• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BERPACARAN MAHASISWASEMESTERII D3 KEPERAWATAN DI POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BERPACARAN MAHASISWASEMESTERII D3 KEPERAWATAN DI POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BERPACARAN MAHASISWASEMESTERII D3 KEPERAWATAN

DI POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT

JONI PRANATA 11001074

Subject : Teman Sebaya, Perilaku, Pacaran, Mahasiswa

DESCRIPTION

Pacaran bagi kalangan remaja sudah bukan hal yang asing lagi, banyak remaja memiliki anggapan bahwa masa remaja adalah masa berpacaran, jadi remaja yang tidak berpacaran justru dianggap remaja yang kolot, tidak mengikuti perubahan jaman dan dianggap kuper. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan teman sebaya dengan perilaku pacaran.

Jenis penelitian analitik dengan rancang bangun cross sectional dengan variabel independent yaitu teman sebaya, variabel dependen perilaku pacaran. Populasi sebanyak 32 responden dengan sampel sebanyak 32 ibu. Teknik sampling total sampling. Penelitian menggunakan lembar kuesioner. Teknik analisa data menggunakanuji chi square.

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa sebagian besar teman sebaya baik yaitu sebanyak 19 responden (59,4%) dan sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran positif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Hasil hitungan uji chi square dengan tingkat signifikan α (0,05) dimana didapatkan

ρvalue(0,005) maka ρvalue(0,005) <α(0,05) yang artinya H1diterima sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan teman sebaya dengan perilaku pacaran mahasiswa semester II D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.

Remaja yang melakukan perilaku seks pranikah dapat termotivasi oleh pengaruh kelompok dalam upaya ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya. Peer-group menggantikan ikatan keluarga, juga merupakan sumber afeksi, simpati dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.

Simpulan dalam penelitian ini ada pengaruh teman sebaya dengan perilaku pacaran pada mahasiswa. Oleh karena tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dikalangan remaja, disamping itu mahasiswa diharapkan lebih aktif lagi dalam mencari informasi tentang perilaku pacaran.

ABSTRACT

(2)

Design of this study is analytic with cross sectional. The independent variable is peers, the dependent variable is the behavior of courtship. The population 32 respondents and the sampling is 32 mothers. The technique uses total sampling. The study using a questionnaire. The data are analyzed with chi square test.

Based on the result of this study showed that most respondents have good peers as many as 19 respondents (59.4%) and the majority of respondent shave a positive courtship behavior amount 17 respondents (53.1%). The results of chi square test with a significant level of α (0.05) are obtained with ρvalue (0.005) thenρvalue(0.005) <α(0.05) it means that H1 is accepted. So, it can be concluced that peers have relationship with the behavior of courtship in the students on the second semester of D3 Nursing Politeknik Kesehatan Majapahit at Mojokerto.

Teenagers who do premarital sexual behavior may be motivated by the influence of the group in an attempt to be part of the group by following the norms that have been adopted by the group. Peer-group ties replace family ties, is also a source of affection, sympathy and understanding, share experiences, and as place of a teenagers to achieve autonomy and independence.

The conclusion this study, the peers have influance with the behaviour of courtship students. Therefore, the health professional share expected to provide health education of reproductions among teenagers and then students are expected tobe more active in seeking information about the behavior.

Keywords: Peers, Behavior, Dating, Student

Contributor : 1. Nurul Hidayah, Skep.Ns. 2. Yudha LHK, AMd.Kep., S Psi. Date : 24 Mei 2014

Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier :

-Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

Pacaran bagi kalangan remaja sudah bukan hal yang asing lagi. Bahkan banyak remaja memiliki anggapan bahwa masa remaja adalah masa berpacaran, jadi remaja yang tidak berpacaran justru dianggap remaja yang kuno, kolot, tidak mengikuti perubahan jaman dan dianggap kuper atau kurang pergaulan (Novita, 2008). Gaya pacaran remaja zaman sekarang banyak kalangan menilai tidak sehat sebab mereka tidak lagi mengindahkan nilai-nilai moral dan pertimbangan logika. Akibatnya banyak remaja hamil pranikah, bahkan terinfeksi HIV/AIDS. Seperti diungkapkan Wijaya (2004) bahwa saat ini terjadi fenomena global life style sehingga berperilaku sangat bebas. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi serta tayangan impor (pornografi) dari bebagai negara ditiru oleh mereka bahkan tindakan seks bebas pranikah juga dilakukan oleh remaja kita.

