• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA HERBARIUM DAN INSEKTARIUM | Primiani | Paedagogia 147 441 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA HERBARIUM DAN INSEKTARIUM | Primiani | Paedagogia 147 441 1 PB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR

BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN

MEDIA HERBARIUM DAN INSEKTARIUM

Cicilia Novi Primiani* dan Miwing Dwi Susianingsih

Program Pendidikan Biologi FP MIPA IKIP PGRI Madiun

Abstract:

Kata kunci:

This Class-Action Research is intended to develop students activities in learning Biology under Contextual approach. This research is conduted on the students of seventh grade class E State Junior High School 1 Wungu, Madiun Regency. The subjects of the research were 33 students of that class. The parameters determined in this research are students activity and achievement. The analysis result showed that the students activity is good by 77,05% in cycle I, and very good by 80,38% in cycle II. The thresh hold level is 81,8% in cycle I and 93,3% in cycle II. The contextual approach applied by media herbarium and insectarium is analitically proven to be effective in developing students learning activity and achievement.

aktivitas, prestasi belajar biologi, epndekatan kontekstual, media herbari-um, media insektarium

PENDAHULUAN

Secara substansial materi biologi terdapat di sekitar anak, tetapi pada kenya-taannya banyak guru belum memanfaat-kan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar secara optimal. Realita yang ada ba-nyak guru cenderung berpegang pada teori dari buku-buku secara tekstual, bahkan pe-serta didik dituntut untuk menghafal istilah-istilah yang kurang dapat dipahami. Pada hakikatnya lingkungan sekitar dapat digu-nakan sebagai media pembelajaran. Pe-manfaatan lingkungan sebagai media pem-belajaran ini diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan dan memadukan antara teori yang diterima di kelas dengan pengamatan langsung di alam. Media pem-belajaran merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, me-rangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat

ter-dorong terlibat dalam proses pembelajar-an.

Lingkungan sebagai media pem-belajaran ini menjadi lebih bermakna, di-sebabkan para siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebe-narnya secara alami, nyata, faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggungjawab-kan. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehing-ga dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik.

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru biologi kelas VIIE SMPN 1 Wungu Kabupaten Madiun yang terletak di sekitar kawasan hutan lindung, pembelajaran ti-dak pernah menggunakan media pembel-ajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah, aktivitas peserta didik ma-sih sangat kurang, peserta didik yang aktif hanya 40%, yang menyebabkan prestasi

(2)

belajar belum mencapai ketuntasan kla-sikal. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan harian pada pokok bahasan keane-karagaman makhluk hidup yang diperoleh peserta didik adalah 6,0.

Upaya meningkatkan prestasi bel-ajar dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar dilakukan melalui pende-katan kontekstual dengan media herbarium dan insektarium. Pembelajaran dengan pen-dekatan kontekstual, dapat menumbuh-kembangkan pengetahuan peserta didik me-lalui pengalaman yang diperolehnya. Peng-gunaan media herbarium dan insektarium dalam kegiatan pembelajaran membuat pe-serta didik tidak hanya memperoleh penge-tahuan saja, tetapi juga keterampilan (psi-komotorik) dan kerja sama antarteman (afektif) hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain

Penelitian ini bertujuan untuk me-ningkatkan aktivitas dan prestasi belajar biologi pada peserta didik kelas VIIE SMPN 1 Wungu Kabupaten Madiun pada konsep keanekaragaman makhluk hidup melalui pendekatan kontekstual dengan me-dia herbarium-insektrium.

Penelitian ini berupa penelitian

tin-dakan kelas ,

yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang meliputi perencanaan pelaksanaan tin-dakan pengamatan tindakan

dan refleksi tindakan . Guru melakukan tindakan melalui pende-katan kontekstual dengan menggunaan me-dia herbarium-insektarium, yang terdiri dari dua siklus dengan 6 kali pertemuan. Peneli-tian dilaksanakan di SMPN 1 Wungu Kabu-paten Madiun semester genap tahun ajaran 2007/2008. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII E yang terdiri dari 33 orang.

Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan, menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana

(learning commu-nity).

(Classroom Action Research)

(Planning),

(Acting),

(Ob-serving), (Reflcting)

METODE PENELITIAN

Pembelajaran (RP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal postes, lembar observasi un-tuk melihat aktivitas peserta didik. 2. Tahap pelaksanaan terdiri dari

pendahu-luan meliputi pemberian motivasi, aper-sepsi dan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran melalui pedekatan kontekstual dengan media herbarium dan insektarium. Kegiatan pe-nutup, yaitu guru memberikan kesim-pulan dan evaluasi.

3. Tahap observasi yang dilaksanakan oleh observer dan sejalan dengan pelaksanaan tindakan.

4. Tahap refleksi dilakukan setelah data pa-da siklus pertama dianalisis, maka dija-dikan acuan untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya.

Data prestasi belajar dan ketuntasan belajar diperoleh dari hasil post tes. Data ak-tivitas peserta didik dalam kegiatan pem-belajaran diperoleh melalui pengamatan de-ngan menggunakan lembar observasi. Indi-kator keberhasilan dalam penelitian ini ada-lah ketuntasan individu ditetapkan dengan kriteria apabila peserta didik telah mengu-asai 65% dari jumlah soal yang diberikan atau dengan nilai 6,5. Ketuntasan klasikal tercapai apabila 85% dari jumlah peserta didik telah tuntas atau dengan nilai 85. Aki-vitas peserta didik dalam kegiatan pembel-ajaran 80% dengan kriteria tinggi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaku-kan dalam dua siklus yaitu pada pokok ba-hasan keanekaragaman hayati. Siklus perta-ma pokok bahasan klasifikasi perta-makhluk hi-dup meliputi 4 kali pertemuan, pelaksanaan observasi aktivitas peserta didik dan guru dilakukan oleh satu orang observer pada setiap pertemuan.

Rata-rata aktivitas peserta didik seti-ap pertemuan pada siklus I (Tabel 1), me-nunjukkan perubahan yang semakin baik, yaitu persentase rata-rata aktivitas peserta didik adalah 74,81% dengan kategori baik.

(3)

Berdiskusi dengan peserta didik lain Menanggapi pertanyaan guru

Bertanya pada guru

Menyimpulkan materi pelajaran Melengkapi klasifikasi makhluk hidup

67,20

Jumlah peserta didik (N) Persentase aktivitas Kategori aktivitas

Aktivitas Siswa Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan

I (%) II (%) III (%) IV (%) Rerata (%)

69,36 73,14 76,18 80,54 74,81 cukup baik baik baik sekali baik

Tabel 1. Rerata Persentase Aktivitas Belajar Biologi Peserta Didik pada Siklus I

Pertemuan terakhir siklus I terlihat hampir semua peserta didik berdiskusi seca-ra aktif dengan peserta didik lain tentang materi yang dipelajari dan aktif dalam mengklasifikasikan makhluk hidup dengan mengamati herbarium dan insektarium se-bagai media pembelajaran. Peserta didik ju-ga telah aktif dalam menyimpulkan materi pelajaran. Aktivitas peserta didik bertanya pada guru sudah terlihat mulai aktif. Peserta didik mulai terbiasa mengajukan pertanya-an kepada guru terhadap hal-hal ypertanya-ang belum dipahami. Menurut Sardiman (2001), yang

dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kedua aktivitas tersebut dalam kegiatan belajar mengajar harus saling menunjang agar di-peroleh hasil yang maksimal. Salah satu pembelajaran yang tidak hanya menekan-kan faktor kognitif saja tetapi juga mene-kankan faktor sosial adalah pembelajaran kontekstual. Perencanaan pengajaran yang sengaja melibatkan aspek ini akan menja-min keterampilan mahasiswa dalam faktor sosial salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi (presentasi).

Berdiskusi dengan peserta didik lain Menanggapi pertanyaan guru

Bertanya pada guru

Menyimpulkan materi pelajaran Melengkapi klasifikasi makhluk hidup

72,20

Jumlah peserta didik (N)

Persentase aktivitas

Kategori aktivitas

Aktivitas siswa Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan

I (%) II (%) III (%) IV (%) Rerata (%)

76,84 80,24 81,94 85,08 81,02

baik baik

Tabel 2. Rerata Persentase Aktivitas Belajar Biologi Peserta Didik pada Siklus II

ngan rerata 74,82% kategori baik pada si-klus 1 menjadi 81,02% pada sisi-klus 2 dengan kategori baik sekali. Peningkatan ini me-nunjukkan bahwa peserta didik tertarik de-ngan pembelajaran kontekstual mengguna-kan media herbarium-insektarium. Menurut Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat

(4)

de-5(15,1) Rata-rata (kategori) 75,13

(tinggi)

Tabel 3. Prestasi Belajar Peserta Didik Setelah Siklus I dari Nilai Post Tes Sulasmi (2005), spesimen tumbuhan dan

hewan yang diperoleh dari lingkungan seki-tar yang diawetkan dalam bentuk herbari-um, insektariherbari-um, atau spesimen awetan la-innya merupakan media pengajaran. Media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar

yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan di-buat guru. Fungsi dari media ini adalah se-bagai sumber belajar dan untuk memperje-las objek.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa meningkatnya prestasi belajar de-ngan kategori tinggi dari nilai post tes dika-renakan peserta didik memiliki kecende-rungan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, peserta didik harus mengkons-truksi pengetahuannya sendiri. Peserta di-dik belajar dari mengalami dan mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengeta-huan baru. Pengetapengeta-huan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan kete-rampilan yang diterapkan. Hal ini membi-asakan peserta didik untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Menurut (Bandono,2008), pembelajaran kontekstual mempunyai ciri-ciri: (a) menjadikan peserta didik mampu membangun konsep sendiri, (b) mengacu pada masalah dan masalah itu dapat di-angkat dari dunia nyata, (c) memberikan ke-sempatan untuk berinkuiri dalam meme-cahkan masalah, (d) mendorong para peser-ta didik untuk bekerja secara berkelompok, (e) menjadikan guru dan peserta didik lain model perilaku belajar, (f) menggunakan sistem penilaian belajar yang otentik, dan

(g) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan refleksi atas per-kembangan dan kemajuan belajarnya.

Peningkatan prestasi belajar ini juga disebabkan bahwa pendekatan kontekstual memberikan beberapa komponen kegiatan, yaitu:

Dalam kegiatan peserta didik menghubungkan penge-tahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki dengan pengetahuan atau pengalaman baru yang disajikan dalam pembelajaran.

adalah kegiatan di mana peserta di-dik membangun konsep melalui peng-alamannya sendiri. merupakan kegiatan pembelajaran di mana peserta di-dik menerapkan konsep untuk memecahkan masalah baru. Sementara, ada-lah kegiatan pembelajaran yang membawa peserta didik untuk menstranfer konsepnya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat prestasi belajar peserta didik di kelas VIIE dari nilai post tes mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat. Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori

sa-relating, experiencing, applying, dan

transferring (REACT).

re-lating

Expe-riencing

Applying

(5)

ngat tinggi selalu mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Peningkatan pres-tasi belajar ini juga disebabkan herbarium-insektarium merupakan contoh spesimen benda sudah mati yang dapat digunakan se-bagai media pembelajaran secara konteks-tual, karena peserta didik dapat mengerti dan memahami ciri-ciri morfologi tumbuh-an dtumbuh-an sertumbuh-angga, sehingga lebih mudah un-tuk melakukan identifikasi. Menurut Trya-nasari (2008) bahwa media yang terkait de-ngan proses belajar-mengajar disebut seba-gai media instruksional edukatif. Media ins-truksional edukatif mengandung pengertian segala jenis sarana pendidikan yang digu-nakan sebagai perantara dalam proses bel-ajar-mengajar untuk meningkatkan efekti-vitas dan efisiensi pencapaian tujuan ins-truksional.

Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual merupakan proses pembelajar-an ypembelajar-ang berlpembelajar-angsung alamiah dalam bentuk

kegiatan peserta didik bekerja dan meng-alami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang ber-orientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pen-dapat Yasa (2008) yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme

bertanya menemukan

masyarakat belajar

, pemodelan dan penilaian sebenarnya

(Constructivism),

(Questioning),

(Inqu-iri), (Learning

Commu-nity) (Modeling), Rata-rata (kategori) 75,13

(tinggi)

Tabel 4. Prestasi Belajar Peserta Didik Setelah Siklus II dari Nilai Post Tes

Kategori Jumlah Siswa (%)

Siklus Pertama Siklus Kedua Tuntas Tabel 5. Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan Tabel 5 dilihat bahwa ketuntasan belajar biologi pada siklus

(6)

tersebut belum tuntas. Hal ini disebabkan peserta didik selama proses belajarmeng-ajar kurang aktif berdiskusi dan mengamati ciri-ciri morfologi tumbuhan dan serangga dengan temannya. Ketuntasan belajar pe-serta didik pada siklus kedua 31 orang (93,3%) dan 2 orang yang tidak tuntas bel-ajar (6,06%).

Berdasarkan hasil penelitian, presta-si belajar biologi peserta didik di kelas VIIE SMPN 1 Wungu melalui pendekatan kon-tekstual dengan media herbarium dan insek-tarium mengalami peningkatan. Sesuai de-ngan pendapat Wayan (2007), nilai dari media pembelajaran terletak dari tingkat re-alistiknya dalam proses penanaman konsep. Herbarium-insektarium merupakan spesi-men asli yang dapat memperjelas objek, sehingga peserta didik dapat belajar lebih bermakna. Hal ini disebabkan pembelajaran dengan media melalui pendekatan

konteks-tual akan membantu peserta didik mampu memecahkan masalah, mencari keterkaitan antara hal-hal baru dengan hal-hal yang su-dah diketahui sehingga proses penyempur-naan skema yang telah ada ( ) atau proses pembentukan skema baru (

) dapat dipermudah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan media herbarium dan insektarium dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan kepada guru biologi agar menerapkan pendekatan kon-tekstual dalam proses pembelajaran biologi.

asimilasi akomoda-si

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Bandono. (2008). “Menyusun Pembelajaran CTL”, dalam diakses tanggal 14 Februari 2008.

Sardiman. (2001). . Jakarta: Rajawali Pres.

Sulasmi. (2005). “Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dari Suku Leguminose Sebagai Sum-ber Media Pengajaran di Kampus UM”, dalam

, diakses 23 Maret 2007.

Tryanasari. (2008). “Media Pembelajaran”, dalam , diakses 19 Febrari 2009.

Yasa. (2008). “Pendekatan Kontekstual”, dalam , diakses 28 Desember 2008.

http://bandono.web.id

Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar

http://www.malang.ac.id/jurnal/ fmipa

http://tryanasari090880.wordpress. com

Gambar

Tabel 1. Rerata Persentase Aktivitas Belajar Biologi Peserta Didik pada Siklus I
Tabel 3. Prestasi Belajar Peserta Didik Setelah Siklus I dari Nilai Post Tes
Tabel 4. Prestasi Belajar Peserta Didik Setelah Siklus II dari Nilai Post Tes

Referensi

Dokumen terkait

54 Thn 2010 Tentang pengadaan barang / jasa dan Pelimpahan wewenang Pengguna Anggaran kepada Kuasa Pengguna Anggaran bahwa Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam hal ini

Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa

Melihat subtansi pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang baru diterapkan dalam kurikulum tingkat satuan Pendidikan saat ini dibutuhkan sarana

Bobot nilai Tugas 7 adalah 10% dari total bobot mata kuliah Institusi dan dinamika bisnis.. Value Proposition Design. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. Kode:

Pihak pro intervensi kemanusiaan mencoba untuk melakukannya kembali di Suriah namun hal tersebut tidak berhasil karena Rusia sebagai negara yang memiliki kedekatan

Kuesioner yang diajukan berkaitan dengan kompetensi dan kepercayaan diri investor dalam melakukan perdagangan saham di pasar modal serta pengaruh kualitas analisis

[r]

Oleh itu, kajian ini dilakukan untuk menilai media pendidikan bercetak sedia ada yang mensasarkan obesiti kanak-kanak dengan menilai penerimaan golongan profesional dalam