• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman - Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk N dan K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman - Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk N dan K"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003), jagung diklasifikasikan dalam Kingdom : Plantae,

divisio : Anthophyta, kelas : Monocotyledoneae, ordo : Poales, famili : Poaceae, genus : Zea dan spesies : Zea mays L.

Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke

bawah pada saat biji berkecambah. Akar koronal yang tumbuh ke atas dari

jaringan batang setelah plumula muncul dan akar udara (brace) yang tumbuh dari

buku-buku diatas pemukaan tanah. Akar udara ini berfungsi dalam assimilasi dan

juga sebagai akar pendukung untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan

(Muhadjir, 1998).

Batang tanaman jagung termasuk herbaceus dan terdiri dari ruas-ruas.

Jumlah ruas berkisar antara 6-20 ruas dan tinggi antara 1,5-3 meter diatas

permukaan tanah. Ruas batang pendek dan tebal pada bagian bawah dan sebelah

atas ruasnya lebih panjang dan tebal kemudian meruncing sampai pada ujung

bunga jantan (poros malai). Diameter batang dapat mencapai 3-4 cm (Rubatzky

and Yamaguchi, 1995).

Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat

melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun

umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka

sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.Tanaman jagung di daerah tropis

(2)

sedang (temperate) (Paliwal 2000). Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu

runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan

letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect)

dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat

bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan

dapat memberikan hasil yang tinggi pula (Subekti dkk., 2009).

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana

bunga jantan (staminate) berbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina

(pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat protandy

dimana bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada

bunga betina (Muhadjir, 1998).

Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung

tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang

matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya berasal dari serbuk sari

tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri.

Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (Subekti dkk., 2009).

Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan

kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian

utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah

embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai

(3)

dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai

miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil

(Hardman and Gunsolus 1998).

Kemasakan fisiologi ditandai oleh pembentukan suatu lapisan pemisah

atau lapisan hitam pada tungkai bunga tiap biji. Periode sejak pembungaan sampai

kemasakan biji untuk setiap genotif akan sangat bergantung pada suhu, walaupun

lingkungan yang tidak menguntungkan dapat mempercepat lapisan hitam. Ukuran

biji bergantung pada faktor-faktor yang mengendalikan penyediaan asimilat untuk

pengisian biji, jumlah biji yang tumbuh dan batas-batas pertumbuhan biji-bijji

individual yang ditentukan secara genetik (Fischer dan Palmer, 1996).

Berdasarkan bentuk dan strukturnya biji jagung dapat diklasifikasikan

menjadi Jagung Mutiara (Flint Corn), Zea mays indurate, biji berbentuk bulat

licin, mengkilap, dan keras. Varietas lokal jagung di Indonesia umumnya

tergolong ke dalam tipe biji mutiara; Jagung Gigi Kuda (Dent Corn), Zea mays

indentata, biji tipe dent ini bentuknya besar, pipih, dan berlekuk; Jagung Manis

(Sweet Corn), Zea mays saccharata, biji jagung manis pada saat masak keriput

dan transparan. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibanding

jagung normal pada umur 18-22 hari setelah penyerbukan. Sifat ini ditentukan

oleh gen sugary (su) yang resesif (Tracy 1994); Jagung Pod, Z. tunicata Sturt

adalah jagung yang paling primitif. Jagung pod tidak dibudidayakan secara

komersial sehingga tidak banyak dikenal; Jagung Berondong (Pop Corn), Zea

mays everta, memiliki biji berukuran kecil. Endosperm biji mengandung pati

keras dengan proporsi lebih banyak dan pati lunak dalam jumlah sedikit terletak di

(4)

kandungan pati hampir 100% amilopektin. Adanya gen tunggal waxy (wx)

bersifat resesif epistasis yang terletak pada kromosom sembilan mempengaruhi

komposisi kimiawi pati, sehingga akumulasi amilosa sangat sedikit (Fergason

1994); Jagung QPM (Quality Protein Maize), memiliki kandungan protein lisin

dan triptofan yang tinggi dalam endospermnya. Jagung QPM mengandung gen

opaque-2 (o2) bersifat resesif yang mengendalikan produksi lisin dan triptofan;

dan Jagung Minyak Tinggi (High-Oil), memiliki biji dengan kandungan minyak

lebih dari 6%, sementara sebagian besar jagung berkadar minyak 3,5-5% (Subekti

dkk., 2009).

