PENGARUH PENGENDALIAN KUALITAS SUSU SAPI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PRODUK SUSU SAPI PADA PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG DAN KECAMATAN PARONGPONG
KABUPATEN BANDUNG BARAT Yun Yun1, Asep Kurniawan2
Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi1,2
[email protected],[email protected] Abstract
This study was conducted to determine the effect of cow milk quality control on the competitive advantage of local cow milk. So the purpose of this research mapped a variety of problems in terms of competitive advantage of cow's milk. By doing this research in District of Lembang and Parongpong Subdistrict which enough of its society as cattle rancher, can give understanding in managing quality in order to gain competitive advantage in milk product of cow. Method used in research that is quantitative research with associative descriptive method. With a sample of 41 cattle ranchers and using product moment correlation tool, to determine the effect of quality control varaibel to varaibel competitive advantage. The results of research show that there is influence of quality control to the competitive advantage of dairy farmers. Thus, dairy farmers should pay attention to the quality of cow's milk, in order to gain competitive advantage.
Keywords: Quality Control, Competitive Advantage,
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
Penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta jiwa memerlukan asupan gizi yang cukup agar dapat hidup sehat. Tingginya kebutuhan makanan dan minuman yang bergizi haruslah mampu dipenuhi oleh seluruh masyarakat Indonesia agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada masyarakat Indonesia.
Salah satu minuman yang bergizi tinggi yaitu susu sapi. Susu sapi merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Sususapi berperan sebagai asupan penting untuk kesehatan, kecerdasan, dan pertumbuhan, khususnya anak-anak (Farid dan Sukesi, 2011)
Konsumen susu sapi sangat bervariasi, mulai dari bayi, anak-anak, remaja dan dewasa menjadikan produk susu merupakan produk yang memiliki pasar yang sangat luas. Pada 2011 konsumsi susu di Indonesia mencapai 12,85 liter per kapita per tahun, meningkat dibandingkan 2010 yaitu 11,95 liter. Meskipun terjadi peningkatan jumlah, konsumsi susu di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan sejumlah negara di Asia, seperti Malaysia (50,9 liter), India (47,1 liter), Singapura (44,5 liter), Thailand (33,7 liter), Vietnam (14,3 liter), dan Filipina (13,7 liter) (tempo.co).
Bandung Barat
yakni Amerika Serikat (AS), Australia, Selandia Baru, Belgia, dan Kanada .Produk susu impor sangat dominan bukan hanya karena kurangnya produksi, tetapi dari kualitas susu lokal yang masih kurang. Pada dasarnya standar untuk kualitas susu yang baik. Untuk memperoleh susu sapi yang berkualitas, harus didapat dari sapi yang berkualitas pula, sehingga untuk dapat meningkatkan kualitas susu sapi, harus di tingkatkan juga kualitas dari pada sapi perah yang ada di Indonesia sehingga kualitas susu yang di hasilkan dapat memenuhi standar yang baik.
Salah satu daerah penghasil susu sapi di Indonesia yaitu daerah kecamatan Lembang dan kecamatan Parongpong, dimana banyak masyarakatnya yang berprofesi sebagai peternak sapi. Kedua daerah tersebut yang terletak di Bandung Utara membuat daerah tesebut sangat cocok dijadikan daerah peternakan sapi. Kerenadataran tinggi kawasan Bandung Utara menjadi potensi dan keuntungan tersendiri bagi masyarakat yang sebagaian besar menggantungkan kehidupan ekonomi pada kondisi alam, kesuburan tanah dan luas lahan yang yang memadai bagi sektor pertanian dan peternakan (www.pertanian.go.id).
