• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA | Nutfah | JSTT 6954 23217 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA | Nutfah | JSTT 6954 23217 1 PB"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

85

Siti Nutfah

(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract

This study aims to analyze the feasibility of farm income durian and durian farm in the village of the District Lende Sirenja and development strategy durian farm in the village of the District Lende Sirenja. The population is farmers who carry out farming durian numbered 35 families. Sampling was done randomly (simple random sampling), the number of samples used as respondents as many as 35 families. Analysis of the data used is SWOT analysis to determine the durian farming development strategy and analysis QSPM to get the best strategy in the development of durian farming. SWOT analysis results show that the strategy of development of durian farm in the village Lende in the position of the quadrant I SO strategy (Strength-Opportunity) supports an aggressive strategy. Implementation of programs that can be applied include: (1) Optimizing the resource potential of land owned by the support of agro-climate, (2) Utilizing the motivation of farmers is high in order to increase the diversification of products processed durian, (3) Utilizing the flesh color yellow, taste sweet and fragrance to enhance the promotion of local durian in order to compete with local durian other, (4) Utilizing experience in support to farm durian Durian Horticulture Development Policy of the Ministry of Agriculture, QSPM Further analysis showed that the best strategy for the development of durian farm in the village of Lende is one strategy that is "Strategies to optimize the potential of land resources owned by the support of agro-climate" with a total value of attractiveness (TAS) amounted to 6,285

Keywords: Durian farming, strategy development, SWOT, and QSPM.

Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Subsektor yang saat ini tengah dikembangkan yakni subsektor hortikultura, hal ini karena hortikultura merupakan bagian dari pembangunan pertanian dibidang pangan yang ditujukan untuk lebih memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan (Kementerian Pertanian Ditjen Hortikultura, 2013).

Durian (Durio zibethinus Murr) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai buah saja. Tanaman durian di habitat aslinya tumbuh di hutan belantara yang beriklim panas (tropis). Pengembangan budidaya tanaman durian yang paling baik adalah di daerah dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dan keadaan iklim basah dengan suhu udara antara 25-32°C, kelembaban udara (RH) sekitar 50-80 persen, dan intensitas cahaya matahari 45-50% (Wiryanta, 2008).

(2)

peningkatan produksi buah bermutu dalam jumlah yang mencukupi dapat dilakukan dengan peningkatan populasi tanaman buah serta peningkatan teknologi budidaya yang dilakukan. Selain itu guna menjamin produk buah yang aman dikonsumsi perlu dilakukan teknologi budidaya yang memperhatikan kelestarian lingkungan sesuai dengan SOP (Standart Operating Procedure) dan konsep budidaya Good Agriculture Practice (GAP), (Dinas Pertanian Yogyakarta, 2012).

Peluang pasar durian di Indonesia masih menjanjikan, karena permintaan masyarakat terhadap buah ini masih begitu tinggi sehingga harga durian berkualitas dapat mencapai Rp 30.000,00/kg. Sementara untuk durian dengan kualitas biasa mencapai Rp 15.000,00/buah. Konsumsi durian di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 1.92 kg/perkapita/tahun (Trubus edisi 483, 2010). Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Indonesia ekspor durian Indonesia pada tahun 2008 hanya sebesar 2.161 kg. Sedangkan impor durian Indonesia pada tahun 2008 mencapai 23.148.588 kg. Perkembangan produksi durian di Indonesia disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Durian di Indonesia Tahun 2006 - 2010

Tahun Produksi (Ton)

2006 747.848

2007 594.842

2008 602.694

2009 797.798

2010 491.179

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011

Tanaman durian di Propinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu komoditas unggulan selain tanaman Jeruk dan rambutan. Data jumlah tanaman durian menghasilkan, produksi dan produksi per pohon dari tahun 2009 sampai 2013 di Propinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Tanaman Durian Menghasilkan, Produksi dan Produksi Per Pohon di Sulawesi Tengah Tahun 2009–2013.

Tahun Tanaman Menghasilkan

(Pohon)

Produksi (Ton)

Hasil Per Pohon (Kg/Ha)

2009 67.815 10.027 147,85

2010 97.687 17.703 181,22

2011 115.988 16.544 142,64

2012 104.943 16.544,20 157,71

2013 84.021 16.544,20 196,91

Sumber: Dinas Pertanian Daerah Propinsi Sulawesi Tengah, 2014.

(3)

Tabel 3. Data Produksi Buah di Kabupaten Donggala Tahun 2013 dan 2014.

Nama Tanaman

Tahun 2013 Tahun 2014

Jlh. Phn Menghasikan

(Pohon)

Produksi (Ku)

Produktivitas (Kg/Phn)

Jlh. Phn Menghasikan

(Pohon)

Produksi (Ku)

Produktivitas (Kg/Phn)

Alpukat 4430 2621 59,16 3034 1769 58,31

Duku/Langsat 2911 910 31,26 569 264 46,40

Durian 8264 9887 119,64 5216 3573 68,50

Jeruk Siam 2892 1695 58,61 707 391 55,30

Mangga 8702 22009 252,92 11720 12749 108,78

Manggis 378 86 22.75 549 173 31,51

Nangka 6904 7129 103,26 2502 3172 126,78

Nenas 7354 648 8,81 5125 312 6,09

Pisang 66236 83403 125,92 39458 19505 49,43

Rambutan 4980 1125 22,59 7870 3798 48,26

Salak 42027 2581 6,14 33805 1917 5,67

Sukun 1380 1961 142,10 755 491 65,03

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, 2014. Desa Lende merupakan salah satu desa dari 14 (empat belas) desa di Kecamatan Sirenja yang jumlah tanaman durian terbanyak yakni 1.055 pohon dengan produksi 30,50 ton. Data jumlah tanaman dan produksi durian menurut desa di Kecamatan Sirenja disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Data Jumlah Tanaman dan Produksi Durian Menurut Desa Di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Tahun 2012.

