BAB III
METODE PENELITIAN
1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2011), penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini akan menghasilkan suatu pengembangan model peer guidance untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga yang disusun dalam Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) berupa modul.
1.2. Subjek Penelitian
1.3. Prosedur Penelitian
Sugiyono (2011) menjelaskan ada sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan, yaitu:
1. Potensi dan masalah yaitu merupakan data yang dikembangkan dalam penelitian ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.
2. Pengumpulan informasi yaitu melakukan berbagai pengumpulan informasi yang dapat digunakan untuk perencanaan produk. Metode apa yang untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai. 3. Desain produk. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah berupa desain produk
baru, yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.
5. Perbaikan desain. Setelah desain produk, divalidasikan melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. 6. Uji coba produk. Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode
pengajaran baru dapat langsung diuji coba, setelah validasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan metode pengajaran tersebut. Setelah disimulasikan, maka dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas.
7. Revisi produk. Setelah uji coba produk dapat diketahui hasil dari metode mengajaran yang telah disusun namun hasilnya belum maksimal sehingga revisi produk ini sangat diperlukan guna menyesuaikan produk yang telah dibuat dengan pengguna produk.
8. Ujicoba pemakaian. Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajaran baru diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas.
9. Revisi produk, revisi produk ini dilakukan apabila dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut di atas maka peneliti dalam penelitian pengembangan ini melakukan 7 langkah yaitu:
1. Identifikasi dan penetapan masalah
a. Survai lapangan telah dilakukan di SMP Negeri 2 Salatiga pada bulan Februari metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara dengan guru BK yang sekaligus menjadi wali kelas VIII H untuk mengetahui potensi masalah yang dialami siswa dan meyebarkan skala
self efficacy untuk melihat potensi masalah mengenai kayakinan diri siswa di kelas favorit.
b. Kajian konseptual dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji teori layanan Bimbingan dan Konseling, metode peer guidance dan materi self efficacy.
2. Pengumpulan informasi
Indikator keberhasilan pada langkah kedua ini adalah menelaah hasil wawancara. Pengumpulan informasi dilakukan melalui wawancara dengan guru BK tentang potensi teman sebaya dalam membantu meningkatkan keyakinan diri siswa kelas favorit.
3. Merancang desain model
akan dibuat model layanan bimbingan dan konseling milik guru BK kemudian merujuk pada teori perancangan layanan BK maka model dikembangkan menjadi model awal kemudian di validasi oleh ahli dan praktisi sehingga menjadi model akhir dalam pengembangan model, dibuat dengan menggunakan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan dan Konseling. Dalam produk ini indikator keberhasilan pada langkah ketiga adalah tersusunnya model layanan peer guidance dalam meningkatkan self efficacy siswa yang belum divalidasi.
Gambar 3.1. Model layanan bimbingan dan konseling milik guru BK di sekolah
Kelompok Siswa X = Siswa yang ditunjuk oleh guru BK sebagai sumber informasi Guru BK
Kelompok Siswa X
Siswa
Memberikan informasi kepada guru BK mengenai teman sebaya
Mencari informasi tentang teman sebaya di kelas Guru Bk memberikan
[image:5.595.100.515.224.653.2]Gambar 3.2. Model pengembangan layanan bimbingan teman sebaya
4. Uji validasi model
Indikator keberhasilan pada langkah keempat adalah uji validasi melalui review terhadap model layanan peer guidance dalam meningkatkan self efficacy siswa.
a. Uji validasi model melalui review oleh dosen program studi Bimbingan dan Konseling.
b. Menganalisis hasil uji validasi. c. Mendeskripsikan hasil uji validasi.
Pembimbing sebaya Siswa Membantu teman sebaya yang mengalami masalah self efficacy
Guru Bk memberikan pelatihan kepada siswa calon pembimbing sebaya mengenai self efficacy Guru BK
Bekerja sama dalam memberikan layanan kepada siswa yang
membutuhkan Memberikan layanan
5. Perbaikan model
Indikator keberhasilan pada langkah kelima adalah perbaikan berdasarkan masukan review pada validasi.
6. Uji coba lapangan
Indikator keberhasilan dalam uji coba lapangan adalah sudah teruji model layanan peer guidance dalam meningkatkan self efficacy siswa melalui pengujian terbatas. Pelaksanaan uji lapangan dilakukan melalui kerjasama dengan guru BK dan empat siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga. Pemilihan empat siswa tersebut atas dasar: memiliki keyakinan diri yang tinggi dan sangat tinggi, berada pada peringkat 10 besar di kelas, memiliki kepribadian yang baik.
7. Revisi produk
Indikator keberhasilan pada langkah ketujuh ini adalah perbaikan berdasarkan hasil feedback dari uji coba lapangan guna menyesuaikan produk yang telah dibuat dengan pengguna produk.
1.4. Teknik Pengumpulan Data
2. Apabila belum, apa alasannya? 3. Apabila sudah bagaimana hasilnya?
4. Apakah layanan bimbingan teman sebaya penting dilakukan guna mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah?
5. Apakah layanan bimbingan teman sebaya cocok jika diterapkan kepada siswa SMP?
6. Harapan apa yang ingin Bapak/Ibu capai dari layanan bimbingan teman sebaya?
7. Siapakah siswa yang pantas dijadikan sebagai pembimbing sebaya?
Instrumen kedua yang dipakai adalah studi dokumentasi, yaitu berdasarkan hasil belajar mid semester awal siswa. Instrumen ketiga yang digunakan adalah skala sikap self efficacy yang disusun oleh Lilis (2011) berdasarkan teori Bandura yang mengungkap dimensi efikasi diri yaitu luas pengharapan, besar pengharapan, dan kemantapan pengharapan, sehingga dapat diketahui tinggi atau rendahnya self efficacy subjek.
1.5. Teknik Analisi Data
1.5.1. Analisis data tahap I
1.5.2. Analisis data tahap II
Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif melalui hasil skor nilai/prestasi siswa dan hasil skor skala self efficacy siswa menentukan sasaran produk.
1.5.3. Analisis data tahap III
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk menginterpertasi data dalam bentuk deskriptif. Peneliti mempresentasikan model awal layanan bimbingan teman sebaya.
1.5.4. Analisis data tahap IV
Peneliti menggunakan prosedur kualitatif melalui focus group discussion
1.5.5. Analisis data tahap V