Salah satu permasalahan yang muncul dari para peternak di daerah Lembang dan Parongpong tersebut yaitu kualitas susu sapi dari para peternak yang belum tersetandar. Tinggi perbedaan kualitas dari setiap peternak sapi membuat sulitnya menjamin kualitas susu yang dikirim ke industri pengolahan susu sapi. Standar yang harus dapat dipenuhi oleh para peternak sapi untuk menghasilkan susu yang sesuai dengan standar milk codex. Produk susu perah lokal kuantitasnya tidak mampu mencukupi permintaan Industri Pengolahan Susu (IPS), kualitas tidak memenuhi standard milk codex, dan harga lebih tinggi dari susu impor, membuat peternak lokal kalah bersaing dengan negara-negara pengekspor susu dunia (Nugroho, dkk,2011)
Peternak harus memperhatikan ketentuan ini agar kualitas susu yang dihasilkan memiliki standar yang tinggi, berdaya saing serta aman dikonsumsi(Nugroho,2011). Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa pengendalian kualitas yang dilakukan oleh peternak sapi guna memproduksi susu sapi berkualitas akan memberikan pengaruh positif terhadap keunggulan bersaing produk susu yang dihasilkannya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengendalian Kualitas susu sapi pada peternak sapi perah di Kec. Lembang dan Parongpong
2. Bagaimana Keunggulan Bersaing susu sapi pada peternak sapi perah di Kec. Lembang dan Parongpong
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajan Teori dan Studi Empirik Tentang Pengendalian Kualitas (Qualityn Control)
Kualitas produk digambarkan sebagai kemampuan dari suatu produk/jasa dalam memenuhi harapan dari pelanggan. MenurutHeizer and Render, (2014)“The ability of a products or services to get customers needs. Sedangkan menurut Juran dalam Best, (2000)Kualitas produk merupakan kecocokan penggunaan produk (fitness for use)untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Quality Controlmenurut Jenal, et al (2011) : “Quality Control refers to activities to ensure that produced items are fulfilling the highest possible quality”. Sedangkan [12], “Quality Control (QC) may be defined as a system that is used to maintain a desired level of quality in a product or services”.
Dalam menjaga kualitas produk agar tetap dapat memenuhi harapan dan keinginan pelanggan, perusahaan harus menerapkan quality control agar setiap produk yang disampaikan ke pasar memiliki kualitas yang sama. Menurut Schroeder, (2011) “Quality control is defined as the continuous improvement of a stable process” sedangkan menurut Jenal et al (2011) reuters do activities do ensure that produced intents are fulfilling the highest possible quality”.Besterfield, (2013)“Quality control is the use of technique and activities to achieve, sustain, and improve the quality of a product or services”. Dari definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa serangkaian aktivitas guna mempertahankan kualitas dari produk atau jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Kumar and Suresh, (2008) yaitu
1. Meningkatkan pendapatan perusahaan dengan cara membuat produksi yang dapat diterima oleh pelanggan dengan menyediakan garansi, kegunaan yang lebih baik, pemeliharan.
2. Untuk mengurangi biaya operasi perusahaan melalui pengurangan barang cacat. 3. Untuk mencapai interchangeability pembuatan dalam skala produksi yang lebih
besar.
4. Menghasilkan kualitas optimal pada harga yang efisien 5. Untuk menjamin kepuasan pelanggan
6. Untuk melakukan inspeksi yang cepat untuk memastikan control kualitas 7. Untuk menjamin adanya fasilitas selama proses produksi.
Adapun langkah-langkah dalam menjalankan quality control menurut [12] Formulasi kebijakan kualitas
1. Menentukan standar atau spesifikasi dari prefensi konsumen, biaya dan keuntungan 2. Memilih rencana inspeksi dan membuat prosedur untuk pengecekan
3. Memdeteksi perbedaan dari standar dan spesifikasi
4. Mengambil tindakan korektif atau perubahan yang diperlukan untuk mencapai standar.
5. Decide on salvage to decide how the defective parts are disposed of entire scrap or rework.
6. Kordinasi masalah kualitas
Bandung Barat
Sistem dari pengendalian kualitas, memerlukan empat hal penting yang harus diperhatikan menurut Gaspersz, (1998) yaitu 1) Proses, 2) informasi tentang kinerja, 3)Tidakan pada proses, 4) Tindakan pada produk.
2.2 Kajian Teoritis dan Studi Empirik Tentang Keunggulan Bersaing (Competitive advantage)
Menurut Peter,( 2010) “Competitive advantage is powerful idea, but it’s extremely important to recognize that competitive advantage is a means to an end in itself”. Selain itu, Thompson dalam Al-Rfou and Trawneh, (2010) “Competitive advantage defined as the ability of an organization to add more value for its customers than its rivals and thus attain a position of relative advantage, the challenge is to sustain any advantage once achieved”. Dan menurut Clulow et al dalam Agha and Alrubaiee, (2012) “A firm is said to have a competitive advantage when it is implementing a value creating strategy not simultaneously being implemented by any current or potential player”.
Seiring dengan adanya perubahan lingkungan yang semakin cepat, membuat persaingan semakin ketat.Banyak cara dalam memperoleh keunggulan bersaing perusahaan, dalam jangka pendek memang daya saing perusahaan dapat diperoleh dari strategi biaya rendah maupun strategi differensiasi (Poter, 1998). Dalam jangka panjang daya saing perusahaan hanya dapat dicapai dengan melakukan inovasi dan perbaikan secara berkesinambungan. Best, (2000)keunggulan bersaing sebagai keunggulan atas pesaing yang didapatkan dengan menyampaikan nilai pelanggan yang lebih besar, melalui harga yang lebih murah atau dengan menyediakan lebih banyak manfaat yang sesuai dengan penetapan harga yang lebih tinggi.
Dalam mengembakan keunggulan bersaing yang berkesinambungan saat ini semakin sulit. Perusahaan dapat mempertahankan keunggulan bersaing sampai layanan yang mereka berikan dan pola bagaimana mereka menyampaikannya memiliki atribut sesuai dengan kriteria sejumlah pelanggan.Dalam memberikan nilai lebih kepada pelanggan perusahaan harus memperhatikan beberapa dimensi dari competitive advantage/Keunggulan bersaing. Ukuran dalam menilai ketercapaian dari keunggulan bersaing sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh manan perusahaan memiliki keunggulan bersaingnya di bandingkan dengan pesaingnya. Blunas dalam AlShbiel and Al-Awaqleh(2012) melihat bahwacompetitive advantagedapat diukur denganlow cost, quality, dan on time delivery. Selain itu menurut Heizer and Render, (2014)ditandai denganfaster response to the customer at lower cost and higher quality”. Sedangkan menurut Dranoveand Whitedalam Diab, (2013)terdapat empat dimensi dalam competitive advantageyaitucost, flexibility, delivery, and quality.Sementara Horngren, et al, (2000)mengemukakan bahwa keunggulan bersaing adalah keinginan manajemen yang kuat dalam menguasai : biaya (cost), mutu (quality), waktu (time) dimana pencapaian nilai pelanggan dalam rangka untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing erat hubungannya dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan dalam competitive advantage terdiri dari fleksibilitas dalam merespon pasar, biaya, kualitas, dan pengiriman.
1. Fleksibilitas dalam merespon konsumen
FleisherandBensoussan dalam Diab, (2013) “the Flexibility is important dimensions for the purpose of competition by quick responding to the customer’s needs”.Perusahaan yang memilikicompetitive advantageharus mampu memberikan respon yang cepat kepada pelanggan baik untuk permintaan maupun keluhan dari pelanggan.
2. Biaya
Efisiensi dalam penggunaan biaya operasi perusahaan dalam produksi merupakan bagian dari pencapaian competitive advantage perusahaan. Menurut Baranesand Brady dalam Diab, (2013)“In addition we can say that the organizations have a competitive advantage, when the accumulated costs related to productive activities less than those of competitors”. Faktor-faktor yang memperngaruhi biaya rendah menurut Deborah dalam Diab, (2013) “ The Factor that lead to lower costs; increased experience, qualifications, and education, successful investment, initiated suitable polices for production and distribution, and the exploitation of resources available”.
3. Kualitas
Kualitas menjadi proioritas guna memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga menjadi bagian daricompetitive advantage.Barkerdalam Diab, (2013) “Use quality as the entrance to satisfy customers, not just as a way to solve problems and reduce costs”.
4. Pengiriman
Baker dalam Diab, (2013) menyatakan bahwa pengiriman “ The speed of services and response to customer demand has become one of the factors of competitions between organizations, this is linked to the customers willingness to pay higher cost for the services or product he/she need in a timely”.
Dari kajian teori diatas, peneliti inginmengetahui bagaimana pengendalian kualitas mempengaruhi keunggulan bersaing pada peternak sapi perah.
Gambar 1. Pengaruh Pengendalian Kualitas Terhadap Keunggulan Bersaing
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Objek penelitian yang diteliti pada penelitian ini, yaitu variabel quality control dan competitive advantage.Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengaruh dari quality control terhadap competitive advantage dari peternak sapi perah di Kecamatan parongpong dan kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Menurut tingkat eksplanasinya (level of explanation), penelitian ini dikelompokkan ke dalam penelitian deskriptif dan asosiatif. penelitian asosiatif merupakan hubungan dan pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya (Sugiono, 2010).
Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage) Pengendalian Kualitas
Bandung Barat
Populasi dan Sampel merupakan sumber untuk memperoleh jawaban fenomena penelitian. Populasi sebagai keseluruhan dari subjek dari penelitian. Pada penelitian ini populasi merupakan keseluruhan peternak sapi perah di Kec. Lembang dan Kec Parongpong Kab. Bandung Bara.Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik nonprobability sampling menurut Sugiono, (2010)“Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan pada setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”.Pada penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 40 orang peternak sapi perah.
Sumber dan Cara Pengumpulan Data Sumber Data
Dalam pengumpulan data, digunakan beberapa sumber data. Pada penelitian ini dilihat dari sumber data, mengunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. data sekunder diambil mengenai kondisi dari peternak sapi perahberdasarkan berbagai literatur. Data primer diperoleh dengan mengambil informasi langsung dari peternak sapi perah.