Desa Jumlah

Tanaman (Pohon)

Produksi (Ton)

Ombo 125 50,9

Tondo 155 50,3

Dampal 151 40,1

Jono 189 45,3

Sipi 225 47,1

Tg. Padang 145 45,5

Balentuma 73 37,3

Sibado 175 48,7

Tompe 47 40,5

Lompio 133 35,10

Lende 1.055 30,50

Lende Tovea 65 25,90

UPT. Meva 27 -

Ujumbou 31 -

Jumlah 2.596 497,2

Sumber: KCD Pertanian dan Peternakan Kec. Sirenja, 2013

Tanaman durian di Desa Lende merupakan durian lokal yang sudah ada sejak turun temurun dan dibudidayakan dilahan kering (kebun) namun pengelolaan usahataninya masih secara sederhana (tradisional), belum dikelola dengan teknologi budidaya yang baik dan benar yang mengacu pada prinsip Good Agricultural Practise (GAP). Hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa sejumlah 330 Kepala Keluarga (KK) yang berada di Desa Lende, semuanya memiliki tanaman durian dengan jumlah yang bervariasi (5 pohon s.d. 10 pohon) setiap Kepala Keluarga (KK). Hal ini tentunya sangat berpotensi untuk dilakukan pengembangan usahatani durian dalam suatu kawasan pengembangan areal hortikultura tanaman durian lokal Lende.

(4)

pendapatan petani durian cukup menguntungkan baik.

Permasalahan mendasar dalam pengembangan usahatani durian di Desa Lende yakni pada umumnya pola usahatani petani durian masih sistem multikultur (tanaman kakao, Pala dan Kelapa) dengan penerapan teknologi yang tradisional, sehingga perlu adanya upaya strategi untuk merubah pola usahatani yang multikultur menjadi sistem monokultur sebagai embrio pembentukan kawasan durian melalui penerapan teknologi pengelolaan usahatani durian yang mengacu pada prinsip Good Agricultural Practices (GAP) atau budidaya tanaman yang baik dan benar.

Bertitiktolak dari pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui strategi pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

METODE

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melaksanakan usahatani durian di Desa Lende yang dibagi dalam 4 strata luas kepemilikan lahan dengan jumlah Kepala Keluarga sejumlah 35 KK. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2002), bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang, maka sebaiknya semua anggota terpilih, sehingga merupakan penelitian sensus. Namun jika jumlah populasi lebih dari 100 orang dapat diambil sampel acak sederhana dengan taraf kesalahan 10%, 15%, dan 20% dari populasi.

Besarnya pengambilan sampel berdasarkan strata luas kepemilikan lahan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengambilan Sampel Berdasarkan Strata Luas Kepemilikan Lahan Strata Luas

Kepemilikan Lahan

(Ha)

Jumlah Tanaman Produktif (Pohon)

Jumlah KK

I II III IV

0,25 - 1,00

1,5 - 2,5 3,0 - 4,5 5,0 - 7,0

158 75 9 25

25 8 1 1

Jumlah 267 35

Pengambilan sampel tersebut dilakukan berdasarkan dari strata jumlah pohon produktif dilihat dari luas kepemilikan lahan.

Teknik Pengambilan Sampel

Metode penarikan sampel dilakukan secara Metode Sampling Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling Method) yang setiap stratum terwakili dalam sampel artinya pengambilan sampel dilakukan terhadap semua stratum dengan menggunakan prosedur sampling acak sederhana (Rahmatina, 2010).

Berdasarkan data pengambilan sampel diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang dijadikan responden adalah sebanyak 35 KK.

Teknik Analisis Data

1. Analisis Pendapatan

Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani durian di Desa Lende dapat diketahui dengan melakukan analisis pendapatan yang menggunakan rumus :

π

= TR – TC ………… (1)

TR= Py x Y ……… (2)

TC= FC+VC ……… (3)

Keterangan:

Π = Pendapatan Usahatani Padi Semi Organik.

(5)

TC=Total biaya usahatani padi semi organik (Rp)

Py=Harga produksi usahatani padi semi organik (Rp)

Y=Produksi usahatani padi semi organik (kg) FC=Biaya tetap usahatani padi semi organik

VC=Biaya tidak tetap usahatani padi semi organik (biaya variabel)

(Soekartawi, 2003) 2. Analisis SWOT

Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal dan eksternal dengan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat strategis yakni kondisi wilayah, situasi, keadaan dan pengaruh-pengaruh yang mengelilingi dan mempengaruhi perkembangan dari waktu ke waktu. Secara struktur lingkungan strategis yaitu faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesesses) dan berupa lingkungan eksternal yang terdiri atas dua faktor strategis yaitu peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats).

3. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Teknik ini menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya.

Strategi alternatif terbaik dapat ditentukan dari matriks tersebut yang dilihat dari nilai total TAS yang tertinggi. Sehingga dapat ditentukan apakan strategi I atau Strategi II atau Strategi III dan seterusnya, yang terbaik dalam upaya pengembangan usahatani durian.

