• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKSTUAL, KONTEKSTUAL DAN LLIBERAL (5).doc 37KB Jun 13 2011 06:28:13 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEKSTUAL, KONTEKSTUAL DAN LLIBERAL (5).doc 37KB Jun 13 2011 06:28:13 AM"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

TEKSTUAL, KONTEKSTUAL DAN LLIBERAL (5) Asrarul Ahkam Dicari Dengan Ta’lilul Ahkam

Diantara yang penting dicari dengan ta’lilul ahkam ialah asrarul ahkam. Asrarul Ahkam (rahasia hukum) atau yang umum dinamakan hikmah atau ahdarul ahkam. Yang dimaksud dengan asrarul ahkam itu ialah suatu cabang dari Filsafat Hukum Islam, yang dicari dengan cara ta’lilul ahkam, rahasia atau hikmah apa yang terkandung dalam suatu ketentuan hukum bagi seseorang. Jelasnnya hikmah mikro apa ketentuan hukum sesuatu dari hikmah, makro bahwa agama itu rahmatan lil ‘alamien.

Asrarul ahkam ini jika ditinjau dari segi materi hukum, dapat juga disebut asrarusy syari’ah (rahasia-rahasia hukum), tetapi ditinjau dari segi sebab-sebab syara menetapkan hukum disebut asrarul tasyri’.

Pendapat-pendapat Ulama Terhadap Asrarul Ahkam

Sebagian ulama berpendapat bahwa kita tidak boleh mengungkapkan hikmah dan illat hukum itu karena seakan-akan kita mengharuskan adanya tali menali antara taklif dan hikmah itu. Mereka berkata: Allah membebani para hamba-Nya (para mukallah) dengan apa yang Allah kehendaki, baik mengandung hikmah ataupun tidak.

Sebagian lagi berpendapat bahwa setiap perbuatan manusia yang disyari’atkan Allah mengandung hikmah dan rahasia. Hanya saja hikmah itu ada yang dapat diungkapkan dengan fikiran dan ada yang tidak. Ketetapan pensyari’atan sesuatu pasti mengandung mashlahah. Mustahil Allah berbuat yang sia-sia.

Pertumbuhan dan Usaha Menerangkan Hikmah

Pemikiran sebagian ulama bahwa hukum syara’ itu tidak mengandung hikmah dan illat tidak ada persesuaian antara sesuatu perbuatan dengan pembatasan dan bahwa segala perintah Allah hanya merupakan ujian belaka terhadap patuh tidaknya para hamba adalah suatu pemikiran yang tidak sesuai dengan nash-nash al-Qur’an dan Hadits.

Ketika al-Qur’an mengatur hukum-hukum ibadah, diterangkan agar manusia bertaqwa, agar manusia bahagia. Allah menentukan hukum mu’amalah untuk mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia agar terjaga hubungan yang baik. Al-Qur’an menetapkan pula bahwasanya hukum itu diperintahkan menurut kemampuan manusia dan tidak menimbulkan kemadharatan bagi sesama manusia. Seperti al-Qur’an mensyari’atkan wasiyat agar supaya seseorang dapat mengejar ketinggalan yang belum dikerjakan di masa yang lampau dan supaya dia dapat melangsungkan silaturrahmi dengan kerabat-kerabatnya atau dengan sahabat-sahabatnya yang membutuhkan bantuan. Al-Qur’an menetapkan bahwa wasiyat itu haruslah dilakukan dengan cara yang tidak menimbulkan keterlantaran ahli waris. Allah menetapkan ancaman hukuman agar manusia mau melaksanakan kebaikan untuk dirinya, keluarga dan orang lain.

Batasan dan Ruang Lingkup Mashlahah Sebagai Illah Hukum Arti Mashlahah

(2)

Di zaman sahabat belum dirumuskan definisi mashlahah itu, tetapi telah diketahui bahwa arti mashlahah itu sesuatu yang baik. Karena baik dapat ditetapkan sebagai sesuatu yang dapat dilakukan. Contoh konkrit dalam hal ini pengumpulan al-Qur’an di zaman Khalifah Abu Bakar. Dikala perang Yamamah banyak kaum muslimin yang mati syahid dan mereka itu hafal al-Qur’an. Maka Umar khawatir akan habisnya penghafal al-Qur’an sedang al-Qur’an belum terkumpul dalam satu unit kumpulan. Umar bin Khathathab datang kepada Abu Bakar agar memerintahkan pengumpulan al-Qur’an tersebut dari tulisan-tulisan yang dilakukan oleh para sahabat, khususnya Zaid bin Tsabit. Abu Bakar menolak karena hal itu tidak dilakukan oleh Nabi. Nabi hanya memerintahkan untuk menulis, tidak memerintahkan untuk mengumpulkan hasil tulisan itu menjadi satu unit. Umar berulang kali meminta pengumpulan tulisan al-Qur’an itu kepada Abu Bakar dengan menyatakan:

Artinya: “Pengumpulan itu demi Allah baik sekali (mashlahah)”

Dimasa Umar, diadakan pembuatan mata uang dan diadakan pula penjara karena hal itu bermanfaat (mashlahah) sekalipun dimasa Nabi tidak ada. Dizaman Utsman ditulislah al-Qur’an itu dalam satu bentuk tulisan dan dimasa Ali hukuman orang mabuk ditambah dari empat puluh pukulan menjadi delapan puluh pukulan dengan mengqiyaskan pada orang yang menuduh (qadzaf). Ali beralasan orang yang minum khamar dan mabuk akan membuat dan menuduh-nuduh sedang hukuman orang yang memenuduh-nuduh-menuduh-nuduh 80 kali pukulan.

Barulah berabad-abad kemudian dirumuskan istilahnya. Menurut al-Ghazali, mashlahah itu sesuatu kondisi yang dapat mendatangkan manfaat dan menjauhkan mafsadat (kerusakan).

Mashlahah Tujuan Ditetapkannya Hukum

Adapun maksud kemashalahatan yang menjadi tujuan ditetapkan hukum bagi manusia adalah terjaganya lima macam bagi manusia, yakni:

1. Terjaganya agama bagi manusia. Dalam Islam disyari’atkan melaksanakan iman yang jasmaniyah, ruhaniyah, laidhiyyah dan jasmaniyah seperti pelaksanaan ibadah, jihad dakwah amar makruf dan nahi munkar dan sejenisnya. Semua itu dalam rangka mencapai kemashlahatan agar agama terlaksana dalam kehidupan manusia di dunia menuju kebahagiaan akhirat.

2. Terjaganya diri manusia Islam mensyari’atkan penegakan keadilan dan hukum agar manusia terjaga dari percekcokan yang dapat berakibat perkelahian dan saling melukai yang dapat mengakibatkan mengalirnya darah bahkan hilangnya nyawa. Demikian pula hukuman bagi yang membunuh dapat dihukum mati, kesemuanya adalah penjaga terhadap jiwa manusia.

3. Terjaganya akal manusia. Islam mengharamkan judi dan khamar, apalagi narkoba dalam rangka melindungi fikiran manusia. Karena khamar dapat membuat seseorang mabuk, dan kerap kali mabuk akan dapat mengakibatkan fungsi fikiran menjadi lemah. Demikian judi dan minuman yang memabukkan akan membawa pengaruh jiwa dan fikiran seseorang tidak dapat maksimal untuk berbuat yang baik.

4. Terjaganya keturunan. Islam melarang perzinaan dan mensyari’atkan pernikahan dalam rangka untuk menjaga kemurnian keturunan.

(3)

hidup. Berguna untuk bekal mencapai kehidupan yang baik (berarti kemashlahatan) akhirat. Harta yang ada dan didapat sebagai amanat yang akan ditanya darimana, bagaimana mendapatkannya serta untuk apa dimanfaatkan dan digunakan.

Pembagian Kemashlahatan

Ulama membagi kemashlahatan itu menjadi beberapa kriteria. a. Menurut dasarnya

1. Ada mashlahat mu’tabarat, ialah mashalahat yang disebutkan dalam nash (manshush) seperti tersebut pada surat al-Maidah ayat 8. Ayat tersebut berisi perintah berwudhu bagi orang yang akan melakukan shalat, pada akhir ayat disebutkan;

2. Ada mashlahah mursalah, ialah sesuatu perbuatan atau aktifitas ada efektififas atau manfaat, tetapi tidak disuruh juga tidak dilarang. Efektifitas dan manfaat itu difahami oleh akal. Perbuatan seperti ini dapat dicontohkan seperti pencatatan perkawinan. 3. Ada mashlahah mulghah, ialah yang nampaknya ada kemashlahatan tetapi bertentangan

dengan nash. Seperti pendapat yang membolehkan nikah wanita muslimah dengan pria non muslim ahli kitab. Menurut pemikiran itu bahwa agama Islam dan agama ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) itu sama, sehingga pernikahan antara mereka itu boleh. ini pendapat pemikiran pluralisme, Islam Liberal. Dari segi dunia dapat saja dianggap sama, seperti dalam al Qur'an dinyatakan dalam urusan dunia harus memperlakukan mereka dengan baik tetapi soal yang bertalian dengan keyakinan tidak dapat tidak kecuali LAKUM DIENUKUM WALIYADIEN. Karena diakhirat perbuatan orang yang tidak beriman tergolong orang yang rugi (Ali lmran: 85), dan dalam ayat 39 surat an Nur dinyatakan perbuatan orang kafir bagaikan fatamorgana karena tidak didasarkan kepada iman yang sempurna.

Pemikiran yang membolehkan perkawinan wanita muslimah dengan pria non muslim ini bertentangan dengan nash al Qur'an antara lain surat al Baqarah ayat 221:

Artinya: "Jangan menikahkan (perempuan muslimah) dengan laki-laki musyrik sampai ia beriman".

Beriman artinya percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, tentunya termasuk Muhammad Rasulullah. Pada ayat 72 surat al Maidah dinyatakan:

Artinya: "Sesungguhnya telah kafirlah orang yang berkata sesungguhnya Illah ialah al Masih putera Maryam padahal al Masih sendiri berkata: Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang musyrik (mensekutukan) Allah maka mengharamkan surga."

Pada ayat ini orang yang percaya kalau Allah itu Isa, ia telah kafir dan sambungannya dihubungkan dengan kemusyrikan, karena anggapan adanya beberapa Tuhan maksudnya oknum Tuhan, ayah, anak dan ruh kudus, (al Maraghi165 juz 6 halaman 165).

Dalam ayat 72 surat al Maidah itu dinyatakan kafirlah orang yang menyatakan bahwa Allah itu Isa (al Masih) lbnu Maryam. Pada ayat selanjutnya dinyatakan bahwa orang yang memusyrikkan diharamkan (masuk) surga.

(4)

Yang jelas pengembangan pemikiran jangan sampai memasukkan mashlahah mulghah. b. Menurut tingkatannya

Berdasarkan tingkatannya mashlahah itu dibagi tiga ;

1. Mashlahah dlaruriyah. Yang dimaksud mashlahah dlaruriyah ialah sesuatu yang tidak boleh tidak harus ditegakkan yang menyangkut mashlahah urusan agama dan dunia. Apabila tidak ada tujuan mashlahah diaruriyah ini tidak akan tegak kehidupan mukallaf atau subyek hukum dalam kehidupan dunia menuju kehidupan akherat. Para ulama memasukkan tujuan mashlahah dlaruriyah ini pada agar terjaganya agama, diri, akal, keturunan, dan harta benda manusia, seperti telah disebutkan dimuka. Dalam menegakkan mashlahah dlaruriyah untuk terjaganya agama, manusia diwajibkan beriman

dan bertaqwa dengan beribadah baik 'ammah maupun khashshah. Dalam menuju mashlahah yang dlaruri diperlukan adanya jalan keluar dari masyaqat (kesulitan) dalam menjalankan azimah, seperti orang yang sakit boleh shalat sambil duduk kalau tidak dapat berdiri. Boleh tidak puasa dengan menyaur dihari lain atau membayar fidyah kalau kesulitan melaksanakan puasa dalam keadaan sakit. Jalan keluar ini masuk pada kemashlahatan hajiyah.

2. Mashalah hajiyah. Mashlahah hajiyah ialah mashlahah yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan agar kehidupan manusia terasa luas bukan sempit yang apabila tidak diperhatikan mashlahah hajiyah ini kehidupan manusia akan terasa sempit. Seperti adanya ruhshah dalam ibadah disebabkan karena sakit atau bepergian. Dalam urusan muamalah keperluan yang diperlukan agar muamalah manusia menjadi luas seperti dibolehkannya salam, jual beli yang belum ada barang dengan cara pesan agar didatangkan sesuatu yang telah ditentukan ciri-cirinya. Demikian pula istishna (indent) jual beli dengan cara pesan agar dibuatkan sesuatu yang telah ada contohnya, seperti indent mobil, sepeda motor dan sebagainya. Selanjutnya untuk dapat semarak dan mudahnya melaksanakan kehidupan ini disamping adanya kemashlahatan hajiyah juga ada kemashlahatan yang bersifat tahsini yang masuk pada mashlahah tingkat yang lebih ringan yang ditempuh bila telah terpenuhi mashlahah dlaruriyah dan hajiyah.

3. Mashlahah tahsyiniyah. Yakni kemashlahatan dengan mengambil sesuatu yang biasanya baik menurut kebiasaan yang ada. Hal ini dapat ditentukan pada bidang akhlakul karimah, seperti menutup aurat, melakukan ibadah sunnah, menjauhi yang berlebih-lebihan. Dalam pelaksanaan ketiga tingkat kemashlahatan tersebut dapat digambarkan dalam contoh, antara lain:

a. Untuk dapat tercapainya ibadah shalat yang khusyu' diperlukan tempat yang nyaman yakni masjid yang didirikan atas dasar taqwa. Yang pokok adalah tempat (dlaruriy) untuk dapat lebih tenang dalam melaksanakan shalat dikala panas atau dingin, dikala siang atau malam dibuatlah tembok dan atap (hajji) dan untuk lebih semarak dan lebih nyaman diam di masjid, dibuatlah alas yang bagus, lampu-lampu gemerlapan yang indah.

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh account representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama

Bagi peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang berkeberatan atas penetapan ini, dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dan disampaikan kepada Panitia Pengadaan

2012 Nomor:4SIPBJ-KUPP.Ba'alU2A12 tanggal2S Januari 2012telah melaksanakan Rapat Perhitungan Hasil Koreksi Aritmatik terhadap masing-masing Dokumen Penawaran untuk

ISI PENGUMUMAN : Diumumkan bahwa Pemenang dan Calon Pemenang 1 Pekerjaan Lanjutan Perkerasan Taxiway, Apron dan Fillet termasuk Marking Volume 12.610 M2 adalah

Untuk mengetahui apakah algoritma improved apriori dapat mengoptimalisasi waktu dalam pencarian pola pembelian pelanggan maka dilakukan pengujian dengan cara

Pemilihan konsep Intregrating didasarkan pada masalah yang ada, tugas mahasiswa desain yang cukup kompleks seperti tugas dua dimensi yang meliputi menggambar dan

\t KANTOR BANDAR UDARA MUTIARA DIREI$ORAT JENDERAL PERHUBU}IGAII

Sebaiknya diadakan perundingan atau penyelesaian masalah ini dengan duduk bersama dan mencari solusi terhadap permasalah-permasalahan tersebut adalah hal yang wajib dilakukan