Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berberagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik, Program KINERJA mendorong
sekolah-sekolah agar menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan pencapaian standar pelayanan publik
(SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan (SNP), dan masukan-masukan
dan keluhan dari murid dan orangtua/wali murid. Keluhan-keluahan ini diperoleh melalui survei pengaduan
yang dilaksanakan setiap tahun. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota
agar program MBS berorientasi pelayanan publik dapat diadopsi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah
lainnya. Beberapa daerah mitra telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkannya di semua sekolah secara
bertahap. Dinas Pendidikan di daerah tersebut telah mulai menyebarluaskan praktik-praktik MBS berorientasi
pelayanan publik ke sekolah-sekolah lain dan merencanakan akan mencakup seluruh sekolah.
Mengingat praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah
daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna
layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah, sekolah, dan para pemangku
kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan
MBS dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis
penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA dan
kabupaten/kota mitra dalam penerapan MBS berorientasi pelayanan publik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
RINGKASAN EKSEKUTIF 3
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 4
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6
Rekomendasi kepada para Calon OMP 7
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan 7
BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 8
Pendekatan Umum Proyek KINERJA 8
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 9
Prinsip Dalam Tata Kelola MBS 10
BAB 2 Bab 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
11
Situasi yang dihadapi di daerah 11
Bagaimana kita memulai inisiatif 11
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 11
2. Pengaturan Pekerjaan 12
3. Penyusunan rencana kerja 12
Proses kerja 13
1. Peran masing-masing stakeholder 13
2. Pelaksanaan rencana kerja 13
3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja 14
BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 16
Tantangan 16
Keberhasilan Program 16
1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo 16
BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 21
Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain 21
Rekomendasi untuk OMP 22
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 22
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
- Tujuan Umum Program KINERJA
KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam
penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima
ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan
disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil
keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah mereka. Buku
“Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” ini menguraikan pembelajarandari KINERJA dalam penerapan MBS
di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi
pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program MBS.
Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun
hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama lima
mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada,
dan Kemitraan.
KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan
dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga
paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional
satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan
pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan
sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei
pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif,
dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan
aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan
akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multipemangku kepentingan dalam perencanaan dan
penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga
negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang
diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan
Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA fokus pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog pemerintah dan
swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim usaha yang
baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah dan
swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.
- Lokasi Program KINERJA
KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:
1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue
2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar
4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau
5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika
- Keberhasilan Program MBS
Program KINERJA-USAID telah melaksanakan pendampingan teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra
yang tersebar di 9 kabupaten/kota di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan )
sebagai unit layanan pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.Hingga akhir 2013 ini,
hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
• Bersama organisasi mitra pelaksana, KINERJA melaksanakan pendampingan pengembangan MBS
berorientasi pelayanan publik di 180 sekolah mitra di sembilan kabupaten/kota di empat provinsi (20
sekolah di masing-masing kabupaten/kota).
• Pendekatan KINERJA telah menunjukkan manfaat yang cukup signiikan di hampir semua sekolah mitra,
baik dari aspek peningkatan partisipasi forum multi stakeholder sekolah, transparansi, akuntabilitas, dan
peningkatan kualitas pelayanan sekolah. Sekolah-sekolah menyusun RKS dan RKAS secara partisipatif
dan memasukkan program dan kegaiatan menuju pencapaian standar pelayanan serta berdasarkan data
yang valid, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan.
• Sekolah-sekolah mitra KINERJA melaksanakan survei pengaduan, menganalisis hasilnya menjadi sebuah
indeks pengaduan masyarakat, membuat janji perbaikan layanan dan menindaklanjuti pengaduan yang
Di Kabupaten Barru, ada sekolah yang menyampaikan rekomendasi kepada instansi lain di luar Dinas
Pendidikan, yakni Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk memperbaiki layanan UKS.
• Beberapa kepala sekolah menyatakan bahwa survei pengaduan sangat efektif untuk memperbaiki
pelayanan sekolah. Tanpa survei pengaduan, mereka tidak mengetahui apa yang menjadi keluhan dan
harapan pengguna layanan.
• Di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, terlihat jelas perubahan pelayanan sekolah terhadap murid dan
siswa. Fasilitas dan kegiatan pembelajaran membaik sehingga murid belajar dengan nyaman. Lingkungan
sekolah juga menjadi lebih baik berkat peran serta pemerintah daerah, komite sekolah, dan masyarakat
yang tanggap terhadap pengaduan masyarakat.
