• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Di Polsek Bagan Sinembah Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Di Polsek Bagan Sinembah Riau"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat) . Pernyataan

tersebut secara tegas tercantum dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar

1945. Indonesia sebagai negara hukum menerima hukum sebagai ideologi untuk

menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga

negaranya. Konsekuensi dari itu semua adalah bahwa hukum mengikat setiap

tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.1 Hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan karena itu pula hukum berupa

norma. Hukum yang berupa norma dikenal dengan sebutan norma hukum, dimana

hukum mengikatkan diri pada masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum

tersebut.2

Usaha mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat,

merupakan tanggungjawab pemerintah Republik Indonesia. Usaha itu tidaklah

semudah membalikkan telapak tangan. Indonesia adalah negara berkembang yang

sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang dengan tujuan pokok untuk

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh rakyat

Indonesia. Kejahatan dan gangguan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

dapat ditemui setiap saat maupun setiap tempat. Para pelaku kejahatan selalu

1

C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet. Ke-8, Jakarta : Balai Pusataka, 1989, hlm. 346

2

(2)

berusaha memanfaatkan waktu yang luang dan tempat yang memungkinkan untuk

menjalankan aksinya. Tujuan yang ingin mereka capai hanya satu yaitu

memperoleh benda atau uang yang diinginkan dengan kejahatannya.3

Suatu kejahatan atau tindak pidana, umumnya dilakukan pelaku kejahatan

karena didorong atau dimotivasi oleh dorongan pemenuhan kebutuhan hidup yang

relatif sulit dipenuhi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi

memberi peluang bagi pelaku tindak kejahatan. Kejahatan tindak pidana yang

semakin bervariasi disebabkan karena tingginya volume dan meningkatnya

kwalitas kejahatan. Kebijakan dan antisipasi yang menyeluruh merupakan cara

untuk menanggulangi kejahatan dan tindak pidana.4

Pelaku kejahatan dapat melakukan aksinya dengan berbagai upaya dan

berbagai cara. Keadaan seperti itu menyebabkan kita sering dengar “modus

operandi” (model pelaksanaan kejahatan) yang berbeda-beda antara kejahatan

satu dengan kejahatan lainnya. Kemajuan teknologi dewasa ini, menyebabkan

modus operandi para pelaku mengarah kepada kemajuan ilmu dan teknologi.

Manusia dalam kehidapnnya pada era globalisasi ini, seakan tidak mengenal batas

ruang dan waktu dimana dengan didukung oleh derasnya arus informasi dan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, kualitas dan kuantitas

kejahatan semakin meningkat dengan modus operandi yang lebih bervariasi dan

canggih serta sulit pembuktiannya mulai dari kejahatan yang bersifat

3

Ibid

4

(3)

konvensional, kejahatan terorganisir, kejahatan kerah putih sampai pada kejahatan

yang aktivitasnya lintas negara (kejahatan transnasional).5

Masyarakat mempunyai kesadaran bernegara dan berusaha adalah cara

yang dapat dicapai untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan

sejahtera. Masyarakat dikatakan sejahtera apabila tingkat perekonomian

menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis. Krisis moneter

belakangan yang terjadi mengakibatkan masyarakat Indonesia mengalami krisis

moral. Krisis moneter adalah penyebab meningkatnya kejahatan dan

meningkatnya pengangguran yang sangat berpengaruh terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat.6

Masyarakat senantiasa berproses dan kejahatan senantiasa mengiringi

proses tersebut, sehingga diperlukan pengetahuan untuk mempelajari kejahatan

tersebut, mulai dari pengetahuan tentang pelaku, sebab-sebab pelaku tersebut

melakukan kejahatan, sampai dengan melakukan kejahatannya (P. Topinand,

1979). P. Topinand adalah seorang antropoligi perancis. P.Topinand sebelumnya

menggunakan istilah antropologi criminal, kemudian menggunakan istilah

kriminologi. Krimonologi berasal dari kata Crimen yang berarti kejahatan, Logos

berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi krimonologi berarti ilmu atau pengetahuan

tentang kejahatan.7

5

Ibid

6

https://docs.google.com/ tinjauan yuridis-tentang tindak pidana-pencurian dengan kekerasan-dan pemberatan-di wilayah Surabaya.