Teknik Pengumpulan Data dan Pengukuran Data
Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian yaitu Studi lapangan (field research), Wawancara, Observasi, Kuesioner, serta Focus Group Discusion (FGD).
Teknik pengukuran data yang diperoleh berupa persepsi, sikap dan pendapat. Dalam mengukur persepsi tersebut menggunakan skala likert(Sugiono,2010). Skala likert digunakan untuk mengukur pengendalian kualitas dan keunggulan bersaing berupa pernyataan sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju masing-masing pernyataan memiliki skor jawaban yang disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel1
Skor Jawaban Positif Dan Negatif dari Pengendalian Kualitas dan Keunggulan Bersaing.
JAWABAN PERNYATAAN
SKOR JAWABAN PERNYATAAN
POSITIF
PERNYATAAN NEGATIF
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-Ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Sumber : Sugiyono (2010:133) Teknik Pengujian Alat Ukur Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
pada objek yang diteliti”. Instrument yang valid bearti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini menggunakan koefisien korelasiproduct moment yaitu:
rxy= koefisien korelasi (indeks validitas)
n = jumlah sampel
X = skor masing-masing item Y = skor total item
Sedangkan uji reliabilitas menurut Sugiono, (2010)Instrument yang reliable adalahinstrumentyang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan adalah koefisien realibilitas Alpha Cronbach (Sugiono, 2010). Adapun rumus tersebut sebagai berikut:
2
k = adalah banyaknya butir pernyataan
S2I = adalah varians dari skor butir pernyataan ke-i
S2t = adalah varians dari total skor keseluruhan butir pernyataanx`
Sedangkan rumus varians yang digunakan adalah: 2
n = banyaknya responden
Xi = skor yang diperoleh responden ke-I
X = rata - rata
Reliabilitas dari setiap pernyataan akan ditunjukkan dengan membandingkan ݎ dengan ݎ௧ dengan kaidah keputusan jika ݎ>ݎ௧ berarti reliabel, jika
ݎ<ݎ௧berarti tidak reliabel harus diperbaiki atau dihilangkan. Dalam menganalisi uji
reliabilitas menggunakan bantuan SPSS 17.
Metode Analisis Data
Bandung Barat
Untuk Menjawab identifikasi masalah ketiga menggunakan metode asosiatif dengan menghitung koefisien determinasi. Analisis determinasi dalam penelitian dapat dilakukan setelah terlebih dahulu menguji besarnya hubungan antara variabel X dan varibel Y dengan rumus korelasiproduct momentsebagai berikut :
a. Kolerasiproduct moment
Menurut Sugiono (2012),rumus kolerasiproduct momentadalah :
ݎ = ݊(∑ܻܺ)−(∑ݔ)(∑ݕ)
ඥ{݊(∑ܺଶ)− (∑ܺ)ଶ}{݊(∑ܻଶ)− (∑ܻ)ଶ} Keterangan :
r : Koefisien kolerasi X : Jumlah skor item Y : Jumlah skor total n : Jumlah responden
Untuk mengukur seberapa besar pengaruh periklanan terhadap loyalitas konsumen dapat diuji dengan menggunakan pengujian statistik sebagai berikut :
b. Analisis determinasi
Menurut Riduwan, (2010)analisis determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
݀ =ݎଶݔ100%
Keterangan :
d : Koefisien determinasi r : Nilai koefisien kolerasi
r adalah kolerasi dari variabel X dan Y sedangkan d adalah peresentase pengaruh variabel X terhadap Y.
Sedangkan untuk dapat memberikan interpretasi keeratan hubungan diperlukan adanya suatu pedoman yang mendasari, seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2
Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Kolerasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber :Sugiono, 2010
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengendalian Kualitas
Tabel 3
Uji Validitas Variabel Pengandalian Kualitas
PERNYATAAN
t-hitung
t-tabel KETERANGAN
x1 0,682 0,3 Valid
x2 0,755 0,3 Valid
x3 0,828 0,3 Valid
x4 0,632 0,3 Valid
x5 0,605 0,3 Valid
x6 0,335 0,3 Valid
x7 0,534 0,3 Valid
x8 0,525 0,3 Valid
x9 0,619 0,3 Valid
x10 0,615 0,3 Valid
Sumber ; Kuesioner, diolah kembali 2015.
Berdasarkan tabel uji validitas di atas, terlihat bahwa seluruh pernyataan dari kuesioner yang diberikan kepada para peternak sapi perah di Kec. Parongpong dan Lembang valid. Sehingga, alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel pengendalian kualitas dapat digunakan.