Jagung termasuk tanaman C4 yaitu tanaman ini mempunyai kelebihan

mempunyai aktivitas fotosintesis yang relatif tinggi pada keadaan normal,

fotorespirasi yang sangat rendah, transpirasi rendah serta efisiensi dalam

penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang

sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil (Leonard dan Martin, 1973).

Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung

Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji.

Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah

meningkat >30% (McWilliams dkk., 1999). Proses perkecambahan benih jagung,

mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak

yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan

awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan

dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino

yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal

(5)

menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal

lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule

tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil,

yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting

dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar

permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari

koleoptil dan menembus permukaan tanah.

Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila

kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam.

Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas

permukaan tanah. Setelah perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati

beberapa fase berikut:

Fase V3-V5(jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah

berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul

sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat

mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun,

meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga

jantan (McWilliams dkk., 1999).

Fase V6-V10(jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah

berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar

dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat

(6)

dimulai (Lee, 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih

banyak, karena itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi

kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams dkk., 1999).

Fase V11- Vn(jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18 helai)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah

berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering

meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk

mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif terhadap

cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini, kekeringan dan

kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena

mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999;

Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga

betina (silking).

Fase Tasseling(berbunga jantan)

Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya

cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut

tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana

pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai

menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari

bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50% dari total bobot kering tanaman,

penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60-70%, 50%, dan 80-90%.

(7)

Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang

terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan

(polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh

menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut

membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana

pembuahan (fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut

tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh

memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Bakal

biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh

tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna

putih pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung

sangat sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan

silet, belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat,

dan K hampir komplit (Lee, 2007).

Fase R2(blister)

Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah

kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir

sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai

diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus

sampai panen.

Fase R3(masak susu)

Fase ini terbentuk 18-22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam

bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat

(8)

dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan pada fase

R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat

mencapai 80%.

Fase R4(dough)

Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti

pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah

terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan

pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.

Fase R5

Akan terbentuk 35-42 hari setelah silking.Seluruh biji sudah terbentuk

sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera

terhenti. Kadar air biji 55%.

Fase R6(masak fisiologis)

Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah

silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering

maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna

dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman.

Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai

dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada

varietas hibrida, tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau (stay-green) yang

tinggi, kelobot dan daun bagian atas masih berwarna hijau meskipun telah

memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35%

dengan total bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai

(9)

Syarat Tumbuh Iklim

Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50 °LU dan 50 °LS, dari

dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl.), dengan

curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun

(Dowswell dkk., 1996). Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis

dan subtropis. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan

tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu

hari (Hyene, 1987). Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan,

tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl. berumur 4-5 bulan (Iriany dkk., 2010).

Perkecambahan benih optimum terjadi pada suhu antara 21 oC dan 27 oC

dan berlangsung sangat lambat atau gagal berkecambah pada suhu 10 oC hingga

40 oC, tetapi terbaik pada suhu antara 21 oC dan 30 oC. Suhu rendah sangat

menghambat pertumbuhan, khususnya setelah mulai tumbuh bunga jantan

(tasseling). Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan

terbaiknya antara 27–32oC. Hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan

pertumbuhan secara keseluruhan dan walaupun suhu panas ideal untuk

pertumbuhan vegetatif dan tongkol, suhu sedang adalah optimum untuk akumulasi

karbohidrat. Hari panjang lebih menguntungkan untuk produksi jumlah daun yang

lebih banyak dan produksi karbohidrat yang lebih tinggi (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1995). Panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik

daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan

(10)

Tanaman jagung selama masa pertumbuhannya membutuhkan 45-60 cm

air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang

cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk

melindungi dari rumput liar dan serangan hama (Dinas Pertanian dan Kehutanan,

2009). Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan curah hujan

sekitar 600-1200 mm per tahun yang terdistribusi merata selama musim

pertanaman (Kartasapoetra, 1988).

