BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Direktorat Sarana Distribusi dan LogistikPengembangan
Dalam rangka pengembangan dan penerapan sistem pertanggung
jawaban penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan
yang tepat, jelas terukur dan akun tabel, dan terselenggaranya
pemerintah yang good governance diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem sebagaimana yang didasarkan kepada Inpres No. 7
Tahun 1999 (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia, pada umumnya
saat ini dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat
dinamis mempengaruhi paradigma kepemerintahan yang baik (good
governance) yang memberikan nuansa peran dan fungsi yang
seimbang antara pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan
prinsip-prinsip yang mendasarinya antara lain: transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas. Untuk mewujudkan aparatur negara yang profesional
serta memahami tugas dan fungsinya, diperlukan instrumen yang
mampu mengukur indikator pertanggung jawaban setiap penyelenggara
negara dan pemerintahan. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan
dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas terukur
dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, bersih dan
bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,
sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan,
antara lain: (1) TAP MPR Nomor XI Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme; (2) Undang undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme dalam pasal 3 TAP MPRI XI tersebut
dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelengaraan negara meliputi
kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas dan asas akuntabilitas; (3) INPRES Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (4) INPRES
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; dan
(5) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I. Peraturan tersebut pada hakekatnya
menyatakan bahwa setiap instansi pemerintah diwajibkan
mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP).
Tujuan mengimplementasikan SAKIP adalah untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu
prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang akuntabel dan terpercaya
(good governance).
Sebagaimana diamanatkan dalam Keputusan Menteri Perdagangan
Nomor 1011/M-DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
lingkungan Kementerian Perdagangan.
Peran Strategis Direktorat SaranaDistribusi dan Logistik
Sesuai amanat yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, arah kebijakan
pembangunan perdagangan dalam negeri periode dimaksud
dititikberatkan kepada “Peningkatan Penataan Sistem Distribusi
Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa, kepastian
berusaha dan peningkatan daya saing produk domestik”. Dalam
rangka mengimplementasikan arah kebijakan tersebut, salah satu peran
dari Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik dalam menunjang arah
kebijakan Ditjen perdagangan Dalam Negeri yaitu Meningkatkan
Intergrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan
jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus
barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat
Sejalan dengan itu, peran sektor perdagangan semakin penting dalam
perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan
yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk
mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi,
transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan,
dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang
positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam
pembangunan ekonomi secara nasional.
Logistik adalah bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani
arus barang, arus informasi dan arus uang melalui proses pengadaan,
pengiriman, transportasi, distribusi dan pelayanan penghantaran sesuai
dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki
konsumen secara aman, efektif dan efisien mulai dari titik asal sampai
dengan titik tujuan.
Dengan demikian peranan jasa logistik sangat menentukan untuk
memperlancar arus distribusi barang untuk mewujudkan stabilitas harga
dan stok, meminimalisir disparitas harga baik antar daerah maupun
antar waktu, serta memperkuat daya saing komoditi nasional baik untuk
pasar dalam negeri maupun internasional.
Sejalan dengan itu, peran sektor perdagangan semakin penting dalam
perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan
yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk
mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi,
transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, pariwisata,
pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan
pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor
perdagangan dalam pembangunan ekonomi secara nasional.
Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik,
peningkatan iklim usaha, pembangunan/revitalisasi pasar tradisional,
penting, penurunan disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi
harga.
B.
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi
Organisasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Reformasi Birokrasi Direktorat Sarana Distribusi dan Logsitk merupakan eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perdagangan, Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik mempunyai
struktur organisasi terdiri dari :
1. Sub Direktorat Pengembangan Sarana Distribusi dan dibagi dalam :
a. Seksi Pengembangan Pasar Rakyat
b. Seksi Pengembangan Pusat Distribusi dan Pergudangan
2. Sub Direktorat Pengelolaan Sarana Distribusi dan dibagi dalam:
a. Seksi Pemberdayaan dan Aktifasi Pasar Rakyat
b. Seksi Optimalisasi Pusat Distribusi dan Pergudangan
3. Sub Direktorat Kerjasama Logistik dan dibagi dalam:
a. Seksi Penyedia Jasa Logistik
b. Seksi Informasi Logistik
4. Sub Direktorat Perdagangan Antar Pulau dan Perbatasan dibagi
dalam:
a. Seksi Perdagangan Antar Pulau
b. Seksi Perdagangan Perbatasan
5. Pengawasan Sarana Distribusi Antar Pulau dan Perbatasan dibagi
dalam :
a. Pengawasan Sarana Distribusi
b. Pengawasan Perdagangan Antar pulau dan Perbatasan
Bagan Struktur Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi
Saat ini jumlah sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Logistik
dan Sarana Distribusi berjumlah 51 (Lima Puluh Satu) orang yang terdiri
dari 1 (satu) orang eselon II, 5 (lima) orang eselon III, 11 (sebelas)
orang Eselon IV, dan 34 (tiga puluh empat) orang staf dengan jenjang
pendidikan dari SMA sampai dengan Pasca Sarjana tingkat Doktor.
Jumlah tersebut termasuk pasca sarjana logistik sebanyak 9 (sembilan)
orang.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan
Organisasi dimaksud Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
dibidang Logistik dan Sarana Distribusi perdagangan. Dalam
melaksananakan tugas dimaksud, berikut kekuatan personil Direktorat
Sarana Distribusi dan Logistik sebagai berikut :
Tabel 1.Kekuatan Personil Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Uraian Posisi Awal Tambah Kurang Posisi Akhir MenurutJabatan
-Eselon II 1 - - 1
-Eselon III 4 1 - 5
-Eselon IV 9 2 - 11
-Fungsional - - -
--Pelaksana 28 11 - 34
MenurutGolongan
Sumber : Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi
Tugas Pokok Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik adalah
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang logistik dan sarana distribusi perdagangan, dan mempunyai fungsi debagai berikut :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau ;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan saranadistribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulaudan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi danperdagangan antar pulau ;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau;
4.Penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau; dan
5. Penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Logistik
C.
Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi
Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Peran dari Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik dalam menunjang
arah kebijakan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri yaitu meningkatkan
integrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan
jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus
barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat
terjaga. Peran tersebut diharapkan dapat mendorong kearah sistim
logistik nasional yang efektif dan efisien yang mampu mengintegrasikan
daratan dan lautan menjadi satu kesatuan yang utuh dan berdaulat,
sehingga dapat menjadi penggerak bagi terwujudnya Indonesia sebagai
negara maritim. Sistim Logistik juga memiliki peran strategis dalam
mensinkronkan dan menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan
antar wilayah demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif,
sekaligus menjadi benteng bagi kedaulatan dan ketahanan ekonomi
nasional.
Tingginya biaya logistik nasional sebagai penyebab disparitas harga di kawasan Timur Indonesia dengan Kawasan Barat Indonesia
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Logistik dan
Sarana Distribusi sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perdagangan, terdapat beberapa isu strategis antara lain:
1. Terkait dengan Pengembangan Sistem Logistik Nasional khususnya yang menjadi tanggung jawab dari Kementerian
Perdagangan c.q Direktorat Sarana Distribusi dan Logisitk,
permasalahan strategis yang dihadapi adalah “Tingginya biaya
logistik nasional sehingga menyebabkan harga yang terbentuk di
tingkat konsumen menjadi kurang terjangkau dan terjadi disparitas
harga antara kawasan timur Indonesia dengan kawasan barat.”
Disamping itu, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
A. Gerai Maritim merupakan sebuah sistem distribusi logistik
bahan pokok antar pulau yang terintegrasi melalui jalur laut.
Tujuan strategis Kementerian Perdagangan RI meluncurkan
program ini adalah untuk menjamin ketersediaan dan
stabilisasi harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang
Penting di berbagai wilayah terpencil dan terluarIndonesia,
serta mengurangi disparitas harga antardaerah.
B. Kapasitas dan kompetensi SDM yang masih kurang memadai
khususnya pemahaman tentang sistem logistik nasional dan
konektivitas baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas. Hal
ini menyebabkan lambatnya pelaksanaan rencana aksi
sebagaimana tercantum dalam dokumen perencanaan dan
jumlah rekomendasi dan masukan yang masih harus
ditingkatkan.
C. Data dan informasi terkait dengan logistik yang masih rendah
sehingga sulit untuk dapat memberikan analisa dan
rekomendasi yang tepat dan akurat.
2. Pengelolaan Pasar Rakyat :
Pengelolaan pasar rakyat yang ideal hendaknya meliputi
perencanaan, pengorganisasian, implementasi serta monitoring
dan evaluasi. Pengelolaan ini terkait dengan kinerja dari pasar
rakyat itu sendiri. Jika pasar rakyat tersebut dikelola secara baik
maka diharapkan penghasilan pedagang akan meningkat dan
kesejahteraan pun akan meningkat, kesejahteraan pedagang
meningkat, sehingga terwujudnya pasar rakyat yang bersih,
aman, nyaman, ramah, tertib, jujur, dan sehat serta melestarikan
nilai sosial budaya.
Permasalahan terkait pengelolaan pasar rakyat antara lain adalah:
A. Tumpah tindihnya kebijakan pengelolaan pasar rakyat baik
ditingkat pusat maupun daerah antar dinas terkait adanya
B. Rendahnya penegakkan hukum atas pelanggaran
kebijakan/aturan yang telah dibuat sehingga banyak pedagang
yang berjualan hingga meluap ke bahu jalan atau
berjualan hingga barang dagangan menutupi lorong/koridor
pasar rakyat; sampah yang dibuang tidak pada tempatnya;
banyaknya kios atau los yang disewakan oleh pemilik sehingga
kios atau lapak tidak lagi menjadi milik pedagang melainkan
milik segelintir orang yang menguasai kios atau lapak dan
menguasai sewa kios atau los tersebut;
C. Kemampuan pengelola pasar rakyat yang rendah dalam
mengelola ketertiban pedagang dan melakukan pemberdayaan
terhadap pedagang;
D. Pengelolaan pasar rakyat yang dilakukan oleh beberapa
instansi pemerintah di daerah sehingga menyulitkan koordinasi
pengelolaan;
E. Tidak adanya sebuah lembaga pengelola pasar rakyat yang
diberi wewenang pengelolaan pasar rakyat secara utuh;
F. Sebagian besar pasar rakyat tidak mengalokasikan hasil
retribusinya untuk pemeliharaan pasar tradisional tersebut;
G. SDM pengelola yang tidak memahami manajemen pasar
rakyat. Yang dimaksudkan adalah kepala pasar rakyat tidak
memiliki visi dan misi mengenai pengembangan pasar rakyat
maupun pengelolaannya secara baik;
H. Jumlah SDM pengelola pasar rakyat tidak sesuai dengan
luasan pasar rakyat sehingga tidak memungkinkan pengelola
dapat melakukan tugasnya dengan baik;
I. Penghasilan yang kurang memadai bagi pengelola pasar
rakyat sehingga tidak memotivasi pengelola untuk bekerja
J. Pengelolaan retribusi pasar rakyat, sewa maupun pendapatan
lainnya yang kurang transparan;
K. Tidak adanya pengelolaan keuangan pasar rakyat dengan
sistem pembukuan dan pencatatan yang baik dan
transparan serta tidak adanya sistem audit keuangan yang
akuntabel;
L. Sistem penarikan retribusi yang tidak optimal sehingga dapat
memberikan peluang kepada oknum untuk melakukan
penyelewengan retribusi;
M. Tidak adanya pengelolaan keamanan pasar rakyat sehingga
sebagai besar pasar dikuasai oleh preman pasar ;
N. Tidak adanya pengaturan zonasi pedagang yang
akhirnya menyulitkan pengelola pasar rakyat dalam melakukan
pengelolaan yang baik dan tertata rapi;
O. Tidak adanya penanda zonasi yang membedakan produk atau
komoditas yang dijual dalam pasar rakyat sehingga hal ini
terkadang membingungkan pembeli maupun pengunjung;
P. Tidak adanya pengaturan lahan parkir, area bongkar muat,
MCK, dan fasilitas pendukung lainnya sehingga setiap fasilitas
pasar tidak dapat dimanfaatkan secara optimal;
Q. Tidak adanya pengecekan timbangan atau adanya
bahan berbahaya dalam komoditas yang diperdagangkan di
pasar rakyat;
R. Pengelolaan air bersih dan listrik yang kurang baik
sehingga mengakibatkan ketidaksediaan air bersih ataupun
tidak adanya hidran untuk mencegah kebakaran;
S. Pengelolaan sampah dan limbah pasar yang kurang baik
sehingga sering mengakibatkan pasar tradisional menjadi kotor
3. Permasalahan Disparitas harga dan kesenjangan perdagangan antar wilayah (sebagaimana tercantum dalam renstra Kemendag) :
Pengaruh musim terutama berpengaruh pada komoditi pertanian,
perkebunan dan hasil-hasil sumber daya alam lainnya yang tidak
tahan lama, sehingga pada musim panen harga cenderung turun
dan pasa musim tanam harga mengalami kenaikan. Pengaruh
musim ini pada gilirannya mempengaruhi kelancaran pasokan ke
daerah-daerah diluar sentra produksi dengan daerah luar. Biaya
logistik dalam negeri dan kualitas pelayanan merupakan
permasalahan utama menyebabkan belum optimalnya kinerja
logistik Indonesia. Permasalahan utama ini muncul sebagai akibat
beberapa kondisi sebagai berikut :
a. Rendahnya tingkat penyediaan insfrastruktur baik kuantitas
maupun kualitas;
b. Banyaknya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang
menyebabkan ekonomi biaya tinggi;
c. Tingginya waktu pelayanan ekspor dan impor yang disertai
dengan adanya hambatan operasional pelayanan pelabuhan;
d. Terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa
logistik nasional.
Isu strategis yang sudah dipaparkan di atas merupakan tantangan
yang perlu dihadapi oleh Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
BAB II
PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA
A. Perencanaan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Sesuai amanat yang tertuang dalam Rencana Jangka Menengah
Nasional, arah kebijakan pembangunan perdagangan dalam negeri
periode dimaksud dititikberatkan kepada “Peningkatan Penataan Sistem
Distribusi Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa,
kepastian berusaha dan peningkatan daya saing produk domestik”.
Dalam rangka mengimplementasikan arah kebijakan tersebut, salah
satu peran dari Direktorat Sarana Logistik dan Logistik dalam
menunjang arah kebijakan Ditjen perdagangan Dalam Negeri yaitu:
Meningkatkan Intergrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui
pengembangan jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong
kelancaran arus barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan
harga dapat terjaga.
Rencana Strategis merupakan suatu proses awal dari rangkaian proses
dalam usaha untuk mencapai tujuan. Berdasarkan Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri telah ditetapkan misi,
tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan.
Tujuan dari yang hendak dicapai Direktorat Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri yang ingin dicapai antara lain adalah:
1. Peningkatan pelayanan perizinan/non perizinan sektor perdagangan
dalam negeri terkait penyederhanaan prosedur dan waktu serta
harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri;
2. Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, supaya
kemampuan/daya beli masyarakat terjaga;
3. Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi;
4. Peningkatan kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran
5. Pengembangan sarana distribusi dan kapasitas penyedia jasa
logistik.
