bismillahirrahmanirrahim
Tentang Api dan Muda,
Oleh: Ismail Sunni Muhammad*
Choice, Chance and Change
(Akan tiba, saat kamu harus melabuhkan pilihan, menantang kesempatan dan meyakinkan diri untuk benar-benar berubah!)
Masa muda adalah masa yang sungguh berharga. Masa dimana keadaan fisik
sangatlah begitu meraja dan prima. Masa yang diibaratkan oleh penyanyi dangdut
kondang, “H. Rhoma Irama” sebagai masa yang berapi-api. Mengapa harus api, saudara? Dari pertanyaan singkat inilah, semua isi naskah sederhana ini mengalir.
Api selalu diibaratkan dengan warna merah. Merah lekat merujuk pada darah.
Darah merepresentasikan makna pengorbanan. Pengorbanan semata, lahir dengan adanya
kepercayaan dan keberanian. Tidak bisa hanya salah satunya. Kepercayaan tanpa
keberanian akan selalu dicap pengecut. Kepercayaan yang pasif. Tumpul dengan nalar
kritis untuk mengurai setiap persepsi yang salah. Seakan rumah dengan tiang pondasi
yang hilang. Lumpuh dan rapuh.
Kepercayaan yang bergaris lurus dengan rasa takut akan mudah
terombang-ambing dengan deru angin determinasi pihak eksternal. Setiap kemungkinan dan
keraguan yang timbul dari apa yang ia percaya hanya mampu tersimpan dalam benak,
terkungkung dalam dada. Disitulah dia akan speechless bila kepercayaannya menemui tantangan. Terlebih bila tantangan tersebut teroganisir dengan rapat dan rapi. Bagai
kerbau yang dicocok kedua hidungnya. Rela atau paksa, hatinya akan terbelenggu tak
kuasa.
Adapun keberanian tanpa kepercayaan merupakan kepincangan diri dalam
memaknai apa yang sejatinya masih ambigu. Sama halnya dengan karakter pertama, kali
mengirakan gilanya badai dan curamnya ombak. Abai pada pertimbangan dan persediaan
yang memadai. Sungguh ironis ketika seseorang berani membela apa yang dia tidak
percayai. Dia tidak ketahui wujud aslinya. Dia tidak mengerti apa dampak buruk yang
akan terjadi. Alhasil, keberaniannya layaknya singa tanpa gigi. Sebuah gambaran
keberanian yang sia-sia.
Saat ini kita berdiri. Mengaku berusaha menjadi mahasiswa sejati. Dan misi yang
harus kita capai sebenarnya adalah menanamkan akar keseimbangan dalam sisi
keberanian dan kepercayaan dalam diri kita. Karena keberanian dalam kebaikan menurut
kita lebih berat untuk dilaksanakan, namun selalu berakhir indah dan berarti. Karena
kepercayaan dalam diri kita masih belum sepenuhnya kokoh dan kukuh. Masih banyak
hal yang perlu kita telisik, baca, tulis, pelajari, sibak, kaji dan pahami. Sehingga
kepercayaan kita bertasbih menjadi benteng. Keberanian kita berevolusi menjadi cahaya.
Itulah alasan utama dan pertama, ketika kita memilih untuk selalu belajar.
Membangun benteng kita, menemukan cahaya kita. Sendiri memang sepi, namun selalu
lebih baik daripada ramai dicerca. Dan ketika benteng kita telah membaja, dan cahaya
kita bersinar cerah, Saya yakin kita akan mendapatkan pencerahan hidup yang lebih baik.
Kebersamaan yang saya dambakan adalah kebersamaan yang memupuk kebaikan.
Kebersamaan yang menjadi pelita harapan, asas semua cita, buah dari lapisan asa.
Kebersamaan yang terkonstruksi untuk melindungi, menjaga dan mengayomi.
Kebersamaan yang menjadi titik ekuilibrium antara pengorbanan dan pengetahuan.
Disinilah saya ingin kita bersama berada, hidup dan tumbuh. Dengan berapi-api. Dalam
satu harmoni semangat mengabdi, cuatan ambisi berprestasi dan sulut kepercayaan yang
memberani.
Plaza of Idea, 10.55
27 October, end of summer *mahasiswa prodi Manajemen smt.1. a wanna-be-Edensor-and-Istanbul-Backpacker.