Pertumbuhan tanaman jagung sangat memerlukan sinar matahari.

Intensitas sinar matahari sangat penting bagi tanaman, terutama dalam masa

pertumbuhan. Sebaiknya tanaman jagung, mendapat sinar matahari langsung.

Dengan demikian akan diperoleh hasil yang maksimal. Selama pertumbuhan

jagung, harus mendapat sinar matahari yang cukup. Jika tidak maka akan

mempengaruhi langsung pertumbuhannya (Sutoro dkk., 1998).

Tanah

Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan

beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi

pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian

komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Tanaman jagung

akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila

batangnya terendam air (Iriany dkk., 2010).

Jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanah

lempung berpasir sesuai digunakan untuk tanaman yang cepat panen dan tanah

lempung berliat sangat sesuai untuk tanaman jagung yang akan dipanen dalam

(11)

mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung

berpasir maupun tanah lempung (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2009).

Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik di tanah

tegalan, sawah tadah hujan dan beririgasi, serta sebagian kecil ditanam di dataran

tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada tanah yang gembur atau subur

karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Tanaman jagung

dapat tumbuh dengan baik pada pH tanah berkisar 5,5-6,8. Sedangkan pH yang

ideal adalah 6,5. Untuk pertumbuhan tanaman dibutuhkan tanah yang bersifat

netral. Tanah yang bersifat asam yaitu angka pH kurang dari 5,5 dapat digunakan

apabila telah melakukan pengapuran. Kemasaman tanah biasanya erat sekali

hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman (Sutoro dkk., 1998).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai pH untuk pertumbuhan

optimum tanaman lebih rendah pada tanah organik daripada tanah mineral.

Pertumbuhan kedelai dan jagung pada tanah organik mencapai optimum pada

kisaran pH 4,6 sampai 5 (Kamprath dan Foy, 1997).

Menurut Hasibuan (2006), jenis tanah yang dapat ditanamai jagung antara

lain andosol (berasal dari gunung berapi), latosol dan grumosol. Pada tanah

berstruktur berat (Grumosol) masih dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik

tetapi perlu pengolahan yang baik serta drainase dan aerasi yang baik. Tanah

berstruktur lempung atau liat berdebu (latosol) merupakan jenis tanah terbaik

untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung akan tumbuh baik pada

tanah yang subur, gembur, dan kaya humus.

Varietas

(12)

Teosinte, yang hidup berumpun tahunan, adalah keluarga dekat tanaman jagung.

Keduanya memiliki jumlah kromosom yang sama, 2n=20 dan pada umumnya

mempunyai morfologi kromosom yang mirip (Simmonds, 1986).

Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh

sifat (morfologi, fisiologi, sitilogi, kimia dan lain-lain) yang nyata untuk usaha

pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat

dibedakan dari yang lainnya. Varietas berdasarkan teknik pembentukannya

dibedakan menjadi varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas komposit.

Varietas hibrida dan inbrida dapat memberikan hasil yang maksimal jika unsur

hara yang diperlukan tanaman terpenuhi secara baik (Moentono, 1998).

Varietas hibrida adalah varietas yang dibentuk dengan cara penyilangan

galur (inbreed line) yang unggul. Galur murni (inbreed line) merupakan strain

yang telah mengalami silang dalam (selfing) paling sedikit 5 generasi dengan

disertai seleksi pada setiap generasi. Sedangkan varietas sintetik adalah varietas

yang dibentuk dari persilangan secara acak sejumlah lini yang terpilih atau klon

dari seluruh kemungkinan kombinasi. Lini atau klon yang menyusun varietas

sintetik telah dipilih sebelumnya untuk menjamin agar kehilangan pengaruh

kejaguran pada generasi-generasi sesudah F1 dapat diperkecil. Penyilangan

diantara lini atau klon dari seluruh kemungkinan kombinasi merupakan campuran

dari beberapa silang tunggal. Sedangkan varietas komposit adalah keturunan dari

persilangan yang tidak diuji daya hasilnya terlebih dahulu (Hasyim, 2011).