7

(4)

Beberapa sarjana memberikan definisi berbeda mengenai kriminologi ini,

diantaranya : bonger, Sutherland, wood, Michael dan adler.8 Bonger mengatakan, bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki

kejahatan seluas-luasnya.9 Sutherland mengatakan, “Criminology is the body knowledge regarding Crime as a social Phenomenen”. Artinya kriminologi

adalah keseluruhan ilmu mengenai kejahatan sebagai gejala masyarakat.10

Wood mengatakan, bahwa istilah kriminologi meliputi keseluruhan

pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau keseluruhan pengetahuan yang

diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yang berhubungan dengan perbuatan

jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya reaksi dari masyarakat terhadap

perbuatan jahat dan penjahat.11 Michael dan Adler mengatakan, Kriminologi adalah keseluruhan dari bahan-bahan keterangan mengenai perbuatan-perbuatan

lingkungan mereka dan bagaimana mereka diperlakukan oleh badan-badan

masyaraka tdan oleh anggota masyarakat.12

Berbagai kejahatan yang ada di masyarakat memang dapat dikategorikan

sebagai tindak pidana khusus dan tindak pidana umum. Pada prakteknya,

meskipun tidak jarang pula terjadi tumpang tindih pada ketentuan - ketentuan

yang mengaturnya, misalnya kejahatan korupsi, kejahatan ekonomi, dan kejahatan

8

Ibid

9

Ediwarman,dkk, Asaz-asaz kriminologi, Medan : USU Pres, 1994, hlm.1 10

Ibid 11

Santoso, Op.Cit, hlm.12 12

(5)

subversi. Kejahatan-kejahatan tersebut juga mengacaukan perekonomian

Negara.13

Tindak pidana umum, juga kita dapatkan beranekaragam atau macamnya,

di mana salah satunya adalah tindak pidana pencurian. Pencurian merupakan

tindakan kriminalitas yang sangaja menganggu kenyamanan rakyat. Tindakan

konsisten diperlukan dalam penegakkan hukum, sehingga terjalin kerukunan.

Kemiskinan yang banyak mempengaruhi perilaku pencurian adalah kenyataan

yang terjadi ditengah masyarakat, dibuktikan dari rasio pencurian yang makin

meningkat di tengah kondisi obyektif pelaku di dalam melakukan aktivitasnya.

Kondisi ini dapat berdampak pada beberapa aspek, yaitu ekonomi, social dan

lingkungan kehidupan pelaku tersebut, namun sejauh mana ktivitas itu dapat

memberikan nilai positif dalam membangun masyarakat yang taat hokum.14

Penelitian ini didasarkan atas keterpaksaan pelaku akan pekerjaan tersebut,

berasal dari kesadaran akan realitas hidup yang memberikan beban tersendiri bagi

para pelaku kejahatn untuk memenuhi kebutuhan pelaku. Perampok merupakan

pelaku tindak kejahatan yang didasari dengan kesadaran pelaku kejahatan

bertindak dan berperilaku yang memberikan kerugian bagi orang lain dan

memberikan efek tersendiri bagi lingkungan sosial yang ditempati. Pengaruh akan

tindakan pelaku sangat menarik dikarenakan pekerjaan yang pelaku geluti

merupakan satu kesadaran murni akan konsekuensi atas apa yang pelaku lakukan.

13

www.arsingtadda.com/ peran korban-dalam terjadinya-tindak pidana pencurian dengan kekerasan

14

(6)

Penelitian ini dapat mengatakan alasan tersebut tidak rasional, pelaku kejahatan

melakukan pekerjaan tersebut tanpa harus memikirkan konsekuensinya.15

Keterbatasan akan kehidupan dalam segi ekonomi pendapatan, tingkat

pendidikan pelaku kejahatan yang rendah, keluarga yang broken home, tingkat

kepuasan pelaku terhadap materi yang dimiliki sangat minim, bawaan lahir setiap

pelaku, dan faktor lingkungan membuat pelaku kejahatan terpaksa melakukan

pekerjaan tersebut. Faktor-faktor tersebut bukanlah penyebab utama pelaku

kejahatan melakukan pekerjaan itu. Faktor tersebut tidak menjamin pelaku

kejahatan atau mendorong pelaku melakukan kejahatan tersebut.16

Berbagai kejahatan yang meresahkan masyarakat adalah tindak pidana

pencurian dengan kekerasan atau disingkat dengan Curas. Pencurian dengan

kekerasan atau disingkat Curas, merupakan suatu kejahatan yang sekarang ini lagi

trend didaerah Bagan Sinembah-Riau dari tahun ketahun. Kejahatan ini dilakukan

tidak lagi memperhatikan siapa korban dan kapan waktunya. Tingginya tingkat

kejahatan pencurian dengan kekerasan didaerah Bagan Sinembah-Riau yang

terjadi merupakan ancaman dan tantangan terhadap keamanan dan ketertiban

masyarakat, yang pada gilirannnya menghamba tusaha-usaha pembangunan untu

kmencapai kesejahteraan masyarakat.17

Bagan Sinembah-Riau dahulunya dikenal sebagai daerah yang relatif

sangat aman dan tenteram, karena masih sangat minimnya angka kriminalitas

yang terjadi. Banyak anggapan masyarakat daerah Bagan Sinembah-Riau untuk

15

https://repository.unhas.ac.id/bitstream/skripsi-sarjana.docx 16

Ibid 17

(7)