Penentuan Strategi Pengembangan

Usahatani Durian

Menurut Rangkuti (2005) bahwa dalam perumusan pilihan strategi melalui analisis SWOT dengan mencocokkan faktor-faktor kunci yang paling berpengaruh baik faktor internal dan eksternal, akan menghasilkan empat set kemungkinan strategi, yaitu : 1) Strategi SO (Strength-Opportunies) atau

kekuatan dan peluang, merupakan strategi yang dirumuskan dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada. 2) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) atau kelemahan-peluang, merupakan strategi yang dirumuskan dengan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan agar dapat memanfaatkan peluang yang ada.

3) Strategi ST (Strength-Threats) atau kekuatan—ancaman, merupakan strategi yang digunakan dengan cara memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sambil mengantisipasi ancaman yang mungkin dihadapi.

4) Strategi WT (Weaknessis-threats) atau kelemahan-ancaman, merupakan strategi yang dirumuskan dengan cara mengurangi kelemahan sambil mengantisipasi atau meminimalisir ancaman yang timbul. Selanjutnya dibuat dalam matriks analisis

SWOT yang digunakan untuk merumuskan asumsi-asumsi strategis yang dapat mendorong pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Umur Responden

(6)

bahwa semua responden petani durian di Desa Lende tergolong dalam usia kerja produktif (usia 15-64 tahun). Menurut Prijono (1995), bahwa struktur umur penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia 15 sampai 64 tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas. Selanjutnya Darmasetiawan dan Wicaksono (2012), menyatakan bahwa responden pada kategori usia produktif memungkinkan untuk melaksanakan suatu usahatani, walaupun pada kenyataannya umur berapapun tidak menghalangi untuk berusaha tani.

Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan petani maka diharapkan kinerja usahatani akan semakin berkembang.

Responden petani durian di Desa Lende sebagian besar berpendidikan SD yakni sejumlah 20 jiwa atau sebesar 57,14% dan yang berpendidikan SMP sejumlah 8 jiwa atau sebesar 22,56%. Hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar petani durian di Desa Lende memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan bagi petani untuk menerima dan memahami suatu hal yang baru dalam berusahatani. Menurut Suzana, dkk. (2011) bahwa tingkat pendidikan seorang petani turut memberikan pengaruh terhadap pengelolaan usahataninya, semakin tinggi tingkat pendidikan petani diharapkan semakin mudah terjadi proses adopsi.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suatu usahatani. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka

semakin banyak pula biaya yang ditanggung petani untuk memenuhi segala kebutuhan hidup keluarganya. Sebagian besar responden petani durian di Desa Lende didominasi oleh petani dengan tanggungan keluarga antara 4 - 6 jiwa yaitu sebanyak 18 KK atau sebesar 51,43%, sedangkan sebesar 40% mempunyai jumlah tanggungan sebanyak 1 - 3 orang. Jumlah tanggungan keluarga rata-rata yang dimiliki responden adalah sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih dimungkinkan petani responden untuk menyisihkan pendapatannya sebagai tambahan modal usahataninya. Menurut Suzana dkk. (2011), jumlah anggota keluarga petani akan berpengaruh bagi petani dalam perencanaan dan pengambilan keputusan petani dalam hal usahataninya, karena anggota keluarga petani dapat merupakan sumber tenaga kerja dalam kegiatan usahatani terutama anggot yang produktif.

Pengalaman Berusahatani

(7)

dalam menggeluti usahatani durian. Petani yang memiliki pengalaman yang cukup lama umumnya memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan petani yang baru saja menekuni usahataninya. Sehingga pengalaman usahatani menjadi salah satu ukuran kemampuan seseorang dalam mengelolah suatu usahatani. Hal ini sesuai dengan pendapat Nitisemito dan Burhan (2004), bahwa semakin banyak pengalaman maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh di bidang tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lama pengalaman usahatni, cenderung semakin memudahkan petani dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan usahatani yang dilakukannya.

Penggunaan Input Produksi

Luas Lahan

Tanah merupakan salah satu faktor produksi utama dalam usaha tani. Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani. Banyak lahan-lahan pertanian yang sampai saat ini belum diusahakan secara optimal, sehingga jika diberikan sentuhan teknologi maka hal itu dimaksudkan agar lahan tersebut dapat menghasilkan produksi dan produktivitas yang maksimal. Semakin luas lahan usahatani maka semakin besar pula potensi produksinya, sebaliknya semakin sempit lahan usahatani maka semakin kecil pula produksi yang dihasilkan. Petani responden yang memiliki lahan sempit antara 0,25 ‒ 1,00 ha yaitu sejumlah 25 jiwa atau sebesar 71,43%, petani yang memiliki lahan antara 1,50 ‒ 2,50 ha yaitu 8 jiwa atau sebesar 22,87%, dan yang memiliki luas lahan antara 3,00 – 7,00 ha masing-masing sejumlah 1 jiwa atau sebesar 2,85%. Lahan yang diusahakan petani responden adalah lahan milik sendiri dengan luas rata-rata kepemilikan lahan petani responden adalah

seluas 1,30 ha. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani durian di Desa Lende memiliki luas lahan yang sempit. Kegiatan berusahatani, baik pada lahan yang sempit maupun lahan yang luas, petani harus dapat mengoptimalkan input produksi yang ada untuk menghasilkan produksi yang optimum dengan luas lahan yang tersedia.

Penggunaan Tenaga Kerja

(8)

dari tenaga kerja keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani, tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang.

Analisis Pendapatan

Penerimaan Usahatani

Penerimaan dalam struktur usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produksi, sehingga penerimaan sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi yang diperoleh selama satu tahun. Rata-rata penerimaan responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 5.374.786.