• Beberapa sekolah di Kabupaten Melawi telah berhasil meraih dukungan pendanaan dari orangtua/wali
murid, masyarakat, dan dunia industri setelah sekolah menerapkan perencaan yang transparan dan
partisipatif.
• Pada tanggal 2 Mei 2012, Walikota Kota Probolinggo mengeluarkan Surat Keputusan untuk menerapkan
MBS di semua sekolah.
KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk mendiseminasi
praktik-praktik baik tata kelola manajemen sekolah yang berorientasi pelayanan publik ke semua
sekolah-sekolah di daerah masing-masing, termasuk melaksanakan survei pengaduan.
“Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan pentingnya
keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka dan program-program
sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif.”
Drs. Endro Suroso
, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan, Kota Probolinggo
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Program MBS yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah dan Forum Multi Stakeholder
menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan
pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk pemerintah daerah, yakni (a) diperlukan komitmen
yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program MBS, (b) setiap
stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang
ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah
terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi
pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Rekomendasi kepada para Calon OMP
Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum
multi stakeholder dalam melaksanakan program MBS. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa
dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata
kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau
forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan
jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai
pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA
untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Mereka mempunyai peran strategis
dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar
lembaga-lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga pendidikan dan latihan mempunyai
modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA,
BAB 1
PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang
kesehatan, pendidikan dan iklim usaha.
KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah
di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif
terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM),
dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada
pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian
besar program Kinerja dilaksanakan melalui dana hibah bagi organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga
menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan
kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan;
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk
menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan
Intervensi program KINERJA berada di tiga tema pokok, yakni:
1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik;
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan;
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah
daerah.
Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam
melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan
Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP,DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum
sebagai berikut:
• Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah
lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan
Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,
keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
• Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat,
program-program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat
dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi
Prinsip dalam Tata Kelola MBS
Selain prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola MBS dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta
menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat;
2. Perencanaan sekolah menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas
Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama;
3. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan
pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih
tinggi;
4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program
MBS dapat berlangsung terus secara berkesinambungan;
5. Monitoring dan pelaksanaan MBS di sekolah diperlukan agar pelaksanaan program MBS dapat tepat
sasaran dan dapat terus disempurnakan;
6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai pelayanan sekolah;
7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang
Situasi yang dihadapi di daerah
Dalam konteks otonomi, sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya dan warga sekolah menurut
prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundangan. Sekolah
diberi wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah semaksimal mungkin untuk
meningkatkan mutu proses dan output pembelajaran.
Pada praktiknya pelaksanan MBS perlu lebih ditingkatkan. Sebagian besar sekolah melaksanakan MBS apa
adanya, belum dilaksanakan secara maksimal, dan belum mengarah pada perbaikan mutu pelayanan. Di
sebagian besar sekolah, pengelolaan masih belum transparan dan akuntabel serta tidak partisipatif, apalagi
responsif.
Kepedulian orangtua murid dan masyarakat rendah dan menganggap bahwa urusan sekolah semata-mata
menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh ketertutupan sekolah
dalam penyelenggaraan sekolah dan tidak membuka peluang keterlibatan masyarakat.
Bagaimana kita memulai inisiatif
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders
Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program MBS dengan diskusi intensif
dengan manajemen KINERJA dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan
(memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.
Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan
dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif
BAB 2
PENGALAMAN KINERJA
DALAM TATA KELOLA
Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,
khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan
masyarakat sehingga tata kelola MBS dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat
dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya
termasuk DPRD.
2 Pengaturan Pekerjaan
Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang
pelayanan public yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah
mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder, dan organisasi mitra pelaksana
(OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.
Program MBS dilaksanakan oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya
dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program MBS, KINERJA
bekerjasama dengan tiga OMP, yakni:
• PKPM yang bekerja di Kabupaten Bener Meriah, Aceh • LPKIPI yang bekerja di Kota Singkawang, Kalimantan Barat • CORDIAL yang bekerja di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
OMP tidak bekerja sendirian, melainkan selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim
Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, dan lembaga-lembaga non pemerintah,
terutama Dewan Pendidikan. Di tingkat sekolah OMP bekerjasama dengan Komite Sekolah.
