• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - LAK Dit. Sarana Distribusi dan Logistik 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - LAK Dit. Sarana Distribusi dan Logistik 2016"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Pengembangan

Dalam rangka pengembangan dan penerapan sistem pertanggung

jawaban penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan

yang tepat, jelas terukur dan akun tabel, dan terselenggaranya

pemerintah yang good governance diperlukan pengembangan dan

penerapan sistem sebagaimana yang didasarkan kepada Inpres No. 7

Tahun 1999 (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).

Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia, pada umumnya

saat ini dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat

dinamis mempengaruhi paradigma kepemerintahan yang baik (good

governance) yang memberikan nuansa peran dan fungsi yang

seimbang antara pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan

prinsip-prinsip yang mendasarinya antara lain: transparansi, partisipasi dan

akuntabilitas. Untuk mewujudkan aparatur negara yang profesional

serta memahami tugas dan fungsinya, diperlukan instrumen yang

mampu mengukur indikator pertanggung jawaban setiap penyelenggara

negara dan pemerintahan. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan

dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas terukur

dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, bersih dan

bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,

sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan,

antara lain: (1) TAP MPR Nomor XI Tahun 1998 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme; (2) Undang undang Nomor 28 Tahun 1999

tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme dalam pasal 3 TAP MPRI XI tersebut

dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelengaraan negara meliputi

(2)

kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas

profesionalitas dan asas akuntabilitas; (3) INPRES Nomor 7 Tahun

1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (4) INPRES

Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; dan

(5) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi,

Tugas, dan Fungsi Eselon I. Peraturan tersebut pada hakekatnya

menyatakan bahwa setiap instansi pemerintah diwajibkan

mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP).

Tujuan mengimplementasikan SAKIP adalah untuk mendorong

terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu

prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang akuntabel dan terpercaya

(good governance).

Sebagaimana diamanatkan dalam Keputusan Menteri Perdagangan

Nomor 1011/M-DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan

Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di

lingkungan Kementerian Perdagangan.

Peran Strategis Direktorat SaranaDistribusi dan Logistik

Sesuai amanat yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, arah kebijakan

pembangunan perdagangan dalam negeri periode dimaksud

dititikberatkan kepada “Peningkatan Penataan Sistem Distribusi

Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa, kepastian

berusaha dan peningkatan daya saing produk domestik”. Dalam

rangka mengimplementasikan arah kebijakan tersebut, salah satu peran

dari Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik dalam menunjang arah

kebijakan Ditjen perdagangan Dalam Negeri yaitu Meningkatkan

Intergrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan

jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus

barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat

(3)

Sejalan dengan itu, peran sektor perdagangan semakin penting dalam

perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan

yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk

mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi,

transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan,

dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang

positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam

pembangunan ekonomi secara nasional.

Logistik adalah bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani

arus barang, arus informasi dan arus uang melalui proses pengadaan,

pengiriman, transportasi, distribusi dan pelayanan penghantaran sesuai

dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki

konsumen secara aman, efektif dan efisien mulai dari titik asal sampai

dengan titik tujuan.

Dengan demikian peranan jasa logistik sangat menentukan untuk

memperlancar arus distribusi barang untuk mewujudkan stabilitas harga

dan stok, meminimalisir disparitas harga baik antar daerah maupun

antar waktu, serta memperkuat daya saing komoditi nasional baik untuk

pasar dalam negeri maupun internasional.

Sejalan dengan itu, peran sektor perdagangan semakin penting dalam

perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan

yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk

mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi,

transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, pariwisata,

pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan

pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor

perdagangan dalam pembangunan ekonomi secara nasional.

Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik,

peningkatan iklim usaha, pembangunan/revitalisasi pasar tradisional,

(4)

penting, penurunan disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi

harga.

B.

Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi

Organisasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Reformasi Birokrasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logsitk merupakan eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang perubahan atas Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perdagangan, Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik mempunyai

struktur organisasi terdiri dari :

1. Sub Direktorat Pengembangan Sarana Distribusi dan dibagi dalam :

a. Seksi Pengembangan Pasar Rakyat

b. Seksi Pengembangan Pusat Distribusi dan Pergudangan

2. Sub Direktorat Pengelolaan Sarana Distribusi dan dibagi dalam:

a. Seksi Pemberdayaan dan Aktifasi Pasar Rakyat

b. Seksi Optimalisasi Pusat Distribusi dan Pergudangan

3. Sub Direktorat Kerjasama Logistik dan dibagi dalam:

a. Seksi Penyedia Jasa Logistik

b. Seksi Informasi Logistik

4. Sub Direktorat Perdagangan Antar Pulau dan Perbatasan dibagi

dalam:

a. Seksi Perdagangan Antar Pulau

b. Seksi Perdagangan Perbatasan

5. Pengawasan Sarana Distribusi Antar Pulau dan Perbatasan dibagi

dalam :

a. Pengawasan Sarana Distribusi

b. Pengawasan Perdagangan Antar pulau dan Perbatasan

(5)

Bagan Struktur Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi

Saat ini jumlah sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Logistik

dan Sarana Distribusi berjumlah 51 (Lima Puluh Satu) orang yang terdiri

dari 1 (satu) orang eselon II, 5 (lima) orang eselon III, 11 (sebelas)

orang Eselon IV, dan 34 (tiga puluh empat) orang staf dengan jenjang

pendidikan dari SMA sampai dengan Pasca Sarjana tingkat Doktor.

Jumlah tersebut termasuk pasca sarjana logistik sebanyak 9 (sembilan)

orang.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan

Organisasi dimaksud Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria

(6)

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan

dibidang Logistik dan Sarana Distribusi perdagangan. Dalam

melaksananakan tugas dimaksud, berikut kekuatan personil Direktorat

Sarana Distribusi dan Logistik sebagai berikut :

Tabel 1.Kekuatan Personil Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Uraian Posisi Awal Tambah Kurang Posisi Akhir MenurutJabatan

-Eselon II 1 - - 1

-Eselon III 4 1 - 5

-Eselon IV 9 2 - 11

-Fungsional - - -

--Pelaksana 28 11 - 34

MenurutGolongan

Sumber : Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi

Tugas Pokok Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik adalah

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang logistik dan sarana distribusi perdagangan, dan mempunyai fungsi debagai berikut :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau ;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan saranadistribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulaudan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi danperdagangan antar pulau ;

(7)

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau;

4.Penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau; dan

5. Penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Logistik

(8)

C.

Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi

Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Peran dari Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik dalam menunjang

arah kebijakan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri yaitu meningkatkan

integrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan

jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus

barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat

terjaga. Peran tersebut diharapkan dapat mendorong kearah sistim

logistik nasional yang efektif dan efisien yang mampu mengintegrasikan

daratan dan lautan menjadi satu kesatuan yang utuh dan berdaulat,

sehingga dapat menjadi penggerak bagi terwujudnya Indonesia sebagai

negara maritim. Sistim Logistik juga memiliki peran strategis dalam

mensinkronkan dan menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan

antar wilayah demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif,

sekaligus menjadi benteng bagi kedaulatan dan ketahanan ekonomi

nasional.

Tingginya biaya logistik nasional sebagai penyebab disparitas harga di kawasan Timur Indonesia dengan Kawasan Barat Indonesia

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Logistik dan

Sarana Distribusi sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang perubahan atas Peraturan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perdagangan, terdapat beberapa isu strategis antara lain:

1. Terkait dengan Pengembangan Sistem Logistik Nasional khususnya yang menjadi tanggung jawab dari Kementerian

Perdagangan c.q Direktorat Sarana Distribusi dan Logisitk,

permasalahan strategis yang dihadapi adalah “Tingginya biaya

logistik nasional sehingga menyebabkan harga yang terbentuk di

tingkat konsumen menjadi kurang terjangkau dan terjadi disparitas

harga antara kawasan timur Indonesia dengan kawasan barat.”

Disamping itu, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam

(9)

A. Gerai Maritim merupakan sebuah sistem distribusi logistik

bahan pokok antar pulau yang terintegrasi melalui jalur laut.