Jagung dikembangkan selain produksi tinggi juga tahan terhadap penyakit

bulai dan karat daun. Varietas jagung unggul baru tersebut antara lain : Semi-10

(13)

komposit) dengan potensi hasil antara 7-9 ton/ha pipilan kering. Ini dimaksudkan

untuk memenuhi kebutuhan jagung yang setiap tahun meningkat terus sejalan

dengan berkembangnya agribisnis peternakan dan bahan baku industri. Dalam

rangka mendukung program pengembangan agribisnis jagung untuk mencapai

hasil yang maksimal maka diperlukan pengkajian pemupukan NPK baik pada

jagung hibrida maupun jagung komposit. Pengkajian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemberian pupuk N, P dan K pada pertumbuhan dan jagung

hibrida dan komposit pada lahan kering (Permadi dkk., 2005).

Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi daripada varietas

bersari bebas karena varietas hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter

yang diinginkan dari galur-galur penyusunnya dan hibrida mampu memanfaatkan

gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang lebih

tinggi bila ditanam pada lahan yang produktivitasnya tinggi

(Kartasapoetra, 1988).

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu

lingkungan untuk mendapatkan suatu genotif unggul pada lingkungan tersebut.

Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berpengaruh

terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat

dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan ( Darliah dkk., 2001).

Varietas menunjuk pada sejumlah individu dalam suatu spesies yang

berbeda dalam bentuk dan fungsi fisiologi tertentu dari sejumlah individu lainnya

dalam suatu spesies yang sama. penggunaan varietas yang berbeda akan

menyebabkan pertumbuhan dan produksi hasil yang berbeda juga (Kasno dkk.

(14)

Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotif dan genotif yang

sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam

tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan atau kedua–duanya. Perbedaan

susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan

tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan

yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup

bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman.

Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu

mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang

sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Gen-gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu

karakter terkecuali bila mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan

sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan

mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada.

Namun, harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang

terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang

berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama

disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005) .

Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa karakter yang tidak berbeda

nyata kemungkinan akibat dari satu perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau

tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali atau galat percobaan terlalu besar atau

keduanya.

Pemupukan

(15)

karenaseringnya digunakan oleh tanaman yang hidup diatas tanah tersebut, bila

keadaan seperti ini terus dibiarkan maka tanaman biasanya kekurangan unsur hara

sehingga pertumbuhan dan produksi mejadi terganggu. Kekurangan unsur hara

yang diperlukan oleh tanaman dapat diatasi dengan pemupukan (Sutoro

dkk., 1988).

Pemupukan adalah pemberian bahan-bahan pada tanah agar dapat

menambah unsur-unsur atau zat makanan yang diperlukan tanah secara langsung

atau tidak langsung. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau

memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur

dan sehat. Pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada

media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Marvelia dkk., 2006).

Setiap unsur hara mempunyai fungsi tersendiri dan mempengaruhi

proses-proses tertentu dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman.Jikaterjadi

kekurangan salah satu unsur, maka fungsi tersebut akan terganggu. Secara umum

kalium berfungsi menjaga keseimbangan, baik pada nitrogen maupun pada

fosfor.Kalium cenderung mengurangi efek buruk akibat pemberian pupuk

nitrogen berlebihan dan berpengaruh mencegah kematangan yang dipercepat oleh

hara fosfor.Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut

memperbesar serapan hara kalium dari dalam tanah. Tanaman dapat menyerap

nitrogen dalam jumlah yang berlebihan bila beberapa faktor, misalnya fosfor,

kalium dan pasokan air tidak cukup. Pertumbuhan cepat yang disebabkan

kelebihan nitrogen memerlukan pasokan yang cukup kebutuhan unsur hara

(16)