mencari nafkah penghidupan yang layak sangat mudah. Kondisi inilah yang

membuat daerah Bagan Sinembah-Riau semakin padat dan ramainya penduduk

yang ingin merubah hidupnya. Seiring perkembangan zaman, daerah Bagan

Sinembah-Riau mengalami berbagai macam permasalahan sosial dan politik

akibat krisis ekonomi serta menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

pelaksanaan pembangunan, baik aparatur pemerintah maupun pelaku dunia usaha,

dan permasalahan kemiskinan sampai tindakan kriminal yang dilakukan oleh para

pelaku kejahatan. Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor terjadinya

tindak pidana pencurian serta kebutuhan masyarakat semakin komplek namun

lapangan pekerjaan sangat sulit juga sebagai alasan terjadinya pencurian dengan

kekerasan tersebut.18

Maraknya kejahatan di jalanan yang terjadi di Daerah Kec.Bagan

Sinembah, Kab. Rokan Hilir-Riau akhir-akhir ini adalah alasan untuk

dilakukannya penelitian. Didaerah Kec.Bagan Sinembah, kejahatan pencurian

dengan pemberatan (Curat) adalah kasus yang paling banyak terjadi dengan

jumlah kasus 23 kasus, kajahatan kedua yang paling banyak terjadi adalah

Pencurian Motor (Curanmor) dengan jumlah kasus 22 kasus, kejahatan ketiga

yang paling banyak terjadi adalah Pencurian dengan Kekerasan (Curas) dengan

jumlah kasus14 kasus, dan kejahatan keempat yang paling banyak dilakukan

adalah Pengrusakan dengan jumlah kasus 4 kasus. Berikut ini akan dijelaskan

dalam bentuk tabel.

18

(8)

Tabel 1.

Data Kasus Yang Ditangani oleh Polsek Bagan Sinembah-Riau Tahun 2010-2011

No Jenis Kejahatan Tahun 2010 Tahun 2011

JTP PTP JTP PTP

1 CURAT 30 10 23 10

2 CURANMOR 22 2 20 2

3 CURAS 14 2 14 2

4 PENGRUSAKAN 7 5 4 1

Sumber : Data Statistik Reskrim Polsek Bagan Sinembah

Bagan Batu, 25 Desember 2011

KANIT RESKRIM POLSEK BAGAN SINEMBAH Keterangan :

JTP : Jumlah Tindak pidana

PTP : Penyelesaian Tindak Pidana

Berdasarkan data kriminalitas tabel 1 diatas yang menjelaskan tentang

banyaknya tindak kejahatan pencurian dengan kekerasan yang terjadi didaerah

Kec. Bagan Sinembah, Kab. Rokan Hilir-Riau adalah alasan dilakukannya

penelitian. Permasalahan yang menjadi salah satu point penting dalam penelitian

ini adalah bagaimana upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan

kekerasan di Polsek Bagan Sinembah-Riau. Dari uraian latar belakang tersebut,

perlu diteliti untuk mengetahui lebih jelas mengenai penanggulangan tindak

(9)

judul “ Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan di Polsek

Bagan Sinembah-Riau”.19 B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini akan berfokus

kepada beberapa batasan masalahnya. Adapun yang menjadi batasan masalah

yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dalam

KUHP?

2. Bagaimana Hambatan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Di Polsek

Bagan Sinembah-Riau ?

3. Bagaimana Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan di

Polsek Bagan Sinembah-Riau ?

C.Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji dan mengetahui bagaimana pengaturan pencurian dengan

kekerasan di dalam KUHP.

2. Untuk mengkaji dan mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terdapat

dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Polsek Bagan Sinembah.

3. Untuk mengkaji dan mengetahui bagaimana penanggulangan tindak pidana

pencurian dengan kekerasan yang di lakukan oleh pihak Polsek Bagan

Sinembah.