(3)

dilakukan KPAI di 12 kota di indonesia tahun 2010, menunjukkan bahwa dari 2.800 responden pelajar, 76% perempuan dan 72% laki-laki pernah mengaku berpacaran (Andri Haryanto,2010).

Masa remaja merupakan masa transisi dimana seseorang mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa (Intan kumalasari dkk,2012). Pada masa remaja terdapat beberapa perubahan, diantaranya perubahan fisik, dan perubahan psikologi. Ciri khas kematangan psikologis ini antara lain ditandai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis dan lebih senang bergaul dengan lawan jenis hingga sampai pada perilaku yang sudah menjadi semakin umum saat ini, yaitu berpacaran (Novita, 2008). Berpacaran dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi remaja yang berpacaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nisa, 2008), menunjukkan bahwa berpacaran dapat memberikan kontribusi positif bagi remaja yang berpacaran. Hasil positif yang didapatkan remaja yang berpacaran adalah ketika mereka dihadapkan oleh suatu konflik, maka jalan untuk menyelesaikan konflik adalah dengan pengendalian diri di antara mereka. Pengendalian diri tersebut diantaranya yaitu kesabaran dan berfikir positif. Selain itu masa remaja juga merupakan masa yang rentan untuk terpengaruh hal negatif misalnya melakukan bentuk-bentuk perilaku seksual remaja yang beresiko: gaya pacaran yang tidak sesuai norma, seks pranikah, kehamilan tidak dikehendaki (KTD), aborsi, kekerasan dalam berpacaran (KDP) (Bransetter,2004).

Pada masa remaja kedekatan dengan teman sebaya (peer group) sangat tinggi karena selain ikatan peer group menggantikan ikatan keluarga, juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Dengan demikian remaja cenderung mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikaan dari sumber yang lebih dipercaya (Bransetter,2004). Remaja yang melakukan seks pranikah dapat termotivasi oleh pengaruh kelompok sebaya dalam upaya ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah yang dianut oleh kelompoknya (melakukan seks pranikah). Selain itu, didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui (Azwar,2005).

Oleh karena remaja harusnya lebih selektif dalam memilih teman. Karena teman sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja, masa remaja yang masih labil dan mudah terpengaruh oleh ajakan temannya. Harusnya remaja berteman dengan teman yang berperilaku baik, karena teman yang baik akan melakukan hal-hal yang baik pula, sehingga tidak akan menjadi suatu masalah apabila di ikuti, namun sebaliknya apabila berteman dengan teman yang tidak baik, maka remaja akan terjerumus terhadap hal-hal yang tidak baik pula apabila tidak bisa mengontrol dirinya dan mudah terpengaruh ajakan temannya. Selaku perawat memiliki beberapa peran yang penting dalam hal ini sebagai edukator bagi para remaja yang berada dalam tingkat peralihan dan penemuan jati diri hingga dalam perjalanannya tidak salah dalam memilih teman sebaya. Perawat juga dapat berperan sabagai konselor dimana dapat menampung keluh kesah remaja dan memberikan sebuah solusi (Novita, 2008).

(4)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan analitik, Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu, Independen dan Dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester II D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto sebanyak 32 responden. Jenis sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik sampling jenuh, dengan jumlah sampel sebanyak sebanyak 32 responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini di ambil dari data primer. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan umur didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur 19 tahun yaitu sebanyak 20 responden (62,5%). Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa seluruhnya responden tidak bekerja yaitu sebanyak 32 responden (100%). Berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden berjenis kelamin perempuan yang tidak bekerja yaitu sebanyak 27 responden (84,4%). Berdasarkan informasi mahasiswa didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden mendapatkan informasi dari media cetak yaitu sebanyak 10 responden (31,3%). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar teman sebaya baik yaitu sebanyak 19 responden (59,4%). Sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran positif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan teman sebaya baik berperilaku pacara positif yaitu sebanyak 14 responden (43,8%) dan kurang dari setengah responden mengatakan teman sebaya tidak baik yaitu sebanyak 10 responden (31,3%).

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh sebayanya. Bagi remaja, pandangan sebayanya terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.Teman sebaya diartikan sebagai sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya (Santrock, 2007).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar teman sebaya memberikan pengaruh yang baik terhadap mahasiswa dimana hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa cenderung mencari orang atau teman yang memiliki kesamaan (hobi,minat,cara berfikir dan lain-lain), senang mendengarkan nasihat teman kelompok, orang tua atau guru selain hal tersebut responden mengatakan bahwa perilaku responden tidak dipengaruhi oleh teman kelompok tidak mengacu pada perilaku pacaran yang tidak sehat.

(5)

kurang dari setengah responden mengatakan demikian yaitu sebanyak 13 responden (40,6%). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden atau remaja mengatakan bahwa ia merasa bahagia jika memiliki teman kelompok. Dari pernyataan saya cenderung mencari orang yang memiliki kesamaan (hobi,minat,cara berfikir dan lain-lain.) didapatkan bahwa sebagian besar responden mengatakan tidak pernah yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Dari pernyataan saya lebih senang mendengarkan nasihat teman kelompok bila dibandingkan dengan orang tua atau guru didapatkan bahwa sebagian kurang dari setengah responden mengatakan kadang-kadang yaitu sebanyak 12 responden (37,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mengatakan bahwa remaja ingin memiliki kesenangan atau hobi yang sama dengan teman kelompok atau sebayai disamping hal tersebut remaja juga mengatakan bahwa remaja lebih sering percaya pada teman kelompok dibanding dengan guru. Hal ini menunjukkan bahwa besar keinginan remaja memiliki teman sebaya.

Pada parameter teman sebaya sebagai sumber kognitif dari pernyataan perilaku saya dipengaruhi teman kelompok didapatkan bahwa setengahnya responden mengatakan tidak pernah yaitu sebanyak 16 responden (50%). Dari pernyataan semakin banyak teman kelompok semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku saya didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan sering yaitu sebanyak 15 responden (46,9%). Dari pernyataan saya akan melakukan apa saja agar dapat diterima oleh teman kelompok didapatkan bahwa sebagian besar remaja mengatakan selalu yaitu sebanyak 22 responden (68,8%). Dari pernyataan saya takut menolak keinginan teman kelompok didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan kadang-kadang.Hal ini menunjukkan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh terhadap perilaku remaja.

Pada parameter teman sebaya sebagai sumber emosional dari pernyataan saya meniru ataupun mencontoh apapun yang dilakukan oleh teman kelompok didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan tidak pernah yaitu sebanyak 14 responden (43,8%). Dari pernyataan saya menolak jika kelompok menyuruh atau meminta saya melakukan sesuatu hal yang tidak saya inginkan didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan kadang-kadang yaitu sebanyak 13 responden (40,6%). Dari Pernyataan saya dan kelompok pernah membahas topik seks didapatkan bahwa setengahnya responden mengatakan selalu yaitu sebanyak 16 responden (50%). Dari pernyataan saya lebih senang membahas topik seks dengan teman daripada topik lain didapatkan bahwa sebagian besar remaja mengatakan tidak pernah yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa kebanyakan remaja tidak terpengaruh pada hal-hal negatif pada teman sebayanya. Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan teman sebaya memberikan pengaruh terhadap perilaku yang baik pada remaja.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran positif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%).

(6)

adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah (Sukmadiarti, 2011).

Sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran yang positif. Remaja yang memiliki perilaku positif terhadap perilaku pacaran cenderung tidak melakukan aktivitas yang diwarnai dengan keintiman, selain hal tersebut hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa remaja tidak pernah mengumbar kemesraan saat berpacaran, remaja selalu menyesuaikan aturan waktu saat berpacaran.

Pada parameter pacaran sehat secara fisik didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku positif dalam berpacaran yaitu sebanyak 20 responden (62,5%). Pasangan yang memiliki rasa sayang terlalu berlebihan terhadap kekasihnya justru dapat memicu hubungan tesebut menjadi tidak sehat. Karena terlalu sayang, terkadang seseorang bisa bersikap terlalu mudah cemburu terhadap pasangannya. Misalnya, apabila pasangannya memiliki hubungan pertemanan dengan lawan jenis lain, hal ini dapat membuatnya cemburu dan bisa saja terjadi suatu kekerasan terhadap pasangannya. Bisa hanya dicubit, tetapi bisa juga ditampar maupun dipukuli. Gaya pacaran seperti ini sudah bisa dikatakan tidak sehat karena telah menyakiti fisik pasangan (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran sehat secara fisik pada mahasiswa baik, dimana mahasiswa mengungkapkan bahwa selama berpacaran tidak pernah terlibat dalam pertengkaran, kekerasan yang dialami secara fisik seperti tamparan, makian, pelecehan dan lain sebagainya.