Tujuan strategis Kementerian Perdagangan RI meluncurkan

program ini adalah untuk menjamin ketersediaan dan

stabilisasi harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

Penting di berbagai wilayah terpencil dan terluarIndonesia,

serta mengurangi disparitas harga antardaerah.

B. Kapasitas dan kompetensi SDM yang masih kurang memadai

khususnya pemahaman tentang sistem logistik nasional dan

konektivitas baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas. Hal

ini menyebabkan lambatnya pelaksanaan rencana aksi

sebagaimana tercantum dalam dokumen perencanaan dan

jumlah rekomendasi dan masukan yang masih harus

ditingkatkan.

C. Data dan informasi terkait dengan logistik yang masih rendah

sehingga sulit untuk dapat memberikan analisa dan

rekomendasi yang tepat dan akurat.

2. Pengelolaan Pasar Rakyat :

Pengelolaan pasar rakyat yang ideal hendaknya meliputi

perencanaan, pengorganisasian, implementasi serta monitoring

dan evaluasi. Pengelolaan ini terkait dengan kinerja dari pasar

rakyat itu sendiri. Jika pasar rakyat tersebut dikelola secara baik

maka diharapkan penghasilan pedagang akan meningkat dan

kesejahteraan pun akan meningkat, kesejahteraan pedagang

meningkat, sehingga terwujudnya pasar rakyat yang bersih,

aman, nyaman, ramah, tertib, jujur, dan sehat serta melestarikan

nilai sosial budaya.

Permasalahan terkait pengelolaan pasar rakyat antara lain adalah:

A. Tumpah tindihnya kebijakan pengelolaan pasar rakyat baik

ditingkat pusat maupun daerah antar dinas terkait adanya

(10)

B. Rendahnya penegakkan hukum atas pelanggaran

kebijakan/aturan yang telah dibuat sehingga banyak pedagang

yang berjualan hingga meluap ke bahu jalan atau

berjualan hingga barang dagangan menutupi lorong/koridor

pasar rakyat; sampah yang dibuang tidak pada tempatnya;

banyaknya kios atau los yang disewakan oleh pemilik sehingga

kios atau lapak tidak lagi menjadi milik pedagang melainkan

milik segelintir orang yang menguasai kios atau lapak dan

menguasai sewa kios atau los tersebut;

C. Kemampuan pengelola pasar rakyat yang rendah dalam

mengelola ketertiban pedagang dan melakukan pemberdayaan

terhadap pedagang;

D. Pengelolaan pasar rakyat yang dilakukan oleh beberapa

instansi pemerintah di daerah sehingga menyulitkan koordinasi

pengelolaan;

E. Tidak adanya sebuah lembaga pengelola pasar rakyat yang

diberi wewenang pengelolaan pasar rakyat secara utuh;

F. Sebagian besar pasar rakyat tidak mengalokasikan hasil

retribusinya untuk pemeliharaan pasar tradisional tersebut;

G. SDM pengelola yang tidak memahami manajemen pasar

rakyat. Yang dimaksudkan adalah kepala pasar rakyat tidak

memiliki visi dan misi mengenai pengembangan pasar rakyat

maupun pengelolaannya secara baik;

H. Jumlah SDM pengelola pasar rakyat tidak sesuai dengan

luasan pasar rakyat sehingga tidak memungkinkan pengelola

dapat melakukan tugasnya dengan baik;

I. Penghasilan yang kurang memadai bagi pengelola pasar

rakyat sehingga tidak memotivasi pengelola untuk bekerja

(11)

J. Pengelolaan retribusi pasar rakyat, sewa maupun pendapatan

lainnya yang kurang transparan;

K. Tidak adanya pengelolaan keuangan pasar rakyat dengan

sistem pembukuan dan pencatatan yang baik dan

transparan serta tidak adanya sistem audit keuangan yang

akuntabel;

L. Sistem penarikan retribusi yang tidak optimal sehingga dapat

memberikan peluang kepada oknum untuk melakukan

penyelewengan retribusi;

M. Tidak adanya pengelolaan keamanan pasar rakyat sehingga

sebagai besar pasar dikuasai oleh preman pasar ;

N. Tidak adanya pengaturan zonasi pedagang yang

akhirnya menyulitkan pengelola pasar rakyat dalam melakukan

pengelolaan yang baik dan tertata rapi;

O. Tidak adanya penanda zonasi yang membedakan produk atau

komoditas yang dijual dalam pasar rakyat sehingga hal ini

terkadang membingungkan pembeli maupun pengunjung;

P. Tidak adanya pengaturan lahan parkir, area bongkar muat,

MCK, dan fasilitas pendukung lainnya sehingga setiap fasilitas

pasar tidak dapat dimanfaatkan secara optimal;

Q. Tidak adanya pengecekan timbangan atau adanya

bahan berbahaya dalam komoditas yang diperdagangkan di

pasar rakyat;

R. Pengelolaan air bersih dan listrik yang kurang baik

sehingga mengakibatkan ketidaksediaan air bersih ataupun

tidak adanya hidran untuk mencegah kebakaran;

S. Pengelolaan sampah dan limbah pasar yang kurang baik

sehingga sering mengakibatkan pasar tradisional menjadi kotor

(12)

3. Permasalahan Disparitas harga dan kesenjangan perdagangan antar wilayah (sebagaimana tercantum dalam renstra Kemendag) :

Pengaruh musim terutama berpengaruh pada komoditi pertanian,

perkebunan dan hasil-hasil sumber daya alam lainnya yang tidak

tahan lama, sehingga pada musim panen harga cenderung turun

dan pasa musim tanam harga mengalami kenaikan. Pengaruh

musim ini pada gilirannya mempengaruhi kelancaran pasokan ke

daerah-daerah diluar sentra produksi dengan daerah luar. Biaya

logistik dalam negeri dan kualitas pelayanan merupakan

permasalahan utama menyebabkan belum optimalnya kinerja

logistik Indonesia. Permasalahan utama ini muncul sebagai akibat

beberapa kondisi sebagai berikut :

a. Rendahnya tingkat penyediaan insfrastruktur baik kuantitas

maupun kualitas;

b. Banyaknya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang

menyebabkan ekonomi biaya tinggi;

c. Tingginya waktu pelayanan ekspor dan impor yang disertai

dengan adanya hambatan operasional pelayanan pelabuhan;

d. Terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa

logistik nasional.

Isu strategis yang sudah dipaparkan di atas merupakan tantangan

yang perlu dihadapi oleh Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

(13)

BAB II

PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA

A. Perencanaan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Sesuai amanat yang tertuang dalam Rencana Jangka Menengah

Nasional, arah kebijakan pembangunan perdagangan dalam negeri

periode dimaksud dititikberatkan kepada “Peningkatan Penataan Sistem

Distribusi Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa,

kepastian berusaha dan peningkatan daya saing produk domestik”.

Dalam rangka mengimplementasikan arah kebijakan tersebut, salah

satu peran dari Direktorat Sarana Logistik dan Logistik dalam

menunjang arah kebijakan Ditjen perdagangan Dalam Negeri yaitu:

Meningkatkan Intergrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui

pengembangan jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong

kelancaran arus barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan

harga dapat terjaga.

Rencana Strategis merupakan suatu proses awal dari rangkaian proses

dalam usaha untuk mencapai tujuan. Berdasarkan Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri telah ditetapkan misi,

tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan.

Tujuan dari yang hendak dicapai Direktorat Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri yang ingin dicapai antara lain adalah:

1. Peningkatan pelayanan perizinan/non perizinan sektor perdagangan

dalam negeri terkait penyederhanaan prosedur dan waktu serta

harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri;

2. Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, supaya

kemampuan/daya beli masyarakat terjaga;

3. Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi;

4. Peningkatan kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran

(14)

5. Pengembangan sarana distribusi dan kapasitas penyedia jasa

logistik.