19

(10)

D.Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Hasi penelitian ini diharapkan mampuh menambah ilmu pengetahuan dan

dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pendidikan ditingkat

Perguruan Tinggi dalam mata kulia khususnya Ilmu Hukum. Serta dapat

digunakan sebagai bahan referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya

yang akan mengadakan penelitian yang berkenaan judul skripsi ini.

b. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak kepolisian

mengenai pengaturan tindak pidana pencurian dengan kekerasan,

hambatan-hambatan tindak pidana pencurian dengan kekerasan, dan

penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan tersebut.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan

parapelaksana dibidang hukum pidana, khususnya aparat kepolisian

dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelindung dan penganyoman

masyarakat.

b. Diharapkan adanya kerjasama antara aparat kepolisian dengan

mesyarakat dalam penanggulangan pencurian dengan kekerasan (curas),

sehingga bukan tanggungjawab kepolisian saja dalam penanggulangan

curas, karena pencurian dengan kekerasan itu merupakan tanggungjawab

(11)

E.Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul "Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian dengan

Kekerasan (Curas) di Polsek Bagan sinembah-Riau". Dalam penulisan skripsi ini,

saya melakukan studi kepustakaan dan melakukan riset ke Polsek Bagan

Sinembah-Riau guna memperoleh data-data yang dapat mendukung penulisan

skripsi ini. Sehubungan dengan pemeriksaan yang penulis lakukan di

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara itu dalam rangka

pembuktian bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, maka telah terbukti

skripsi ini benar-benar merupakan hasil pemikiran dari penulis sendiri dan bukan

berasal dari karya tulis orang lain.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengaturan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dalam KUHP

Pembahasan ini sebelumnya akan membahas tentang kejahatan kekerasan

terlebih dahulu. Kejahatan kekerasan akan digolongkan sebagi berikut :

a. Pembunuhan Berencana ( pasal 340 KUHP )

Isinya sebagai berikut :

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukumj karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau hukuman penjara selama-lamanya dua puluh tahun”20

20

(12)

Rumusan tersebut diatas terdiri dari unsur-unsur :

1. Unsur Subyektif

a. Dengan Sengaja

b. Dengan rencana terlebih dahulu

2. Unsur Obyektif

a. Perbuatan : menghilangkan nyawa

b. Obyeknya : nyawa orang lain.

c. Pemerkosaan (pasal 285 KUHP)

b. Pemerkosaan (Pasal 285 berisi) :

Isi pasalnya sebagai berikut :

“barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan diam, dihukum karena memperkosa dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun”21

Unsur pemberatana pidana dalam pasal ini ialah : “ dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang bukan istrinya untuk

bersetubuh”

c. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP)

Isinya Pasal sebagai berikut22 :

Ayat (1) : “Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan,supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di tempatnya”.

21

Ibid, hlm

22

(13)

Ayat (2) : “Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan : 1e : Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

dipekarangan tertutup yang ada rumahnya,atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

2e : Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih. 3e : Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. 4e : Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.

Ayat (3) : “Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan itu berakibat ada orang mati23.

Ayat (4) : “Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan No.3”.24

d. Penganiayaan Berat (pasal 354 KUHP)

Isinya sebagai berikut ;

Ayat (1) : “Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, dihukum karena menganiaya berat, dengan hukuman penjara selama-lamanya delapan tahun’’

Ayat (2) : “Jika perbuatan itu menjadikan kematian orangnya, sitersalah dihukum selama-lamanya sepuluh tahun”.25

Unsur-unsur yang terdapat pada pasal 354 KUHP ini ialah :

a. Kesalahannya : adanya Kesengajaan ( opzettelijk )

b. Perbuatannya : Melukai berat

c. Obyeknya : tubuh orang lain

d. Akibatnya : Luka Berat

(14)

2. Hambatan Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan di Polsek Bagan Sinembah

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di Polsek Bagan

Sinembah mengalami suatu hambatan. Hambatan tersebut terjadi karena adanya

peran antara polisi, masyarakat, dan korban sendiri, sehingga sangat kecil terjadi

pencurian dengan kekerasan tersebut. Hambatan tersebut antara lain sebagai

berikut:26

a. Peran Masyarakat

Berkaitan dengan keadaan masyarakat sekitar pelaku, apakah masyarakat

sekitar pelaku merupakan penjudi ataupun pemabok. Adapun faktor internal

berkaitan dengan pendidikan masyarakat sekitar pelaku kepercayaan terhadap

agama atau keimanan, dalam arti masyarakat yang bersangkutan menganggap

“biasa saja” adanya hal-hal yang sebenarnya dilarang atau dianggap melanggar

hukum. Faktor eksternal, terutama yang berasal dari masyarakat lain, juga

berpengaruh pada perilaku dari anggota masyarakat dimana pelaku tinggal.27

Masyarakat yang serba berkecukupan saling bekerjasama dalam

penanggulangan tindak pidana pencurian Faktor eksternal khusus, tetap berasal

dari masyarakat lain (di luar pelaku tinggal), akan tetapi sangat khusus sekali

sifatnya. Misalnya ada anggota masyarakat lain yang menyimpan uang dalam

jumlah besar dirumahnya atau suka memamerkan harta kekayaannya. Hal seperti

ini menjadi “pemancing” bagi pelaku untuk melakukan tindak pidana pencurian.28

26

www.eprints.uns.ac.id/323/1/163902708201002021.pdf+TINJAUAN+VIKTIMOLOGI S+TERHADAP+TINDAK+PIDANA

27

Ibid 28

(15)

Peran masyarakat yang begitu berpengaruh terhadap terjadinya suatu

tindak pidana merupakan suatu hambatan yang besar bagi pelaku kejahatan. Suatu

tindak pidana dapat terjadi atau tidak, tergantung kepada seberapa besarnya peran

masyarakat tersebut. Hubungan yang baik ditengah-tengah masyarakat,

merupakan suatu pemikiran yang baik pula.29 b. Peran Korban30

Peran korban dalam terjadinya tindak pidana pencurian juga patut

diperhatikan dan menjadi salah satu faktor yang penting dalam terjadinya tindak

pidana pencurian. Seperti yang dijelaskan oleh penulis di muka, bahwa peran

korban di sini diartikan sebagai keadaan korban yang memberikan peluang atau

kesempatan agar pelaku dapat melaksanakan niatnya untuk melakukan tindak

pencurian.31

Peran korban disini dapat berupa sifat korban yang gemar memamerkan

harta kekayaanya, sering memakai perhiasan yang berlebihan walaupun hanya

keluar di sekitar rumah. Menceritakan uangnya ia simpan di rumah dengan jumlah

yang banyak, padahal orang yang diceritakan mungkin orang yang tidak dapat

dipercaya. Informasi yang diceritakan oleh korban, maka dengan mudah pelaku

dapat masuk ke rumah korban dan mengambil barang yang sesuai seperti

diceritakan oleh korban.32

Hambatan dalam peran korban di sini merupakan suatu tindakan bahwa

korban tersbut lebih berhati-hati dan waspada kepada setiap orang yang

29

Hasil wawancara dengan Briptu Dede A. Z di Polsek Bagan Sinembah 30

http://jantukanakbetawi.wordpress.com/2010/12/28/makalah-viktimologi/ 31

Ibid

32

(16)

mencurigakan berada di dekatnya. Korban lebih mengutamakan keselamatannya,

sehingga tindak pidana pencurian dengan kekerasan itu tidak terjadi.33 Korban tidak mau memperlihatkan barang-barang yang dimiliki, dan memamerkannya di

jalanan.34

c. Peran Pelaku

Secara umum, faktor ini dikaitkan dengan pendidikan, keagamaan , rasa

moral, lingkungan, dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh

Briptu R. Haloho bahwa seseorang yang berpendidikan rendah, kemungkinan

akan mudah untuk melakukan suatu tindak pidana, termasuk pencurian dengan,

dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan tinggi atau yang lebih tinggi.

Pencurian dengan kekerasan ini tidak akan terjadi apabila tidak adanya niat dari si

pelaku sendiri, kewaspadaan korban, tinggi nya tingkat keamanan di Bagan

Sinembah, pergaulan pelaku yang baik, tidak adanya kesempatan sekecil apapun

yang diberikan korban kepada si pelaku.35 d. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Perundang-undangan dalam hal ini adalah KUHP. Jelasnya

ketentuan yang ada di dalam KUHP tersebut mengenai hukuman yang akan di

berikan kepada pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan membuat

pelaku pencurian tersebut membatalkan keinginan nya untuk melakukan tindak

pidana pencurian dengan kekerasan.36

33

Hasil wawancara dengan Brigadir Dede Sofian, di Polsek Bagan Sinembah 34

Ibid 35

Hasil wawancara dengan Briptu R. Haloho di Polsek Bagan Sinembah 36

(17)

3. Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan di Polsek

Bagan Sinembah

Kejahatan merupakan suatu perbuatan menyimpang dari perilaku yang

dianggap sesuai dengan norma yang mengatur kehidupan masyarakat dalam

berperilaku. Secara etimologis, kriminologi berasal dari kata crime yang artinya

kejahatan, dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga

kriminologi adalah ilmu/pengetahuan tentang kejahatan. Istilah kriminologi untuk

pertama kali (1879) digunakan oleh P.Topinard, ahli antropologi Prancis,

sementara istilah yang banyak dipakai sebelumnya adalah antropologi criminal.37 Menurut E.H.Sutherland, kriminologi adalah seperangkat pengetahuan

yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena social, termasuk didalamnya

proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang dan reaksi

terhadap pelanggaran undang-undang.38 Menurut Benedict S. Alper, kejahatan merupakan problem social yang paling tua dan sehubungan dengan masalah itu

tercatat lebih dari 80 kali konfrensi internasional yang dimulai pada tahun 1825

hingga tahun 1970 yang membahas upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan

kejahatan.39

Secara garis besar, didalam kriminologi terdapat tiga (3) aliran pemikiran

yaitu; aliran pemikiran klasik, aliran pemikiran aliran pemikiran positif, dan aliran

pemikiran kritis.40

37

I.S.Susanto, Kriminologi, Yogyakarta : Genta Publishing, 2011, hlm.1 38

Ibid 39

Arief Amrullah, Kejahatan Korporasi, Bayumedia, Malang, 2006, hlm. 4 40

(18)

a. Kriminologi Klasik

Aliran pemikiran inimendasarkan pada pandangan bahwa intelegensi dan

rasionalitas merupakan cirri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi

penjelasan perilaku manusia, baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat

kelompok. Inteligensi membuat manusia mampu mengarahkan dirinya sendiri

dalam arti dia adalah penguasa dari nasibnya, pemimpin dari jiwanya, makhluk

yang mampu memahami dirinya dan bertindak untuk mencapai kepentingan dan

kehendaknya. Dalam konsep tersebut,maka masyarakat dibentuk sebagaimana

adanya sesuai dengan pola yang dikehendakinya.

Kejahatan didefenisikan sebagai setiap pelanggaran terhadap perbuatan

yang dilarang undang-undang pidana, penjahat adalah setiap orang yang

melakukan tindak pidana. Dalam literatur kriminologi, pemikiran klasik maupun

positif merupakan ide-ide yang penting dalam usaha memahami dan mencoba

berbuat sesuatu terhadap kejahatan.41 b. Kriminologi Positif

Aliran pemikiran positif ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku

manusia ditentukan oleh faktor-faktor diluarkontrolnya, baik yang berupa faktor

biologis maupun cultural. Dengan kata lain, manusia bukan makhluk yang bebas

melakukan keinginannya dan integritasnya, tetapi makhluk yang dibatasi oleh

perangkat biologisnya dan situasi kulturalnya.42

41

Op.Cit, hlm. 6 42

(19)

c. Kriminologi kritis

Aliran pemikiran kritis tidak membahas apakah perilaku manusia itu bebas

atau di tentukan, tetapi lebih terfokus pada proses-proses manusia dalam

membangun dunia dimana dia hidup. Krimonologi kritis berpendapat bahwa

fenomena kejahatan sebagai konstruksi social, artinya apabila masyarakat

berpendapat tindakan tertentu itu sebagai suatu kejahatan, maka orang-orang

tertentu dan tindakan-tindakan mungkin pada waktu tertentu telah memenuhi

batasan sebagai kejahatan. Dengan kata lain, bahwa kejahatan tidak dapat berdiri

sendiri, sebab harus ada yang menyatakan sebagai demikian oleh “masyarakat”.43 Penentuan sebuah perbuatan sebagai kejahatan dalam undang-undang

tidakalah terlepas dari proses pembuatan kebijakan dalam menentukan sebuah

perbuatan itu sebagai tindak pidana atau sebuah delik. Banyak factor yang

mempengeruhi dalam membuat atau merumuskan suatu kebijakan, sehingga harus

diantisipasi agar mudah dan berhasil saat diimplementasikan. James E.Anderson

mengemukakan bahwa kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud,

yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah faktor dalam mengatasi suatu

masalah atau suatu perubahan.44

Istilah ”kebijakan hukum pidana” dapat pula disebut dengan istilah

”politik hukum pidana”. Dalam kepustakaan asing istilah ”politik hukum pidana”

ini sering dikenal dengan berbagai istilah antara lain ”penal policy”, ”Criminal

law policy” atau ”strafrechtspolitiek”45. Berkaitan dengan itu dalam kamus besar

43

Op.Cit, h. 9 44

Erna, Wahyuni, dkk, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek,Yogyakarta : YPAPI, hlm.12

45

(20)

Bahasa Indonesia memberikan arti terhadap istilah ”politik” dalam 3 (tiga)

batasan pengertian yaitu :46

a. Pengetahuan mengenai ketatanegaraan (seperti: system pemerintahan,

dasar-dasar pemerintahan)

b. Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya)

c. Cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah),

kebijaksanaan

Kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal) dilakukan dengan

menggunakan sarana ”penal” ( hukum pidana ), maka kebijakan hukum pidana

(penal policy) khususnya pada tahap kebijakan yudikatif/ aplikatif (penegakan

hukum pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya

tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa ”social welfare” dan ”social defence”.47

Kebijakan hukum pidana dalam pemberian pidana untuk menanggulangi

kejahatan merupakan salah satu upaya di samping upaya-upaya lain. Penanganan

kejahatan melalui sistem peradilan pidana merupakan sebagian kecil dari

penanganan kejahatan secara keseluruhan. Upaya melalui sistem peradilan pidana

dikenal dengan istilah ”upaya penal” yaitu dengan menggunakan peraturan

perundang-undangan pidana, disamping upaya ”non penal” yang penekanannya

ditunjukkan pada faktor penyebab terjadinya kejahatan. Keseluruhan

penanggulangan kejahatan ini merupakan politik kriminal. Kebijakan kriminal

atau politik kriminal adalah suatu usaha rasional untuk menaggulangi kejahatan.

Politik kriminal ini merupakan bagian dari politik penegakan hukum yang arti

46

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia (online), Balai Pustaka,1997, hlm.780

47

(21)

luas (law Enforcement Policy) yang merupakan bagian dari politik social (social

Policy) yakni usaha dari masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan

warganya.48

Upaya penanggulanagan tindak pidana pencurian dengan kekerasan, dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu 49:

a. Kebijakan Non-Penal ( Non Penal policy )

Kebijakan penanggulangan kejahatan melalui non penal policy yaitu

perbuatan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Sasaran utamanya adalah

menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan atau

kondisi-kondisi sosial yang secara langsung ataupun tidak langsung. Pada Kongres PBB

ke-8 tahun 1990 tentang Prevention of crime and the treatment of Offenders

mengidentifikasi berbagai aspek social sebagai factor-faktor kondusif penyebab

terjadinya kejahatan, yaitu sebagai berikut50 :

a. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan, pendidikan yang tidak cocok

b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai harapan

c. Mengendornya ikatan social dan keluarga

d. Terjadi nya imigrasi yang tinggi

e. Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, dan narkotika

f. Lingkungan yang buruk

Upaya pencegahan nya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Memperluas kesempatan kerja bagi para pemuda

b. Memperluas kesempatan kerja bagi para pelaku dan mantan narapidana

48

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijaka Hukum Pidana, hlm. 26 49

Mulyadi, Op.Cit, h.55-57 50

(22)

c. Menghilangkan penghalang bagi mantan Napi untuk bekerja

d. Menciptakan program tenaga kerja public

e. Menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan mesyarakat

khususnya bagi masyarakat miskin

f. Dukungan terhadap usaha kecil.

b. Kebijakan Hukum pidana ( Penal policy )

Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan pendekatan penal policy

adalah penerapan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana. Marc Ancel

mengemukakn bahwa penal policy adalah suatu ilmu sekaligus seni yang ada pada

akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkanperaturan hukum positif

yang dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberikan pedoman tidak hanya

kepada pembuat undang-undang, tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan

undang-undang dan juga kepada penyelenggara atau pelaksana putusan

pengadilan.51

Penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Polsek

Bagan Sinembah, pihak kepolisian akan berfungsi sebagan penyelidik dan

penyidik. Tugas Polisi sebagai penyelidik yaitu:52

a. Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebgai tindak pidana;

b. Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan;

c. Mencari serta mengumpulkan barang bukti;

d. Membuat terang tindak pidana yang terjadi;

51

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet. Ke-I, Jakarta : Prenada Media Group, 2008, hlm. 19

52

(23)

e. Menemukan tersangka pelaku tindak pidan

Tugas polisi sebagai penyidik yaitu;

a. Tindakan Pertama di TKP

b. Melakukan Penangkapan

c. Melakukan Penahanan

d. Melakukan Penggeledahan

e. Melakukan Penyitaan terhadap benda-benda bergerak ataupun tidak

bergerak.

G.Metode Penelitian

Penelitian adalah sebagai usaha untuk mengemukakan, mengembangkan

dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan

sistematis. Metodologis berarti dengan menggunakan metode-metode yang

bersifat ilmiah, sedangkan sistematis berarti sesuai dengan pedoman atau aturan

penelitian yang berlaku untuk suatu karya ilmiah. Ilmu yang mempelajari

metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan disebut metodologi

penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut 53:

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan yuridis normatif dan

yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan untuk melakukan

pengkajian terhadap hukum pidana dan penerapan pidana badan sebagai sarana

kebijakan hukum pidana, dalam rangka pembangunan dan pembaharuan hukum

53

(24)

pidana Indonesia. Pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk melakukan

penelitian terhadap eksistensi pidana badan di Indonesia dan aplikasinya terhadap

penegakan hukum di Indonesia.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian deskriptif bertujuan

mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan

umum. Sehingga penelitian ini mencoba menggambarkan dan menjelaskan

pencurian dengan kekerasan ditinjau dari perspektif hukum pidana Indonesia di

daerah Bagan Senembah-Riau.

3. Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data asli yang diperoleh peneliti dari tangan awal, dari

sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain yang

diperoleh dari keterangan dan penjelasan pihak-pihak di objek penelitian.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara

mempelajari perbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, terdiri

atas :

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat yang terdiri dari : KUHP, Arsip Data Kriminalitas

Polsek Bagan Sinembah tahun 2010-2011, Hasil wawancara dengan

(25)

2. Bahan Hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi kejelasan atas

bahan hukum primer terdiri dari buku-buku, jurnal ilmiah, dan hasil karya

kalangan hukum lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Badan hukum tersier, yaitu badan hukum yang memberikan kejelasan atas

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum dan

ensikopedia54.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Lapangan ( Field Research )

Studi Lapangan adalah penelitian yang dilakukan secara langsung dengan

obyek yang diteliti untuk memperoleh data yang konkrit guna keperluan

mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan. Studi lapangan dalam

pengumpulan data alat yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu

perpaduan antara wawancara terpimpin dengan wawancara tidak terpimpin

dimana wawancara tersebut dilakukan secara terarah dengan menggunakan daftar

pertanyaan sebagai pedoman. Penelitian ini ditujukan terhadap proses hukum

terhadap pencurian dengan kekerasan yang ditujukan kepada aparat penyidik

kepolisian sebanyak tiga (3) oarang, Kapolsek Bagan Sinembah, pelaku pencurian

dengan kekerasan sebanyak dua (2) orang dan bahkan kepada masyarakat

setempat sebanyak 3 orang.

b. Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah Penelitian yang dilakukan didalam kepustakaan

dengan maksud mencari keterangan, untuk menambah dan memperkuat kebenaran

54

(26)

yang berhubungan dengan permasalahan ini antara lain dengan membaca,

meringkas tulisan (karya ilmiah), perundang-undangan dan beberapa pendapat

dari beberapa sarjana.

5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif

kualitatif, yaitu suatu teknik analisis data yang tidak didasarkan pada angka-angka

tetapi dilakukan dengan menguraikan dan menerangkan data-data yang diperoleh

melalui kalimat dan kata-kata yang disusun secara sistematis. Metode berfikir

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode berfikir secara deduktif, yakni

cara berfikir dan pernyataan yang bersifat umum untuk ditarik menjadi suatu

kesimpulan yang bersifat khusus.55

55

Gambar

Tabel 1. Data Kasus Yang Ditangani oleh Polsek Bagan Sinembah-Riau

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi

Slogan-slogan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiasan tetapi ajar- an yang harus diamalkan oleh para santri dan jamaah Pondok Pesantren Bi Ba’a Fadlrah. Berfungsi juga

Adapun untuk menilai keefektifan dari sistem keamanan yang diterapkan oleh Perpustakaan Kota Yogyakarta, Bapak Triyanta juga mengemukakan bahwa yang paling efektif adalah sistem

• Dengan mempertimbangkan faktor nonlinieritas geometrik akibat deformasi besar, dalam hasil analisis respon riwayat waktu akan dapat diamati kopel perpindahan Hull TLP untuk

3) Apakah pesan pemberitahuan mengenai peluang kesalahan fitur situs membantu anda? Fitur Sangat Sering Sering Kadang- Kadang Tidak Pernah a). Info Umum Propinsi c)..

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas berkaitan dengan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan

 Agar terselenggaranya transportasi yang lancar, nyaman dan efisien maka akan dibangun jalan tol untuk ruas jalan Manado-Bitung untuk mengurangi kemacetan yang