Pada parameter pacaran sehat secara fisik didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku positif dalam berpacaran yaitu sebanyak 19 responden (59,4%). Setiap hubungan tentu harus disepakati oleh kedua pihak tanpa adanya pemaksaan kehendak satu sama lain sehingga dalam hubungan tersebut seseorang benar-benar bisa mendapatkan kenyamanan dan dapat membangun komitmen dengan baik, jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan, misalnya karena rasa kasihan, rasa tidak tega, dan lain-lain. Rasa keterpaksaan tersebut tentu telah masuk ke dalam kategori pacaran yang tidak sehat secara psikis (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran sehat secara psikis pada remaja baik, remaja sudah menyadari bahwa dalam menjalin suatu hubungan dengan pasangan harus memberikan rasa kenyamanan untuk menjaga keharmonisan dalam suatu hubungan yang harus didasari dengan saling mengerti.

(7)

sadar bahwa itu bukan tepat yang baik untuk mengumbar dan berciuman karena dapat mengganggu orang lain.

Pada parameter pacaran tidak sehat kissing didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang positif yaitu sebanyak 22 responden (68,8%). Ciuman adalah hal yang sudah umum dilakukan. Berciuman dengan bibir serta mulut yang terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud denganfrench kiss(Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran tiddak sehat secara kissing pada mahasiswa masih kurang baik, dimana remaja masih kurang aham dengan berciuman merupakan salah satu perbuatan yang dilarang dan mendekati zina, disamping itu remaja mengatakan bahwa berciuman merupakan hal yang wajar.

Pada parameter pacaran tidak sehat necking didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang negatif yaitu sebanyak 18 responden (56,3%). Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher.Neckingadalah istilah yang pada umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran tidak sehat secara necking pada remaja baik, dimana remaja menolak untuk berciuman sampai meninggalkan bekas merah di leher, disamping itu remaja mengatakan bahwa perbuatan ini dalah perbuatan yang mencerminkan perilaku yang kurang baik.

Pada parameter pacaran tidak sehat petting didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku positif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Petting adalah merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangannya meskipun diluar atau di dalam pakaian termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang sampai ke daerah kemaluan (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran secara petting pada remaja masih buruk, dimana remaja mengatakan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang wajar dalam hal berpacaran dan bukan merupakan perbuatan zina.

Pada parameter pacaran tidak sehat intercoursedidapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang positif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Aktifitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Aktifitas ini yang paling membahayakan dan merugikan bagi yang melakukannya (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja masih memiliki perilaku yang buruk pada pacaran tidak sehat intercourse, dimana hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan remaja yang berakibat bahwa perilaku yang positif dalam pacaran tidak sehat intercourse.

Hasil penelitian didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan teman sebaya baik berperilaku pacara positif yaitu sebanyak 14 responden (43,8%) dan kurang dari setengah responden mengatakan teman sebaya tidak baik yaitu sebanyak 10 responden (31,3%).

Hasil hitungan uji chi square dengan tingkat signifikan α = (0,05) dimana didapatkan ρvalue (0,005) maka ρvalue(0,005) < α (0,05) yang artinya H1 diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan teman sebaya dengan perilaku pacara mahasiswa semester II D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.

(8)

dalam kehidupan remaja. Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh sebaya atau kelompoknya. Mereka merasa senang bila diterima dan sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh sebayanya. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok sebaya adalah sebagai sumber informasi dunia di luar keluarga. Dalam SKRRI, 2002-2003, ditemukan bahwa remaja putra dan putri yang pernah membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan teman sebaya (83%) jauh lebih tinggi daripada dengan ibu (46%) dan dengan ayah (17%). Remaja putra yang membahas masalah seks dengan pacarnya (46%) daripada dengan ibu (38,2%) apalagi dengan ayah (2,2%). Padahal, informasi kesehatan reproduksi yang sangat dibutuhkan remaja jauh lebih akurat dan bertanggung jawab diperoleh dari orang tua mereka daripada dari teman atau pacar mereka. Remaja sangat menghargai pertemanan, mereka memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dan mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan lebih baik, sama baik, atau kurang baik dibandingkan remaja-remaja lainnya. Relasi diantara kawan-kawan sebaya dimasa kanak-kanak dan masa remaja berdampak bagi perkembangan di masa selanjutnya. Pengaruh kawan-kawan sebaya dapat bersifat positif maupun negatif (Mulyati, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan teman sebaya dengan perilaku pacaran mahasiswa. Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku pacaran remaja melalui diskusi dan debat mengenai topik yang mereka setujui. Dalam diskusi tersebut, kelompok teman sebaya mengungkapkan pandangan mereka dan mencoba untuk membujuk teman mereka untuk menyetujui pandangan mereka.Namun dalam penelitian ini sebagian besar mahasiswa menolak untuk menyetujui pandangan yang buruk tentang perilaku pacaran. Oleh karenanya, munculnya perilaku pacaran yang positif dikarenakan adanya penolakan dari mahasiswa akan iming-iming hadiah atau lingkungan yang akan memperkuat, mempertahankan dan menghilangkan tingkah laku sosial berdasarkan reaksi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dari yang diberikan oleh kelompok teman sebayanya.

(9)

norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya (melakukan perilaku seks pranikah). Selain itu,didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Pada masa remaja, kedekatan dengan peer-group sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Dengan demikian remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar teman sebaya baik yaitu sebanyak 19 responden (59,4%). 2. Sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran positif yaitu sebanyak

17 responden (53,1%).

3. Hasil hitungan uji chi square dengan tingkat signifikan α = 0,05 dimana didapatkan ρvalue = 0,005 maka ρvalue = 0,005 <α = 0,05 yang artinya H1 diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan teman sebaya dengan perilaku pacara mahasiswa semester II D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan MajapahitMojokerto.

REKOMENDASI 1. Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya hendaknya meneliti tentang hubungan teman sebaya yang mempengaruhi perilaku pacaran mahasiswa yang meliputi dukungan orang tua, lingkungan sekolah maupun karakteristik individu.

2. Bagi PoltekkesMajapahit

Hendaknya Poltekkes Majapahit membuat aktivasi kegiatan mahasiswa agar mahasiswa tidak melakukan perbuatan yang negatif dalam berpacaran.

3. Manfaat Bagi Mahasiswa

Terhadap mahasiswa hendaknya melakukan upaya peningkatan kemampuan diri dan aktualisasi diri dengan menjalin hubungan yang baik dengan mahasiswa lain dan mengikuti kompetisi antar mahasiswa sehingga dengan kesibukan aktivitas tersebut, mahasiswa dapat menjalankan kegiatan ke arah yang positif.

ALAMAT KORESPONDENSI

E-mail : jonipranata5512@yahoo.com

No. Hp : 08970009141

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah, serta innayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Islam menuntun dan menyelamatkan Ummat manusia dari khurafat, dan kebodohan. Islam senantiasa membimbing manusia kearah pengetahuan dan cahaya kebenaran yang hakiki. Islam

Penelitian kami sebelumnya tahun 2015 terhadap pasta gigi katekin teh hijau membuktikan bahwa pasta gigi katekin teh hijau dapat menghambat aktifitas bakteri

Feses puyuh fermentasi cukup baik digunakan sebagai pakan konsentrat ternak sapi karena melalui pengolahan secara fermentasi feses puyuh dapat ditingkatkan kualitasnya

 Penyandang disabilitas psikososial yang kami temui rata- rata mengatakan bahwa mereka tidak bisa keluar dari panti, walaupun sudah tinggal disana selama bertahun- tahun,

PROYEK : ACCESS ROAD PLTA UPPER

Presiden $oeharto digam'arkan se'agai seorang *emim*in yang otoriter, yang menera*kan gaya ke*emim*inan coercive, yang selalu menginginkan agar *erintah dan

Kedua, perlakuan penambahan ZPT, pupuk daun , dan air kelapa secara tunggal pada media MS tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas terbentuk dan jumlah