B. Rencana Kerja Tahunan Direktorat Sarana Distribusi

dan Logistik

Dalam rangka mendukung visi, misi, sasaran strategis dan program

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, maka telah disusun

Rencana Kerja Tahunan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

sebagai berikut :

Tabel 2.Rencana Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016

Outcome

Uraian Indikator Target Satuan Target

Terbangunnya

Jumlah Pasar Rakyat Tipe A

96 Pasar

Jumlah Pasar Rakyat Tipe B

72 Pasar

Jumlah Pasar Rakyat yang Mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional

100 Pasar

Jumlah Pusat Distribusi Regional

yang dibangun 1 Unit

Meningkatnya Pasar Rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi

20% Persentase

Jumlah Pasar rakyat yang diindentifikasi untuk mendapat Pemberdayaan Terpadu Nasional

100 Pasar

Jumlah Penyedia Jasa Logistik Sektor Pedagangan yang dilakukan pembinaan

600 Peserta

Jumlah Informasi Sarana Distribusi dan Logistik dibidang Perdagangan

34

Prov Daerah

Secara detail kegiatan yang mendukung rencana kinerja tersebut di

atas, antara lain meliputi :

1. Penilaian dan Pengembangan Pasar;

2. Pemberdayaan Pasar Percontohan;

(15)

4. Workshop Peningkatan Pemahaman Kebijakan Logistik dan Sarana Distribusi Bagi Aparatur di Daerah;

5. Sosialiasasi Minuman Beralkohol;

6. Koordinasi Pengembangan Pasar Percontohan;

7. Bimbingan Teknis Pengelolaan Pasar Tradisional;

8. Pemantauan Pengelolaan Pasar Non Percontohan yang

direvitalisasi tahun 2016

9. Evaluasi Pembangunan dan Peresmian Pasar Percontohan

10. Persiapan revitalisasi dan relokasi pedagang

11. Sosialisasi revitalisasi pasar melalui media cetak dan elektronik

12. Penghimpunan Informasi Sarana Logistik di Daerah

13. Penyusunan Revisi Permendag tentang Pergudangan

14. Monitoring Perdagangan Antar Pulau Kelapa Sawit dan Produk Turunannya

15. Identifikasi pelaksanaan kebijakan komoditas pokok dan strategis

16. Kajian lokasi strategis Pusat Distribusi Regional dan Pusat Distribusi Provinsi

17. Kajian Pengembangan Pasar Tradisional

18. Pemantauan Minuman Beralkohol;

19. Pengembangan Konektivitas Sektor Perdagangan

20. Koordinasi Peningkatan Kelnacaran Logistik Komoditas Pokok dan Strategis

21. Partisipasi pada forum koordinasi/seminar/konferensi/workshop dan sidang logistik.

C. Kontrak Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan

Logistik

Kontrak Kinerja Direktorat Sarana

Distribusi dan LogistikTahun 2016

Penyusunan Kontrak Kinerja mengacu pada RPJPN 2005-2025,

Rencana Strategis Kementerian Perdagangan serta Rencana

Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Penjabaran

dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

disusun secara sinergis,terintegrasi dan berkesinambungan dengan

(16)

dituangkan pada Kontrak Kinerja Per tahun. Tujuan khusus kontrak

kinerja adalah untuk : (1) meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan

kinerja aparatur (2) wujud nyata komitmen antara penerima dengan

pemberi amanah (3) Dasar penilaian keberhasilan/kegagalan

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, dan (4) menciptakan tolak

(17)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Indikator Kinerja Utama

Direktorat Sarana

Distribusi dan Logistik

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum

Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Instansi Pemerintah,

maka Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik telah menetapkan Indikator

Kinerja Utama (IKU) Tahun 2016. Indikator kinerja utama di lingkungan

Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik disusun dengan mengacu pada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Hasil pengukuran

indikator kinerja utama memperlihatkan gambaran capaian pelaksanaan

kegiatan selama 1 (satu) tahun anggaran 2016 sampai dengan bulan

Desember 2016, sebagai berikut :

Tabel 3.Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016

No

Indikator Kinerja Utama Satuan Target2016 Realisasi2016 Capaian(%)

1. Jumlah Pasar Rakyat Tipe A

Unit 96 76 79.17

2. Jumlah Pasar Rakyat Tipe B

Unit 72 57 79.17

3. Jumlah Pasar Rakyat yang mendapatkan

Pemberdayaan Terpadu Nasional Unit 100 100 100

4. Jumlah Pusat Distribusi Regional yang

dibangun Unit 1 1 100

5. Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar

Rakyat Tipe A yang telah di Revitalisasi Persentase 20% 27.14% 135.7

6. Jumlah Pasar Rakyat yang di Identifikasi

Untuk Mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional

Daerah 100 100 100

7. Jumlah Penyedia Jasa Logsitik Sektor

Perdagangan yang dilakukan Pembinaan Peserta

600

825 137.5

8 Jumlah Informasi Sarana Distribusi dan

Logistik dibidang Perdagangan Provinsi 34 34 100

(18)

Tabel 4. Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi Tahun 2015 dan 2016

No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%)

2015 2016 2015 2016 2015 2016

1. Jumlah Pasar Rakyat Tipe A

Unit 26 96 26 76 100 79.17

2. Jumlah Pasar Rakyat Tipe B

Unit 50 72 50 57 100 79.17

3. Jumlah Pasar Rakyat yang mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional

Unit 100 100 100 100 100 100

4. Jumlah Pusat Distribusi Regional

yang dibangun Unit 2 1 - 1 - 100

5. Pertumbuhan Omzet Pedagang

Pasar Rakyat Tipe A yang telah di

Revitalisasi Persentase 20% 20% 20% 27.14% 100% 135.7

6. Jumlah Pasar Rakyat yang di

Identifikasi Untuk Mendapatkan

Pemberdayaan Terpadu Nasional Daerah 100 100 100 100 100 100

7. Jumlah Penyedia Jasa Logsitik

Sektor Perdagangan yang

dilakukan Pembinaan Peserta 600 600 1010 825 168.3%

137.5

8. Jumlah Informasi Sarana

Distribusi dan Logistik dibidang Perdagangan

Provinsi 33 34 33 34 100 100

Rata-rata 100 100

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Direktorat

Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016

Analisis dan

Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor

1011/M-DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Lingkungan

Kementerian Perdagangan, evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang

membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan

hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.

(19)

capaian indikator kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

menurut sasaran yang tertuang dalam rencana strategis secara lebih

terperinci meliputi pengukuran target dan realisasi

indikator-indikator kinerja, membandingkan dengan pencapian tahun lalu,

serta mengulas kembali capian IKU. Dari delapan IKU untuk

menggambarkan keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat

Logistik dan Sarana Distribusi pada tahun 2016 telah mencapai

lebih dari 100 % berdasarkan perbandingan target dan realisasi.

Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian IKU

Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi juga melebihi 100 % .

Sedangkan analisa meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja

kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan

sasaran, tujuan, dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam

perencanaan strategis. Dalam analisis ini dijelaskan proses

pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai

dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan.

Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang

diperoleh secara lengkap dan rinci, sebagaimana uraian dibawah ini :

IK-1

Jumlah Pasar Rakyat Tipe A

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman

Umum Penetapan Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah,

maka dalam menghadapi pertumbuhan pasar modern yang cukup

pesat, maka perlu dilakukan peningkatan citra dalam upaya

peningkatan kualitas dan daya saing pasar tradisional terhadap

perkembangan Toko Modern dan Pasar Modern, Kementerian

Perdagangan telah 4 tahun melaksanakan identifikasi calon kandidat

pasar percontohan dengan tujuan menciptakan pasar tradisional yang

bersih, sehat/higienes, aman, segar, nyaman, tertib, jujur dan ramah

lingkungan sehingga dapat meningkatkan kelancaran arus barang

serta dapat menjaga stabilitas harga bahan pokok. Pada tahun 2016

calon kandidat pasar rakyat yang telah diseleksi, verifikasi, evaluasi

(20)

Capaian target pasar TIpe A

sebagai calon kandidat pasar percontohan sebanyak 63 pasar,dengan

target capaian sebagai berikut :

Tabel 5: Capaian target pasar yang diidentifikasi sebanyak 96 pasar

Indikator

Kinerja Satuan

Tahun 2016

Target Realisasi Capaian (%)

Jumlah Pasar Rakyat yang diidentifikasi

unit 96 76 79,17%

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Tabel 6: Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi.