3 Penyusunan rencana kerja
Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut
jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal
Proses kerja
1 Peran masing-masing
stakeholder
Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program MBS di semua tahapan,
namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan
lokakarya-lokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalamkaitannya dengan pencapaian tujuan MBS.
Dinas Pendidikan berperan dalam mengeluarkan petunjuk teknis dan monitoring pelaksanaan MBS serta
meyediakan bantuan teknis ke sekolah-sekolah jika diperlukan.
Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah berperan dalam melaksanakan MBS sesuai prinsip-prinsip di atas.
Di samping itu komite sekolah berperan dalam pengawasan pelaksanaan MBS dan memberi masukan kepada
kepala sekolah.
2 Pelaksanaan rencana kerja
Program MBS dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Penyediaan data sekolah. Data merupakan dasar utama dalam perencanaan sekolah. Setiap tahunnya (biasanya pada awal tahun akademik) sekolah menyajikan data sekolah yang mencakup antara lain
mengenai murid, guru, sarana, prasarana, hasil pembelajaran. Data yang dapat digunakan adalah data
yang valid dan mutakhir. Oleh sebab itu sekolah perlu meneliti dan memvalidasi data dengan cermat
• Penghitungan capaian SPM. Berdasarkan data yang tersedia, sekolah bersama komite sekolah
menghitung capaian SPM sekolah saat ini sehingga dapat diketahui pada aspek apa saja yang sudah dan
belum dicapai
• Penyusunan EDS (evaluasi diri sekolah). Berdasarkan data yang tersedia dan hasil EDS, kemudian sekolah membuat EDS yang tujuannya adalah untuk mengetahui capaian, kelemahan, kekuatan, dan apa
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah ke depan. Cakupan EDS cukup luas karena
menyangkut delapan sandar nasionmal pendidikan (SNP)
• Pelaksanaan survei pengaduan. Oleh karena sekolah merupakan salah satu unit pelayanan publik, maka dalam upaya meningkatkan mutu layanannya, sekolah melaksanakan survei pengaduan yang tujuannnya
• Penyusunan RKS (rencana kerja sekolah). RKS biasanya menacakup rencana selama 4 tahun dan dibuat berdasarkan data, EDS, dan hasil survei pengaduan. Dengan demikian rencana jangka menengah sekolah
ini menjadi dokumen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan yang hendak dicapai serta dapat
dipertanngungjawabkan
• Penyusunan RKT/RKAS (rencana kerja tahunan/ rencana kerja dan anggaran sekolah). Rencana sekolah tahunan ini disusun secara lebih rinci dan merujuk pada RKS yang telah disiapkan sehingga pencapaian
sekolah setiap tahunnya menjadi terukur
• Penyusunan janji perbaikan layanan. Untuk menjamin pengaduan masyarakat direspon dengan baik, maka sekolah membuat janji perbaikan layanan yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite
sekolah serta diketahui oleh Dinas Pendidikan. Tentu saja janji tersebut menyangkut hal-hal yang dapat
ditindaklanjuti oleh sekolah sesuai kemampuan dan wewenangnya
• Penyusunan rekomendasi teknis untuk Dinas Pendidikan. Hasil survei pengaduan yang tidak dapat ditindaklanjuti oleh sekolah (karena di luar kemampaun dan wewenang sekolah) kemudian dimasukkan ke
dalam rekomendasi teknis yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti
• Publikasi RKS, RKT/RKAS, dan LKT. Untuk menjamin transparansi dan akuntablitas publik, maka sekolah diwajibkan untuk mempublikasi rencana jangka menengah, rencana dan anggaran tahunan,
dan laporan penggunaan (realisasi) anggaran. Publikasi bisa dalam berbagai bentuk, namun yang paling
mudah dan umumnya dilakukan sekolah adalah dengan memajang dokumen-dokumen tersebut di luar
ruangan sekolah.