Biaya Usahatani

Biaya adalah berbagai pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh petani selama satu tahun untuk memperoleh suatu hasil. Biaya usahatani menurut penggolongannya dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1. Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang

relatif tetap, namun tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tersebut berupa biaya sewa lahan, pajak lahan, penyusutan alat-alat pertanian dan biaya lain-lain (sumbangan). Rata-rata biaya tetap responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 307.036.

2. Biaya Variabel (variabel cost) adalah biaya yang relatif selalu berubah, tergantung dari jumlah harga input produksi yang digunakan dan sangat mempengaruhi besar kecilnya produksi. Biaya variabel meliputi biaya tenaga kerja. Rata-rata biaya variabel responden durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 714.571. Rata-rata total biaya (Tetap dan Variabel) yang dikeluarkan responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 1.021.607.

Pendapatan Usahatani

Pendapatan yang diperoleh petani dari suatu usahatani adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Rata-rata pendapatan responden petani durian di Desa Lende yaitu sebesar Rp. 4.353.179.

Rata-rata penerimaan usahatani durian sebesar Rp. 5.374.786 serta rata-rata pendapatan usahatani durian sebesar Rp. 4.353.179, dengan rata-rata total biaya pengeluaran sebesar Rp. 1.021.607. Sehingga R/C ratio yang diperoleh responden petani durian di Desa Lende adalah sebesar 5,26, dengan demikian dapat dikatakan bahwa usahatani durian sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Nilai R/C ratio 5,26 menggambarkan bahwa setiap 1 rupiah pengeluaran dalam usahatani durian tersebut akan menghasilkan 5,26 satuan penerimaan. Menurut Soekartawi (2003), jika nilai R/C ratio lebih dari 1 (R/C ratio > 1) maka usahtani tersebut menguntungkan secara ekonomis dan layak diusahakan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan melihat hasil pendapatan dan perhitungan R/C ratio > 1 yang diperoleh dari usahatani durian, maka dapat dimungkinkan dilakukan untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

Analisis SWOT

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan focus group discusson dapat diidentifikasi beberapa faktor lingkungan internal maupun eksternal yang dianggap paling berpengaruh dalam pencapaian tujuan pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Kekuatan (Strengths) meliputi:

(9)

Pengembangan usahatani durian di Desa Lende sangat memungkinkan untuk dilakukan pengembangan kawasan hortikultura durian karena didukung dengan potensi sumber daya lahan. Potensi lahan memiliki arti penting dalam pengolahan lahan dan pemanfaatan lahan. Lahan yang subur untuk pertanian, dapat menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi serta produksi tanaman pertanian yang lebih banyak. Faktor Potensi Sumber Daya Lahan yang dimiliki diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar.

2. Ukuran Buah Lebih Besar dari Durian Lokal Lainnya

Durian termasuk genus Durio, tumbuh di pekarangan dan hutan. Keunggulan buah durian adalah rasanya disukai banyak orang. Jenis durian lokal di Desa Lende beragam, sehingga karakter buahnya juga bervariasi. Buah durian berukuran besar, dengan bobot 5 - 10 Kg, panjang 20 - 25 cm, dan diameter 15-20 cm. Bentuk buah bulat hingga lonjong. Ukuran buah durian di Desa Lende memiliki ukuran buah yang lebih besar dari ukuran buah durian lokal lainnya yang terdapat di Kecamatan Sirenja. Faktor ini menjadi kekuatan untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, sehingga faktor ukuran buah lebih besar dari durian lokal lainnya diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar.

3. Memiliki Warna Daging Buah Kuning, Rasa yang Manis dan Aroma Harum Daging buah bertekstur lunak dengan tingkat kekeringan yang berbeda. Warna daging buah kuning muda. Menurut Antarlina (2009), bahwa Warna daging yang semakin kuning menunjukkan semakin tingginya β-karoten yang merupakan provitamin A. Selain itu kekhasan durian lokal Desa Lende memiliki rasa yang manis dan aroma yang harum. Rasa daging buah manis-alkoholik dan beraroma khas. Faktor Warna Daging

Buah Kuning, Rasa yang Manis dan Aroma Harum merupakan kekuatan dalam upaya pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar.

4. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu usaha maka semakin luas pengalaman yang diperoleh dan semakin besar kemampuannya dalam mengenal usaha yang digeluti. Pengalaman usahatani berkaitan erat dengan tingkat usia petani karena menunjukkan lamanya petani tersebut bekerja sebagai petani. Semakin tinggi usia petani maka semakin lama pengalaman berusahataninya. Pengalaman petani dalam berusahatani durian di Desa Lende rata-rata 18 tahun. Kekuatan ini merupakan momentum sebagai salah satu kekuatan untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, yang diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar.

5. Motivasi Petani Tinggi

Motivasi petani durian di Desa Lende sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan setiap kepala keluarga memiliki pohon durian 5 - 10 pohon/KK. Selain itu dari Pemerintahan Desa Lende mewajibkan setiap kepala keluarga untuk menanam 10 pohon durian. Motivasi petani untuk menanam durian adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan individu (pengalaman) yang telah dilakukan secara turun temurun. Kekuatan ini merupakan salah satu upaya untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, yang diberi rating 3 yang berarti kekuatan yang besar.

Kelemahan (Weaknesses) meliputi:

1. Usahatani Durian Yang Dilakukan Petani Masih Tradisional

(10)

tradisional oleh pemiliknya. Pertanaman yang ada umumnya dalam bentuk kebun polikultur yang ditanam dengan tanaman lainnya (kelapa/kakao/pala) ataupun masih berada di hutan. Peluang untuk mengembangkan tanaman durian amat terbuka luas, asalkan pengelolaannya dilakukan secara optimal atau intensif. Usahatani durian yang dilakukan petani masih tradisional menjadi faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti.