96

76

79.17

0 20 40 60 80 100 120

Target Realisasi Capaian (%)

Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pasar rakyat adalah Bencana

Alam, Keterlambatan DIPA yang diterima sampai di Kab/Kota, Waktu

pelaksanaan pembangunan proyek yang pendek, Mengundurkan diri.

Penilaian Pasar Rakyat menggunakan metode analisis TEV (Tree diagram

and expected value). Metode ini untuk menilai sebuah obyek (yang manisfestasinya bias sebagai barang, jasa, kegiatan maupun lainnya) yang

hasil penilaiannya adalah ukuran kualitas yang dikuantitaskan.

(21)

atau lebih yang memiliki karakteristik yang sama. Metode TEV

menggunakan proses hirarki tree diagram; dimana perhitungan pada setiap

hirarki menggunakan formula expected value (EV) yang diawali dari ukuran

bobot dan nilai yang dihasilkan dari perhitungan pendapat responden

terhadap obyek paling bawah (turunan paling akhir / kenyataan di lapangan).

Kriteria dan indikator penilaian pasar rakyat

KRITERIA INDIKATOR UKURAN PENILAIAN (1-3) PERSYARATAN

ADMINISTRATIF

A. KOMITMEN PEMDA 1. Surat Permohonan ke Kementerian Perdagangan

1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat asli 2. Surat Rekomendasi Gubernur 1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat asli 3. Surat Pernyataan Gubernur /

Walikota / Bupati tentang Keabsahan Dokumen

1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat asli 4. Surat Keputusan Gubernur /

Walikota / Bupati tentang Terbentuknya Pasar

1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat salinan (fotokopi) yang telah dilegalisir

5. Sertifikat Kepemilikan Tanah 1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat salinan (fotokopi) yang telah dilegalisir 6. Surat Rekomendasi Dinas

Perdagangan Tingkat Provinsi

(22)

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat asli 7. Surat Pernyataan Komitmen Pemda

Mengenai Dana Pendamping

1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat asli 8. Surat Pernyataan Komitmen Kepala

Daerah untuk Perawatan dengan Dana APBD

1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat asli 9. Surat Persetujuan Pedagang 1 Tidak Ada

2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)

3 Ada, berupa surat asli 10. Data Perkembangan Jumlah

Penduduk 3 Tahun Terakhir

1 Ada, untuk 1 tahun terakhir

2 Ada, untuk 2 tahun terakhir 3 Ada, untuk 3 tahun terakhir 11. Gambaran Kinerja Penerimaan

Pajak dan Retribusi dari Pasar 3 Tahun Terakhir

1 Ada, untuk 1 tahun terakhir

2 Ada, untuk 2 tahun terakhir 3 Ada, untuk 3 tahun terakhir

B. PERKEMBANGAN PASAR DAN PEDAGANG

12. Jumlah Pedagang 1 Kurang dari 75 Orang

2 75– 149 Orang 3 Lebih 150 Orang

13. Omset Pedagang per Bulan 1 Kurang dari Rp 100 Juta

2 Rp 100 Juta – 300 Juta

3 Lebih dari Rp 300 Juta

14. Data Perkembangan Jumlah Pedagang

1 Tersedia, kurang dari 1 tahun

2 Tersedia, antara 1 – 2 tahun

3 Tersedia, dalam waktu 3 tahun atau lebih

15. Jumlah Kios / Lapak 1 Tidak ada

2 Ada, kurang lengkap

(23)

16. Waktu Operasional Pasar 1 1-2 hari perminggu

2 3-5 hari per minggu

3 6-7 hari per minggu (setiap hari)

C. DATA KOMODITI 17. Data Potensi Komoditi Daerah 1 Tidak Ada

2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas

3 Ada, lengkap dengan volume produksi

18. Data Jenis Komoditi yang Diperdagangkan di Pasar

1 Tidak Ada

2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas

3 Ada, lengkap dengan uraian yang memadai kapasitas

perdagangannya

19. Data Asal Komoditi 1 Tidak ada

2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas

3 Ada, lengkap dengan daftar asal (suplier) komoditi

20. Kelancaran Pasokan 1 Tidak lancar

2 Cukup Lancar

3 Lancar, tersedia sepanjang tahun

D. TATA KELOLA PASAR

21. Pengelolaan Pasar 1 Tidak ada manajemen pengelolaan pasar

2 Ada manajemen pengelolaan pasar, tapi tidak resmi (misalnya dikelola oleh perangkat desa)

3 Ada pengelola, merupakan perangkat dinas / pemda

22. Pola Koordinasi Pengelolaan Pasar 1 Tidak terkoordinasi dengan instansi teknis di daerah (misalnya Disperindag)

2 Terkait dengan instansi teknis di daerah, namun kurang koordinasi

3 Terkoordinasi dengan instansi teknis di daerah

23. Personil Pengelolaan Pasar 1 Jumlahnya tidak memadai, tidak sebanding dengan beban tugasnya

2 Jumlahnya kurang memadai, tetapi masih bisa melaksanakan tugasnya dengan baik

(24)

melaksanakan tugasnya secara optimal

24. Struktur Organisasi Pengelola 1 Tidak ada

2 Ada, tetapi tidak disertai deskripsi kerja untuk mendukung fungsi kerja pengelolaan pasar

3 Ada dan lengkap

25. Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Pasar

1 Tidak Ada

2 Ada beberapa, sebagian telah diimpelemtasikan dan sebagian belum diimplementasikan

3 Ada dan diimplementasikan dengan baik

PERSYARATAN TEKNIS

E. DATA LAHAN 26. Luas Lahan 1 Kurang dari 1.500 m2

2 1.500 – 2.999 m2

3 Lebih dari 3.000 m2

27. Status Kepemilikan Lahan 1 Tidak jelas statusnya

2 Milik perorangan / swasta / ulayat

3 Milik negara / pemda

28. Dokumen Kepemilikan Lahan 1 Tidak Ada

2 Ada, berupa Girik/HGU/HGB

3 Ada, Sertifikat Hak Milik

29. Kesesuaian Lahan dengan RTRW 1 Tidak Sesuai

2 Kurang Sesuai

3 Sesuai

30. Perda RTRW 1 Tidak Ada

2 Masih dalam tahap penyusunan / draft

3 Ada, sudah disahkan

31. Koordinat Lokasi Pasar 1 Tidak ada

2 Ada, tidak dilengkapi peta lokasi

3 Ada, dilengkapi peta lokasi

F. PERENCANAAN PENGEMBANGAN PASAR

32. TOR / KAK Pengembangan Pasar 1 Tidak Ada

2 Ada, tapi kurang jelas

3 Ada, uraian lengkap disertai dasar pemikiran dan konsep

(25)

33. Dokumen Gambar Desain Arsitektur 1 Tidak Ada

2 Ada, tapi kurang lengkap

3 Ada, uraian lengkap disertai konsep perencanaan arsitektural dan peta

34. Estimasi Biaya (RAB) 1 Tidak Ada

2 Ada, tapi kurang lengkap

3 Ada, uraian lengkap disertai lampiran rincian RAB

G. PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

35. Kantor Pengelola dan Kantor Fasilitas Pembiayaan

1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

36. Kios 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

37. Ruang Serbaguna 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

38. Toilet / WC 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

39. Tempat Ibadah 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

40. Pos Ukur Ulang 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

41. Pos Kesehatan 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

42. Pos Keamanan 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

43. Drainase 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

44. Tempat Penampungan Sampah Sementara

1 Tidak Ada

(26)