3 Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja
Sekurang-kurang nya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program MBS
dengan pendekatan KINERJA:
• Peningkatan kapasitas sekolah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan murid dan orangtua murid untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu;
• Peningkatan pemahaman penyelenggara pendidikan di sekolah tentang keluhan-keluhan murid, orangtua
murid, dan masyarakat yang selama ini tidak diketahui dan direspon;
• Peningkatan keterlibatan dan dukungan komite sekolah, orangtua murid, dan masyarakat dalam
• Peningkatan suasana lingkungan sekolah yang lebih kondusif sehingga meningkatkan kenyamanan murid
dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Perubahan-perubahan tersebut nampak jelas di sekolah-sekolah mitra KINERJA antara lain di Bener Meriah,
Kota Probolinggo, Singkawang, dan Barru. Di sekolah-sekolah di daerah-daerah tersebut komite sekolah aktif
menghimpun dukungan orangtua dan masyarakat untuk membanbtu sekolah dalam memperbaiki lingkungan
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program MBS, yakni antara lain:
• Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan sekolah yang tidak mudah
dilakukan;
• Keterbatasan anggaran sekolah yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sekolah;
• Kapasitas kepala sekolah dan komite sekolah masih kurang sehingga pelaksanaan program MBS tidak
berjalan seperti yang diharapkan dan membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang lebih lama.
Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui pendampingan yang intensif;
• Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan
program proses pendampingan kepada sekolah dan komite sekolah belum seperti yang diharapkan.
Tantangan ini diatasi melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA;
• Pergantian kepala sekolah yang menyebabkan perubahan komitmen dari kepala sekolah yang baru.
Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga kepala sekolah baru dapat
memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program;
• Kepedulian orangtua murid dan masyarakat masih kurang. Mereka menganggap urusan sekolah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Tantangan ini direspon dengan mengajak
mereka berdiskusi tentang penyelenggaraan sekolah sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama dan
peran apa yang dapat mereka laksanakan.
Keberhasilan Program
1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo
Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas
BAB 3
November 2012 di Kota Probolinggo, Kepala Bagian Organisasi Drs. Sukam, memberikan penghargaan
kepada SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Curah Grinting 1, SDN Wonoasih 2, dan SDN Sumber Taman 1 serta
SMPN 8 dan MTs.N. di Kota Probolinggo atas peningkatan kualitas yang mereka capai.
Dengan dukungan teknis dari paket manajemen berbasis sekolah proyek KINERJA, sekolah-sekolah tersebut
mengundang partisipasi dari orang tua, guru, kepala sekolah dan berbagai pemangku kepentingan lain, dan
mencapai keberhasilan yang patut dicontoh dalam meningkatkan kerjasama dengan masyarakat yang
mereka layani.
Berdasarkan hasil survei terhadap 5.610 pemangku kepentingan, 20 sekolah mitra KINERJA segera
menanggapi ketidakpuasan masyarakat terhadap fasilitas sekolah dan kekurangan-kekurangan lain dalam
manajemen pendidikan mereka. Murid dan guru bekerjasama membersihkan fasilitas kamar mandi sekolah,
merapihkan halaman sekolah dan bahkan menanam kebun sekolah yang kemudian dimasukkan kedalam
pelajaran sains. Komite sekolah yang beranggotakan orang tua, guru dan penyelenggara sekolah menampung
masalah-masalah yang disampaikan selama survei dan bekerjasama untuk mencari jalan keluarnya.
Dewan juri di Kota Probolinggo mengikutsertakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, dunia pendidikan
dan mitra KINERJA Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) yang menggunakan
20 butir kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan sekolah dalam melaksanakan transparansi anggaran,
serta menyusun dan mengumumkan rencana-rencana kerja tahunan untuk pemantauan masyarakat, dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, menerbitkan laporan-laporan tentang
visi dan misi yang jelas dan mempertegas komitmen untuk melaksanakan program manajemen berbasis
sekolah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik.
Kepala SDN KebonsariKulon 2 menyatakan bahwa karena pendampingan KINERJA memberikan begitu
banyak manfaat maka ia berharap pendampingan dapat diteruskan karena kegiatan tersebut sejauh ini sangat
berguna dalam meningkatkan kualitas sekolahnya.
Kepala Dinas Pendidikan Drs. Endro Suroso, M.Si., juga sangat memuji keberhasilan paket manajemen
berbasis sekolah dari KINERJA. “Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan
pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka, dan program-program sekolah
menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif,” tuturnya.
Penghargaan seperti ini tidak hanya menghormati keberhasilan sekolah-sekolah mitra KINERJA melainkan
Pendekatan KINERJA
Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas
pendidikan yang mereka miliki.
Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (sekolah)
dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk
memperkuat sekolahdalam hal:
• Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan penyelenggaraan sekolah untuk peningkatan layanan
pendidikan berkualitas
• Meningatkan kemampuan sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam rangka secara bertahap memenuhi
standar pelayan sekolah
• Meningkatkan kepedulian pemerintah daerah secara efektif menerapkan kebijakan MBS di semua sekolah
Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga
mereka akan:
• Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas
• Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan sekolah yang
mempengaruhi masyarakat
• Melakukan peran pengawasan dan tahan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong
atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti “kebaikan bersama” yang menjadi tujuan
kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan jajarannya.
a. Strategi Program
Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program MBS adalah sebagai
1. Penguatan komite sekolah
Memperkuat orangtua murid dan masyarakat melalui komite sekolah dengan memberi pelatihan dan
melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.
2. Penguatan kepala sekolah
Memperkuat kepala sekolah dalam perencanaan sekolah dan pentingnya keterlibatan komite sekolah
dalam penylenggaraan sekolah. Untuk itu kepala sekolah diberi pelatihan dan pendampingan yang
intensif.
3. Advokasi kepada Dinas Pendidikan
Advokasi diarahkan pada penerbitan kebijakan pemerintah daerah (khususnya Dinas Pendidikan)
untuk mendorong penerapan MBS di sekolah-sekolah dan menyediakan dukungan yang diperlukan.
4. Pemantauan dan evaluasi oleh komite sekolah
Menyusul penerbitan perencanaan dan pelaksanaan janji perbaikan layanan sekolah, komite sekolah
dan jurnnalisme warga memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.
b. Hasil-hasil Program MBS
Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :
• Sekolah mempunyai manajemen data yang lebih baik;
• Perencanaan sekolah didasarkan pada data yang valid dan mutakhir, evaluasi diri sekolah, dan hasil
survei pengaduan serta mengacu pada pencapaian SPM dan SNP;
• Penyelenggaraan sekolah menjadi lebih transparan dan akuntabel;
• Komite sekolah lebih aktif dalam penyelenggaran sekolah dan memberi dukungan kepada sekolah;
• Pelayanan sekolah kepada murid dan orangtua menjadi lebih baik.
2. Program Pengungkit
“Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis
sekolah yang berorientasi pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh
USAID-KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan saya menjadi paham dan merasakan banyak
manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan
survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)”
Program MBS yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh 180 sekolah telah menunjukkan
hasil-hasil yang baik. Walaupun intervensi program KINERJA lebih diarahkan pada proses tata kelola sekolah
dengan melibatkan komite sekolah, namun program ini menjadi pengungkit untuk program MBS yang lebih
luas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, seperti penyediaan
sarana dan prasarana sekolah, membaiknya kinerja guru, dan proses pembelajaran yang menjadi lebih baik.
Dampak positif lanjutannya adalah bahwa keterlibatan dan dukungan orangtua murid dan komite sekolah
meningkat, tidak hanya dalam bentuk tenaga dan waktu, bahkan dana yang disumbangkan untuk perbaikan
sebagian fasilitas sekolah. Dukungan seperti ini hanya dimungkinkan apabila sekolah melaksanakan
kegiatannya dengan transparan dan akuntabel.
“Program MBS sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu
selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian
pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling mengadu bahwa ada guru
yang tidak disiplin menjalankan tugas. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak
sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan
dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh…….”
Mansur
, Ketua Komite SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat
“Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika
kami sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua murid
kita akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yang bermutu. Jadi harus
sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah.
Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk Dinas Pendidikan,
kalau tidak, ya tidak tercapai….”
Program KINERJA untuk MBS hanya di 180 sekolah dari ribuan sekolah dan hanya di sembilan dari ratusan
daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan
di sekolah-sekolah dan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lain
bersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program
MBS. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan
pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Rekomendasi untuk Replikasi di Daerah Lain
Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan
mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program MBS.
a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan
program MBS. Komitmen ini ditunjukkan dengan kebijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,
petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan
penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama
pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS. Oleh
karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan
masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,
dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
e. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
BAB 4
f. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,
dan acuan pelaksanaan program.
Rekomendasi untuk OMP
Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program MBS adalah:
a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder;
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta;
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program;
d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi untuk Penyedia Latihan
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan
latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam
pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar
lembaga-lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga-lembaga pendidikan and latihan
mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul
USAID - KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 Email: info@kinerja.or.id www.kinerja.or.id