Pupuk N

Kandungan nitrogen pada tanah bervariasi mulai dari 0,05-1,64%. Kurang

4% dari total nitrogen, tergantung waktu pertumbuhan tanaman dan teknik

budidaya, menjadi tersedia untuk tanaman selama beberapa musim (Mongia dan

Bandyopadhyay, 1993). Pupuk N terdiri dari pupuk N organik yang terdapat pada

pupuk-pupuk organik dan pupuk N anorganik (buatan). Kedua golongan tersebut

dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu (1) bentuk organik (2) bentuk nitrat

(NO3-) dan (3) bentuk amonia (NH4+), contohnya urea (Damanik dkk., 2010).

Urea mempunyai kadar N tertinggi diantara pupuk N padat. Sejak

diperkenalkannya sebagai bahan pupuk, penggunaannya khususnya pada pasar

internasional, telah bertumbuh secara cepat. Urea menjadi sumber N utama dunia

di awal tahun 1970an dan menjadi nomor tiga terpenting setelah amonia dan

larutan N dalam pasar Amerika Serikat menjelang tahun 1980. Dengan 1/3 kadar

N dari larutan N berasal dari urea, nilai relatif urea sebagai bahan pupuk lebih

penting dari pada yang tampak dari data pasar tersebut (Harre dan White, 1997).

Kebutuhan N internal telah ditaksir untuk beberapa tanaman, kira-kira 12

g N/kg (1,2%) untuk jagung (Stanford dan Hunter, 1973). Taksiran akhir

kebutuhan N dapat dibuat dengan mengalikan produksi bahan kering total yang

diharapkan dengan kebutuhan N internal. Contoh, jagung mengandung sekitar

50% dari bahan kering totalnya dalam biji sehingga bila hasil yang diharapkan 10

ton metrik/hektar pada kandungan lengas 15,5% akan membutuhkan sekitar 200

kg N per hektar (Boswell dkk., 1997).

Defisiensi N diketahui pertama melalui warna hijau pucat atau

(17)

daun-daun yang lebih tua mulai dari pucuk dan menyebar sepanjang tulang daun-daun ke

arah leher batang dan tepi daun. Asosiasi dengan pewarnaan hijau ini

berkemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa N bersama dengan Mg

merupakan satu dari dua anasir penyusun klorofil yang berasal dari tanah

(C33H72O5N4Mg).Kelebihan N akan memperpanjang periode pertumbuhan,

memperlambat kematangan dan dapat berakibat kerebahan dan kerentanan

terhadap penyakit pada tanaman-tanaman tertentu. Tanaman-tanaman biasanya

hanya mengambil 30 sampai 70% dari N yang diberikan (Boswell dkk., 1997).

Jagung memerlukan unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro untuk

tanaman jagung antara lain nitrogen (N), posfor (P), dan kalium (K). Tanaman

jagung sangat membutuhkan pupuk N dengan kadar N-total 0,4%. Selanjutnya

jika jagung memberikan respon terhadap pupuk apabila kadar P-tersedia dalam

tanah kurang dari 87,32 mg/kg. Sedangkan tanah dengan kadar K-dd kurang dari

0,43 cmol/kg tanah, maka tanaman jagung perlu dipupuk (Nurdin dkk., 2008).

Sebagian besar akar tanaman dalam tanah menyerap N sebagai NO3

-karena konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan NH4+ dan bebas bergerak ke

akar tanaman terutama dengan aliran massa. Walaupun NH4+ secara teori lebih

efisien karena kurang terpengaruh oleh pelindian dan denitrifikasi, tetapi bentuk

NO3- dianggap sebagai pupuk yang lebih aman.Periode pengambilan N terbesar

oleh tanaman jagung adalah pada 40-50% kematangan. Akan tetapi kebutuhan

akan N untuk tanaman jagung berlanjut sampai mendekati kematangan

(Boswell dkk., 1997).