B. Rencana Kerja Tahunan Direktorat Sarana Distribusi
dan Logistik
Dalam rangka mendukung visi, misi, sasaran strategis dan program
Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, maka telah disusun
Rencana Kerja Tahunan Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
sebagai berikut :
Tabel 2.Rencana Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016
Outcome
Uraian Indikator Target Satuan Target
Terbangunnya
Jumlah Pasar Rakyat Tipe A
96 Pasar
Jumlah Pasar Rakyat Tipe B
72 Pasar
Jumlah Pasar Rakyat yang Mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional
100 Pasar
Jumlah Pusat Distribusi Regional
yang dibangun 1 Unit
Meningkatnya Pasar Rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi
20% Persentase
Jumlah Pasar rakyat yang diindentifikasi untuk mendapat Pemberdayaan Terpadu Nasional
100 Pasar
Jumlah Penyedia Jasa Logistik Sektor Pedagangan yang dilakukan pembinaan
600 Peserta
Jumlah Informasi Sarana Distribusi dan Logistik dibidang Perdagangan
34
Prov Daerah
Secara detail kegiatan yang mendukung rencana kinerja tersebut di
atas, antara lain meliputi :
1. Penilaian dan Pengembangan Pasar;
2. Pemberdayaan Pasar Percontohan;
4. Workshop Peningkatan Pemahaman Kebijakan Logistik dan Sarana Distribusi Bagi Aparatur di Daerah;
5. Sosialiasasi Minuman Beralkohol;
6. Koordinasi Pengembangan Pasar Percontohan;
7. Bimbingan Teknis Pengelolaan Pasar Tradisional;
8. Pemantauan Pengelolaan Pasar Non Percontohan yang
direvitalisasi tahun 2016
9. Evaluasi Pembangunan dan Peresmian Pasar Percontohan
10. Persiapan revitalisasi dan relokasi pedagang
11. Sosialisasi revitalisasi pasar melalui media cetak dan elektronik
12. Penghimpunan Informasi Sarana Logistik di Daerah
13. Penyusunan Revisi Permendag tentang Pergudangan
14. Monitoring Perdagangan Antar Pulau Kelapa Sawit dan Produk Turunannya
15. Identifikasi pelaksanaan kebijakan komoditas pokok dan strategis
16. Kajian lokasi strategis Pusat Distribusi Regional dan Pusat Distribusi Provinsi
17. Kajian Pengembangan Pasar Tradisional
18. Pemantauan Minuman Beralkohol;
19. Pengembangan Konektivitas Sektor Perdagangan
20. Koordinasi Peningkatan Kelnacaran Logistik Komoditas Pokok dan Strategis
21. Partisipasi pada forum koordinasi/seminar/konferensi/workshop dan sidang logistik.
C. Kontrak Kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan
Logistik
Kontrak Kinerja Direktorat Sarana
Distribusi dan LogistikTahun 2016
Penyusunan Kontrak Kinerja mengacu pada RPJPN 2005-2025,
Rencana Strategis Kementerian Perdagangan serta Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Penjabaran
dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
disusun secara sinergis,terintegrasi dan berkesinambungan dengan
dituangkan pada Kontrak Kinerja Per tahun. Tujuan khusus kontrak
kinerja adalah untuk : (1) meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan
kinerja aparatur (2) wujud nyata komitmen antara penerima dengan
pemberi amanah (3) Dasar penilaian keberhasilan/kegagalan
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, dan (4) menciptakan tolak
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Indikator Kinerja Utama
Direktorat Sarana
Distribusi dan Logistik
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum
Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Instansi Pemerintah,
maka Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik telah menetapkan Indikator
Kinerja Utama (IKU) Tahun 2016. Indikator kinerja utama di lingkungan
Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik disusun dengan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Hasil pengukuran
indikator kinerja utama memperlihatkan gambaran capaian pelaksanaan
kegiatan selama 1 (satu) tahun anggaran 2016 sampai dengan bulan
Desember 2016, sebagai berikut :
Tabel 3.Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016
No
Indikator Kinerja Utama Satuan Target2016 Realisasi2016 Capaian(%)
1. Jumlah Pasar Rakyat Tipe A
Unit 96 76 79.17
2. Jumlah Pasar Rakyat Tipe B
Unit 72 57 79.17
3. Jumlah Pasar Rakyat yang mendapatkan
Pemberdayaan Terpadu Nasional Unit 100 100 100
4. Jumlah Pusat Distribusi Regional yang
dibangun Unit 1 1 100
5. Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar
Rakyat Tipe A yang telah di Revitalisasi Persentase 20% 27.14% 135.7
6. Jumlah Pasar Rakyat yang di Identifikasi
Untuk Mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional
Daerah 100 100 100
7. Jumlah Penyedia Jasa Logsitik Sektor
Perdagangan yang dilakukan Pembinaan Peserta
600
825 137.5
8 Jumlah Informasi Sarana Distribusi dan
Logistik dibidang Perdagangan Provinsi 34 34 100
Tabel 4. Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi Tahun 2015 dan 2016
No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%)
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1. Jumlah Pasar Rakyat Tipe A
Unit 26 96 26 76 100 79.17
2. Jumlah Pasar Rakyat Tipe B
Unit 50 72 50 57 100 79.17
3. Jumlah Pasar Rakyat yang mendapatkan Pemberdayaan Terpadu Nasional
Unit 100 100 100 100 100 100
4. Jumlah Pusat Distribusi Regional
yang dibangun Unit 2 1 - 1 - 100
5. Pertumbuhan Omzet Pedagang
Pasar Rakyat Tipe A yang telah di
Revitalisasi Persentase 20% 20% 20% 27.14% 100% 135.7
6. Jumlah Pasar Rakyat yang di
Identifikasi Untuk Mendapatkan
Pemberdayaan Terpadu Nasional Daerah 100 100 100 100 100 100
7. Jumlah Penyedia Jasa Logsitik
Sektor Perdagangan yang
dilakukan Pembinaan Peserta 600 600 1010 825 168.3%
137.5
8. Jumlah Informasi Sarana
Distribusi dan Logistik dibidang Perdagangan
Provinsi 33 34 33 34 100 100
Rata-rata 100 100
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Direktorat
Sarana Distribusi dan Logistik Tahun 2016
Analisis dan
Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor
1011/M-DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Lingkungan
Kementerian Perdagangan, evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan
hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
capaian indikator kinerja Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
menurut sasaran yang tertuang dalam rencana strategis secara lebih
terperinci meliputi pengukuran target dan realisasi
indikator-indikator kinerja, membandingkan dengan pencapian tahun lalu,
serta mengulas kembali capian IKU. Dari delapan IKU untuk
menggambarkan keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat
Logistik dan Sarana Distribusi pada tahun 2016 telah mencapai
lebih dari 100 % berdasarkan perbandingan target dan realisasi.
Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian IKU
Direktorat Logistik dan Sarana Distribusi juga melebihi 100 % .
Sedangkan analisa meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja
kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan
sasaran, tujuan, dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam
perencanaan strategis. Dalam analisis ini dijelaskan proses
pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai
dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan.
Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang
diperoleh secara lengkap dan rinci, sebagaimana uraian dibawah ini :
IK-1
Jumlah Pasar Rakyat Tipe A
Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman
Umum Penetapan Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah,
maka dalam menghadapi pertumbuhan pasar modern yang cukup
pesat, maka perlu dilakukan peningkatan citra dalam upaya
peningkatan kualitas dan daya saing pasar tradisional terhadap
perkembangan Toko Modern dan Pasar Modern, Kementerian
Perdagangan telah 4 tahun melaksanakan identifikasi calon kandidat
pasar percontohan dengan tujuan menciptakan pasar tradisional yang
bersih, sehat/higienes, aman, segar, nyaman, tertib, jujur dan ramah
lingkungan sehingga dapat meningkatkan kelancaran arus barang
serta dapat menjaga stabilitas harga bahan pokok. Pada tahun 2016
calon kandidat pasar rakyat yang telah diseleksi, verifikasi, evaluasi
Capaian target pasar TIpe A
sebagai calon kandidat pasar percontohan sebanyak 63 pasar,dengan
target capaian sebagai berikut :
Tabel 5: Capaian target pasar yang diidentifikasi sebanyak 96 pasar
Indikator
Kinerja Satuan
Tahun 2016
Target Realisasi Capaian (%)
Jumlah Pasar Rakyat yang diidentifikasi
unit 96 76 79,17%
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Tabel 6: Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi.