Selanjutnya di uji juga reliablitas dari data yang diperoleh untuk mengetahui keandalan data yang akan mengukur variabel pengendalian kualitas. Uji validitas tersebut di hitunga dengan bantuan program SPSS 18. Hasilnya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4 Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha N of Items
0,882 10
Sumber : Kuesioner, diolah kembali 2015
Dari tabel uji relaibilitas di atas diperoleh hasil cronbach’s alpha lebih dari 0,6. Artinya data yang diperoleh dapat diandalkan untuk mengukur variabel pengendalian kualitas.
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Keunggulan Bersaing
Bandung Barat
Tabel 5 Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha N of Items
,855 13
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
Dari tabel uji validitas diatas, hasil cronbach’s alpha menunjukan lebih besar dari 0,6. Artinya instrumen untuk mengukur keunggulan bersaing dapat diandalkan.
IV. PEMBAHASAN PROFIL RESPONDEN
Penelitian ini dilaksanakan di Kec. Parongpong dan Kec Lembang dengan mengambil data dari 41 responden yang berprofesi sebagai peternak sapi perah. Responden sebanyak 21 orang dari Kec. Parongpong dan 20 orang dari Kec. Lembang. Profil responden yang disajikan terdiri dari jumlah sapi yang dimiliki, pendidikan peternak sapi, jumlah pegawai, dan lamanya berprofesi sebagai peternak sapi serta jumlah produksi susu dan pengiriman susu. Dari data menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi di Kec.Parongpong dan Kec. Lembang memiliki sapi perah antara 4 sampai dengan 6 ekor, juga cukup banyak pula responden yang memiliki sapi perah kurang dari 3 ekor. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peternak sapi di Kec. Lembang dan Parongpong masih merupakan peternak kecil yang memiliki sapi kurang dari 6 ekor.
Analisis Deskriptif Pengendalian Kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
1. Persepsi Responden pada Proses Pengendalian Kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat. Pada proses pengendalian kualitas susu sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat terdapat 4 pernyataan yang diajukan kepada responden. Terdiri dari kualitas sapi perah, pemberian pakan sapi, kebersihan proses pemerahan sapi dan kebersihan kandang sapi. Berikut penjelasan deskriptif untuk masing-masing jawaban responden terhadap pernyataan responden tersebut.
Dalam melakukan analisis deskriptif untuk variabel pengendalian kualitas, dijelaskan dengan data yang berasal dari kuesioner yang di isi oleh responden peternak sapi perah di Kec. Parongpong dan Kec Lembang dengan berdasarkan empat indikator yaitu proses, informasi tentang kualitas susu sapi, tindakan pada proses dan tindakan pada produk. Berikut penjelasan masing-masing indikator tersebut.
Tabel 6
Kategori Sub Variabel Proses dalam Menjaga Kualitas
PERNYATAAN FxB KATEGORI
Kualitas Sapi Perah
yang Dimiliki 176
Baik Pemberian Pakan Sapi
185
Kebersihan Proses
Pemerahan Sapi 186
Kebersihan Kandang
Sapi 177
TOTAL 724
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa proses dalam menjaga kualitas yang dilakukan oleh peternak sapi perah di Kec. Parongpong dan Kec Lembang termasuk ke dalam kategori Baik karena berada dalam interval antara 658 – 822. Meskipun peternakan di Kec Parongpong dan Kec. Lembang mayoritas masih dilakukan secara tradisional, dalam proses menjaga kualitas tetap dilakukan dengan baik.Para peternak berusaha untuk menggunakan peralatan yang relatif bersih dan seminimal mungkin adanya bakteri dari luar yang akan merusak kualitas susu sapi. Seperti hasil pengamatan peneliti, dimana dalam proses pemerahan selalu dilakukan di kandang yang realtif bersih, menggunakan air hangat serta susu sapi yang dihasilkan sangat minimal bersentuhan dengan tangan.
2. Informasi Tentang Kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
Bandung Barat
Tabel 7
Kategori Sub Variabel Kualitas Susu Sapi
PERNYATAAN FxB KATEGORI
Pemahaman tentang
kualitas susu sapi 174
Baik Kualitas susu sapi
yang dihasilkan 161
TOTAL 335
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
Dari tabel diatas, kualitas susu sapi yang dihasilkan oleh peternak di Kec. Parongpong dan Kec Lembang masih terkategori baik dengan skor antara 329 – 410. Meskipun dari kualitas susu sapi masih harus ditingkatkan. Peternak sebesarnya mengetahui kualitas susu sapi yang baik, tetapi masih banyak kendala yang diterima salah satunya dari kualitas konsentrat atau pakan yang berkualitas yang sulit didapat terutama di musim kemarau yang kualitasnya tidak stabil serta ketersediaan rumput yang berkualitas.