2. Belum Adanya Kelompok Tani Durian Petani durian di Desa Lende masih berusahatani secara individu, belum membentuk suatu wadah kelembagaan atau kelompok tani. Hal ini tentunya merupakan faktor pembatas dalam pengelolaan usahataninya sehingga petani berada dipihak yang lemah. Petani jika berusahatani secara individu terus berada di pihak yang lemah karena petani secara individu akan mengelola usahatani dengan luas garapan kecil dan terpencar serta kepemilikan modal yang rendah. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan penguatan kelembagaan lewat kelompok tani karena dengan berkelompok maka petani tersebut akan lebih kuat, baik dari segi kelembagaannya maupun permodalannya. Belum adanya kelompok tani durian di Desa Lende menjadi faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti.

3. Akses Permodalan Terbatas

Modal usahatani dapat dinyatakan sebagai faktor utama yang sangat perlu diperhitungkan oleh para petani dalam pengelolaan usahataninya. Usaha tani merupakan suatu usaha yang harus dibarengi dengan faktor-faktor produksinya, diantaranya faktor produksi yang paling signifikan adalah modal. Modal sangat diperlukan oleh petani dalam usaha taninya, namun modal sangat sulit didapatkan oleh para petani, karena pada dasarnya para petani adalah sebagian

masyarakat yang berekonomi sangat pas-pasan dan pengetahuan yang kurang. Hasil wawancara dengan petani responden diketahui bahwa akses petani untuk memperoleh modal usahataninya belum terakses, walaupun pemerintah telah berupaya membantu petani untuk memperoleh modal usahatani melalui program PUAP, namun hal ini terutama karena para petani tidak mau menanggung resiko untuk mengembalikan pinjaman modal usahataninya. Keterbatasan akses modal usahatani ini merupakan faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti.

4. Rendahnya Kualitas SDM Petani

Sumber daya manusia (SDM) petani durian Desa Lende masih tergolong rendah. Petani responden dari 35 orang menunjukkan bahwa sebesar 57, 14% atau 20 orang masih berpendidikan Sekolah Dasar, sedangkan 8 orang atau sebesar 22,86% berpendidikan SMP. Hal ini tentunya menyulitkan petani durian Desa Lende dalam memahami dan menerima suatu hal yang baru dalam berusahatani. Rendahnya Kualitas SDM petani merupakan faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti. 5. Belum Adanya Pelatihan Teknologi

Penanganan Pasca Panen Durian

(11)

Belum adanya Pelatihan Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah Durian merupakan faktor kelemahan yang diberi rating 2 artinya kelemahan yang berarti.

Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Peluang (Opportunities)

1. Adanya Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian

Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian bahwa Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura menetapkan dua kategori komoditas dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan hortikultura berdasarkan Renstra Badan Litbang Pertanian dalam 2010-2014, yaitu : (1) Komoditas Utama, dan (2) Komoditas Potensial. Komoditas Utama merupakan komoditas prioritas penelitian dan pengembangan yang mencakup manggis, durian, jeruk, kentang, bawang merah, anggrek, dan krisan. Komoditas potensial adalah komoditas selain komoditas utama yang memiliki potensi dan peluang tinggi untuk dikembangkan. Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian merupakan peluang bagi upaya pengembangan usahatani durian di Desa Lende, sehingga diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar.

1. Kondisi Agroklimat Mendukung Usahatani Durian

Kondisi agroklimat dan potensi wilayah sangat menentukan prioritas dan model pengembangan komoditas unggulan. Unsur-unsur iklim dalam mendukung usahatani durian antara lain curah hujan, penerimaan radiasi dan lama penyinaran matahari, kelembaban udara, suhu udara, ketinggian tempat dari permukaan laut.

Desa Lende Kecamatan Sirenja sangat cocok untuk pertanaman durian dengan

dukungan curah hujan 1.742 mm/tahun, dan termasuk tipe iklim A dimana rata-rata bulan basah sebanyak 9 bulan. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2010–2014 dapat diketahui sebaran curah hujan bulanan bervariasi, dengan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan nilai 272,1 mm dan rata-rata curah hujan terendah adalah 95,7 mm yang terjadi pada bulan September. Sedangkan ketinggian tempat dari permukaan laut adalah 8 meter dengan didominasi pegunungan 60% dan dataran 40%. Kondisi agroklimat dalam mendukung usahatani durian merupakan faktor peluang dalam upaya pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar.

2. Dukungan dari Pemerintahan Desa Lende Tanaman durian di Desa Lende merupakan usahatani yang telah dilakukan secara turun temurun. Tanaman durian ditanam di kebun secara polykultur dengan tanaman kelapa, kakao dan tanaman pala. Hal ini tentunya menjadi tolok ukur secara sosial budaya dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Lende dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat Desa Lende. Hasil wawancara dengan Kepala Desa Lende bahwa setiap masyarakat di Desa Lende diwajibkan menanam 10 pohon durian setiap kepala keluarga, yang telah menjadi kewajiban secara sosial budaya masyarakat Lende. Sehingga Desa Lende terkenal dengan semboyan Desa DURIAN yang artinya Dinamis, Ulet, Ramah, Indah, Nyaman. Kondisi ini tentunya merupakan suatu peluang bagi pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar.