96
76
79.17
0 20 40 60 80 100 120
Target Realisasi Capaian (%)
Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pasar rakyat adalah Bencana
Alam, Keterlambatan DIPA yang diterima sampai di Kab/Kota, Waktu
pelaksanaan pembangunan proyek yang pendek, Mengundurkan diri.
Penilaian Pasar Rakyat menggunakan metode analisis TEV (Tree diagram
and expected value). Metode ini untuk menilai sebuah obyek (yang manisfestasinya bias sebagai barang, jasa, kegiatan maupun lainnya) yang
hasil penilaiannya adalah ukuran kualitas yang dikuantitaskan.
atau lebih yang memiliki karakteristik yang sama. Metode TEV
menggunakan proses hirarki tree diagram; dimana perhitungan pada setiap
hirarki menggunakan formula expected value (EV) yang diawali dari ukuran
bobot dan nilai yang dihasilkan dari perhitungan pendapat responden
terhadap obyek paling bawah (turunan paling akhir / kenyataan di lapangan).
Kriteria dan indikator penilaian pasar rakyat
KRITERIA INDIKATOR UKURAN PENILAIAN (1-3) PERSYARATAN
ADMINISTRATIF
A. KOMITMEN PEMDA 1. Surat Permohonan ke Kementerian Perdagangan
1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat asli 2. Surat Rekomendasi Gubernur 1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat asli 3. Surat Pernyataan Gubernur /
Walikota / Bupati tentang Keabsahan Dokumen
1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat asli 4. Surat Keputusan Gubernur /
Walikota / Bupati tentang Terbentuknya Pasar
1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat salinan (fotokopi) yang telah dilegalisir
5. Sertifikat Kepemilikan Tanah 1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat salinan (fotokopi) yang telah dilegalisir 6. Surat Rekomendasi Dinas
Perdagangan Tingkat Provinsi
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat asli 7. Surat Pernyataan Komitmen Pemda
Mengenai Dana Pendamping
1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat asli 8. Surat Pernyataan Komitmen Kepala
Daerah untuk Perawatan dengan Dana APBD
1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat asli 9. Surat Persetujuan Pedagang 1 Tidak Ada
2 Ada, berupa surat salinan (fotokopi)
3 Ada, berupa surat asli 10. Data Perkembangan Jumlah
Penduduk 3 Tahun Terakhir
1 Ada, untuk 1 tahun terakhir
2 Ada, untuk 2 tahun terakhir 3 Ada, untuk 3 tahun terakhir 11. Gambaran Kinerja Penerimaan
Pajak dan Retribusi dari Pasar 3 Tahun Terakhir
1 Ada, untuk 1 tahun terakhir
2 Ada, untuk 2 tahun terakhir 3 Ada, untuk 3 tahun terakhir
B. PERKEMBANGAN PASAR DAN PEDAGANG
12. Jumlah Pedagang 1 Kurang dari 75 Orang
2 75– 149 Orang 3 Lebih 150 Orang
13. Omset Pedagang per Bulan 1 Kurang dari Rp 100 Juta
2 Rp 100 Juta – 300 Juta
3 Lebih dari Rp 300 Juta
14. Data Perkembangan Jumlah Pedagang
1 Tersedia, kurang dari 1 tahun
2 Tersedia, antara 1 – 2 tahun
3 Tersedia, dalam waktu 3 tahun atau lebih
15. Jumlah Kios / Lapak 1 Tidak ada
2 Ada, kurang lengkap
16. Waktu Operasional Pasar 1 1-2 hari perminggu
2 3-5 hari per minggu
3 6-7 hari per minggu (setiap hari)
C. DATA KOMODITI 17. Data Potensi Komoditi Daerah 1 Tidak Ada
2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas
3 Ada, lengkap dengan volume produksi
18. Data Jenis Komoditi yang Diperdagangkan di Pasar
1 Tidak Ada
2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas
3 Ada, lengkap dengan uraian yang memadai kapasitas
perdagangannya
19. Data Asal Komoditi 1 Tidak ada
2 Ada, hanya data rekap / uraian ringkas
3 Ada, lengkap dengan daftar asal (suplier) komoditi
20. Kelancaran Pasokan 1 Tidak lancar
2 Cukup Lancar
3 Lancar, tersedia sepanjang tahun
D. TATA KELOLA PASAR
21. Pengelolaan Pasar 1 Tidak ada manajemen pengelolaan pasar
2 Ada manajemen pengelolaan pasar, tapi tidak resmi (misalnya dikelola oleh perangkat desa)
3 Ada pengelola, merupakan perangkat dinas / pemda
22. Pola Koordinasi Pengelolaan Pasar 1 Tidak terkoordinasi dengan instansi teknis di daerah (misalnya Disperindag)
2 Terkait dengan instansi teknis di daerah, namun kurang koordinasi
3 Terkoordinasi dengan instansi teknis di daerah
23. Personil Pengelolaan Pasar 1 Jumlahnya tidak memadai, tidak sebanding dengan beban tugasnya
2 Jumlahnya kurang memadai, tetapi masih bisa melaksanakan tugasnya dengan baik
melaksanakan tugasnya secara optimal
24. Struktur Organisasi Pengelola 1 Tidak ada
2 Ada, tetapi tidak disertai deskripsi kerja untuk mendukung fungsi kerja pengelolaan pasar
3 Ada dan lengkap
25. Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Pasar
1 Tidak Ada
2 Ada beberapa, sebagian telah diimpelemtasikan dan sebagian belum diimplementasikan
3 Ada dan diimplementasikan dengan baik
PERSYARATAN TEKNIS
E. DATA LAHAN 26. Luas Lahan 1 Kurang dari 1.500 m2
2 1.500 – 2.999 m2
3 Lebih dari 3.000 m2
27. Status Kepemilikan Lahan 1 Tidak jelas statusnya
2 Milik perorangan / swasta / ulayat
3 Milik negara / pemda
28. Dokumen Kepemilikan Lahan 1 Tidak Ada
2 Ada, berupa Girik/HGU/HGB
3 Ada, Sertifikat Hak Milik
29. Kesesuaian Lahan dengan RTRW 1 Tidak Sesuai
2 Kurang Sesuai
3 Sesuai
30. Perda RTRW 1 Tidak Ada
2 Masih dalam tahap penyusunan / draft
3 Ada, sudah disahkan
31. Koordinat Lokasi Pasar 1 Tidak ada
2 Ada, tidak dilengkapi peta lokasi
3 Ada, dilengkapi peta lokasi
F. PERENCANAAN PENGEMBANGAN PASAR
32. TOR / KAK Pengembangan Pasar 1 Tidak Ada
2 Ada, tapi kurang jelas
3 Ada, uraian lengkap disertai dasar pemikiran dan konsep
33. Dokumen Gambar Desain Arsitektur 1 Tidak Ada
2 Ada, tapi kurang lengkap
3 Ada, uraian lengkap disertai konsep perencanaan arsitektural dan peta
34. Estimasi Biaya (RAB) 1 Tidak Ada
2 Ada, tapi kurang lengkap
3 Ada, uraian lengkap disertai lampiran rincian RAB
G. PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA
35. Kantor Pengelola dan Kantor Fasilitas Pembiayaan
1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
36. Kios 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
37. Ruang Serbaguna 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
38. Toilet / WC 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
39. Tempat Ibadah 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