3 Ada, dengan uraian lengkap

45. Gudang Tempat Penyimpanan Stok Barang

1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

46. Area Bongkar Muat 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

47. Tempat Parkir 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

48. Area Penghijauan 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

49. Hidran / Alat Pemadam Kebakaran (Fire Extinguisher)

1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

50. Instalasi Air Bersih 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

51. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

52. Jaringan Listrik 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

53. Telekomunikasi 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

54. Sistem Informasi Harga dan Stok 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

55. Papan Informasi Harga Harian 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

3 Ada, dengan uraian lengkap

56. CCTV 1 Tidak Ada

2 Ada, tidak ada uraian

(27)

H. AKSESIBILITAS MENUJU LOKASI PASAR

57. Kedekatan Lokasi Pasar dengan Sentra Produksi

1 Jauh

2 Sedang

3 Dekat

58. Kedekatan Lokasi Pasar dengan Permukiman / Penduduk

1 Jauh

2 Sedang

3 Dekat

59. Akses Menuju Lokasi Pasar 1 Berupa desa / jalan lingkungan

2 Berupa jalan kabupaten

3 Berupa jalan negara

60. Sarana Transportasi Umum 1 Tidak ada angkutan umum / hanya tersedia ojek dan sejenisnya

2 Ada sarana angkutan umum, tapi beroperasi pada jam-jam tertentu

3 Ada sarana angkutan umum, beroperasi setiap saat

I. SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG (FASILITAS UMUM)

61. Kedekatan dengan Terminal Angkutan

1 Jauh

2 Cukup Dekat

3 Dekat

62. Kedekatan dengan Dermaga / Pelabuhan

1 Tidak

2 Cukup Dekat

3 Dekat

63. Kedekatan dengan Stasiun Kereta Api / Bandar Udara

1 Tidak

2 Cukup Dekat

3 Dekat

64. Kedekatan dengan Jalan Utama 1 Tidak

2 Cukup Dekat

3 Dekat

Hirarki di atas menunjukkan beberapa level yang menuju pada tujuan

penilaian pasar rakyat. Nilai pada hirarki tujuan di atas, dibentuk oleh

hirarki-hirarki di bawahnya, yang bermuara pada fakta / hasil penilaian di lapangan.

(28)

dilakukan identifikasi pasar rakyat sebanyak 76 (tujuh puluh enam) dari

target awal sebanyak 96 (sembilan puluh enam) yang tersebar diseluruh

Indonesia, antara lain :

Tabel 7.Nama Pasar Rakyat Tipe A

No Nama Provinsi Kabupaten/Kota Nama Pasar

1.

Aceh

Kota Banda Aceh Lampulo

2. Kota Lhokseumawe Pusong

3. Kab. Aceh Utara Blang Jruen

4. Kab. Aceh Selatan Tapak Tuan

5. Kab. Bener Meriah Pintu Rime

6. Kab. Simalungun Tiga Raja

7. Sumatera Barat Kab. Pesisir Selatan Carocok Mandeh 8. Kepulauan Riau Kota Tanjung Pinang Baru

9.

Jambi

Kab. Merangin Baru Kota Bangko

10. Kota Jambi Talang Banjar

11. Kab. Kerinci Hiang

12.

Sumatera Selatan

Kab. Ogan Komering Ilir Tulung Selapan Ilir

13. Kab. Banyuasin Betung

14. Kota Palembang Soak Bato/26 Ilir

15.

Banten Kota Cilegon Blok F

16. Kab. Lebak Cipanas

17. Jawa Barat Kab. Sukabumi Sagaranten

18.

Jawa Tengah

Kab. Banyumas Manis

19. Kab. Cilacap Maos

20. Kab. Blora Ngawen

21. Kab. Demak Wonopolo

22. Kota Surakarta Klewer

23. Kab. Kebumen Bocor

24.

Jawa Timur

Kab. Sampang Margalelah

25. Kota Malang Bareng

26. Kab. Pamekasan Pakong

27. Kab. Tulung Agung Kauman

28. Kab. Ngawi Walikukun

29.

NTB Kab. Sumbawa Barat Jereweh

30. Kota Bima Padolo 3

31.

NTT

Kab. Sumba Tengah Waibakul

32. Kab. Flores Timur Larantuka

33. Kab. Alor Lipa

34. Kab. Manggarai Barat Lembor

35. Kota Kupang Oebobo

36. Kalimantan Barat Kota Pontianak Tengah 37. Kalimantan Tengah Kab. Barito Utara PBB

(29)

IK-2

Jumlah Pasar Rakyat Tipe B

39. Kalimantan Timur Kab. Penajem Paser Utara Waru

40. Kota Samarinda Lok Bahu

41.

Sulawesi Utara

Kab. Minahasa Kawangkoan

42. Kab. Minahasa Selatan Poigar

43. Kota Tomohon Beriman II

44. Kota Kotamobagu Genggulang

45. Kab. Bolaang

48. Kab. Takalar Sentral Takalar

49. Kab. Maros Maros baru

50. Kab. Sinjai Tassililu

51. Kab. Pinrang Teppo Pinrang

52.

Sulawesi Tengah

Kab. Morowali Bahodopi

53. Kab. Buol Raya Buol

54. Kab. Toli-Toli Salumbia

55. Gorontalo Kab. Pohuwato Randangan

56.

Sulawesi Tenggara

Kab. Konawe Utara Tinobu

57. Kab. Muna Laino

58. Kab. Kolaka Mangolo

59. Kota Kendari Baruga

60. Kab. Bombana Boepinang

61. Kab. Buton Tengah Lakorua

62. Kab. Buton Selatan Sampolawa

63. Kota Bau-Bau Wameo

64. Sulawesi Barat Kab. Mamasa Mehalaan

65. Kab. Mamasa Messawa

66. Kab. Mamuju Tengah Pontanakayang

67.

Maluku Kab. Maluku Tengah Binaya Masohi

68. Kab. Buru Gantung Namlea

69.

Papua Barat Kab. Kaimana Baru Kaimana

70. Kab. Fak-Fak Bombarai

71.

Papua

Kab. Jayapura Nimboran

72. Kab. Nabire Sentral Kalibobo

73.

Kota Jayapura Daging dan Ikan

74. Mama - Mama

75. Kab. Biak Numfor Ikan Fandoi

76. Kab. Nduga Serbaguna

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman

(30)

Capaian target pasar TIpe B

maka dalam menghadapi pertumbuhan pasar modern yang cukup

pesat, maka perlu dilakukan peningkatan citra dalam upaya

peningkatan kualitas dan daya saing pasar tradisional terhadap

perkembangan Toko Modern dan Pasar Modern, Kementerian

Perdagangan telah 4 tahun melaksanakan identifikasi calon kandidat

pasar percontohan dengan tujuan menciptakan pasar tradisional yang

bersih, sehat/higienes, aman, segar, nyaman, tertib, jujur dan ramah

lingkungan sehingga dapat meningkatkan kelancaran arus barang

serta dapat menjaga stabilitas harga bahan pokok. Pada tahun 2016

calon kandidat pasar rakyat yang telah diseleksi, verifikasi, evaluasi

dan finalisasi berdasarkan survey ke lokasi pasar yang layak dijadikan

sebagai pasar rakyat tipe B sebanyak 57 (lima puluh tujuh) pasar

yang terindentifikasi sebagai berikut :

Tabel 8: Capaian target pasar yang diidentifikasi sebanyak 57 pasar.

Indikator

Kinerja Satuan

Tahun 2016

Target Realisasi Capaian (%)

Jumlah Pasar Rakyat yang diidentifikasi

unit 72 57 79,17%

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Tabel 9: Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi

72

57

79.17

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Target Realisasi Capaian (%)

Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi

(31)

Tabel 10: Nama Pasar Rakyat Tipe B

No Nama Provinsi Kabupaten/Kota Nama Pasar

1.

Aceh

Kota Sabulussalam Sukamaju

2. Kab. Aceh Timur Peureulak

3. Kab. Gayo Lues Buntul Tajuk

4. Kab. Pidie Jaya Meurah Dua

5. Kab. Aceh Tenggara Lawe Alas

6. Kab. Aceh Jaya Krueng Sabe

7. Kab. Simeulue Kampung Aie

8. Kab. Aceh Besar Samahani

9.