(12)

dimana Durian dapat dijual secara langsung. Namun belum terdapat petani durian di Desa Lende yang melakukan atau membuat olahan buah durian dengan berbagai diversifikasi hasil produksi. Olahan buah durian hanya sebatas pembuatan dodol durian yang dilakukan secara tradisional dan hanya sebatas untuk dikonsumsi sendiri tidak diperjual belikan untuk dapat menambah pendapatan petani. Padahal kita ketahui buah durian dapat diolah dengan berbagai ragam hasil olahannya (diversifikasi olahan buah durian), antara lain: Dodol durian, Pancake durian, sirup durian, tepung biji durian, keripik biji durian, selai durian dan lain sebagainya. Salah satu faktor pembatas adalah rendahnya pengetahuan petani tentang teknologi pengolahan buah durian karena belum adanya pelatihan atau penyuluhan tentang penanganan pasca panen buah durian. Fenomena yang ditemukan adalah pada saat musim durian tiba yang biasanya berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret hasil produksi durian melimbah. Namun, belum ada upaya dari petani untuk mengolah buah durian tersebut sebagai panganan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya. Petani hanya menunggu pedagang yang datang membeli buah durian langsung dari kebun milik petani. Kondisi ini tentunya merupakan suatu peluang bagi pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 2 yang berarti peluang yang cukup besar.

4. Komoditas Unggulan Daerah Kabupaten Donggala

Tanaman durian merupakan salah satu tanaman buah-buahan unggulan di Kabupaten Donggala selain tanaman jeruk, semangka dan rambutan. Durian turut menempati posisi sebagai komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Donggala yang keberadaannya layak diperhitungkan. Pada tahun 2014 jumlah

pohon durian menghasilkan di Kabupaten Donggala sejumlah 5.216 pohon dan produksi 3.573 kuintal dengan produktivitas sebesar 68,50 kg/pohon. Peluang ini merupakan momentum sebagai salah satu peluang untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende, yang diberi rating 3 yang berarti peluang yang besar.

Ancaman (threaths)

(13)

2. Kehilangan Hasil Akibat Pencurian

Durian di Desa Lende dikala menjelang panen diperhadapkan satu masalah yakni adanya pencurian buah durian. Sehingga disaat menjelang panen petani durian Desa Lende secara bergantian dalam satu keluarga melakukan penjagaan pohon durian baik di malam hari maupun disiang hari. Hasil wawancara dengan petani durian bahwa sudah sering terjadi kehilangan hasil buah durian yang sudah menjelang panen, hal ini tentunya dapat mempengaruhi hasil panen petani dan akibatnya akan menurunkan tingkat pendapatan petani durian. Menurut informasi petani durian bahwa kehilangan hasil akibat pencurian buah durian mencapai 25–50%. Pencurian buah durian tersebut lebih sering dilakukan pada malam hari dengan cara memanjat pohon durian. Terkadang sebagian petani memelihara anjing dikebun untuk membantu menjaga pencuri buah durian di malam hari. Kehilangan hasil akibat pencurian merupakan faktor ancaman yang diberi rating 2 artinya ancaman yang berarti.

3. Fluktuasi Harga Durian

Umumnya petani durian di Desa Lende menjual durian dengan sistim ijon. Hal ini karena petani ingin segera mendapatkan hasil penjualannya dan petani tidak kesulitan dalam menunggu atau melakukan panen.Petani kesulitan menjual hasil panennya karena tidak punya jalur pemasaran sendiri, akibatnya petani menggunakan sistim tebang jual/ sistim ijon. Melalui sistim ini sebanyak 40% dari hasil penjualan panenan menjadi milik tengkulak. Harga durian lokal Lende pada saat panen berkisar antara Rp. 10.000–Rp. 75.000 per buah. Perbedaan harga durian dilihat dari ukuran atau berat buahnya. Ukuran atau berat buah 5–7 kg seharga Rp. 75.000 dan ukuran buah dibawahnya berkisar Rp. 10.000–Rp. 25.000 per buah. Harga durian tersebut merupakan harga

eceran ditingkat petani, berbeda dengan harga beli pedagang perantara secara borongan. Harga durian secara borongan Rp. 1.500.000 per pohon. Buah durian di Desa Lende bervariasi dalam bentuk, rasa, aroma dan warna daging buah. Petani durian di Desa Lende membagi klasifikasi buah durian berdasarkan penamaan petani setempat dengan harga yang berbeda-beda pula. Terdapat durian Kasumba seharga Rp. 13.000 per buah; durian Senyuman, Sarikaya, Panjavole, Kancil seharga Rp. 7.000 per buah; durian Lovuna, Mentega, Kapora, Badak seharga Rp. 10.000 per buah; durian Limbonga seharga Rp. 25.000 per buah; durian Lagaja seharga Rp. 60.000–RP. 75.000 per buah; durian Raja Rimba seharga Rp. 75.000–Rp. 100.000 per buah. Harga tersebut merupakan harga pembelian pedagang pengumpul ditingkat petani. Fluktuasi harga durian merupakan ancaman dalam pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 3 artinya ancaman yang cukup berarti.

4. Akses Jalan ke Lokasi Masih Sulit

(14)

diberi rating 2 artinya ancaman yang berarti.

5. Serangan Hama Penyakit

Serangan hama penyakit yang mendominasi petani durian di Desa Lende adalah serangan hama penggerek batang dan penyakit busuk buah oleh Phytophthora maupun busuk buah pasca panen. Pada umumnya petani durian di Desa Lende menunggu panen durian jatuh ke tanah, namun ada beberapa petani yang

memasang jaring di bawah pohon durian. Serangan hama penyakit merupakan ancaman dalam pengembangan usahatani durian, sehingga diberi rating 2 artinya ancaman yang berarti.

Berdasarkan nilai skor yang diperoleh pada faktor pada IFAS dan EFAS dibuat matriks gabungan IFAS dan EFAS sebagai dasar perumusan asumsi strategi matriks SWOT. Matriks IFAS dan EFAS dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks IFAS dan EFAS dalam Pengembangan Usahatani Durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

Nilai yang diperoleh dari hasil analisis IFAS dan EFAS tersebut selanjutnya dijabarkan dalam suatu Diagram Analisis SWOT.

Perumusan Asumsi Strategi

Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS dan diagram analsis SWOT maka dapat dirumuskan asumsi strategi.

I F A S

E F A S Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O)

Strategi (SO) 1,92 + 1,54 = 3,46

Strategi (WO) 0,74 + 1,54 = 2,28

Ancaman (T)

Strategi (ST) 1,92 + 0,87 = 2,79

(15)

Berdasarkan jumlah nilai skor yang diperoleh dan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal diketahui bahwa skor tertinggi berada pada kuadran I mendukung strategi agresif dengan nilai skor 3,46.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang digunakan adalah SO (Strength–Opportunity), maka ke 4 (empat) program tersebut akan diimplementasikan

Kekuatan (S)

5. Motivasi Petani Tinggi

Kelemahan (W)

1. Usahatani yang dilakukan masih tradisional

2. Belum adanya kelompok tani durian

3. Akses Permodalan Terbatas

4. Rendahnya kualitas SDM Petani

5. Belum Adanya Pelatihan Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah Durian.

Peluang (O)

1. Adanya Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian

2. Kondisi Agroklimat Mendukung

Usahatani Durian

3. Dukungan dari

Pemerintahan Desa Lende.

4. Diversifikasi Produk Olahan buah durian

5. Komoditas

Unggulan Daerah

Kab. Donggala

Strategi SO

1. Mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat (S1, O2)

2. Memanfaatkan motivasi petani yang tinggi dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk olahan buah durian (S5, O4)

3. Memanfaatkan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma harum untuk meningkatkan promosi durian lokal agar bisa bersaing dengan durian lokal lainya

(S3, O4)

1. Meningkatkan sistim Usahatani durian dalam menunjang komoditas unggulan daerah Kab. Donggala (W1, O5)

2. Mengupayakan pembentukan Kelompok Tani durian melalui dukungan dari Pemerintah Desa Lende (W1, O3)

3. Meningkatkan kualitas SDM petani melalui dukungan dari Pemerintahan Desa Lende (W4, O3)

4. Mengupayakan Pelatihan

Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah Durian dalam rangka menunjang Kebijakan

1. Persaingan dengan

durian lokal lainya

2. Kehilangan hasil

akibat pencuriian

3. Fluktuasi Harga

durian

4. Akses Jalan kelokasi

Masih Sulit

5. Serangan Hama

Penyakit.

Strategi ST

1. Mengoptimalkan potensi sumber

daya lahan yang dimiliki melalui pembukaan akses jalan ke lahan usahatani durian (S1, T4)

2. Memanfaatkan ukuran buah lebih

besar dengan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma yang harum untuk meningkatkan promosi durian lokal agar bisa bersaing dengan durian lokal lainya (S2, T1)

3. Memanfaatkan pengalaman

beruhatani untuk menekan serangan hama penyakit (S4, T5)

Strategi WT

1. Meningkatkan sistim usahatani

Durian untuk mengantisipasi serangan hama penyakit (W1, T5)

2. Mengupayakan peningkatan

SDM petani untuk mengetahui fluktuasi harga pemasaran durian (W4, T2)

3. Mengupayakan peningkatan

SDM petani untuk

mengantisipasi serangan hama penyakit (W4, T5)

(16)

dalam bentuk kegiatan dan sasaran kegiatan yaitu :

1. Mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat, akan diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan teknis tentang Standard Operating Procedure (SOP) budidaya durian dan GAP durian. Sasaran dari kegiatan pelatihan teknis tentang SOP budidaya durian dan Good Agriculture Practices (GAP) durian adalah petani durian di Desa Lende.

2. Memanfaatkan motivasi petani yang tinggi dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk olahan buah durian, akan diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan pembuatan produk olahan buah durian, kegiatan penyuluhan SDM tentang motivasi petani dalam berusahatani durian. Sasaran dari kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut adalah petani durian dan wanita tani Desa Lende.

3. Memanfaatkan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma harum untuk meningkatkan promosi durian lokal agar bisa bersaing dengan durian lokal lainya, akan diimplementasikan melalui kegiatan pelatihan tentang peningkatan mutu dan hasil durian, kegiatan pelatihan sistim pemasaran durian, serta kegiatan promosi buah durian lokal. Sasaran dari kegiatan pelatihan dan promosi tersebut adalah petani durian, PPL, KCD dan aparat pemerintahan Desa Lende.

4. Memanfaatkan pengalaman berusahatani durian dalam mendukung Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian, akan diimplementasikan melalui kegiatan magang ke luar daerah pengembangan kawasan durian. Sasaran dari kegiatan magang tersebut adalah petani durian, PPL dan KCD

Analisis Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)

Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah alat yang memungkinkan

para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya (Richard dkk., 2012).

Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa prioritas strategi terpilih dengan Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6.285 adalah strategi mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat. Selanjutnya strategi yang kedua adalah strategi memanfaatkan motivasi petani yang tinggi dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk olahan buah durian dengan total nilai TAS sebesar 6.241, strategi yang ketiga adalah strategi memanfaatkan warna daging buah kuning, rasa yang manis dan aroma harum untuk melakukan persaingan dengan durian lokal lainya dengan total nilai TAS sebesar 6.188, dan strategi yang keempat adalah memanfaatkan pengalaman berusahatani durian dalam mendukung Kebijakan Pengembangan Hortikultura Durian dari Kementerian Pertanian dengan total nilai TAS sebesar 6.181. Hal ini menunjukkan bahwa strategi terbaik untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende adalah

(17)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisa pendapatan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja diperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp. 4.353.179. Sedangkan R/C ratio yang diperoleh responden petani durian di Desa Lende adalah sebesar 5,26, sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani durian sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

2. Berdasarkan hasil analisis SWOT maka strategi yang tepat dalam upaya pengembangan usahatani durian adalah strategi S-O (Strength-Opportunities), dengan nilai skor sebesar 3,46 yang berada pada kudran pertama.

3. Hasil analisis QSPM diperoleh strategi S-O (Strength-Opportunities) yang terbaik dari empat program untuk pengembangan usahatani durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja yakni program ke-1

“Strategi mengoptimalkan potensi sumber daya lahan yang dimiliki melalui dukungan agroklimat” dengan total nilai daya tarik (TAS) sebesar 6.285.

Rekomendasi

1. Peningkatan SDM petani melalui pelatihan dan penyuluhan tentang Pengelolaan usahatani durian sesuai SOP dan GAP durian.

2. Perhatian dan komitmen dari pemerintah daerah sangat diharapkan dalam pengembangan usahatani durian lokal. 3. Hasil dari penelitian strategi

pengembangan usahatani durian ini, diharapkan dapat menjadi acuan atau sebagai langkah awal untuk melakukan pengembangan usahatani durian berbasis kawasan di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

4. Membangun kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga penelitian untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek pemasaran durian lokal Lende.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih dan rasa hormat yang setinggi - tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Max Nur Alam, MS dan Ibu Dr. Lien Damayanti, SP., MP yang selalu memberi

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aliffiani,U. 2013. Analisis Curahan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Antarlina S.S., 2009. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah-Buahan Lokal Kalimantan. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Buletin Plasma Nutfah Vol.15 No. 2 Tahun 2009. Hal. 85. Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Litbang Pertanian, 2012. Panduan

Umum Program Dukungan

Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. Kementerian Pertanian – Jakarta.

Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010. Produksi Buah-buahan di Indonesia. http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2014.

Darmasetiawan dan Wicaksono, 2012. Pengaruh Faktor Internal Petani Terhadap Peningkatan Mutu Tembakau di Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Jurnal Surya Agritama, Volume 1 Nomor 1, Maret 2012. Diterbitkan oleh Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Purworejo.

(18)

Kementerian Pertanian, 2013. Petunjuk Teknis Pengembangan Buah. Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta.

Nitisemito dan Burhan, 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.

Prijono, 1995. Arah Kebijaksanaan Makro Pemerintah dalam Mengantisipasi Pasar Global. Makalah disampaikan pada Seminar Bisnis STIEIPWI. Jakarta, 31 Oktober 1995.

Rahmatina, 2010. Prosedur Menggunakan Stratified Random Sampling Method Dalam Mengestimasi Parameter Populasi. Jurnal JEMI, Universitas Maritim Raja Ali Haja, Volume 1 No. 1 Desember 2010, Hal 79.

Rangkuti, F., 2005. Analisis SWOT dan Balanced, PT. Gramedia, Jakarta.

Richard A. Purnomo S. Rudy S. dan Murty A., 2013. Strategi Perencanaan Dan Pengembangan Industri Pariwisata Dengan Menggunakan Metode Swot Dan Qspm (Studi Kasus Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon). Jurnal Rekayasa Mesin Volume 4 No. 2 Tahun 2013. Hal. 113.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi.

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suzana B., Dumais J. dan Sudarti, 2011.

Analisis efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Di Desa Mopuya Uatara Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal ASE Volume 7 No. 1 Januari 2011, Hal. 5

Umar, 2003. Riset Strategi Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wiryanta B..T Wahyu, 2008. Sukses

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Produksi Durian di Indonesia Tahun 2006 - 2010
Tabel 4.  Data Jumlah Tanaman dan Produksi
Tabel 5.  Pengambilan Sampel Berdasarkan
Tabel 6. Matriks IFAS dan EFAS dalam Pengembangan Usahatani Durian di Desa Lende Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala

Referensi

Dokumen terkait

1) Nilai konstanta sebesar 2,828 dengan parameter positif menunjukkan bahwa apabila kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern

Puji Syukur saya haturkan kepada Tuhan YME karena atas berkat dan karunia- Nya, skripsi saya yang berjudul “ Strategi Militer Jepang Dan Cina Dalam Mempertahankan

Berdasarkan penelitian mengenai kehidupan dan stratifikasi sosial masyarakat Inggris pada awal abad kesembilan belas dalam novel Pride and Prejudice , penulis dapat memahami

Akta Pengangkutan Jalan, 1987 (Akta 333) dan Akta Pengangkutan Awam Darat, 2010 (Akta 715) tidak menyentuh keperluan-keperluan dari sudut kategori, lokasi dan jarak,

Pada proses pembuatan dokumen form permintaan barang terkadang masih ditemukan kesalahan perhitungan total pembelian, karena human error Bagian Tata Usaha dalam

Orisinalitas dari naskah tersebut apakah penulis bisa pertanggungjawabkan, karena jika kelak di kemudian hari terbukti naskah tersebut adalah Jiplakan atau ada

In data mining, model building consists of several tasks such as result visualization, model diagnostics, residual diagnostics, ROC curves, etc.. In this section,

Several machines learning algorithms (i.e. Multilayer Perceptron, Support Vector Machine, Naïve Bayes, Bayes Net, Random Forest, J48, and Random Tree) have been used for