40. Pos Ukur Ulang 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
41. Pos Kesehatan 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
42. Pos Keamanan 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
43. Drainase 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
44. Tempat Penampungan Sampah Sementara
1 Tidak Ada
3 Ada, dengan uraian lengkap
45. Gudang Tempat Penyimpanan Stok Barang
1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
46. Area Bongkar Muat 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
47. Tempat Parkir 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
48. Area Penghijauan 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
49. Hidran / Alat Pemadam Kebakaran (Fire Extinguisher)
1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
50. Instalasi Air Bersih 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
51. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
52. Jaringan Listrik 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
53. Telekomunikasi 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
54. Sistem Informasi Harga dan Stok 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
55. Papan Informasi Harga Harian 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
3 Ada, dengan uraian lengkap
56. CCTV 1 Tidak Ada
2 Ada, tidak ada uraian
H. AKSESIBILITAS MENUJU LOKASI PASAR
57. Kedekatan Lokasi Pasar dengan Sentra Produksi
1 Jauh
2 Sedang
3 Dekat
58. Kedekatan Lokasi Pasar dengan Permukiman / Penduduk
1 Jauh
2 Sedang
3 Dekat
59. Akses Menuju Lokasi Pasar 1 Berupa desa / jalan lingkungan
2 Berupa jalan kabupaten
3 Berupa jalan negara
60. Sarana Transportasi Umum 1 Tidak ada angkutan umum / hanya tersedia ojek dan sejenisnya
2 Ada sarana angkutan umum, tapi beroperasi pada jam-jam tertentu
3 Ada sarana angkutan umum, beroperasi setiap saat
I. SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG (FASILITAS UMUM)
61. Kedekatan dengan Terminal Angkutan
1 Jauh
2 Cukup Dekat
3 Dekat
62. Kedekatan dengan Dermaga / Pelabuhan
1 Tidak
2 Cukup Dekat
3 Dekat
63. Kedekatan dengan Stasiun Kereta Api / Bandar Udara
1 Tidak
2 Cukup Dekat
3 Dekat
64. Kedekatan dengan Jalan Utama 1 Tidak
2 Cukup Dekat
3 Dekat
Hirarki di atas menunjukkan beberapa level yang menuju pada tujuan
penilaian pasar rakyat. Nilai pada hirarki tujuan di atas, dibentuk oleh
hirarki-hirarki di bawahnya, yang bermuara pada fakta / hasil penilaian di lapangan.
dilakukan identifikasi pasar rakyat sebanyak 76 (tujuh puluh enam) dari
target awal sebanyak 96 (sembilan puluh enam) yang tersebar diseluruh
Indonesia, antara lain :
Tabel 7.Nama Pasar Rakyat Tipe A
No Nama Provinsi Kabupaten/Kota Nama Pasar
1.
Aceh
Kota Banda Aceh Lampulo
2. Kota Lhokseumawe Pusong
3. Kab. Aceh Utara Blang Jruen
4. Kab. Aceh Selatan Tapak Tuan
5. Kab. Bener Meriah Pintu Rime
6. Kab. Simalungun Tiga Raja
7. Sumatera Barat Kab. Pesisir Selatan Carocok Mandeh 8. Kepulauan Riau Kota Tanjung Pinang Baru
9.
Jambi
Kab. Merangin Baru Kota Bangko
10. Kota Jambi Talang Banjar
11. Kab. Kerinci Hiang
12.
Sumatera Selatan
Kab. Ogan Komering Ilir Tulung Selapan Ilir
13. Kab. Banyuasin Betung
14. Kota Palembang Soak Bato/26 Ilir
15.
Banten Kota Cilegon Blok F
16. Kab. Lebak Cipanas
17. Jawa Barat Kab. Sukabumi Sagaranten
18.
Jawa Tengah
Kab. Banyumas Manis
19. Kab. Cilacap Maos
20. Kab. Blora Ngawen
21. Kab. Demak Wonopolo
22. Kota Surakarta Klewer
23. Kab. Kebumen Bocor
24.
Jawa Timur
Kab. Sampang Margalelah
25. Kota Malang Bareng
26. Kab. Pamekasan Pakong
27. Kab. Tulung Agung Kauman
28. Kab. Ngawi Walikukun
29.
NTB Kab. Sumbawa Barat Jereweh
30. Kota Bima Padolo 3
31.
NTT
Kab. Sumba Tengah Waibakul
32. Kab. Flores Timur Larantuka
33. Kab. Alor Lipa
34. Kab. Manggarai Barat Lembor
35. Kota Kupang Oebobo
36. Kalimantan Barat Kota Pontianak Tengah 37. Kalimantan Tengah Kab. Barito Utara PBB
IK-2
Jumlah Pasar Rakyat Tipe B
39. Kalimantan Timur Kab. Penajem Paser Utara Waru
40. Kota Samarinda Lok Bahu
41.
Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Kawangkoan
42. Kab. Minahasa Selatan Poigar
43. Kota Tomohon Beriman II
44. Kota Kotamobagu Genggulang
45. Kab. Bolaang
48. Kab. Takalar Sentral Takalar
49. Kab. Maros Maros baru
50. Kab. Sinjai Tassililu
51. Kab. Pinrang Teppo Pinrang
52.
Sulawesi Tengah
Kab. Morowali Bahodopi
53. Kab. Buol Raya Buol
54. Kab. Toli-Toli Salumbia
55. Gorontalo Kab. Pohuwato Randangan
56.
Sulawesi Tenggara
Kab. Konawe Utara Tinobu
57. Kab. Muna Laino
58. Kab. Kolaka Mangolo
59. Kota Kendari Baruga
60. Kab. Bombana Boepinang
61. Kab. Buton Tengah Lakorua
62. Kab. Buton Selatan Sampolawa
63. Kota Bau-Bau Wameo
64. Sulawesi Barat Kab. Mamasa Mehalaan
65. Kab. Mamasa Messawa
66. Kab. Mamuju Tengah Pontanakayang
67.
Maluku Kab. Maluku Tengah Binaya Masohi
68. Kab. Buru Gantung Namlea
69.
Papua Barat Kab. Kaimana Baru Kaimana
70. Kab. Fak-Fak Bombarai
71.
Papua
Kab. Jayapura Nimboran
72. Kab. Nabire Sentral Kalibobo
73.
Kota Jayapura Daging dan Ikan
74. Mama - Mama
75. Kab. Biak Numfor Ikan Fandoi
76. Kab. Nduga Serbaguna
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman
Capaian target pasar TIpe B
maka dalam menghadapi pertumbuhan pasar modern yang cukup
pesat, maka perlu dilakukan peningkatan citra dalam upaya
peningkatan kualitas dan daya saing pasar tradisional terhadap
perkembangan Toko Modern dan Pasar Modern, Kementerian
Perdagangan telah 4 tahun melaksanakan identifikasi calon kandidat
pasar percontohan dengan tujuan menciptakan pasar tradisional yang
bersih, sehat/higienes, aman, segar, nyaman, tertib, jujur dan ramah
lingkungan sehingga dapat meningkatkan kelancaran arus barang
serta dapat menjaga stabilitas harga bahan pokok. Pada tahun 2016
calon kandidat pasar rakyat yang telah diseleksi, verifikasi, evaluasi
dan finalisasi berdasarkan survey ke lokasi pasar yang layak dijadikan
sebagai pasar rakyat tipe B sebanyak 57 (lima puluh tujuh) pasar
yang terindentifikasi sebagai berikut :
Tabel 8: Capaian target pasar yang diidentifikasi sebanyak 57 pasar.
Indikator
Kinerja Satuan
Tahun 2016
Target Realisasi Capaian (%)
Jumlah Pasar Rakyat yang diidentifikasi
unit 72 57 79,17%
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Tabel 9: Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi
72
57
79.17
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Target Realisasi Capaian (%)
Grafik Capaian Pasar yang Teridentifikasi
Tabel 10: Nama Pasar Rakyat Tipe B
No Nama Provinsi Kabupaten/Kota Nama Pasar
1.
Aceh
Kota Sabulussalam Sukamaju
2. Kab. Aceh Timur Peureulak
3. Kab. Gayo Lues Buntul Tajuk
4. Kab. Pidie Jaya Meurah Dua
5. Kab. Aceh Tenggara Lawe Alas
6. Kab. Aceh Jaya Krueng Sabe
7. Kab. Simeulue Kampung Aie
8. Kab. Aceh Besar Samahani
9.
Sumatera Utara
Kab. Tapanuli Selatan Muara Ampolu
10. Kab. Labuhan Batu Utara Aek Kanopan II
11. Kab. Batubara Delima Indrapura
12.
Sumatera Barat Kota Payakumbuh Pusat Payakumbuh
13. Kab. Tanah Datar Serikat C Batusangkar
14.
Sumatera Selatan Kab. Musi Rawas Simpang Terawas
15. Kab. Musi Banyuasin Mangun Jaya
16. Bengkulu Kab. Bengkulu Utara KTM Lagita
17.
Lampung Kab. Pringsewu Pagelaran
18. Kab. Tulang Bawang Putri Agung
19.
Jawa Barat
Kab. Ciamis Manis
20. Kota Banjar Karang Taruna
21. Kab. Tasikmalaya Cikatomas
22. Kab. Bogor Nanggung
23. Kab. Cianjur Ciranjang
24.
Jawa Tengah
Kab. Purbalingga Bobotsari
25. Kab. Boyolali Sambi
26. Kab. Jepara Pengkol
27.
DIY Kota Yogyakarta Pingit
28. Kab. Gunung Kidul Trowono
29.
Jawa Timur
Kab. Madiun Sambirejo
30. Kab. Mojokerto Dinoyo
31. Kab. Tuban Jatirogo
32. Kab. Probolinggo Leces
33. Kab. Situbondo Panarukan
34. Kab. Lamongan Sidoharjo
IK-3 Jumlah
36. Kab. Ponorogo Pulung
37.
Bali Kota Denpasar Pohgading
38. Kab. Buleleng Kampung Tinggi
39.
NTB
Kab. Lombok Timur Paokmotong
40. Kab. Lombok Tengah Jelojok
41.
NTT
Kab. Manggarai Timur Borong
42. Kab. Nagekeo Danga
43. Kab. Timor Tengah Utara Kefamenanu
44.
Kalimantan Barat
Kota Singkawang Semi Modern
45. Kab. Mempawah Jungkat
46. Kalimantan Tengah Kab. Pulang Pisau Handep Hapakat
47. Kalimantan Utara Kab. Tana Tidung Betayau
48.
Sulawesi Utara
Kab. Kepulauan Talaud Percontohan
49. Kab. Kepulauan Sangihe Tamako
50. Kab. Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Sitaro)
Ampera Ulu Siau
51.
Sulawesi Selatan
Kab. Luwu Bua
52. Kab. Jeneponto Tarowang
53. Kab. Wajo Tancung
54. Sulawesi Tengah Kab. Tojo Una-Una Ampana
55. Gorontalo Kab. Bone Bolango Kamis
56. Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Timur Tirawuta
57. Sulawesi Barat Kab. Majene Lembang Dhua
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Untuk tercapainya tujuan revitalisasi pasar, maka revitalisasi terhadap
aspek fisik pasar perlu didukung pembenahan aspek manajemen yaitu
untuk mengubah cara pandang/paradigma dalam penyelenggaraan
pasar rakyat menuju pengelolaan secara professional. Selain itu perlu
dilakukan pembinaan kepada pedagang pasar agar mampu
meningkatkan keterampilan mengelola usaha dan mampu
mengembangkan budaya kekeluargaan di lingkungan pasar.
Oleh karena itu Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik mempunyai
kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat yang diberikan
kepada pasar yang mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian
Perdagangan. Kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat
merupakan suatu kegiatan pendampingan kepada pasar yang
mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian Perdagangan untuk
tersebut. Kegiatan ini juga mengacu kepada RPJM 2015-2019 pada
program Pemberdayaan Manajemen Terpadu Nasional yang dilakukan
sesuai dengan fungsi dan tugas instansi masing-masing.
Adapun tahapan kegiatan pemberdayaan manajemen meliputi pendataan
pedagang, rekruitment fasilitator, pelaksanaan Training of Facilitator,
FGD, bimbingan teknis, sekolah pasar, dan aktivasi pasar. Tujuan dari
kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat Terpadu Nasional ini
antara lain adalah :
1.Mendorong pasar rakyat untuk dapat bersaing dengan toko modern dan maju bersama dalam menigkatkan perekonomian masyarakat dengan
dengan pengelolaan dan pemberdayaan pasar secara profesional;
2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
3. Menjadikan pasar rakyat sebagai penggerak roda perekonomian
daerah;
Pemberdayaan dan Pendampingan Pasar Rakyat, terdiri dari :
a. Pendampingan kepada para pedagang pasar dalam hal pengelolaan pasar yang baik, menata barang dagangan, menghitung omzet, dll.
b. Sosialisasi kepada pedagang dan Forum Komunikasi, merupakan kegiatan sosialisasi dalam rangka relokasi kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun.
c. Focus Group Discussion (FGD), berupa pertemuan dengan seluruh stake holder dalam rangka persiapan penempatan kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun.
d. Sekolah Pasar, berupa suatu media pembelajaran dalam bagi pelaku pasar rakyat, terdiri dari :
Kelas Pasar, pertemuan rutin yang bersifat klasikal dan diskusi, materi yang diberikan antara lain :
- Manajemen Pengelolaan Pasar
- Moral Dan Etika Berdagang
- Manajemen keuangan
- Manajemen Lingkungan Bersih
- Teknik Berjualan dan menata barang dagangan yang baik dll.
Pasar yang mendapatkan pemberdayaan terpadu nasional merupakan
pasar rakyat yang telah direvitalisasi dan telah beroperasi melakukan
perkembangan pendapatan pedagang di pasar rakyat sebelum dan sesudah
di revitalisasi, Berikut adalah data Pasar Rakyat yang Mendapatkan
Pemberdayaan Terpadu Nasional:
Tabel 11:Data Manajemen Pemberdayaan Pasar Rakyat
No Nama Pasar Kab.Kota Provinsi
1 Induk Sabang Kota Sabang Aceh
2 Tapak Tuan Kab. Aceh Selatan Aceh
3 Tanjung/Mbancang Lade Kab. Aceh Tenggara Aceh
4 Perbaungan Kab. Serdang Bedagai Sumatera Utara
5 Porsea Kab. Toba Samosir Sumatera Utara
6 Inpres Blok IV Kota Padang Sumatera Barat
7 Pangkalan Balai Kab. Banyuasin Sumatera Selatan
8 Pasar Induk Kab. Musi Rawas Utara Sumatera Selatan
9 Prabumulih Kota Prabumulih Sumatera Selatan
10 Lima Puluh Kota Pekanbaru Riau
11 Kepahiang Kab. Kepahiang Bengkulu
12 Siulak Kab. Kerinci Jambi
13 Dayamurni Kab. Tulang Bawang Barat Lampung
14 Kemiling Kota Bandar Lampung Lampung
15 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Lampung
16 Pekalongan Kab. Lampung Timur Lampung
17 Baru Kota Cilegon Banten
18 Wado Kab. Sumedang Jawa Barat
19 Cikatomas Kab. Tasikmalaya Jawa Barat
20 Sukamelang Kab. Subang Jawa Barat
21 Jepon Kab. Blora Jawa Tengah
22 Sidadadi Kab. Cilacap Jawa Tengah
23 Giwangretno Kab. Kebumen Jawa Tengah
24 Klewer Kota Surakarta Jawa Tengah
25 Manis Kab. Banyumas Jawa Tengah
26 Sentolo Kab. Kulonprogo DIY
27 Semin Kab. Gunung Kidul DIY
28 Sukodono Kab. Sidoarjo Jawa Timur
30 Legi Kota Blitar Jawa Timur
31 Dukun Kab. Gresik Jawa Timur
32 Pakraman Poh Gading Kota Denpasar Bali
No Nama Pasar Kab.Kota Provinsi
33 Amahami Kota Bima NTB
34 Woha Kab. Bima NTB
35 Bawah Kab. Dompu NTB
36 Alok Kab. Sikka NTT
37 Reo Kab. Manggarai NTT
38 Motamasin Kab. Malaka NTT
39 Kapuas Raya Kab. Sintang Kalimantan Barat
40 Tebas Kab. Sambas Kalimantan Barat
41 Kayu Tangi Kab. Banjar Kalimantan Selatan
42 Sukamara Kab. Sukamara Kalimantan Tengah
43 Pasar Waru Kab. Panajem Paser Utara Kalimantan Timur
44 Lolak Kab. Bolaang Mongondow Sulawesi Utara
45 Momalia Kab. Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara
46 Buyat Kab. Bolaang Mongondow Timur Sulawesi Utara
47 Motoling Kab. Minahasa Selatan Sulawesi Utara
48 Tombatu Kab. Minahasa Tenggara Sulawesi Utara
49 Boroko Kab. Bolaang Mongondow Utara Sulawesi Utara
50 Bungku Kab. Morowali Sulawesi Tengah
51 Lawolatu Kab. Kolaka Utara Sulawesi Tenggara
52 Sampara Kab. Konawe Sulawesi Tenggara
53 Palangga Kab. Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
54 Lapulu Kota Kendari Sulawesi Tenggara
55 Tandoha Mappacing II Kab. Bombana Sulawesi Tenggara
56 Atapange Kab. Wajo Sulawesi Selatan
57 Senggol Kota Pare-Pare Sulawesi Selatan
58 Sudu Kab. Enrekang Sulawesi Selatan
59 Loka Kab. Bantaeng Sulawesi Selatan
60 Parigi Kab. Bone Sulawesi Selatan
61 Sentral Tanete Kab. Bulukumba Sulawesi Selatan
62 Paranglompoa Kab. Gowa Sulawesi Selatan
63 Andi Tada Kota Palopo Sulawesi Selatan
64 Batu Lappa Kab. Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan
66 Boyong Kab. Jeneponto Sulawesi Selatan
67 Sentral Kab. Takalar Sulawesi Selatan
68 Bungi Kab. Pinrang Sulawesi Selatan
No Nama Pasar Kab.Kota Provinsi
69 Malili Kab. Luwu Timur Sulawesi Selatan
70 Binuang Kab. Poliwali Mandar Sulawesi Barat
71 Kalukku Kab. Mamuju Sulawesi Barat
72 Bambalmotu Kab. Mamuju Utara Sulawesi Barat
73 Tepoyo Kab. Mamuju Tengah Sulawesi Barat
74 Sentral Majene Kab. Majene Sulawesi Barat
75 Pontolo Kab. Gorontalo Utara Gorontalo
76 Selasa Dluha Utara Kab. Bone Bolango Gorontalo
77 Liluwo Kota Gorontalo Gorontalo
78 Marisa Kab. Pohuwato Gorontalo
79 Bongo Nol Kab. Boalemo Gorontalo
80 Jailolo Kab. Halmahera Barat Maluku Utara
81 Sarimahala Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara
82 Galala Sofifi Provinsi Maluku Utara Maluku Utara
83 Bahari Berkesan Kota Ternate Maluku Utara
84 Namlea Kab. Buru Maluku
85 Bula Kab. Seram Bagian Timur Maluku
86 Kaimana Kab. Kaimana Papua Barat
87 Wosi Kab. Manokwari Papua Barat
88 Iriati Kab. Teluk Wondama Papua Barat
89 Rufei Kota Sorong Papua Barat
90 Waisai Kab. Raja Ampat Papua Barat
91 Tambaruni Kab. Fak Fak Papua Barat
92 Entrop Kota Jayapura Papua
93 Baru Waropen Kab. Waropen Papua
94 Elelim Kab. Yalimo Papua
95 Kenyam Kab. Nduga Papua
96 Sentral Mulia Kab. Puncak Jaya Papua
97 Eiknemba Kab. Intan Jaya Papua
98 Doyo Baru Kab. Jayapura Papua
99 Jibama Kab. Jayawijaya Papua
100 Sentral Enarotali Kab. Paniai Papua
IK-4 Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun
Pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :
48/MDAG/PER/8/2013 disebutkan bahwa Pusat Distribusi Regional
adalah pusat distribusi yang berfungsi sebagai penyangga komoditas
utama di beberapa kabupaten/kota yang memiliki jumlah penduduk,
aksesibilitas, daerah konsumen, yang dapat bersifat kolek dan berpotensi
untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan antar pulau. Pusat
Distribusi Regional (PDR) merupakan salah satu sub sistem jaringan
yang pada dasarnya berfungsi sebagai penyokong bagi Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) yang berada di tiap propinsi dalam hal pemenuhan dan
penyaluran kebutuhan maupun hasil produksi daerah.
Pusat Distribusi Regional umumnya merupakan penyedia dan pengelola
cadangan penyangga serta pusat konsolidasi komoditas yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Fungsi utama dari Pusat Distribusi Regional adalah :
a. Sebagai pusat konsolidasi pengadaan komoditas untuk mencukupi
kebutuhan di regionalnya. Aktivitas konsolidasi ini dilakukan ketika
kuota kebutuhan komoditas di Pusat Distribusi Provinsi yang berada di
propinsi tidak mencukupi untuk melakukan pemesanan secara mandiri
dan perlu dilakukan konsolidasi dengan kebutuhan provinsi lain
sehingga dapat mencukupi kuota yang ditetapkan oleh produsen
komoditas tersebut.
b. Sebagai penyangga persediaan komoditas untuk menanggulangi
kekurangan, baik bagi regional layanannya maupun bagi kebutuhan
nasional.
c. Sebagai pelaksana pencatatan kebutuhan komoditas pada suatu
wilayah regional berdasarkan data yang diserahkan oleh Pusat
Distribusi Provinsi yang berada di bawahnya.
d. Sebagai tempat dilakukannya kegiatan pencatatan, sorting, cross
docking, packing dan storage untuk komoditas impor yang dipesan
IK-5
layanannya yang membutuhkan dengan harga yang lebih terkendali
dibandingkan jaringan distribusi umum (non Pusat Distribusi).
Untuk ditahun 2016 Pusat Distribusi Regional yang dibangun adalah 1
(satu) yaitu di Provinsi Sulawesi Selatan.
Salah satu fungsi strategis dari pasar adalah berkontribusi terhadap
ketahanan perekonomian bangsa, karena sebagian besar pedagang di
pasar rakyat merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Selain itu, di pasar rakyat juga memiliki retribusi pasar yang berkontribusi
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga pasar yang telah
direvitalisasi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
masing-masing daerah, yang pada awalnya pasar tersebut beroperasi 2
atau 3 kali dalam seminggu, setelah direvitalisasi dapat beroperasi setiap
hari dan dapat meningkatkan omzet pedagang pasar.
Sampai dengan akhir tahun 2016 pertumbuhan omzet pedagang pasar
tipe A yang direvitalisasi mencapai 27.14%, hal tersebut dinilai cukup
berhasil karena sudah mencapai target yang ditetapkan, walaupun ada
beberapa pasar yang sampai dengan akhir tahun belum beroperasi
secara menyeluruh.
Tabel 12:Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Rakyat Tipe A
NO PASAR TOTAL OMZET PASAR PRA REVITALISASI/TAHUN
1 Induk Sabang BELUM BEROPERASI
2 Tapak Tuan BELUM BEROPERASI
3 Tanjung/Mbancang Lade Rp 147,969,175,200 Rp 186,162,517,500 25.81%
4 Perbaungan BELUM BEROPERASI
5 Porsea Rp 30,339,129,600 Rp 37,378,066,976 23.20% 6 Inpres Blok IV BELUM BEROPERASI
7 Pangkalan Balai Rp 65,802,150,000 Rp 84,043,968,250 27.72% 8 Pasar Induk Rp 17,543,520,000 Rp 21,812,443,200 24.33%
9 Prabumulih BELUM BEROPERASI
14 Kemiling Rp 29,204,232,000 Rp 38,844,491,720 33.01% 15 Sidomulyo Rp 66,510,140,400 Rp 186,162,517,500 25.81% 16 Amahami Rp 85,703,850,000 Rp 231,816,888,000 170.49% 17 Baru Rp 39,700,584,000 Rp 53,056,994,760 33.64%
NO PASAR TOTAL OMZET PASAR PRA REVITALISASI/TAHUN 20 Sukamelang BELUM BEROPERASI
21 Jepon Rp 187,942,970,880 Rp 222,100,860,032 18.07% 22 Sidadadi Rp 117,323,740,800 Rp 138,646,865,120 20.17% 23 Giwangretno Rp 32,552,604,000 Rp 39,553,997,400 21.51%
24 Klewer BELUM BEROPERASI
25 Manis Rp 47,697,884,640 Rp 58,990,169,551 23.67% 35 Bawah Rp 47,430,000,000 Rp 59,892,000,000 26.27% 36 Alok Rp 111,727,968,000 Rp 142,453,159,200 27.50% 37 Reo Rp 6,072,435,000 Rp 8,130,315,750 33.89% 38 Motamasin Rp 9,100,868,400 Rp 11,864,576,556 30.37% 39 Kapuas Raya BELUM BEROPERASI
40 Tebas Rp 5,680,722,720 Rp 7,716,871,962 35.84% 41 Kayu Tangi Rp 40,583,042,400 Rp 52,594,198,984 29.60% 42 Sukamara Rp 36,002,978,400 Rp 46,058,547,104 27.93% 43 Pasar Waru BELUM BEROPERASI
44 Lolak Rp 13,467,888,000 Rp 21,426,768,480 59.10% 45 Momalia Rp 72,018,396,480 Rp 94,773,682,806 31.60%
46 Buyat BELUM BEROPERASI
47 Motoling Rp 134,887,200,000 Rp 169,283,436,000 25.50% 48 Tombatu Rp 79,641,610,200 Rp 96,717,708,387 21.44% 49 Boroko Rp 38,648,475,000 Rp 48,525,307,500 25.56% 50 Bungku Rp 33,997,266,000 Rp 42,118,835,100 23.89%
51 Lawolatu BELUM BEROPERASI
52 Sampara BELUM BEROPERASI
53 Palangga BELUM BEROPERASI
56 Atapange Rp 162,615,183,480 Rp 195,664,694,621 20.32% 57 Senggol Rp 99,463,872,000 Rp 120,127,003,840 20.77%
58 Sudu BELUM BEROPERASI
59 Loka Rp 46,600,655,760 Rp 56,616,008,077 21.49%
NO PASAR TOTAL OMZET PASAR PRA REVITALISASI/TAHUN
64 BatuLappa BELUM BEROPERASI
65 Erasa II Rp 21,942,000,000 Rp 28,014,180,260 27.67%
66 Boyong BELUM BEROPERASI
67 Sentral Rp 11,236,780,800 Rp 13,597,396,576 21.01%
75 Pontolo BELUM BEROPERASI
76 Liluwo Rp 8,278,845,120 Rp 10,126,270,925 22.32% 84 Namlea Rp 21,992,085,720 Rp 29,943,234,006 36.15%
85 Bula BELUM BEROPERASI
86 Kaimana Rp 4,860,000,000 Rp 6,220,800,000 28.00%
87 Wosi BELUM BEROPERASI
88 Iriati Rp 103,320,000,000 Rp 130,968,000,000 26.76%
89 Rufei BELUM BEROPERASI
90 Waisai Rp 46,080,384,000 Rp 58,720,408,320 27.43% 91 Tambaruni Rp 74,700,000,000 Rp 90,696,000,000 21.41%
92 Entrop BELUM BEROPERASI
93 Doyo Baru BELUM BEROPERASI
IK-6 Jumlah Pasar Rakyat yang
diidentifikasi untuk mendapat Pemberdayaan Terpadu Nasional
99 Jibama Rp 10,416,000,000 Rp 13,245,680,000 27% 100 Sentral Enarotali Rp 7,124,160,000 Rp 8,667,148,800 22%
Rata-Rata Kenaikan 27.14%
Tabel 13:Perbandingan Capaian Omzet Tahun 2015-2016
No Indikator Kinerja Utama
Satuan Target Realisasi Capaian (%)
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1.Rata-rata peningkatan (omzet) Pasar Percontohan
Unit 68 50 68 50 100 100
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Tabel 14:Grafik Capaian Omzet Pedagang Pasar Rakyat
Sumber: Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik
Untuk tercapainya tujuan revitalisasi pasar, maka revitalisasi terhadap
aspek fisik pasar perlu didukung pembenahan aspek manajemen yaitu
untuk mengubah cara pandang/paradigma dalam penyelenggaraan
pasar rakyat menuju pengelolaan secara professional. Selain itu perlu
dilakukan pembinaan kepada pedagang pasar agar mampu
meningkatkan keterampilan mengelola usaha dan mampu
mengembangkan budaya kekeluargaan di lingkungan pasar.
kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat yang diberikan
kepada pasar yang mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian
Perdagangan. Kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat
merupakan suatu kegiatan pendampingan kepada pasar yang
mendapatkan dana pembantuan dari Kementerian Perdagangan untuk
meningkatkan kapasitas dari para pengelola dan pedagang di pasar
tersebut. Kegiatan ini juga mengacu kepada RPJM 2015-2019 pada
program Pemberdayaan Manajemen Terpadu Nasional yang dilakukan
sesuai dengan fungsi dan tugas instansi masing-masing.
Adapun tahapan kegiatan pemberdayaan manajemen meliputi pendataan
pedagang, rekruitment fasilitator, pelaksanaan Training of Facilitator,
FGD, bimbingan teknis, sekolah pasar, dan aktivasi pasar. Tujuan dari
kegiatan Pemberdayaan Manajemen Pasar Rakyat Terpadu Nasional ini
antara lain adalah :
1.Mendorong pasar rakyat untuk dapat bersaing dengan toko modern dan maju bersama dalam menigkatkan perekonomian masyarakat dengan
dengan pengelolaan dan pemberdayaan pasar secara profesional;
2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
3. Menjadikan pasar rakyat sebagai penggerak roda perekonomian
daerah;
Pemberdayaan dan Pendampingan Pasar Rakyat, terdiri dari :
e. Pendampingan kepada para pedagang pasar dalam hal pengelolaan pasar yang baik, menata barang dagangan, menghitung omzet, dll
f. Sosialisasi kepada pedagang dan Forum Komunikasi, merupakan kegiatan sosialisasi dalam rangka relokasi kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun
g. Focus Group Discussion (FGD), berupa pertemuan dengan seluruh stake holder dalam rangka persiapan penempatan kembali pedagang ke pasar yang telah dibangun