Sumatera Utara

Kab. Tapanuli Selatan Muara Ampolu

10. Kab. Labuhan Batu Utara Aek Kanopan II

11. Kab. Batubara Delima Indrapura

12.

Sumatera Barat Kota Payakumbuh Pusat Payakumbuh

13. Kab. Tanah Datar Serikat C Batusangkar

14.

Sumatera Selatan Kab. Musi Rawas Simpang Terawas

15. Kab. Musi Banyuasin Mangun Jaya

16. Bengkulu Kab. Bengkulu Utara KTM Lagita

17.

Lampung Kab. Pringsewu Pagelaran

18. Kab. Tulang Bawang Putri Agung

19.

Jawa Barat

Kab. Ciamis Manis

20. Kota Banjar Karang Taruna

21. Kab. Tasikmalaya Cikatomas

22. Kab. Bogor Nanggung

23. Kab. Cianjur Ciranjang

24.

Jawa Tengah

Kab. Purbalingga Bobotsari

25. Kab. Boyolali Sambi

26. Kab. Jepara Pengkol

27.

DIY Kota Yogyakarta Pingit

28. Kab. Gunung Kidul Trowono

29.

Jawa Timur

Kab. Madiun Sambirejo

30. Kab. Mojokerto Dinoyo

31. Kab. Tuban Jatirogo

32. Kab. Probolinggo Leces

33. Kab. Situbondo Panarukan

34. Kab. Lamongan Sidoharjo

(32)

IK-3 Jumlah

36. Kab. Ponorogo Pulung

37.

Bali Kota Denpasar Pohgading

38. Kab. Buleleng Kampung Tinggi

39.

NTB

Kab. Lombok Timur Paokmotong

40. Kab. Lombok Tengah Jelojok

41.

NTT

Kab. Manggarai Timur Borong

42. Kab. Nagekeo Danga

43. Kab. Timor Tengah Utara Kefamenanu

44.

Kalimantan Barat

Kota Singkawang Semi Modern

45. Kab. Mempawah Jungkat

46. Kalimantan Tengah Kab. Pulang Pisau Handep Hapakat

47. Kalimantan Utara Kab. Tana Tidung Betayau

48.

Sulawesi Utara

Kab. Kepulauan Talaud Percontohan

49. Kab. Kepulauan Sangihe Tamako

50. Kab. Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro (Sitaro)

Ampera Ulu Siau

51.

Sulawesi Selatan

Kab. Luwu Bua

52. Kab. Jeneponto Tarowang

53. Kab. Wajo Tancung

54. Sulawesi Tengah Kab. Tojo Una-Una Ampana

55. Gorontalo Kab. Bone Bolango Kamis

56. Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Timur Tirawuta

57. Sulawesi Barat Kab. Majene Lembang Dhua

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Untuk tercapainya tujuan revitalisasi pasar, maka revitalisasi terhadap

aspek fisik pasar perlu didukung pembenahan aspek manajemen yaitu

untuk mengubah cara pandang/paradigma dalam penyelenggaraan

pasar rakyat menuju pengelolaan secara professional. Selain itu perlu

dilakukan pembinaan kepada pedagang pasar agar mampu

meningkatkan keterampilan mengelola usaha dan mampu

mengembangkan budaya kekeluargaan di lingkungan pasar.

Oleh karena itu Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik mempunyai

kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat yang diberikan

kepada pasar yang mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian

Perdagangan. Kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat

merupakan suatu kegiatan pendampingan kepada pasar yang

mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian Perdagangan untuk

(33)

tersebut. Kegiatan ini juga mengacu kepada RPJM 2015-2019 pada

program Pemberdayaan Manajemen Terpadu Nasional yang dilakukan

sesuai dengan fungsi dan tugas instansi masing-masing.

Adapun tahapan kegiatan pemberdayaan manajemen meliputi pendataan

pedagang, rekruitment fasilitator, pelaksanaan Training of Facilitator,

FGD, bimbingan teknis, sekolah pasar, dan aktivasi pasar. Tujuan dari

kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat Terpadu Nasional ini

antara lain adalah :

1.Mendorong pasar rakyat untuk dapat bersaing dengan toko modern dan maju bersama dalam menigkatkan perekonomian masyarakat dengan

dengan pengelolaan dan pemberdayaan pasar secara profesional;

2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

3. Menjadikan pasar rakyat sebagai penggerak roda perekonomian

daerah;

Pemberdayaan dan Pendampingan Pasar Rakyat, terdiri dari :

a. Pendampingan kepada para pedagang pasar dalam hal pengelolaan pasar yang baik, menata barang dagangan, menghitung omzet, dll.

b. Sosialisasi kepada pedagang dan Forum Komunikasi, merupakan kegiatan sosialisasi dalam rangka relokasi kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun.

c. Focus Group Discussion (FGD), berupa pertemuan dengan seluruh stake holder dalam rangka persiapan penempatan kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun.

d. Sekolah Pasar, berupa suatu media pembelajaran dalam bagi pelaku pasar rakyat, terdiri dari :

Kelas Pasar, pertemuan rutin yang bersifat klasikal dan diskusi, materi yang diberikan antara lain :

- Manajemen Pengelolaan Pasar

- Moral Dan Etika Berdagang

- Manajemen keuangan

- Manajemen Lingkungan Bersih

- Teknik Berjualan dan menata barang dagangan yang baik dll.

Pasar yang mendapatkan pemberdayaan terpadu nasional merupakan

pasar rakyat yang telah direvitalisasi dan telah beroperasi melakukan

(34)

perkembangan pendapatan pedagang di pasar rakyat sebelum dan sesudah

di revitalisasi, Berikut adalah data Pasar Rakyat yang Mendapatkan

Pemberdayaan Terpadu Nasional:

Tabel 11:Data Manajemen Pemberdayaan Pasar Rakyat

No Nama Pasar Kab.Kota Provinsi

1 Induk Sabang Kota Sabang Aceh

2 Tapak Tuan Kab. Aceh Selatan Aceh

3 Tanjung/Mbancang Lade Kab. Aceh Tenggara Aceh

4 Perbaungan Kab. Serdang Bedagai Sumatera Utara

5 Porsea Kab. Toba Samosir Sumatera Utara

6 Inpres Blok IV Kota Padang Sumatera Barat

7 Pangkalan Balai Kab. Banyuasin Sumatera Selatan

8 Pasar Induk Kab. Musi Rawas Utara Sumatera Selatan

9 Prabumulih Kota Prabumulih Sumatera Selatan

10 Lima Puluh Kota Pekanbaru Riau

11 Kepahiang Kab. Kepahiang Bengkulu

12 Siulak Kab. Kerinci Jambi

13 Dayamurni Kab. Tulang Bawang Barat Lampung

14 Kemiling Kota Bandar Lampung Lampung

15 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Lampung

16 Pekalongan Kab. Lampung Timur Lampung

17 Baru Kota Cilegon Banten

18 Wado Kab. Sumedang Jawa Barat

19 Cikatomas Kab. Tasikmalaya Jawa Barat

20 Sukamelang Kab. Subang Jawa Barat

21 Jepon Kab. Blora Jawa Tengah

22 Sidadadi Kab. Cilacap Jawa Tengah

23 Giwangretno Kab. Kebumen Jawa Tengah

24 Klewer Kota Surakarta Jawa Tengah

25 Manis Kab. Banyumas Jawa Tengah

26 Sentolo Kab. Kulonprogo DIY

27 Semin Kab. Gunung Kidul DIY

28 Sukodono Kab. Sidoarjo Jawa Timur

(35)

