagai berikut:

a. Perpustakaan dikelola oleh tenaga perpustakaan sekurang-kurangnya 2 orang pustakawan.

b. Untuk 500 mahasiswa pertama, 1 orang pustakawan dan 1 orang staf. c. Untuk setiap tambahan 2000 mahasiswa ditambahkan 1 orang pustakawan. d. Perpustakaan memberikan kesempatan untuk pengembangan sumber daya

manusianya melalui pendidikan formal dan nonformal kepustakawanan.

C. Perpustakaan Perguruan Tinggi

1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

(53)

Menurut Purwono (2013: 18), menjelaskan bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat, serta melayangkan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Menurut Pedoman Standar Nasional Perpustakan Perguruan Tinggi yang disusun oleh Perpustakaan Nasional RI tahun 2011 perpustakaan perguruan tinggi bertujuan:

a. Menyediakan bahan perpustakaan dan akses informasi bagi pemustaka untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

b. Mengembangkan, mengorganisasi dan mendayagunakan koleksi. c. Meningkatkan literasi informasi pemustaka.

d. Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi. e. Melestarikan bahan perpustakaan, baik isi maupun medianya.

Tujuan perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) maka perpustakaan perguruan tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga dharma perguruan tinggi, yang disebut dengan perguruan tinggi ialah meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lainnya yang sederajat (Purwono, 2013: 18).

(54)
(55)

41 A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan di atas, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2014: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Arikunto dalam Prastowo (2012: 186), Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi interior perpustakaan di Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, yang meliputi sirkulasi, zoning, perabot, warna, elemen pembentuk ruang, dan tata kondisi ruang perpustakaan.

B. Proses Penelitian Kualitatif

(56)

ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Tahap selanjutnya adalah tahap selection, pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Berikut adalah langkah-langkah penelitian:

Gambar 2: Proses Penelitian Kualitatif Model Sugiyono

(57)

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian tentang kondisi Interior perpustakaan dalam hal pengolahan elemen-elemen desain interior, yang meliputi sirkulasi, zoning, perabot, warna, elemen pembentuk ruang, dan tata kondisi ruang perpustakaan.

Setelah peneliti memasuki objek penelitian atau sering disebut sebagai konteks sosial (yang terdiri atas, perpustakaan, pengunjung/pustakawan, dan aktivitas yang terjadi di perpustakaan), dalam hal ini adalah Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta peneliti berfikir apa yang akan ditanyakan. Setelah menemukan apa yang akan ditanyakan, maka peneliti telah menemukan pertanyaan sehingga selanjutnya bertanya pada responden yaitu para pengunjung perpustakaan dan pustakawan mengenai kondisi Interior perpustakaan dalam hal pengolahan elemen-elemen desain interior, yang meliputi sirkulasi, zoning, perabot, warna, elemen-elemen pembentuk ruang, dan tata kondisi ruang perpustakaan.

Peneliti menetapkan 100 responden yang mengunjungi perpustakaan, Kepala Perpustakaan, dua Pembina Perpustakaan, dan Kasubag. Tata Usaha Perpustakaan Pusat UNY. Setelah pertanyaan diberi jawaban, peneliti akan menganalisis apakah jawaban yang diberikan itu betul atau tidak. Kalau jawaban atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuatlah kesimpulan.

(58)

perpustakaan, tata kondisi ruang perpustakaan, dan analisis dokumen berupa buku referensi mengenai perpustakaan dan desain interior perpustakaan.

Selanjutnya peneliti akan mencandra kembali terhadap kesimpulan yang telah dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak, untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, maka peneliti masuk lapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuan sama, kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan selesai. Pada tahap ini peneliti menanyakan hal yang sama kepada sumber yang berbeda, yaitu para Pengunjung Perpustakaan, Kepala Perpustakaan, dua Pembina Perpustakaan, dan Kasubag. Tata Usaha Perpustakaan Pusat UNY.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah responden yang memberikan data penelitian melalui wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah Pengunjung dan Pustakawan Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta. Sedangkan objek penelitiannya adalah Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta.

(59)

diteliti. Dalam penelitian ini, pemilihan responden didasarkan pada kriteria dengan urutan sebagai berikut:

1. Pengunjung Perpustakaan Pusat UNYyang terdiri dari 100 responden, 2. Pengunjung yang memanfaatkan fasilitas Perpustakaan Pusat UNY, 3. Pengunjung yang bersedia menjadi responden.

4. Peneliti menambahkan pustakawan yang mengelola perpustakaan sebagai responden pendukung dalam penelitian ini. Pustakawan tersebut adalah Kepala Perpustakaan, dua Pembina Perpustakaan, dan Kasubag. Tata Usaha Perpustakaan Pusat UNY.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

(60)

E. Sumber Data

Dalam penelitian ini, Sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Data Primer

Menurut Widoyoko (2014: 22-23), data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil wawancara dan hasil pengisian angket (kuesioner). Data primer dalam penelitian ini antara lain:

a. Hasil wawancara mengenai kondisi Interior Perpustakaan Pusat UNY yang terdiri dari 100 responden, Kepala Perpustakaan, dua Pembina Perpustakaan dan Kasubag. Tata Usaha Perpustakaan Pusat UNY.

b. Hasil observasi di Perpustakaan Pusat UNY berupa dokumentasi mengenai ruang perpustakaan, koleksi buku perpustakaan, perabot perpustakaan, dan tata kondisi ruang perpustakaan.

2. Data Sekunder

(61)

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting dalam proses penelitian, karena pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Sehingga dalam pemilihan teknik pengumpulan data harus cermat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi adalah suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2013: 131-132).

(62)

2. Wawancara

a. Wawancara Tak Terstruktur (Unstructured Interview)

Menurut Sugiyono (2014: 74), wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada pustakawan Perpustakaan Pusat UNY, yaitu Kepala Perpustakaan, dua Pembina Perpustakaan dan Kasubag. Tata Usaha Perpustakaan mengenai kondisi Interior yang diterapkan di Perpustakaan Pusat UNY.

b. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

(63)

3. Dokumen

Menurut Sugiyono (2014: 82), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen tertulis berupa Buku Panduan Pemakai Perpustakaan Pusat UNY edisi 2013.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (human instrument) yang berfungsi menetapkan fokus penelitian tentang kondisi Interior Perpustakaan Pusat UNY yaitu mengenai pengolahan elemen-elemen desain interior, yang meliputi sirkulasi, zoning, perabot, warna, elemen pembentuk ruang, dan tata kondisi ruang perpustakaan. Peneliti memilih responden, melakukan pengumpulan data selama proses penelitian di perpustakaan berlangsung, menyeleksi data, melakukan analisis data yang diperoleh di perpustakaan, menafsirkan data dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2014: 60).

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

(64)

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar dan tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Perpanjangan pengamatan ini difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali di Perpustakaan Pusat UNY benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali di Perpustakaan Pusat UNY data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

2. Meningkatkan Ketekunan

(65)

tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

3. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, untuk mendukung kredibilitas data perlu dilengkapi foto-foto atau dokumen autentik, sehingga hasil penelitian menjadi lebih dapat dipercaya. Peneliti mendokumentasikan ruang perpustakaan, koleksi buku perpustakaan, perabot perpustakaan, dan tata kondisi ruang perpustakaan, proses penelitian di perpustakaan, dan menggunakan dokumen berupa Buku Panduan Pemakai Perpustakaan Pusat UNY edisi 2013.

4. Member Check

(66)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada analisis data model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (2014: 16-20) analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berikut merupakan proses analisis data menurut Miles dan Hubberman.

Masa pengumpulan data

|---| REDUKSI DATA

| | |

Antisipasi Selama Pasca PENYAJIAN DATA

| | = A N A L I S I S Selama Pasca

PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI

| |

Selama Pasca

Gambar 3: Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data

Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/verifikasi

(67)

Berdasarkan gambar di atas maka, penjabaran teknik analisis data menurut Miles dan Hubberman dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan data yang diperoleh pada saat penelitian mengenai kondisi Interior Perpustakaan Pusat UNY berupa hasil observasi yang dilakukan di perpustakaan, dokumentasi mengenai ruang perpustakaan, koleksi buku perpustakaan, perabot perpustakaan, tata kondisi ruang perpustakaan, dan hasil wawancara.

2. Penyajian Data

(68)

3. Kesimpulan/Verifikasi

(69)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Lembaga dan Pengelolaan Perpustakaan Pusat UNY a. Sejarah Singkat Perpustakaan Pusat UNY

Berdirinya Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya IKIP Negeri Yogyakarta, karena perpustakaan didirikan bertepatan waktu dengan berdirinya IKIP Negeri Yogyakarta yaitu pada tanggal 21 Mei 1964 yang kemudian tanggal tersebut dijadikan Dies Natalisnya. Pada awal berdirinya, perpustakaan menempati salah satu ruang di Fakultas Ilmu Pendidikan yang saat itu jumlah pegawainya hanya empat orang terdiri dari satu orang kepala, dua orang staf, dan satu orang pembantu umum. Tahun 1970 perpustakaan pindah di Gedung Rektorat dengan luas bangunan 520 m2, pada saat ini bangunan tersebut sudah direnovasi sebagai Museum Pendidikan Indonesia.

(70)

pada tahun 1986 telah selesai dibangun gedung perpustakaan yang cukup representatif dengan luas ± 4.212 m2 dan letaknya strategis dekat pintu masuk utama kampus atau sebelah barat Gedung Rektorat UNY.

b. Visi dan Misi Perpustakaan Pusat UNY

Visi Perpustakaan Pusat UNY adalah sebagai penyedia informasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Misi Perpustakaan Pusat UNY adalah meningkatkan relevansi dan mutu layanan sitem perpustakaan terpadu kepada seluruh pemakai jasa di lingkungan universitas. Menerapkan teknologi informasi, teknologi yang pada intinya bertumpu pada konsep otomasi. Perpustakaan tidak hanya sebagai pemakai tetapi juga sebagai pemilik data dan informasi dalam rangka mendukung kerjasama (resources sharing) dengan perpustakaan dan pusat informasi lain.

c. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Pusat UNY

(71)

d. Struktur Organisasi Perpustakaan Pusat UNY

Sesuai dengan kedudukannya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT), Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Adapun dalam operasionalnya dikoordinasikan oleh Wakil Rektor 1. Berikut Struktur Organisasi UPT Perpustakaan UNY.

REKTOR

WR WR I WR II WR IV

Kepala Perpustakaan

Ketua kelompok pustakawan Kasubag. TU

Gambar

Gambar 1:  Alur, Hubungan dan Tata Ruangan Perpustakaan
Gambar 2: Proses Penelitian Kualitatif Model Sugiyono
Gambar 5: Struktur Organisasi UPT Perpustakaan Pusat UNY
Tabel 10: Kegiatan Perpustakaan Pusat UNY
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana menyelesaikan perencanaan kegiatan, fasilitas, dan pola tata ruang yang baik, menyelesaikan penataan interior

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang melakukan peminjaman dan pengembalian buku pada pelayanan sirkulasi di Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Universitas

Hal tersebut berarti 78,9% motivasi kerja pegawai perpustakaan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ditentukan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh persepsi mahasiswa tentang fasilitas perpustakaan terhadap kepuasan mahasiswa pengguna layanan perpustakaan

Pada bangunan Pusat Bahasa di Yogyakarta terdapat beberapa ruang yang memerlukan penataan akustika untuk mendapatkan kenyamanan, seperti : ruang laboratorium bahasa

Rancangan Pusat Pengembangan Kecantikan Wanita di Yogyakarta yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis dicapai melalui penataan ruang dalam dan ruang luar meliputi

MEIDHAN FIDELIA-05512091 lantai 2 U ft cafe SKEMA SIRKULASI KE RUANG PERPUSTAKAAN, GALLERY DAN CAFE (lt.2) Perpustakaan lantai 2 dapat diakses melalui tangga pada lantai 1

KP : Kami merasa kesulitan dalam hal mengelola tata ruang perpustakaan ini, karena ruang perpustakaan ini sangat mini sehinga kami kesulitan menata rak buku dan meja baca, ruangan