Menurut Hasibuan (2006), hampir semua jenis pupuk kecuali bila

(18)

masam di tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh pembawa N, terutama bersifat

ammonia. Pengaruh utama yang diperlihatkan oleh ion-ion NH4+ adalah bila

ion-ion dinitrifikasikan. Bila ion-ion-ion-ion dioksidasikan akan berpotensi menambah

keasaman tanah, seperti pada reaksi NH4++ 2O2 2H+ +NO3- + H2O.

Hasil penelitian pada tanaman jagung yang diberi N, P, dan K dapat

meningkatkan bobot biji sehingga benih lebih tahan disimpan. Kalium juga

meningkatkan integritas memberan sel dan kulit biji, sehingga dapat menurunkan

kapasitas absorpsi air dan kelarutan gula dalam biji, karena itu benih lebih tahan

disimpan. Pada umumnya pupuk N dapat meningkatkan produksi jagung. Pada

awal pertumbuhannya akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah

tanaman berumur 4 minggu akumulasi N berlangsung sangat cepat. Pada saat

pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi N

sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh

hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase

pertumbuhan tersebut (Komalasari dan Fauziah, 2009).

Pupuk Kalium

Kalium diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan akar, sehingga

mampu menyerap hara dan air yang lebih banyak dan pada saat terjadi kekeringan

atau cekaman air tanaman sudah cukup kuat karena cukup banyak cadangan

karbohidrat sebagai sumber energi. Baker dan Weatherley (1969) menyatakan

bahwa kalium berperan dalam pengambilan air oleh akar tanaman. Unsur ini

mengatur pergerakan air dari sel akar ke jaringan silem. Pemupukan kalium yang

diyakini mampu mendorong terbentuknya senyawa-senyawa seperti prolin bebas,

(19)

(toleransi-fisiologi) terhadap cekaman air sehingga pengaruh yang merugikan

pada kondisi ini dapat dikurangi (Mapegau, 2006).

Pemberian pupuk K meningkatkan pertumbuhan tanaman, berat kering

akar dan bagian atas tanaman secara linier. Selain itu, semakin meningkat dosis K

yang diberikan maka semakin meningkatkan serapan K, sedangkan serapan Ca

maksimum dicapai pada dosis pemupukan K sebanyak 131.5 kg K per hektar.

Pengaruh dosis K tidak berpengaruh nyata terhadap serapan Mg bagian atas

tanaman jagung. Nisbah K/Ca, K/Mg, dan K/Ca+Mg meningkat terus dengan

semakin banyak dosis K yang diberikan, sejalan dengan serapan K oleh tanaman

(Winarko, 1985).

Kalium dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah yang paling

banyak dibandingkan dengan hara N dan P. Pada fase pembungaan, akumulasi

hara K telah mencapai 60-75% dari seluruh kebutuhannya. Kekurangan hara K

pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase sebelum pembungaan.

Tanaman jagung yang kekurangan K memperlihatkan pinggiran dan ujung daun

menjadi bewarna kuning hingga menjadi kering. Gejala kekurangan K ini pertama

terlihat pada daun bagian bawah. Dalam keadaan yang lebih parah daun tersebut

akan kering dan mati. Apabila batang tanaman disayat, akan terlihat warna

kecoklatan yang terdapat pada ruas (bukunya). Kekurangan K juga berpengaruh

terhadap pembentukan tongkol. Ujung tongkol bagian atas tidak penuhberisi oleh

biji serta biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya (Sutoro dkk.,

1998).

Damanik dkk. (2010) menyatakan pada tanah yang masam ketersediaan

(20)

tanaman jagung, fiksasi P meningkat sehingga menjadi kurang tersedia, K terjerap

dalam kompleks pertukaran kation tanah.

Rancangan Komposit Pusat Terputarkan [Central Composite Rotatable Design (CCRD)]

Satu tujuan perlakuan dalam percobaan pupuk adalah untuk menyediakan

bukti mengenai ada atau tidaknya pengaruh pupuk dan jika ada, berapa besaran

dari pengaruh tersebut. Akan tetapi sering perlakuan digunakan untuk

menyediakan suatu taksiran permukaan tanggap. Mengingat adanya dua tujuan ini

perlakuan harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat menaksir secara paling

baik pengaruh pupuk atau permukaan tanggap.

Terdapat suatu kelas rancangan faktorial tak lengkap yang dikembangkan

terutama untuk menggali permukaan tanggap polinomial untuk dua peubah

terkontrol atau lebih. Rancangan untuk menggali permukaan order kedua cukup

memadai untuk evaluasi tanggap pupuk. Rancangan permukaan tanggap

mempunyai keunggulan dibandingkan dengan faktorial lengkap dalam hal lebih

sedikitnya bahan percobaan yang diperlukan. Koefisien model tanggap ditaksir

dengan tingkat kecermatan yang sama atau bahkan lebih besar (yang dinyatakan

atas dasar tiap pengamatan) dari pada yang ditaksir faktorial lengkap.

Pada dasarnya rancangan permukaan tanggap sering mengandung dua

bentuk geometri seperti kubus dan oktahedran yang mempunyai titik pusat yang

sama, sehingga timbul istilah rancangan komposit.

Box dan Hunter (1957) memperkenalkan konsep suatu rancangan

permukaan tanggap yang mempunyai suatu “fungsi varians berbentuk bola”yang

(21)

nilai yang tergantung hanya pada jarak titik tersebut dari pusat rancangan dan

tidak pada arahnya. Rancangan seperti ini disebut rancangan dapat diputar

karena rancangan tersebut tidak peka terhadap rotasi dalam kaitannya dengan

sumbu-sumbu koordinat aslinya.

Cochran dan Cox (1957) membuat jarak sumbu yang memberikan

keterputaran dan jumlah titik-titik pusat yang memberikan varians yang seragam

untuk berbagai jumlah peubah terkontrol yang digunakan dalam hubungannya

dengan rancangan baku tertentu. Hader dkk. (1957) memberikan suatu deskripsi

dari rancangan percobaan dan metode statistik untuk mencirikan suatu permukaan

tanggap bagi suatu perangkat data dari suatu percobaan biologi.

Suatu pendekatan yang berbeda dan bersifat intuitif terhadap pemeliharaan

faktorial tak lengkap dalam penelitian pupuk telah diterapkan selama beberapa

tahun terakhir. Cady dan Laird (1973) menjelaskan sejumlah faktorial tak lengkap

yang berbeda yang tidak akan dikelompokkan sebagai rancangan permukaan

tanggap komposit, tetapi yang memberikan suatu eksplorasi yang baik atas

lingkup permukaan tanggap. Salah satunya yang mempunyai ciri ruang yang

diinginkan, galat bias yang rendah dan galat varians yang rendah dan yang telah

digunakan para peneliti di Amerika Latin adalah rancangan perlakuan 13 yang

dikembangkan terpilih dari suatu faktorial 5x5.

Sebagai perbandingan dari faktorial lengkap dua faktor masing-masing

lima taraf maka terdapat 25 kombinasi, sedangkan CCRD hanya menawarkan 13

kombinasi tidak lengkap tetapi masih dapat menduga error sedangkan faktorial

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Pengguna di kedua lokasi terminal tersebut adalah yang terhitung melakukan aktivitas di lokasi tersebut, sedangkan demand pengguna terminal di Kecamatan Banyumanik

Setiap komunikasi tentulah ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Dalam sebuah komunikasi massa penerima adalah mereka

Sinne määriteltiin seitsemän teemaa: ketkä ovat toimijoita, ket- kä ovat asiakkaita, muutosprosessi eli mitä tehdään, mitä tietotarpeita on, mitä ajureita ja mitä es- teitä

mengambil judul “ ANALISIS EFEKTIVITAS KEGIATAN SOSIALISASI PERPAJAKAN MELALUI MEDIA YOUTUBE DALAM UPAYA PENINGKATAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (STUDI KASUS PADA KPP

bentos di perairan sungai Batang Kanciis sekitar Rumah Potong Hewan. Padang, seperti tertera pada tabel 1

Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh. setiap umat muslim di

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa proses manajemen kedua metode tahapnya hampir sama hanya saja yang membedakan adalah kontrain metode dan hasil

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,