3. Tindakan Pada Proses Pengendalian Kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
Berkaitan dengan tindakan pada proses pengendalian kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat terdapat 2 pernyataan yang diajukan kepada responden. Terdiri dari kualitas pakan rumput, dan kualitas pakan konsentrat. Berikut penjelasan deskriptif untuk masing-masing jawaban responden terhadap pernyataan responden tersebut.
Tabel 8
Kategori Sub Variabel Tidakan pada proses
PERNYATAAN FxB KATEGORI
Kualitas Pakan Rumput yang
diberikan kepada sapi
149
Cukup Baik Kualitas Pakan
Konsentrat yang diberikan kepada sapi
164
TOTAL 335
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
4 Tindakan Pada Produk Dalam Pengendalian Kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
Berkaitan dengan tindakan pada produk dalam pengendalian kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat terdapat 2 pernyataan yang diajukan kepada responden. Terdiri dari jumlah susu sapi yang dihasilkan, dan kebersihan susu yang diproduksi. Berikut penjelasan deskriptif untuk masing-masing jawaban responden terhadap pernyataan responden tersebut
Tabel 9
Kategori Subvariabel Tindakan pada Produk Susu Sapi di Kec Parongpong dan Lembang
PERNYATAAN F x B KATEGORI
Kuanlitas susu sapi
Sumber : Kuesioner, diolah kembali 2015
Dari tabel di atas, terlihat bahwa tindakan pada produk susu sapi berada pada Kategori Cukup baik, sehingga masih harus ditingkatkan terutama pada kuantitas, karena sebagian masih memproduksi kurang dari 15 liter per ekor. Artinya pakan dan konsentrat berperan penting untuk meningkatkan kuantitas dari produksi susu sapi di Kec Parongpong dan Kec Lembang Kab. Bandung Barat.
Kebersihan dari produk susu sapi yang dihasilkan peternak yang terkategori baik, sudah dilakukan saat proses produksi, salah satunya dengan melakukan penyaringan baik di pada saat pemerahan dan ketika susu sapi dikirim ke Koperasi sehingga susu sapi yang dihasilkan menjadi bersih. Proses tersebut sangat membantu dalam menjaga kualitas dari produk susu sapi dari peternak di Kec. Parongpong dan Lembang.
Dari keempat sub variabel yang mengukur variabel pengendalian kualitas, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10
Kategori Variabel Pengendalian Kualitas.
SUB VARIABEL F X B
Kualitas Susu Sapi 335 Baik
Tindakan pada proses 313 Cukup Baik Tindakan pada Produk 331 Cukup Baik
TOTAL 1703
Bandung Barat
Dari tabel di atas, untuk variabel pengendalian kualitas terkategori baik dengan skor antara 164 – 20150. Sehingga pengendalian kualitas susu sapi pada para peternak di Kec Parongpong dan Kec Lembang sudah dilakukan meskipun dalam tindakan pada proses dan tindakan pada produk masih harus ditingkatkan agar memberikan kualitas produk yang terbaik baik konsumen.
Analisis Deskriptif Keunggulan Bersaing Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
Pada penjelasan mengenai keunggulan bersaing, dijelaskan oleh empat indikator yaitu fleksibilitas dalam merespon konsumen, biaya, kualitas dan pengiriman. Berikut penjelasan masing-masing indikator tersebut.
1. Fleksibilitas Dalam Merespon Konsumen Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
Berkaitan dengan fleksibilitas dalam merespon konsumen Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat terdapat 2 pernyataan yang diajukan kepada responden. Terdiri dari kecepatan respon oleh peternak dan penanganan keluhan dari petugas Koperasi. Berikut penjelasan deskriptif untuk masing-masing jawaban responden terhadap pernyataan responden tersebut.
Tabel 11
Kategori Sub Variabel Respon Kepada Konsumen
PERNYATAAN F x B KATEGORI
Respon dari keinginan
konsumen 164
Cukup Baik Penanganan keluhan 159
TOTAL 321
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
Dari tabel di atas, untuk kategori sub varaibel respon kepada konsumen berada pada kategori cukup baik. Artinya bahwa para peternak harus lebih mampu untuk merespon konsumennya salah satunya koperasi. Artinya dalam merespon keinginan koperasi untuk memperoleh susu sapi sesuai dengan standar harus lebih ditingkatkan.
2. Biaya Produksi Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
karena harga jual susu sapi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan beban biaya yang ditanggung oleh peternak.
Tabel 12
Kategori Sub Variabel Respon Kepada Konsumen
PERNYATAAN F x B KATEGORI
Biaya pemberian
pakan rumput 90
Kurang Baik Biaya pemberian
pakan Konsentrat 83
Biaya perawatan sapi 103 Biaya perawatan
Kandang 107
TOTAL 383
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
3. Kualitas Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
Pada kualitas susu sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat terdapat 2 pernyataan yang diajukan kepada responden. Terdiri dari kualitas susu sapi yang diproduksi, dan produk susu sapi sesuai dengan keinginan konsumen. Berikut penjelasan deskriptif untuk masing-masing jawaban responden terhadap pernyataan responden tersebut.
Tabel 13
Kategori Sub Variabel Respon Kepada Konsumen
PERNYATAAN F x B KATEGORI
Respon dari keinginan
konsumen 164
Cukup Baik Penanganan keluhan 159
TOTAL 321
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
Dari tabel di atas, untuk sub varaibel respon kepada konsumen berada pada kategori Cukup Baik (321). Artinya dalam menangani respon yang diinginkan oleh koperasi selaku konsumen masih kurang sehingga masih harus ditingkatkan dalam merspon keinginan konsumen agar dapat menjaga kepercayaan dari koperasi.
4. Pengiriman Susu Sapi di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Lembang Kab. Bandung Barat.
Bandung Barat
sapi. Berikut penjelasan deskriptif untuk masing-masing jawaban responden terhadap pernyataan responden tersebut.
Tabel 14
Kategori Variabel Pengiriman
PERNYATAAN F x B KATEGORI
Respon dari keinginan
konsumen 163
Cukup Baik Penanganan keluhan 162
TOTAL 321
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
Dari tabel diatas, terlihat bahwa untuk variabel pengiriman berada pada kategori cukup baik dengan skor antara 247 – 328. Artinya pengiriman susu sapi harus dipercepat karena produk susu sapi sangat mudah rusak.
Setelah diketahui penilaian responden untuk masing-masing sub variabel, maka dapat diketahui kategori untuk variabel keunggulan bersaing, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15
Kategori Variabel Keunggulan Bersaing
Sub Variabel F x B
KATEGORI SUB VARAIBEL
KATEGORI PENGENDALI AN KUALITAS Respon kepada
Konsumen 323
Cukup Baik
CUKUP BAIK
Biaya Produksi 601 Kurang Baik
Pengiriman 325 Cukup Baik
TOTAL 1249
Sumber : Kuesioner, diolah Kembali 2015
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk variabel keunggulan bersaing berada kategori Cukup baik dengan skor antara 985 – 1312. Biaya produksi menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena memiliki kategori yang kurang baik. Secara keseluruhan keunggulan bersaing dari susu sapi peternak di Kec. Parongpong dan Lembang harus ditingkatkan.
Hubungan pengendalian Kualitas dan Keunggulan Bersaing Peternak Sapi di Kec Parongpong dan Kec Lembang.
Tabel 16
Hubungan antara Varaibel Pengendalian Kualitas dengan Keunggulan Bersaing Tabel Hubungan antara Pengendalian Kualitas dan Keunggulan
Bersaing
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, diperoleh hasil korelasi antara pengendalian kualitas dengan keunggulan bersaing sebesar 0,757 dengan tingkat signifikansi kurang dari 0.05. dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif atau searah yang erat antara pengendalian kualitas dengan keunggulan bersaing
Pengaruh antara pengendalian Kualitas terhadap Keunggulan Bersaing Peternak Sapi di Kec. Paongpong dan Lembang
Setelah di ketahui hubungan antar variabel pengendalian kualitas selanjutnya di ukur pengaruh antara pengendalian kualitas terhadap keunggulan bersaing, perhitungan di bantu dengan program SPSS 18. Hasilnya dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17
Pengaruh Pengendalian Kualitas terhadap Keunggulan Bersaing Peternak Sapi di Kec. Lembang dan Kec. Parongpong
R R Square Adjusted RSquare Std. Error of the Estimate
,757a ,574 ,563 1,49226
ANOVAb Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 116,805 1 116,805 52,453 ,000a
Residual 86,847 39 2,227
Total 203,651 40
a. Predictors: (Constant), Pengendalian Kualita b. Dependent Variable: Keunggulan Bersaing
Bandung Barat
Artinya dalam memperoleh keunggulan bersaing dari produk susu sapi yang diproduksi, peternak sapi perah harus seantiasa melakukan pengendalian kualitas. Semakin tinggi pengendalian kualitas yang dilakukan oleh para peternak sapi, maka keunggulan bersaing dapat diperoleh.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas produk susu sapi pada peternak di Kec Parongpong dan Kec Lembang sudah Baik meskipun untuk tindakan pada proses produksi susu sapi harus ditingkatkan serta tindakan pada produk harus diperbaiki.
Sedangkan untuk varaibel keunggulan bersaing berada pada kategori cukup baik. Hal yang harus diperhatikan adalah tingginya biaya produksi yang dibebankan kepada peternak. Selain itu, respon dan pengiriman harus diperhatikan karena masih termasuk kedalam kategori cukup baik.
Hubungan antara varaibel pengendalian kualitas dan keunuggulan bersaing peternak sapi di kecamatan Parongpong dan Lembang memiliki hubungan searah yang sangat erat. Pengendalian kualitas berpengaruh positif signifikan terhadap keunggulan bersaing. Artinya peternak sapi perah harus meningkatkan pengendalian kualitasnya untuk memperoleh keunggulan bersaing di pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Agha and Alrubaiee. 2012. Effect of Core Competence on Competitive Advantage and Organization Performance. International Journal of Business Management Vol 7, No 1; January 2012 192 ISSN.
Al-Rfou and Trawneh. 2010. To What Extent Can a Company Achieve a Competitive Advantage Through Job Development? Kamla-Raj 2010 J Soc Sci, 23 (3):189-196 (2010)
AlShbiel and Al-Awaqleh. 2012. JIT Production System and Its Effect On Achieving Competitive Advantage for Public for Public Shareholding Industrial Companies In Jordan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business Copy Right 2012 Institute of interdisciplinary Business Reasearch 883 October 2012 Vol 4 No 6.
Best, Roger J.2000.Market Base Management: Strategic for Growing Customer Value and Profit. Prentice Hall. New Jersey
Besterfield, Dale H. 2010. Quality Control. Prentice Hill International. London
Diab. 2013. Using the Competitive Dimensions to Achieve Competitive Advantage (A Study on Jordania Private Hospitals. International Journal of Academia Research in Business and Social Sience. July 2013. Vol 3 No 7 ISSN: 2222-699
Gaspersz, Vincent. 1998. Penerapan Teknik-teknik Statistikal dalam Manajemen Bisnis.Gramedia Jakarta.
Heizer and Render. 2014. Operation Management: Sustainability and Supply Chain Management-Eleventh Edition. Pearson Education : England.
Horngren, Charles T, George Foster Srikant M Datar. 2000, Cost Accounting : A Managerial Emphasis. International Edition.
Jenal, Ruzzakiah, Judi, Hairulliza Mohamad and, Genasan, Devendran.2011. Quality Control Implementation in Manufacturing Companies: Motivating Factors and Challenges.Industrial Informatic Programme, Faculty of Information Science and Technology, Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 Bangi, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. www.intechopen.com
Kumar, Anil. S Suresh N.2008. Productionand Operation Management. New Age International
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2009. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta
Nasution, MN. 2010. Total Quality Manajement. Gramedia. Jakarta
Nugroho, WP Susatyo, Pudjotomo, Darminto dan Tifani, Terzi Khoirina. Analisa Penyebab Penurunan Daya Saing Produk Susu Sapi Dalam Negeri Terhadap Susu Sapi Impor Pada Industri Pengolahan Susu (IPS) Dengan MetodeFault TreeAnalysis(Fta) DanBarrier Analysis
Peter. 2010. The CEO, Strategy, and Shareholder Value : Making The Choices That Maximize Company Performance. Jhon Wiley and Son.
Porter, M.E. 1998. The Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance. NY. Free Press.
Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statiska. Bandung: Alfabeta.
Schroeder.2011. Opertion Management. English. McGraw-Hill
Sugiyono.2010.Metedoe Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung,
Utami, Kartika Budi, Radiati, Lilik Eka dan Surjowardojo, Puguh. 2013.Kajian kualitas susu sapi perah PFH (studi kasus pada anggota Koperasi Agro Niaga di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang). ©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2): 58 – 66 ISSN: 0852-3581
Yuliyarto, dan Putra, Yanuar Surya. 2014.Analisis Quality Control Pada Produksi Susu Sapi di CV Cita Nasional Getasan Tahun 2014.
Bandung Barat
http://www.tempo.co/read/news/2013/09/28/174517367/Konsumsi-Susu-Indonesia-Terendah-di-Asia
http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-4-pop-prod-nak.pdf
http://dekopinwil-jabar.blogspot.com/2015/01/koperasi-peternakan-sapi-bandung-utara.html
BIODATA PENULIS