• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet

Berdasarkan (Budiman, 2012), sistematika tanaman karet, diuraikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo : Euphorbiales; Familia : Euphorbiaceae; Genus : Hevea; Species : Hevea brassiliensis, Muell-Arg.

Daun karet terdiri atas tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, serta tepinya rata dan gundul (Sianturi, 2001).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup tinggi dan berbatang cukup besar. Adapun tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Dibeberapa kebun karet, ada beberapa kecondonfan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan lateks (Tim karya tani mandiri, 2010).

Tanaman karet adalah berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan pernyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993).

(2)

Stump Karet

Stump karet adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm diatas mata okulasi, dengan akar tunggang atau bercabang. Akar tunggang lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Sarnis, 2007).

Kelebihan bibit stump mata tidur ini adalah ringan, sehingga mudah diangkut. Sementara itu yang menjadi permasalahan adalah persentase kematian

bibit di lapangan cukup tinggi, hal ini disebabkan perkembangan akar yang tidak optimal dan pertumbuhan tunas yang terhambat (Setiawan dan Andoko, 2005 dalam Nur, et. al, 2013).

Kriteria bibit stump mata tidur yang baik adalah memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm. Tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin. Apabila ditoreh pada bagian okulasi berwarna hijau.Jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (BPPP, 2008).

(3)

Tabel 1. Klon-klon unggul anjuran pada tanaman Karet adalah : Klon Penghasil Lateks Klon Penghasil Lateks

dan Kayu

(Sumber : Balai Penelitian Sembawa, 2010).

Okulasi karet berdasarkan umur, warna batang bawah dan batang atas, serta diameter batang bawah dikenal dengan dua jenis okulasi, yaitu okulasi

cokeat dan okulasi hijau. Okulasi coklat dilakukan pada batang bawah berumur 9-18 bulan di pembibitan, sehingga sudah berwarna cokelat dengan diameter lebih

dari 1,5 cm. Sementara itu, okulasi hijau dilakukan pada batang bawah berusia 1,5-2,5 bulan di pembibitan, sehingga masih berwarna hijau dengan diameter 1-1,5 cm. Batang atasnya berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna

hijau. Dibanding okulasi cokelat, okulasi hijau memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) Pelaksanaan bisa lebih awal 2) Masa hidup dipembibitan lebih pendek, sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat 3) Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan 4) Pertautan okulasi lebih baik dan 5) Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan (Damanik, et. al, 2010).

(4)

perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat unggul.

Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman

sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi

akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stump mata

tidur, stump mini, bibit dalam polibeg, atau stump tinggi (Nur, et. al, 2013).

Okulasi hijau memiliki beberapa kelebihan adalah pelaksanaan bisa lebih awal, masa hidup di pembibitan lebih pendek, sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat, Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan,

Pertautan okulasi lebih baik dan Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan (Damanik, et. al, 2010). Pada saat okulasi hijau dimana mata telah bengkak,belum

muncul tunas, okulasi dibongkar untuk dipindahkan ke lapangan. Bila 8 minggu setelah pemenggalan, mata tunas tidak menunjukkan tanda- tanda pertumbuhan okulasi tersebut dianggap mati (Sianturi, 2001).

Pada proses okulasi, pencabutan stump, proses pengemasan dan pengiriman merupakan faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan metabolisme dalam jaringan stump. Perubahan metabolisme tersebut menyebabkan perubahan dalam viabilitas stump untuk tumbuh dan berkemban kembali. Pencabutan stump dari tanah di pembibitan lapangan mengakibatkan pelukaan pada sebagian besar akar, terutama pada stump tanpa akar lateral (Hartman, et. al., 1990 dalam Sutanto, 2008).

(5)

telah terangsang untuk tumbuh, yang tujuannya untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, juga untuk memastikan bahwa bibit yang ditanam tumbuh baik serta untuk memudahkan akar untuk menyerap unsur hara maka akar lateralnya disisakan hanya 5 – 10 cm (Setyamidjaja, 1993).

Penggunaan bibit bermutu tinggi merupakan suatu keharusan bagi petani perkebunan karet rakyat untuk meningkatkan produktivitas. Hasil bibit yang optimal membutuhkan pengelolaan bibit yang baik pula di lapangan dan

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pada perkebunan karet ( BPTP, 2013)

Pemotongan Akar Tunggang

Pemotongan akar adalah pemangkasan akar di lahan pembibitan untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Irawan, 2011).

(6)

pertumbuhan tunas dan diameter tunas dalam proses pembelahan sel (Nur, et. al, 2013).

Panjang akar tunggang mempengaruhi nisbah tajuk-akar. Kerusakan akar tunggang terkecil mengahasilkan nisbah tajuk-akar terendah. Panjang akar tunggang 25 % memberikan nisbah tajuk-akar terbesar, tetapi perbedaan antara 50 %, 75 %, dan 100 % tidak nyata. Pada umur 18 minggu setelah tanam, diameter tunas, tinggi tunas, jumlah daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar tidak dipengaruhi oleh panjang akar tunggang dan waktu simpan setelah pencabutan. Interaksi antara kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati (Sulistyono, et. al, 1994).

Penggunaan stump sebagai bahan perbanyakan tanaman telah dilakukan pada tanaman karet. Laju pertumbuhan sturn karet pada panjang akar tunggang 15 cm tertekan, sedangkan pada panjang akar tunggang 25 dan 35 em pertumbuhannya lebih baik dan di antara keduanya tidak berbeda (Siagian, et al., 1987). Bibit pada urnumnya diangkut dari tempat persemaian untuk ditanam di lapang. Sehubungan dengan hal tersebut timbul masalah yang disebabkan oleh ukuran sturn yang berhubungan dengan tingkat kerusakan akar tunggang, biaya angkut sturn dan waktu simpan sturn untuk tetap mempunyai daya hidup di lapang (Sulistyono, et. al, 1994).

Media Tanam

Media tumbuh yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur

ringan, dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat

menunjang pertumbuhan tanaman. Media untuk pembibitan memiliki daya

(7)

kemasaman tanah optimal bagi pertumbuhan tanaman (Istiana dan Sadikin, 2008)

Menurut Hartman dan Kester (1978) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil

yang baik, media perakaran harus dapat memegang stek selama perakaran, dapat

menahan kelembaban, mempunyai aerasi dan drainase yang baik

Tanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam kehidupan di bumi ini, baik untuk bidang kehutanan, pertanian, perkebunan maupun bidang-bidang lainnya. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkansifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah (pH), kadar bahan organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) (Anisa, 2011). Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag adalah tanah lapisan atas (top soil) yang subur yang mengandung bahan organik. Tanah tersebut kemudian diayak untuk memisahkan dari sisa-sisa akar dan kayu yang dapat menjadi sumber penyakit (Budiman, 2012).

Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Pasir mengandung unsur hara phospor (0,08 g), kalium (2,53 g), kalsium (2,92 g), Fe2O3 (5,19 g) dan MgO (1,02 g) (Ismail, 2013).

(8)

tanah. Kemampuan mengikat air media ini sangat rendah serta unsur hara yang

diberikan melalui pemupukan juga cepat terbawa air keluar dari area perakaran (Anggraini, 2012 ).

Tanah pasir atau dapat juga dikatakan tanah berukuran pasir antara 2,0- 0,20 mm dan sebagian besar tanah didomi nasi oleh fraksi pasir. Tanah pasir banyak mengandung pori-pori makro, sedikit pori-pori sedang dan pori-pori mikro. Tipe tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah pasir banyak didominasi mineral primer jenis kwarsa (SiO2) yang tahan terhadap pelapukan dan sedikit mineral sekunder. Mineral kwarsa mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Regarding to WHO, social determinants consist of low education, unemployment, low income per capita, low social class, gender and race (Solar and Irwin 2010). These

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dilakukan realisasi sistem telemetri menggunakan sensor SHT11 sebagai pengukur suhu dan kelembaban udara dengan modul Radio

Jenis mikroskop yang paling umum dan yang pertama diciptakan adalah mikroskop optis.Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri atas satu atau lebih lensa yang mampu

This pa- per presents an alternative analysis of 6-nitro-1’,3’,3’-trimethylspiro[2H- 1-benzopyran-2, 2’] (6-Nitro BIPS) behavior due to the impact of solvent polarity, durations

[r]

[r]

Tim telah memilih dan menetapkan sebanyak 17 (tujuh belas) orang peserta program Short Course Bidang Spiritual Pedagogy Tahun 2017 yang lolos seleksi

[r]