30 Legi Kota Blitar Jawa Timur

31 Dukun Kab. Gresik Jawa Timur

32 Pakraman Poh Gading Kota Denpasar Bali

No Nama Pasar Kab.Kota Provinsi

33 Amahami Kota Bima NTB

34 Woha Kab. Bima NTB

35 Bawah Kab. Dompu NTB

36 Alok Kab. Sikka NTT

37 Reo Kab. Manggarai NTT

38 Motamasin Kab. Malaka NTT

39 Kapuas Raya Kab. Sintang Kalimantan Barat

40 Tebas Kab. Sambas Kalimantan Barat

41 Kayu Tangi Kab. Banjar Kalimantan Selatan

42 Sukamara Kab. Sukamara Kalimantan Tengah

43 Pasar Waru Kab. Panajem Paser Utara Kalimantan Timur

44 Lolak Kab. Bolaang Mongondow Sulawesi Utara

45 Momalia Kab. Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara

46 Buyat Kab. Bolaang Mongondow Timur Sulawesi Utara

47 Motoling Kab. Minahasa Selatan Sulawesi Utara

48 Tombatu Kab. Minahasa Tenggara Sulawesi Utara

49 Boroko Kab. Bolaang Mongondow Utara Sulawesi Utara

50 Bungku Kab. Morowali Sulawesi Tengah

51 Lawolatu Kab. Kolaka Utara Sulawesi Tenggara

52 Sampara Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

53 Palangga Kab. Konawe Selatan Sulawesi Tenggara

54 Lapulu Kota Kendari Sulawesi Tenggara

55 Tandoha Mappacing II Kab. Bombana Sulawesi Tenggara

56 Atapange Kab. Wajo Sulawesi Selatan

57 Senggol Kota Pare-Pare Sulawesi Selatan

58 Sudu Kab. Enrekang Sulawesi Selatan

59 Loka Kab. Bantaeng Sulawesi Selatan

60 Parigi Kab. Bone Sulawesi Selatan

61 Sentral Tanete Kab. Bulukumba Sulawesi Selatan

62 Paranglompoa Kab. Gowa Sulawesi Selatan

63 Andi Tada Kota Palopo Sulawesi Selatan

64 Batu Lappa Kab. Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan

(36)

66 Boyong Kab. Jeneponto Sulawesi Selatan

67 Sentral Kab. Takalar Sulawesi Selatan

68 Bungi Kab. Pinrang Sulawesi Selatan

No Nama Pasar Kab.Kota Provinsi

69 Malili Kab. Luwu Timur Sulawesi Selatan

70 Binuang Kab. Poliwali Mandar Sulawesi Barat

71 Kalukku Kab. Mamuju Sulawesi Barat

72 Bambalmotu Kab. Mamuju Utara Sulawesi Barat

73 Tepoyo Kab. Mamuju Tengah Sulawesi Barat

74 Sentral Majene Kab. Majene Sulawesi Barat

75 Pontolo Kab. Gorontalo Utara Gorontalo

76 Selasa Dluha Utara Kab. Bone Bolango Gorontalo

77 Liluwo Kota Gorontalo Gorontalo

78 Marisa Kab. Pohuwato Gorontalo

79 Bongo Nol Kab. Boalemo Gorontalo

80 Jailolo Kab. Halmahera Barat Maluku Utara

81 Sarimahala Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara

82 Galala Sofifi Provinsi Maluku Utara Maluku Utara

83 Bahari Berkesan Kota Ternate Maluku Utara

84 Namlea Kab. Buru Maluku

85 Bula Kab. Seram Bagian Timur Maluku

86 Kaimana Kab. Kaimana Papua Barat

87 Wosi Kab. Manokwari Papua Barat

88 Iriati Kab. Teluk Wondama Papua Barat

89 Rufei Kota Sorong Papua Barat

90 Waisai Kab. Raja Ampat Papua Barat

91 Tambaruni Kab. Fak Fak Papua Barat

92 Entrop Kota Jayapura Papua

93 Baru Waropen Kab. Waropen Papua

94 Elelim Kab. Yalimo Papua

95 Kenyam Kab. Nduga Papua

96 Sentral Mulia Kab. Puncak Jaya Papua

97 Eiknemba Kab. Intan Jaya Papua

98 Doyo Baru Kab. Jayapura Papua

99 Jibama Kab. Jayawijaya Papua

100 Sentral Enarotali Kab. Paniai Papua

(37)

IK-4 Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun

Pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :

48/MDAG/PER/8/2013 disebutkan bahwa Pusat Distribusi Regional

adalah pusat distribusi yang berfungsi sebagai penyangga komoditas

utama di beberapa kabupaten/kota yang memiliki jumlah penduduk,

aksesibilitas, daerah konsumen, yang dapat bersifat kolek dan berpotensi

untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan antar pulau. Pusat

Distribusi Regional (PDR) merupakan salah satu sub sistem jaringan

yang pada dasarnya berfungsi sebagai penyokong bagi Pusat Distribusi

Provinsi (PDP) yang berada di tiap propinsi dalam hal pemenuhan dan

penyaluran kebutuhan maupun hasil produksi daerah.

Pusat Distribusi Regional umumnya merupakan penyedia dan pengelola

cadangan penyangga serta pusat konsolidasi komoditas yang dibutuhkan

oleh masyarakat. Fungsi utama dari Pusat Distribusi Regional adalah :

a. Sebagai pusat konsolidasi pengadaan komoditas untuk mencukupi

kebutuhan di regionalnya. Aktivitas konsolidasi ini dilakukan ketika

kuota kebutuhan komoditas di Pusat Distribusi Provinsi yang berada di

propinsi tidak mencukupi untuk melakukan pemesanan secara mandiri

dan perlu dilakukan konsolidasi dengan kebutuhan provinsi lain

sehingga dapat mencukupi kuota yang ditetapkan oleh produsen

komoditas tersebut.

b. Sebagai penyangga persediaan komoditas untuk menanggulangi

kekurangan, baik bagi regional layanannya maupun bagi kebutuhan

nasional.

c. Sebagai pelaksana pencatatan kebutuhan komoditas pada suatu

wilayah regional berdasarkan data yang diserahkan oleh Pusat

Distribusi Provinsi yang berada di bawahnya.

d. Sebagai tempat dilakukannya kegiatan pencatatan, sorting, cross

docking, packing dan storage untuk komoditas impor yang dipesan

(38)

IK-5

layanannya yang membutuhkan dengan harga yang lebih terkendali

dibandingkan jaringan distribusi umum (non Pusat Distribusi).

Untuk ditahun 2016 Pusat Distribusi Regional yang dibangun adalah 1

(satu) yaitu di Provinsi Sulawesi Selatan.

Salah satu fungsi strategis dari pasar adalah berkontribusi terhadap

ketahanan perekonomian bangsa, karena sebagian besar pedagang di

pasar rakyat merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Selain itu, di pasar rakyat juga memiliki retribusi pasar yang berkontribusi

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga pasar yang telah

direvitalisasi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

masing-masing daerah, yang pada awalnya pasar tersebut beroperasi 2

atau 3 kali dalam seminggu, setelah direvitalisasi dapat beroperasi setiap

hari dan dapat meningkatkan omzet pedagang pasar.

Sampai dengan akhir tahun 2016 pertumbuhan omzet pedagang pasar

tipe A yang direvitalisasi mencapai 27.14%, hal tersebut dinilai cukup

berhasil karena sudah mencapai target yang ditetapkan, walaupun ada

beberapa pasar yang sampai dengan akhir tahun belum beroperasi

secara menyeluruh.

Tabel 12:Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Rakyat Tipe A

NO PASAR TOTAL OMZET PASAR PRA REVITALISASI/TAHUN

1 Induk Sabang BELUM BEROPERASI

2 Tapak Tuan BELUM BEROPERASI

3 Tanjung/Mbancang Lade Rp 147,969,175,200 Rp 186,162,517,500 25.81%

4 Perbaungan BELUM BEROPERASI

5 Porsea Rp 30,339,129,600 Rp 37,378,066,976 23.20% 6 Inpres Blok IV BELUM BEROPERASI

7 Pangkalan Balai Rp 65,802,150,000 Rp 84,043,968,250 27.72% 8 Pasar Induk Rp 17,543,520,000 Rp 21,812,443,200 24.33%

9 Prabumulih BELUM BEROPERASI

(39)

14 Kemiling Rp 29,204,232,000 Rp 38,844,491,720 33.01% 15 Sidomulyo Rp 66,510,140,400 Rp 186,162,517,500 25.81% 16 Amahami Rp 85,703,850,000 Rp 231,816,888,000 170.49% 17 Baru Rp 39,700,584,000 Rp 53,056,994,760 33.64%

NO PASAR TOTAL OMZET PASAR PRA REVITALISASI/TAHUN 20 Sukamelang BELUM BEROPERASI

21 Jepon Rp 187,942,970,880 Rp 222,100,860,032 18.07% 22 Sidadadi Rp 117,323,740,800 Rp 138,646,865,120 20.17% 23 Giwangretno Rp 32,552,604,000 Rp 39,553,997,400 21.51%

24 Klewer BELUM BEROPERASI

25 Manis Rp 47,697,884,640 Rp 58,990,169,551 23.67% 35 Bawah Rp 47,430,000,000 Rp 59,892,000,000 26.27% 36 Alok Rp 111,727,968,000 Rp 142,453,159,200 27.50% 37 Reo Rp 6,072,435,000 Rp 8,130,315,750 33.89% 38 Motamasin Rp 9,100,868,400 Rp 11,864,576,556 30.37% 39 Kapuas Raya BELUM BEROPERASI

40 Tebas Rp 5,680,722,720 Rp 7,716,871,962 35.84% 41 Kayu Tangi Rp 40,583,042,400 Rp 52,594,198,984 29.60% 42 Sukamara Rp 36,002,978,400 Rp 46,058,547,104 27.93% 43 Pasar Waru BELUM BEROPERASI

44 Lolak Rp 13,467,888,000 Rp 21,426,768,480 59.10% 45 Momalia Rp 72,018,396,480 Rp 94,773,682,806 31.60%

46 Buyat BELUM BEROPERASI

47 Motoling Rp 134,887,200,000 Rp 169,283,436,000 25.50% 48 Tombatu Rp 79,641,610,200 Rp 96,717,708,387 21.44% 49 Boroko Rp 38,648,475,000 Rp 48,525,307,500 25.56% 50 Bungku Rp 33,997,266,000 Rp 42,118,835,100 23.89%

51 Lawolatu BELUM BEROPERASI

52 Sampara BELUM BEROPERASI

53 Palangga BELUM BEROPERASI

(40)

56 Atapange Rp 162,615,183,480 Rp 195,664,694,621 20.32% 57 Senggol Rp 99,463,872,000 Rp 120,127,003,840 20.77%

58 Sudu BELUM BEROPERASI

59 Loka Rp 46,600,655,760 Rp 56,616,008,077 21.49%

NO PASAR TOTAL OMZET PASAR PRA REVITALISASI/TAHUN

64 BatuLappa BELUM BEROPERASI

65 Erasa II Rp 21,942,000,000 Rp 28,014,180,260 27.67%

66 Boyong BELUM BEROPERASI

67 Sentral Rp 11,236,780,800 Rp 13,597,396,576 21.01%

75 Pontolo BELUM BEROPERASI

76 Liluwo Rp 8,278,845,120 Rp 10,126,270,925 22.32% 84 Namlea Rp 21,992,085,720 Rp 29,943,234,006 36.15%

85 Bula BELUM BEROPERASI

86 Kaimana Rp 4,860,000,000 Rp 6,220,800,000 28.00%

87 Wosi BELUM BEROPERASI

88 Iriati Rp 103,320,000,000 Rp 130,968,000,000 26.76%

89 Rufei BELUM BEROPERASI

90 Waisai Rp 46,080,384,000 Rp 58,720,408,320 27.43% 91 Tambaruni Rp 74,700,000,000 Rp 90,696,000,000 21.41%

92 Entrop BELUM BEROPERASI

93 Doyo Baru BELUM BEROPERASI

(41)

IK-6 Jumlah Pasar Rakyat yang

diidentifikasi untuk mendapat Pemberdayaan Terpadu Nasional

99 Jibama Rp 10,416,000,000 Rp 13,245,680,000 27% 100 Sentral Enarotali Rp 7,124,160,000 Rp 8,667,148,800 22%

Rata-Rata Kenaikan 27.14%

Tabel 13:Perbandingan Capaian Omzet Tahun 2015-2016

No Indikator Kinerja Utama

Satuan Target Realisasi Capaian (%)

2015 2016 2015 2016 2015 2016

1.Rata-rata peningkatan (omzet) Pasar Percontohan

Unit 68 50 68 50 100 100

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Tabel 14:Grafik Capaian Omzet Pedagang Pasar Rakyat

Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Untuk tercapainya tujuan revitalisasi pasar, maka revitalisasi terhadap

aspek fisik pasar perlu didukung pembenahan aspek manajemen yaitu

untuk mengubah cara pandang/paradigma dalam penyelenggaraan

pasar rakyat menuju pengelolaan secara professional. Selain itu perlu

dilakukan pembinaan kepada pedagang pasar agar mampu

meningkatkan keterampilan mengelola usaha dan mampu

mengembangkan budaya kekeluargaan di lingkungan pasar.

(42)

kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat yang diberikan

kepada pasar yang mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian

Perdagangan. Kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat

merupakan suatu kegiatan pendampingan kepada pasar yang

mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian Perdagangan untuk

meningkatkan kapasitas dari para pengelola dan pedagang di pasar

tersebut. Kegiatan ini juga mengacu kepada RPJM 2015-2019 pada

program Pemberdayaan Manajemen Terpadu Nasional yang dilakukan

sesuai dengan fungsi dan tugas instansi masing-masing.

Adapun tahapan kegiatan pemberdayaan manajemen meliputi pendataan

pedagang, rekruitment fasilitator, pelaksanaan Training of Facilitator,

FGD, bimbingan teknis, sekolah pasar, dan aktivasi pasar. Tujuan dari

kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat Terpadu Nasional ini

antara lain adalah :

1.Mendorong pasar rakyat untuk dapat bersaing dengan toko modern dan maju bersama dalam menigkatkan perekonomian masyarakat dengan

dengan pengelolaan dan pemberdayaan pasar secara profesional;

2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

3. Menjadikan pasar rakyat sebagai penggerak roda perekonomian

daerah;

Pemberdayaan dan Pendampingan Pasar Rakyat, terdiri dari :

e. Pendampingan kepada para pedagang pasar dalam hal pengelolaan pasar yang baik, menata barang dagangan, menghitung omzet, dll

f. Sosialisasi kepada pedagang dan Forum Komunikasi, merupakan kegiatan sosialisasi dalam rangka relokasi kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun

g. Focus Group Discussion (FGD), berupa pertemuan dengan seluruh stake holder dalam rangka persiapan penempatan kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun

Gambar

Tabel 1. Kekuatan Personil Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Tabel 2. Rencana Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan LogistikTahun 2016
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Sarana Distribusi dan LogistikTahun 2016
Tabel 4. Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Logistik dan Sarana DistribusiTahun 2015 dan 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui kendala yang dihadapi untuk kegiatan manajemen logistik dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pada kantor PT Semen Padang dan cara mengatasi kendala tersebut..

Direktorat Pengembangan Permukiman Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Direktorat Pengembangan Air Minum

Kementerian dan Lembaga yang terlibat dalam penyusunan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik nasional meliputi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian

Rumah Sakit kelas A, B, dan C Direktorat Instalasi Medik Tahun 1992.. Pemenuhan Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan Rumah Sakit Rujukan Regional. Pemenuhan sarana, prasarana

Akan tetapi penerapan metode ini belum sepenuhnya dilakukan oleh PT Samudera Sarana Logistik, karena terdapat beberapa kontainer yang masih berada pada tumpukan kontainer

Tugas Akhir dengan judul “Analisis Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada PT Samudera Sarana Logistik Semarang” telah disetujui dan diterima

DISTRIBUSI WEIBULL-NORMAL{LOG-LOGISTIK} DAN APLIKASINYA (Studi Kasus Data Waktu Bertahan Hidup Pasien Penderita Jantung Koroner yang Diberikan Treatment Bypass)

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian berusaha untuk membantu kelompok tani/Gapoktan/P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi