• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor yang Mempengaruhi Desain R (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor faktor yang Mempengaruhi Desain R (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desain Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Publik di Kawasan Permukiman Perkotaan

Kiagoos Egie Ismail

Mahasiswa Magister Teknik Sipil - Program Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katholik Parahyangan Bandung

e-mail; egie41175@gmail.com

Abstrak

Pembangunan perkotaan yang terus meningkat seringkali tidak diimbangi dengan penyediaan RTH yang mencukupi kebutuhan perkotaan. Perkotaan menyandang berbagai macam fungsi didalamnya yang dihadapkan dalam persoalan aktual yang mengancam keberlanjutannya di masa yang akan datang. Dalam undang-undang penataan ruang telah dipersyaratkan bahwa kebutuhan RTH perkotaan itu sebesar 30% dari luas total kota, sehingga dalam menjawab persyaratan tersebut maka diperlukan upaya mewujudkannya dimulai dari lingkup terkecil dalam sebuah kawasan. RTH Publik di lingkup layanan kecamatan merupakan salah satu jawaban dalam mewujudkan hal tersebut. Dalam hal menetapkan alternatif desain dari RTH publik tersebut, seharusnya desain RTH publik tersebut terintegrasi dengan fasilitas pendukung yang diperlukan oleh masyarakat. Diharapkan RTH publik tersebut menjadi media interaksi antar masyarakat serta dapat menampung fungsi lain seperti zona evakuasi terhadap bencana dan dapat menjadi RTH yang aktif. Dalam penentuan fungsi RTH Publik tersebut tidak terlepas dari fungsi kawasan serta kebutuhan utama dari RTH publik tersebut. Penulisan ini berupaya untuk mencari faktor-faktor dominan dalam desain RTH publik di kecamatan dengan mempergunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil yang diharapkan adalah dapat memberikan masukan positif terhadap desain RTH publik di kecamatan serta parasarana pendukung yang dapat difasilitasi untuk mewujudkan penataan kawasan yang baik serta berkelanjutan yang memenuhi persyaratan dalam undang-undang. Dari hal tersebut, maka diharapkan dengan adanya RTH publik ini dapat memberikan dampak positif terwujudnya ruang hijau aktif yang berkelanjutan di kawasan permukiman serta menjawab tantangan isu lingkungan global dalam mengurangi efek rumah kaca serta perubahan iklim global.

Kata Kunci: RTH, Publik, Desain

Pendahuluan

Pembangunan yang terus meningkat di perkotaan, sering tidak menghiraukan kehadiran ruang terbuka hijau (RTH). Pada kenyataannya luas RTH di perkotaan setiap tahun semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan terjadinya alih fungsi yang semula berupa ruang terbuka menjadi kawasan terbangun untuk berbagai keperluan manusia. Semakin kurang memadainya RTH, khususnya taman kota dapat menimbulkan munculnya kerawanan dan penyakit sosial, sifat individualistik dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang sering ditemukan pada masyarakat perkotaan.

Sejalan dengan hal diatas, dalam memenuhi kebutuhan lahan hijau di perkotaan yang sudah sangat padat tentu akan sangat menyulitkan, akan tetapi dalam Permen PU 05/2008 tentang Pedoman penyediaan Ruang Terbuka Hijau, telah diberikan alternatif yang lebih bermanfaat bagi masyarakat di kawasan perkotaan yaitu adanya Ruang Terbuka Hijau Publik. RTH Publik ini secara garis besar pengertiannya adalah adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

RTH sebagai salah satu ruang penting yang harus ada dalam kota perlu memiliki suatu perencanaan dan perhatian yang khusus, karena memiliki berbagai fungsi yang tinggi bagi suatu kota seperti ekologis, ekonomi, arsitektur dan sosial/budaya.

(2)

bagaimana memberikan fasilitasi dalam penataan RTH publik agar dapat infrastruktur dapat lebih terarah dan bermanfaat dalam distribusinya.

Dengan terfasilitasinya RTH publik ini setidaknya akan dapat mengurangi efek negatif dari pengembangan dan pembangunan wilayah di perkotaan yang cepat khusunya dalam menjawab tantangan perubahan iklim secara global serta terutama dalam menjawab permasalahan lingkungan seperti land subsidence (penurunan muka tanah) yang terjadi di kawasan DKI Jakarta.

Sebagai wahana interaksi sosial, RTH Publik ini diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya sehingga aktivitas di ruang publik dapat bercerita dengan gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.

Kajian Literatur

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Dalam Undang Undang no 26/2007 telah disebutkan bahwa Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam Permen PU no 05/2008 penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;

b. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

c. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Kriteria dalam RTH Publik tingkat kecamatan adalah luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas.

Berikut ini merupakan kedudukan rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH jika ditinjau dari struktur perundang-undangan yang ada:

Gambar 1. Struktur penyediaan dan pemanfaatan RTH

Kriteria dalam pembangunan RTH Publik yang diadopsi dalam penulisan ini merupakan kriteria fungsi utama RTH yang tercantum dalam Permen PU no 05/2008 sebagai berikut:

1. Fungsi sosial & budaya (ekstrinsik): a. Ekspresi budaya lokal; b. Media komunikasi warga; c. Tempat rekreasi;

d. Wadah dan objek penelitian. 2. Fungsi estetika kawasan (ekstrinsik):

a. Meningkatkan kenyamanan kawasan;

b. Stimulasi kreativitas warga;

c. Pembentuk faktor keindahan

arsitektural;

d. Menciptakan keserasian & keseimbangan kws. terbangun dan tidak.

(3)

a. Sumber produk yang dapat dijual; b. Bagian dari usaha pertanian. 4. Fungsi ekologis kawasan (intrinsik) :

a. Sebagai paru-paru kota; b. Pengatur iklim mikro; c. Sebagai peneduh;

d. Produsen oksigen; e. Penyerap air hujan: f. Penyedia habitat satwa;

g. Penyerap polutan media udara, air dan tanah serta;

h. Penahan angin.

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dasar enggunaan metode AHP

Metode Analytical Hierarchy Process Method (AHP) merupakan salah satu perangkat untuk membuat suatu keputusan, yang didesain dan dilakukan secara rasional dengan membuat penyeleksian yang terbaik terhadap beberapa alternatif yang dievaluasi dengan multi kriteria. Dalam proses ini, para pembuat keputusan mengabaikan perbedaan kecil dalam pengambilan keputusan dan selanjutnya mengembangkan seluruh prioritas untuk membuat rangking prioritas dari beberapa alternatif. (Saaty-Vargas, 1994).

Metode AHP digunakan dalam memecahkan permasalahan, terdapat tiga prinsip dasar1, yakni antara lain:

a. Menggambarkan dan menguraikan secara hirarki atau kita sebut menyusun secara hirarkhi, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah;

b. Menetapkan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.

c. Konsistensi logis, dimana menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

AHP merupakan suatu model yang luwes yang memungkinkan untuk mengambil keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini tergantung kepada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun hirarki suatu masalah. Selain itu juga bergantung pada logika, intuisi dan pengalaman untuk memberikan pengalaman.

Metodologi Penelitian

Dalam mencari pemecahan alternatif dari penataan RTH Publik di lingkup kecamatan, penelitian ini menggunakan asumsi yang bersumber dari Permen PU no. 05/2008 dimana RTH publik lingkup kecamatan dihitung berdasarkan jumlah penduduk secara garis besar dapat mencakup 120.000 jiwa. Selanjutnya luas minimal RTH publik ini sebesar 24.000 M² yang dapat melayani 0,2 % luas minimal/kapita (M²). Metode yang akan dipergunakan dalam memilih alternatif fungsi dan fasilitas dominan dlam sebuah RTH publik di kecamatan adalah dengan mempergunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Penelitian ini bersifat deskriptif serta analisis yang dilakukan merupakan analisis dari data yang bersifat kualitatif. Gambaran mengenai kriteria-kriteria tentang RTH publik di kecamatan berdasarkan pada kriteria RTH yang didasarkan pada jumlah penduduk yang bersumber dari Permen PU 05/2008. Populasi dari penelitian adalah mahasiswa di lingkungan Pasca Sarjana Unpar & Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dengan asumsi bahwa seluruh mahasiswa Pasca Sarjana Unpar pernah mengunjungi RTH publik.

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data primer, dimana data tersebut diperoleh melalui pengisian kuesioner dari para responden yang relevan. Kuesioner ini berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yang bertujuan untuk memberikan tanggapan terhadap penelitian ini sesuai dengan pertanyaan yang dimaksudkan untuk mencari informasi mengenai suatu permasalahan2. Berdasarkan diskusi atas fungsi-fungsi penting sebuah RTH3 dan wawancara dengan beberapa narasumber yang relevan, pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kriteria kunci yang menjadi kriteria utama dalam pembangunan RTH publik di perkotaan di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Ekologis Kawasan: a. Sebagai paru-paru kota; b. Sebagai pengatur iklim mikro; c. Sebagai peneduh.

2. Fungsi sosial budaya:

a. Karakter ekspresi budaya lokal; b. Media komunikasi warga; c. Objek pendidikan dan rekreasi. 3. Fungsi estetika kawasan:

a. Kenyamanan kawasan;

1Saaty,1993 2Nazir, 2005 : 203 3

(4)

b. Kualitas lingkungan; c. Keserasian kawasan Setelah menentukan kriteria diatas yang diperoleh dengan media disk publik di beberapa daerah di wila kebutuhan sarana penunjang RTH hasil diskusi dengan beberapa na sebuah RTH publik kecamatan di lin

1.

Plaza terbuka;

2.

Kolam;

3.

Jalur pemandu & ramp;

4.

Taman bermain (Playgroun

5.

Street furniture;

6.

Food stand (kios penjual ma

7.

Lapangan olah raga multifu

8.

Peneduh buatan (shelter, gaz

9.

Foot path & Jogging track.

Alternatif dari beberapa desain dia besar dan dititik beratkan pada pem RTH tersebut dapat dimanfaatkan m Dalam penelitian ini, fakto dibatasi untuk mencari kriteria kun yang signifikan dalam perencanaa yang aktif. Kedepan mungkin sa penelitian ini.

Analisis

Dalam memproses analis mempergunakan perangkat penilaia responden yang relevan. Penggun tersebut sehingga diperoleh beber sebuah RTH publik.

Tahapan pertama dari pros yang direncanakan secara acak yan a. Hasil penilaian dari responden te

-budaya lokal komunikasiMedia warga

7,01

10,16

;

tas, dilakukan analisis kebutuhan dalam sebuah RTH pu diskusi dengan beberapa narasumber terkait serta pelak

ilayah Republik Indonesia. Data primer yang didapat H publik agar RTH tersebut dapat berfungsi menjadi RT

narasumber didapat beberapa alternatif fasilitas yang i lingkungan perkotaan sebagai berikut;

1.

diatas merupakan berdasarkan asumsi bahwa luasan RT pembangunan fasilitas publik RTH sebesar 30% dari tota

n menjadi ruang publik yang aktif.

ktor biaya belum menjadi pertimbangan dikarenakan unci dalam merencanakan sebuah RTH serta kriteria-krite aan sebuah RTH publik di kecamatan agar dapat berfu sangat diperlukan adanya pertimbangan dalam fakto

lisis dilakukan dengan mempertimbangkan berbaga ilaian metode AHP dengan alat bantu berupa kuesioner

unaan kuesioner ini bertujuan untuk mencari peringk berapa penilaian faktor-faktor yang dominan dari respo

roses analisis disini adalah menyebarkan kuesioner ter ang meliputi beberapa pertanyaan inti dengan hasil seba en terhadap fungsi utama RTH:

Gambar 1, Fungsi RTH yang diharapkan

Media

kawasan lingkunganKualitas Keserasiankawasan Paru-paru kota

10,16 10,60

11,91 13,31

9,72 10,07

H publik di lingkup kecamatan laksana pembangunan RTH at dari diskusi diatas adalah i RTH publik yang aktif. Dari ang dapat difasilitasi dalam

1.

RTH kecamatan tidak terlalu total luasan RTH publik agar an fokus dari penelitian ini kriteria prasarana pendukung rfungsi sebagai RTH publik aktor biaya dalam lanjutan

agai faktor diatas dengan ner yang disebarkan kepada gkat penilaian faktor-faktor sponden dalam perencanaan terhadap seluruh responden

bagai berikut:

Paru-paru kota Pengatur iklim

mikro Peneduh

10,07

(5)

b. Hasil penilaian responden terha

Gam Dari data yang diperoleh, matriks A yang menggambarkan pa Dimana : Aij = Wi/Wj (perbandin

i.,j = 1,2,....,n

maka hasil akhir yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Fungsi RTH publik:

-2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

Plaza terbuka Kolam

8,21

4,44

-2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

Ekspresi

budaya lokal komunikasiMedia warga

7,02

10,18

rhadap fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam sebua

Gambar 2, Fasilitas Pendukung RTH yang diharapkan h, kemudian dilakukan perhitungan bobot pada setiap

pasangan. Formula yang digunakan dalam analisis diny ingan parameter i dan parameter j)

h mengenai pembobotan dari masing-masing kriteria

Gambar 3, Fungsi RTH yang diharapkan

Kolam Jalur pemandu

dan ramp Playground furniturestreet makananPenjual Lapangan olahraga

4,44

14,88

11,11 11,79

7,54

12,46

Media komunikasi

warga

Objek pendidikan dan rekreasi

Kenyamanan

kawasan lingkunganKualitas Keserasiankawasan Paru-parukota

10,18 10,62 11,67

13,35

9,75 10,10

buah RTH di kecamatan:

tiap kriteria dengan membuat inyatakan seperti di bawah:

ia dan fasilitas RTH publik

Lapangan olah

raga Peneduhbuatan Jogging trackFoot path &

12,46 12,56

17,00

Paru-paru

kota Pengatur iklimmikro Peneduh

10,10

(6)

b. Fasilitas pendukung RTH publik

Gamb Untuk lebih memperjelas h (biru) dengan hasil pengolahan da dilakukan dapat lebih akurat.

a. Fungsi RTH publik:

b. Fasilitas pendukung RTH pu

Ga

budaya lokal komunikasiMedia warga

mbar 4, Fasilitas pendukung RTH yang diharapkan s hasil tersebut diatas, maka ditampilkan grafik perband data (merah) yang diperoleh sehingga diharapkan pen

Gambar 5, Fungsi RTH yang diharapkan

H publik:

Gambar 6, Fasilitas pendukung RTH yang diharapkan

Jalur pemandu

dan ramp Playground furniturestreet makananPenjual Lapangan olahraga

7,92

kawasan lingkunganKualitas Keserasiankawasan Paru-paru kota

10,60 11,91

dan ramp Playground furniturestreet Food Stand Lapangan olahraga

13,61

andingan antara hasil survey engambilan keputusan yang

an

Lapangan olah

raga Peneduhbuatan Jogging trackFoot path &

12,19 13,70

15,39

Paru-paru kota Pengatur iklim

mikro Peneduh

raga Peneduhbuatan Jogging trackFoot path &

12,19 13,70

15,39 12,46 12,56

(7)

Dari hasil proses pemilihan keputusan tersebut diatas, diperoleh pembobotan dari fungsi yang harus ada dalam sebuah RTH publik serta fasilitas pendukungnya. Prioritas yang dipilih adalah berdasarkan ranking dari pembobotan masing-masing kriteria tersebut diatas. Untuk selengkapnya hasil pembobotan kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Ranking Pembobotan dari masing-masing Kriteria

Urutan Kriteria

Fungsi RTH Bobot Fasilitas Pendukung Bobot

1 Pengatur iklim mikro 13,70 Foot path & Jogging track 17,00

2 Peneduh 13,62 Jalur pemandu dan ramp 14,88

3 Kualitas lingkungan 13,35 Peneduh buatan 12,56

4 Kenyamanan kawasan 11,67 Lapangan olah raga 12,46

5 Objek pendidikan dan rekreasi 10,62 Playground 11,11

6 Media komunikasi warga 10,18 street furniture 11,79

7 Paru-paru kota 10,10 Plaza terbuka 8,21

8 Keserasian kawasan 9,75 Food Stand 7,54

9 Ekspresi budaya lokal 7,01 Kolam 4,44

Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan maka kriteria utama yang harus dipenuhi dalam pembangunan RTH publik di kecamatan adalah diurutkan berdasarkan ranking penilaiannya seperti hasil perhitungan diatas, dimana posisi utama dalam pemenuhan fungsi RTH publik yang aktif di kecamatan harus dapat memberikan kontribusi positif terhadap kualitas lingkungan binaan yang didukung oleh adanya sarana pendukung berupa Foot path & jogging

track. Kriteria selanjutnya dipilih berdasarkan urutan prioritas (ranking), dimana semakin besar ranking-nya

merupakan kriteria semakin tidak signifikan atau semakin tidak penting dalam pembangunan sebuah RTH Publik di kecamatan.

Dengan adanya hasil ini, maka diharapkan dapat menjadi masukan positif berupa kriteria kunci bagi pembuatan desain RTH Publik di kecamatan terutama di lingkungan permukiman agar amanat yang dikandung dalam UU 26/2007 serta Permen PU 05/2008 dapat terlaksana sehingga tujuan utama membina lingkungan binaan yang berkelanjutan dapat tercapai.

Penulisan ini dirasakan masih belum sempurna, dalam pemenuhan jumlah responden masih dirasakan belum dapat mewakili sehingga keakuratan data masih dirasakan belum sempurna. Perlu adanya berbagai penyempurnaan ke depan dalam melakukan pengumpulan data agar didapat hasil yang lebih valid.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih saya haturkan kepada bapak Dr. -Ing. Andreas Wibowo, VDI atas dorongannya dalam membantu penulis dalam melakukan penulisan karya ilmiah ini.

Daftar Pustaka

Undang-undang no. 26/2007 tentang Penataan Ruang;

Peraturan Menteri PU No. 05/2008 tentang Pedoman Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan;

Dr. -Ing. Andreas Wibowo, VDI, Materi Perkuliahan Teknik Pengambilan Keputusan, Methods for Qualitative

Data Median Ranking Method, Program Pascasarjana Teknik Sipil, Universitas Katholik Parahyangan,

Bandung, 2013;

Dr. -Ing. Andreas Wibowo, VDI, Materi Perkuliahan Teknik Pengambilan Keputusan, Analytic Hierarcy Process, Program Pascasarjana Teknik Sipil, Universitas Katholik Parahyangan, Bandung, 2013;

Saaty, T. L. The Analytic Hierarchy Process. New York: McGraw-Hill,(1980);

(8)

Sutikno, Sistem Pendukung Keputusan Metode AHP Untuk Pemilihan Siswa Dalam Mengikuti Olimpiade Sains Di Sekolah Menengah Atas, Program Studi Ilmu Komputer FMIPA UNDIP;

Adhipta Abwa Rabbika, Penerapan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making Dalam Perancangan Pemodelan Pengambilan Keputusan Perekrutan Teknisi Otomotif (Studi Kasus: MD AUTOCARE, Sleman), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Amikom, Yogyakarta 2011;

Juliyanti, Mohammad Isa Irawan dan Imam Mukhlash, Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode AHP Dan Topsis, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011;

Zainul Khakim, M Ruslin Anwar, M. Hamzah Hasyim, Studi Pemilihan Pengerjaan Beton antara Pracetak dan Konvensional pada Pelaksanaan Konstruksi Gedung dengan Metoda AHP, Jurnal Rekayasa Sipil/Vol. 5, No. 2–2011 ISSN 1978-5658;

Gambar

Gambar 1. Struktur penyediaan dan pemanfaatan RTH
Gambar 1, Fungsi RTH yang diharapkan
Gambar 3, Fungsi RTH yang diharapkan
Gambar 5, Fungsi RTH yang diharapkan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh BPD DIY Syariah dan telah dipercayangan bank sebagaimana tersebut diatas, maka dari pihak bank pun tidak terlalu mengalami

p asam men ebabkan kalium be mi asi ke lua sel sehin a kada kalium ekst aselule Asidosis Laktat pada Ketoasidosis Diabetik Berat.. di Instalasi

Guna memahami lebih baik mengenai implementasi kebijakan negara jangan hanya menyoroti perilaku dari lembaga- lembaga administrasi/badan- badan yang bertanggung jawab

Kualitas layanan, kepercayaan, reputasi, kebiasaan, kepuasan berpengaruh signifikan terhadap Kepercayaan dan kepuasan nasabah tidak berpengaruh signifikan terhadap

Pengawas Ruang US/M menerima bahan US/M dari penanggung jawab Penyelenggaraan US/M berupa Paket Soal, LJUS/M, Amplop LJUS/M, Daftar Hadir, dan Berita Acara

The objective of this research is to describe the interpretation of logico- semantic relation types used in the skripsi background of qualitative and quantitative

Dalam penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang dimaksudkan rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih