PERENCANAAN BANGUNAN
PENGOLAHAN AIR MINUM
Dibuat untuk memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir
mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum (PBPAM)
Oleh:
Anissa Rizky Faradilla
082.11.005
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yag telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk merencanakan bangunan pengolahan air minum, sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, khususnya kepada dosen mata kuliah PBPAM, Ibu Hernani Yulinawati, ST, MURP dan Ibu Ir. Ratnaningsih, MT. serta kepada keluarga dan teman – teman seperjuangan yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis sadar dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi penulisan yang lebih baik untuk yang akan datang. Dan penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.
Jakarta, Juli 2014
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1
DAFTAR ISI ... 2
DAFTAR TABEL... 3
DAFTAR GAMBAR ... 4
BAB I PENDAHULUAN ... 5
1.1Latar Belakang ... 5
1.2Maksud dan Tujuan ... 6
1.3Ruang Lingkup ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Kebutuhan Air ... 8
2.2 Kualitas Air Baku ... 9
2.3 Proses Pengolahan Air ... 11
BAB III RENCANA DASAR ... 15
3.1 Kebutuhan Air ... 15
3.2 Pentahapan BPAM dan Rencana Kapasitas Unit ... 15
3.3 Analisis Kualitas Air Baku ... 19
3.4 Alternatif dan Pemilihan Unit Operasi Dan Unit Proses BPAM ... 20
3.5 Diagram Skema BPAM ... 24
3.6 Bangunan Penunjang ... 25
BAB IV RENCANA DETAIL ... 28
4.1 Maksud, Tujuan dan Fungsi Unit Operasi Dan Unit Proses BPAM ... 29
4.2 Kriteria Perencanaan Unit Operasi dan Unit Proses BPAM ... 29
4.3 Perhitungan Unit Operasi Dan Unit Proses BPAM ... 33
4.4 Perhitungan Hidrolis ... 67
4.5 Penggunaan Bahan Kimia ... 73
BAB V PENUTUP ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 77
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keperluan Air Per Orang Per Hari ... 8
Tabel2.2 Data Kualitas Air Menurut KepMenkes RI ... 10
Tabel3.1 Rekapitulasi Kebutuhan Air ... 15
Tabel3.2 Kapasitas Produksi BPAM ... 18
Tabel3.3 Kapasitas Produksi Harian ... 18
Tabel3.4 Rekapitulasi Kapasitas Modul ... 19
Tabel3.5 Hasil Analisis Kualitas Air Baku Sungau Jaya Timur ... 20
Tabel3.6 Alternatif Pemilihan Unit Operasi... 23
Tabel4.1 Kriteria Desain Bangunan Penyadap (Intake) ... 29
Tabel4.2 Kriteria Desai Bangunan Prasedimentasi ... 30
Tabel4.3 Kriteria Desain Koagulasi (Hidrolis)... 30
Tabel4.4 Kriteria Desai Flokulasi (Mekanis) ... 31
Tabel4.5 Kriteria Desain Sedimentasi ... 31
Tabel4.6 Kriteria Desain Filtrasi ... 32
Tabel4.7 Kriteria Desain Dan Kriteria Terpilih Bar Screen ... 33
Tabel4.8 Kriteria Terpilih Intake Well ... 34
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Unit-Unit Operasi Dan Proses Yang Biasa Digunakan Dalam IPA ... 11
Gambar 3.1 Skema Unit Operasi Terpilih ... 25
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk maka kebutuhan air dengan sendirinya akan meningkat. Peningkatan ini diiringi pula dengan peningkatan masalah yang berhubungan dengan kualitas air baku yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih.
Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kualitas air tanah maupun airsungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak untuk diminum. Air yang layak
diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Standar kualitas air minum menurut harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun 1990. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahan. Untuk mendapatkan air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi (terutama untuk air minum) perlu adanya suatu proses dari air baku menjadi air yang layak digunakan, selalu melalui suatu pengolahan yang bertujuan memperbaiki kualitas air.
Pengolahan air bisa dimulai dengan menggunakan sistem yang sederhana dan dapat juga dengan pengolahan yang lengkap, sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan tergantung dari kualitas badan air yang akan diolah. Semakin rendah kualitas air maka semakin berat pengolahan yang dibutuhkan.
Keberhasilan proses pengolahan air berkaitan dengan pemilihan unit proses dan unit operasi yang akan dipakai dengan mempertimbangkan proses-proses yang terjadi pada pengolahan fisik, kimia dan biologi.
6
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan tugas ini adalah agar mahasiswa mengetahui permasalahan yang ditimbulkan dan pemecahannya di lapangan pekerjaan pada umumnya dan mampu merencanakan suatu bangunan pengolahan air minum pada khususnya.
Sedangkan tujuan disusunnya laporan ini adalah agar:
1. Mampu mengenal prinsip dasar dan memahami tata cara penyusunan dalam merencanakan suatu sistem bangunan pengolahan air minum.
2. Mampu melakukan perhitungan dan mengambil keputusan berdasarkan perhitungan
yang ada dalam suatu perencanaan.
3. Mampu membuat perencanaan sistem bangunan air minum.
1.3 Ruang Lingkup
Dalam merencanakan unit–unit dalam bangunan pengolahan air minum, diperlukan
pertahapan tertentu sebagai berikut :
1. Mendisain suatu Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Kota Trisakti Jaya sesuai tahapan-tahapan pembuatan suatu disain IPA yang lazim serta modifikasi dan perkembangan tahun-tahun terakhir yang mengambil air dari Sungai Jaya Timur.
2. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum (PBPAM) ini berdasarkan pemilihan teknologi pengolahan air minum yang sangat dipengaruhi oleh kualitas air baku yang berasal dari Sungai Jaya Timur, di samping standar kualitas air minum yang ingin di capai. Untuk Perencanaannya meliputi :
1) Rencana dasar terdiri dari :
a. Kebutuhan air agar dapat didesain kapasitas instalasi pengolahan air minum sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
b. Membangun instalasi air minum secara bertahap sesuai dengan meningkatnya penduduk.
c. Analisis kualitas air baku, dengan mengetahui parameter-parameter dalam air bersih dan juga kegunaan tiap parameter.
d. Alternatif dan pemilihan unit operasi dan unit proses BPAM, dengan
menentukan jenis pengolahan yang tepat serta ekonomis.
7
3) Rencana gambar desain meliputi tampak atas, potongan memanjang dan melintang, detail, 3 dimensi dan gambar profil hidrolis.
3. Dasar-dasar teori yang secara langsung mendukung perencanaan dan perhitungan harus diuraikan secara jelas tapi ringkas disertai dengan sumber pustaka selain itu juga menggunakan tabulasi yang ada.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Air
Hal yang menjadi perhatian yang berkaitan dengan kuantitas air bersih adalah mengenai pemakaian dan kebutuhan air. Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah air yang terpakai dan sistem yang ada walau bagaimanapun kondisinya. Pemakaian air dapat terbatas oleh karena terbatasnya air yang tersedia pada sistem yang dipunyai dan belum tentu sesuai dengan kebutuhannya.Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman pengalaman dan pemakaian air (Chatib, 1996:15).
Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainnya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey and Franzini (1986) adalah :
1. Iklim
2. Ciri-ciri penduduk
3. Masalah lingkungan hidup
4. Keberadaan industri dan perdagangan 5. Iuran air dan meteran
6. Ukuran kota
Berdasarkan standar WHO, jumlah minimal kebutuhan air adalah 60 l/jiwa/hari(Chatib, 1996:19). Kebutuhan ini akan meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan atau sampai harga air membatasi pemakaian. Menurut Departemen Kesehatan, standar keperluan air per orang per hari adalah sebesar 150 liter per hari seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Keperluan Air Per Orang Per Hari (Standar Departemen Kesehatan)
Keperluan Air yang dipakai
Minum 2,0 liter
Memasak, kebersihan dapur 14,5 liter
9
(Sumber: Rachman, 2005)
2.2 Kualitas Air Baku
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurutSK.Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun2000/2001,dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagaiberikut :
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50. Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum.
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100mg/l. Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman.
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000mg/l. Air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan,mengairi pertanaman.
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400mg/l. Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih2400mg/l. Air baku yang berkualitas harus memenuhi syarat – syarat yang mencakup sifat– sifat fisika dan kimia air. Syarat ini harus sesuai dengan standar yang telah dikeluarkan oleh Depatemen Kesehatan sesuai dengan SK Menkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum.
Cuci pakaian 13 liter
Air Wudhu 15 liter
Air untuk kebersihan rumah 32 liter
Air untuk menyiram 11 liter
Air untuk mencuci kendaraan 22,5 liter
Air untuk keperluan lain-lain 20 liter
10
Tabel 2.2 Data Kualitas Air Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002
(Sumber : Digilib, Unpas. 2010)
Agar baku mutu air minum dapat terpenuhi, maka diperlukan berbagai usahan untuk menjaga kualitas air, yaitu (winarni, 1996 : 17) :
a. Kontrol pada sumber air dapat dilakukan dengan pemilihan sumber air, control terhadap sumber polusi yang masuk ke sumber air, perbaikan kualitas sumber, control pertumbuhan biologi.
b. Instalasi pengolahan air yang tepat
11
2.3 Proses Pengolahan Air
Menurut Reynolds (1982: 1), berdasarkan fungsinya unit-unit operasi dan unit-unit proses di teknik lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi, yaitu pengolahan fisik, kimia dan biologi.
Unit-unit operasi dan proses yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air terdiri dari :
Diagram 2.1.Unit-unit operasi dan proses yang biasa digunakan dalam proses pengolahan
(Sumber: Rahman, 2005)
1. Intake
Intake merupakan bangunan pengambilan air baku. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. debit intake jauh lebih kecil dari debit sumber air baku
b. tinggi air minimum, maksimum dan rata-rata dari sumber air baku c. kecepatan aliran pada iar permukaan/ sungai bila digunakan air sungai d. Perhatikan kondisi lumpur jangan terbawa
2. Prasedimentasi
Fungsi dari unit ini adalah untuk mengendapkan partikel-partikel tersuspensi dengan berat jenis yang lebih besar dari berat jenis air. Pengendapan dilakukan dengan jalan penyimpanan air dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan unit ini tergantung dari karakteristik air bakunya.
Proses yang terjadi pada pengolahan ini adalah penghilangan padatan tersuspensi secara gravitasi pada sebuah rak. Efisiensi proses bergantung pada ukuran partikel padatan tersuspensi yang akan dihilangkan dan tingkat pengendapannya masing-masing (Schulz dan Okun, 1984: 31).
Intake Pra
sedimentasi
Koagulasi & Flokulasi
12
3. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan yang disertai dengan pengadukan cepat sehingga menghasilkan partikel tersuspensi yang halus, sedangkan flokulasi adalah pengadukan secara lambat untuk mengumpulkan dan mengendapkan partikel-partikel atau flok-flok yang terbentuk. Koagulasi dan flokulasi ini terjadi adanya destabilisasi dan tumbukan antar partkel bebas (Reynold, 1982: 15).
Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting didalam proses koagulasi dan flokulasi yaitu :
- Pembubuhan bahan kimia koagulan
- Pengadukan bahan kimia tersebut dengan air baku.
Aplikasi dari koagulasi dan flokulasi ini dilakukan dalam dua rector yang berbeda yaitu koagulator dan flokulator (Darmasetiawan, 2001: 18). Menurut Darmasetiawan (2001: 19),
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulan : - Jenis bahan kimia koagulan
- Dosis pembubuhan bahan kimia - Pengadukan dari bahan kimia
4. Sedimentasi
Sedimentasi atau pengendapan adalah pemisahan partikel yang ada di dalam air secara gravitasi. Keberadaan partikel di dalam air di ukur dengan melihat kekeruhan atau dengan mengukur secara langsung berat zat padat yang terlarut (Darmasetiawan, 2001:64).
Menurut Reynold (1982:69), Sedimentasi merupakan pengendapan cairan terurai dengan menggunakan atau memanfaatkan gaya gravitasi, untuk memindahkan zat padat yang tertahan. Hal ini digunakan dalam pengolahan air. Pengendapan partikel sedimentasi terbagi menjadi :
a) Pengendapan dengan kecepatan konstan (discrete settling) b) Pengendapan dengan kecepatan berubah (flocculan settling)
Pemilihan sedimentasi tergantung dari tipe dan ukuran flok yang dihasilkan dari proses
flokulasi. Jenis sedimentasi yang sering digunakan adalah : a) Plain sedimentasi
b) Upflow sludge blanket clarifier c) Inclineed plat/tube sedimentasi
13
5. Filtrasi
Menurut Reynolds (1982 : 131), filtrasi adalah pemisahan antara cairan dan padatan dengan menggunakan medium berpori dan material berpori untuk memisahkan sebanyak mungkin partikel halus tersuspensi yang ada dari cairan. Filtrasi ini bertujuan untuk menyaring air yang sudah melewati proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi agar dihasilkan air minum yang bermutu tinggi.
Saringan dapat diklasifikasikan menurut media penyaringan yang digunakan menjadi (Reynold, 1982 : 131):
a) Saringan dengan medium tunggal
Menggunakan satu macam medium, misalnya pasir atau anthrasit.
b) Saringan dengan medium ganda
Menggunakan dua macam medium, misalnya pasir dan anthrasit.
c) Saringan multimedia
Menggunakan tiga macam medium, misalnya pasir, anthrasit dan garnet.
Saringan dengan medium tunggal, yaitu saringan pasir, dapat dibedakan menjadi dua macam:
a) Saringan pasir lambat
Saringan pasir lambat memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan saringan pasir cepat, yaitu saringan pasir lambat lebih murah dan sederhana dalam hal pembuatan maupun pengoperasiannya sehingga tetap dapat dibangun di daerah pedesaan. Metode pembersihan media pasir pada saringan pasir lembat adalah dengan cara mencuci pasir seperti biasa, yaitu dengan pengerukan pada lapisan yang paling atas, kemudian dicuci di luar bak dan dikembalikan ke filter setelah beberapa waktu. Biasanya proses pembersihan pasir ini memakan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan pembersihan pada saringan pasir cepat.
b) Saringan pasir cepat
Pada proses penjernihan air, saringan pasir cepat lebih penting bila dibandingkan dengan saringan pasir lambat karena teknik dari saringan pasir cepat dapat menghasilkan
air jernih dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif lebih singkat.
14
agar tingkat kekeruhannya menjadi lebih rendah sehingga dapat mengurangi beban pengotoran pada pasir sewaktu proses berjalan.
Pembersihan saringan pasir cepat dilakukan dengan menggunakan pengaliran balik (back washing), yaitu sistem aliran air keatas dari lapisan dasar dengan kecepatan tinggi sehingga kotoran yang terakumulasi pada pasir akan terangkat dan dialirkan ke drain pembuangan. Luas permukaan unit filter pasir cepat lebih kecil dibandingkan dengan filter pasir lambat.
6. Desinfektan
Desinfeksi diar bertujuan untuk membunuh bakteri, protozoa, dan virus serta ukuran partikel disinfeksi yang dikehendaki adalah berukuran kecil dan yang tidak bersifat racun terhadap manusia (Al-Layla, 1978:219).
Menurut Reynold (1982:527), klorinasi adalah desinfektan yang paling banyak
15
BAB III
RENCANA DASAR
3.1 Kebutuhan Air
Kebutuhan air merupakan banyaknya air yang diperlukan untuk melakukan segala aktifitas, baik itu untuk aktifitas internal maupun kebutuhan eksternal. Kebutuhan air disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk, aktifitas dominan penduduk, gaya hidup, keadaan sosial ekonomi, agama, dan adat istiadat, keadaan geografi dan perkembangan kota, dimana semua faktor ini sangat mempengaruhi kebutuhan air didaerah tersebut.
Penentuan besarnya kebutuhan air pada suatu daerah sangat diperlukan untuk menentukan kapasitas produksi dari BPAM, sehingga bangunan pengolahan air minum ini dapat melayani seluruh kebutuhan masyarakat. Pada tugas ini Bangunan Pengolahan Air minum direncanakan untuk melayani kebutuhan air mastarakat Kota Trisakti Jaya. Sehingga
sebagian data yang diperlukan dalam tugas ini diambil dari data yang telah ada pada tugas Sistem Penyediaan Air Minum semester terdahulu. Kebutuhan hari maksimum pada daerah perencanaan untuk tahun 2020 yaitu sebesar 134,01 l/dtk sedangakan perkiraan kebutuhan air untuk tahun 2030 adalah sebesar 224,75 l/dtk.
Tabel 3.1 Rekapitulasi Kebutuhan Air Deskripsi 2020 2030
Kebutuhan Domestik 46,12 87,51
Kebutuhan
Non-Domestik 26,04 42,15
Konsumsi Total (l/detik) 72,16 129,66
Kehilangan Air 30% 25%
Kehilangan Air (l/detik) 30,93 43,221
Q rata-rata (l/detik) 103,09 172,89
Fhm 1,3 1,3
Qhm (l/detik) 134,01 224,75
Fjp 1,5 1,5
Qjp (l/detik) 201,0 337,126
(Sumber : Laporan Teknis Sistem Penyediaan Air Minum, 2012)
3.2 Pentahapan BPAM dan Rencana Kapasitas Unit
16
meningkat secara bertahap sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2020 dan 2030.
Perencanaan pentahapan BPAM berfungsi antara lain :
1. Merencanakan kapasitas unit setempat setepat mungkin di dalam memenuhi kebutuhan air yang dibutuhkan.
2. Memberikan gambaran-gambaran perencanaan unit-unit pengolahan yang akan dibangun.
3. Menghindari pemborosan dari segi biaya, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Range untuk Q modul dapat ditentukan sesuai kebutuhan. Pada pentahapan ini digunakan Q modul sebesar 35 L/dtk. Hal ini berdasarkan pertimbangan dari kapasitas produksi kebutuhan air yang besar dengan mengusahakan sedikit sisa dan penambahan unit yang tidak terlalu banyak.
Untuk mengetahui kapasitas produksi BPAM dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Suplai harian maksimum
Data hasil perhitungan Qmd dalam l/dtk dikonversikan menjadi m3/hari Contoh perhitungan :
Suplai harian maksimum 2020= 134,01l/dtk x 86400 dtk/hari 1000 m3/hari
= 11578,46m3/hari
2. Tingkat pemakaian air di pengolahan
Tingkat pemakaian air di pengolahan digunakan untuk pembersihan atau pencucian filter, pembubuhan bahan kimia pada unit-unit operasi tertentu dan untuk operasional karyawan kantor. Persentase penggunaan air dipengolahan berkisar antara nilai 5 – 10 %, tetapi nilai ini tidak harus naik setiap tahunnya, kecuali jika kualitas sungai yang digunakan sebagai air baku mengalami kondisi yang semakin memburuk setiap tahunnya akibat pencemaran yang terjadi. Hal ini menyebabkan air untuk pemeliharaan peralatan akan semakin besar pula.
3. Pemakaian air di pengolahan (m3/dtk)
Rumus : % tingkat pemakaian air di pengolahan x suplai harian maksimum Contoh :
17
= 810,492m3/hari 4. Faktor penyadapan air baku
Faktor konstanta antara 1 – 1,5 dipilih terkecil agar didapatkan hasil yang lebih efektif dalam perencanaan BPAM. Faktor konstanta terkecil yang menunjukkan bahwa instalasi kita baik sehingga kemungkinan terjadi kebocorannya sangat kecil
5. Penyadapan air baku (m3/hari)
Rumus:
Penyadapan air baku = (suplai harian maks + pemakaian air di pengolahan) x faktor penyadapan air
Contoh :
Penyadapan air baku tahun 2020 = (11578,46+ 810,492) x 1,2
= 14866,742m3/hari
6. Kapasitas produksi
a) Harian maksimum, merupakan kapasitas produksi yang harus dipenuhi saat hari maksimum yang nilainya sama dengan suplai hari maksimum ditambah dengan pemakain air dipengolahan.
Rumus:
Harian maksimum =Suplai harian maksimum + pemakaian air dipengolahan Contoh: tahun perencanaan 2020 = 11578,46+ 810,492
= 12388,96 m3/hari
b) Tahunan, adalah kapasitas produksi yang harus dipenuhi dalam satu tahun. Perhitungannya di dapat dari perkalian antara harian maksimum dengan 365 hari dan dibagi dengan 106
Contoh perhitungan:
Tahun perencanaan 2020 = 12388,96 m3/hari x 365
18
Tabel 3.2 Kapasitas Produksi BPAM
Keterangan Satuan 2020 2025 2030
Suplai harian max m3/hari 11578,46 13651,2 19418,4
tingkat pemakaian
air di pengolahan % 7% 6% 5%
pemakaian air di
pengolahan m3/hari 810,4925 819,072 970,92
faktor penyadapan
air baku - 1,2 1,2 1,2
penyadapan air
baku m3/hari 14866,75 17364,33 24467,18
kapasitas produksi
:
a. Harian
maksimum m3/hari 12388,96 14470,27 20389,32
L/detik 140 170 240
b. Tahunan juta m3 4,522 5,282 7,442
7. Kapasitas modul/unit efisien
Kapasitas modul/unit yang paling efisien untuk perencanaan ini sebesar 35 l/dtk pada tahun 2020 sebanyak 4 unit dengan sisa 0 l/dtk, pada tahun 2025 sebanyak 1 unit dengan sisa 5 l/dtk dan pada tahun 2030 sebanyak 2 unit dengan sisa 5 l/dtk.
Tabel 3.3 Kapasitas Produksi Harian
2020 kapasitas unit Hasil sisa 2025 kurang unit Hasil sisa 2030 kurang unit Hasil sisa
l/dtk l/dtk l/dtk
140 20 7 140 0 170 30 2 40 10 240 60 3 60 0
140 25 6 150 10 170 20 1 25 5 240 65 3 75 10
140 30 5 150 10 170 20 1 30 10 240 60 3 90 30
140 35 4 140 0 170 30 1 35 5 240 65 2 70 5
140 40 4 160 20 170 10 0 0 -10 240 80 2 80 0
140 45 3 135 -5 170 35 1 45 10 240 60 2 90 30
140 50 3 150 10 170 20 0 0 -20 240 90 2 100 10
140 55 3 165 25 170 5 0 0 -5 240 75 2 110 35
140 60 2 120 -20 170 50 1 60 10 240 60 1 60 0
140 65 2 130 -10 170 40 1 65 25 240 45 1 65 20
140 70 2 140 0 170 30 1 70 40 240 30 1 70 40
19
Tabel 3.4 Rekapitulasi Kapasitas Modul
Tahun penambaha n unit
Grafik 3.1 Pentahapan IPA
3.3 Analisis Kualitas Air Baku
Analisis kualitas air baku dilakukan untuk mengetahui parameter apa saja yang sesuai atau memenuhi dan yang tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan serta untuk menentukan jenis pengolahan yang paling efektif dan efisien sehingga diperoleh hasil yang baik. Dalam analisis kualitas air yang dijadikan pedoman penentuan parameter dalam air
0
2020 2025 2030
Ka
Grafik Pentahapan IPA
20
adalah Peraturan Pemerintah No.82/2001/GOL1 dan Peraturan Pemerintah
No.82/2001/GOL3. Berikut adalah hasil analisis kualitas air baku sungai Jaya Timur :
Tabel 3.5 Hasil analisis kualitas air baku Sungai Jaya Timur
No Parameter Satuan PP No. 82/2001
Minimu m
Rata-rata Maksimum
A. Fisika
1. Total Dissolved
Solids (TDS) mg/l 1000 773 1047 1321
2. Total Suspended
Solids (TSS) mg/l 50 45 67 89
3. Suhu ⁰C 27 - 32.5 27.3 28.1 28.9
4. Kekeruhan NTU 5 3.2 6.3 9.4
B. Kimia
5. pH - 6 – 9 7.3 7.7 8.1
6. Air Raksa (Hg) mg/l 0.001 0.0005 0.00075 0.001
7. Besi (Fe) mg/l 0.3 0.123 0.223 0.323
8. BOD mg/l 2 5 8.65 12.3
9. COD mg/l 10 12.6 18.05 23.5
10. Chloride (Cl) mg/l 600 6.5 14.4 22.3
11. Dissolved Oxygen
(DO) mg/l >6 3.6 5 6.4
12. Fenol mg/l 0.001 <0.001 0.0017 0.0023
13. Fluoride (F) mg/l 0.5 <0.01 0.11 0.21
14. Mangan (Mn) mg/l 0.1 <0.0289 0.18 0.33
15. Minyak mg/l 1 <0.02 0.51 1
16. NO₂N mg/l 0.06 <0.002 0.028 0.054
17. NH₃N
(Ammonia-Nitrogen) mg/l 0.5 <0.01 0.023 0.037
18. NO₃N
(Nitrogen-Nitrogen) mg/l 10 2 3.1 4.2
19. PO₄P (Phosphate) mg/l 0.2 0.05 0.056 0.062
20. SO₄ (Sulfate) mg/l 400 12.5 41.3 70.1
21. Tembaga (Cu) mg/l 0.2 0.00864 0.0143 0.02
22. Timbal (Pb) mg/l 0.03 0.00451 0.0067 0.0089
C. Mikrobiologi
23. Coli Tinja (x1000) MPN/100
ml 100 56 460 864
24. Coli Total (x1000) MPN/100
ml 1000 56 1633 3210
Keterangan : warna merah tidak memenuhi baku mutu
21
Dalam proses pengolahan air harus memiliki beberapa alternatif dalam pemilihan unit proses dan unit operasinya, salah satunya adalah kualitas air baku. Selain itu, harus dipertimbangkan segi tepat guna dan kemudahan operasi serta perawatannya. Dalam pemilihan unit operasi dan proses harus tepat, untuk itu perlu diketahui kombinasi unsur-unsur atau konstituen dari air yang akan digunakan sebagai sumber air baku air minum. Dengan adanya analisis air baku yang tepat maka diharapkan bangunan pengolahan mempunyai efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Pada dasarnya, pemilihan teknik proses pengolahan air tergantung dari:
1. Karakteristik kualitas air baku yang akan diolah. 2. Standar effluent yang akan dikeluarkan.
Suatu pengolahan banyak memiliki alternatif dalam memilih unit operasi dan unit proses. Adapun berbagai jenis unit dalam proses pengolahan air :
I. Pretreatment
1. Saringan kasar, bertujuan untuk menangkap benda-benda yang besar yang terapung diatas permukaan air dengan cara melewatkan air ke suatu penangkap besi.
2. Prasedimentasi, merupakan bangunan pengendap pertama yang berfungsi mengendapkan partikel-partikel padat dengan diameter > 1 nm atau zat terlarut dengan gaya gravitasi. 3. Preklorinasi, berfungsi untuk mengoksidasi senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi agar
senyawa-senyawa dapat mengendap.
II. Pembubuhan zat kimia
1. Zat penyerap, berfungsi untuk menyerap partikel atau senyawa yang terlarut yang bersifat racun. Contoh pembubuhan karbon aktif.
2. Zat Koagulasi, adalah pengolahan air dengan membubuhkan zat kimia (Koagulan) yang berfungsi untuk meperbesar ukuran partikel yang tidak mengendap atau lolos dari bak prasedimentasi.
3. pH korektif, berfungsi untuk memeriksa pH terutama setelah penambahan koagulan, karena pada saat itu pH turun. Untuk itu perlu untuk dinetralkan kembali biasanya dengan soda abu.
22
1. Koagulasi,bertujuan menurunkan bahan tersuspensi didalam air. Pada koagulasi memerlukan bahan kimia yang menyebabkan terjadinya ikatan antar partikel yang saling bertumbukan.
2. Flokulasi, merupakan proses transpormasi partikel yang membentuk flok.
3. Sedimentasi, bertujuan mengendapakan flok-flok yang terbentuk karena penambahan koagulan dengan gaya gravitasi.
4. Filtrasi
Adalah proses mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku yang telah memenuhi syarat kekeruhan (<10 mg/L zat padat) melalui media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah : Pengayakan, Flokulasi antar butir, Sedimentasi antar butir, dan proses mikrobiologis. Dari segi kecepatan, filtrasi dibagi menjadi 2:
Saringan pasir cepat
Saringan pasir cepat lebih efisien dibandingkan saringan pasir lambat karena saringan ini mampu menghasilkan air bening dalam jumlah besar dan waktu yang lebih cepat. Kecepatan penyaringan berkisar antara 4-5 m3/m2/jam bahkan dapat
mencapai 6 m3/m2/jam. Untuk air baku yang memiliki kekeruhan cukup tinggi, sebelum dimasukkan ke penyaringan harus ditambahkan bahan kimia terlebih dahulu agar tingkat kekeruhannya rendah.
Saringan pasir lambat
Berfungsi untuk menghilangkan zat-zat organic dan organisme pathogen dengan saringan pasir yang kecepatannya kurang lebih 20 - 50 kali lebih lambat daripada saringan pasir cepat. Memiliki selaput tipis yang disebut schmutzdecke yang melapisi permukaan dari lapisan pasir yang mengandung sejumlah besar jenis mikroorganisme biologis aktif.
IV. Pengolahan Oksidasi
1. Aerasi
Dilakukan dengan memasukkan udara kedalam larutan atau menyemprotkan air ke udara. Contohnya dalam pengolahan besi, dengan menggunakan metode pengendapan, yang mengubah besi menjadi ion ferri yang kemudian mengalami hidrolisa menjadi endapan Fe(OH)3. Proses aerasi lebih berhasil bila diikuti dengan filtrasi. Bila air
23
membutuhkan waktu yang relatif lama, untuk mempercepat dapat dibantu dengan menambah zat kimia tertentu seperti klorin.
V.Desinfeksi
Merupakan proses penambahan zat desinfektan yang berguna untuk membunuh
mikroorganisme pathogen dan juga menyediakan klorin sisa untuk sampai
kekonsumen.Desinfektan kimia dapat menggunakan kaporit, gas klor, gas iod, ozon dan KMnO4.Desinfektan fisik dapat menggunakan sinar UV atau dengan pemanasan.
VI. Netralisasi
Penambahan asam/basa yang berfungsi untuk menetralkan pH air. Agar tidak menimbulkan gangguan pada jaringan pipa seperti korosif.
VII. Pengolahan Khusus/lainnya (sistem inkonvensional)
Sistem inkonvesional adalah suatu pengolahan air minum dimana air yang akan diolah
sudah tercemar oleh zat-zat atau buangan padat yang tidak pernah terurai oleh mikroorganisme seperti deterjen. Metoda yang terpilih dalam hal ini adalah aerasi.Dilakukan dengan memasukkan udara kedalam larutan atau menyemprotkan air ke udara. Contohnya dalam pengolahan besi, dengan menggunakan metode pengendapan, yang mengubah besi menjadi ion ferri yang kemudian mengalami hidrolisa menjadi endapan Fe(OH)3.
Pengolahan air pada sistem inkonvensional dapat dilakukan dengan filter karbon aktif (arang kayu/batu bara) pada akhir proses pengolahan. Karbon aktif yang digunakan berbentuk granular atau bubuk. Dalam sistem inkonvensional selain itu dapat dilakukan dengan cara pertukaran antara ion dengan air dengan ion medium pertukaran (resin).
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk pemilihan unit operasi yang digunakan untuk mengolah air Sungai Trisakti Jaya adalah seperti pada tabel 3.5 berikut :
Tabel. 3.6 Alternatif Pemilihan Unit Operasi
24
Keterangan Unit Operasi
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
3.5Diagram Skema BPAM
Alternatif dan pemilihan unit operasi dan unit proses yang digunakan untuk mengolah air Sungai Trisakti Jayayang terpilih adalah alternatif 3. Alternatif 3 dianggap paling efisien dari segi fisik maupun ekonomi. Pada skema alternatif terpilih, tidak ada unit aerasi, hal ini dikarenakan meskipun pada pengolahannya jumlah oksigen yang dibutuhkan kurang, tetapi hal ini dapat dilakukan alternatif lain untuk menambah jumlah oksigen yaitu dengan dibuat
Intake Aerasi Prasedimentasi
Koagulasi Flokulasi Filtrasi
desinfeksi Reservoir
Intake Aerasi Koagulasi
Flokulasi Filtrasi desinfeksi
Reservoir
Intake Prasedimentasi Koagulasi
Flokulasi Filtrasi desinfeksi
25
sistem hidrolis disetiap mekanisme perjalanan air dari unit ke unit. Tanpa adanya unit aerator, dapat mengurangi luas wilayah yang dibutuhkan dan memperkecil biaya operasi unit .
Pada skema unit operasi terpilih, digunakan unit prasedimentasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi beban kerja di unit selanjutnya, sehingga mengurangi biaya operasi unit. Dengan adanya unit prasedimentasi, partikel berukuran besar dapat lebih dahulu mengendap, sehingga dapat mengurangi beban kerja pada unit koagulasi, yaitu dapat mengurangi jumlah pemakaian koagulan sehingga biaya operasi menjadi lebih murah.
Skema unit operasi terpilihdapat dilihat pada diagram 3.1 berikut:
Diagram 3.1 Skema Unit Operasi Terpilih
3.6 Bangunan Penunjang
Bangunan penunjang dalam Instalasi Pengolahan air minum diperlukan untuk membantu kelancaran proses pengolahan air sehingga hasil yang diinginkan dapat tercapai. Adapun bangunan penunjang yang dibutuhkan yaitu :
a. Ruang Kontrol
Ruang kontrol berfungsi sebagai ruang pengendalian dan pemantauan sistem kerja terutama pada unit operasi. Sehingga apabila terjadi kerusakan pada alat
Sungai
intake prasedimentasi koagulasi flokulasi
sedimentasi
Filtrasi
26
operasional dapat langsung diketahui dan diperbaiki. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai sarana pemeliharaan alat.
b. Laboratorium Analisis
Laboratorium ini berfungsi untuk memantau dan memeriksa hasil dari pengolahan air terutama pada unit proses. Sehingga kualitas air tetap terjaga sampai pada proses pendistribusian.
c. Ruang Proses Pembubuhan Zat Kimia
Ruang ini berfungsi sebagai tempat penambahan bahan kimia terutama pada unit proses serta melindungi tangki pembubuhan dari kontaminasi faktor luar.
d. Ruang Pompa
Ruang pompa dimaksudkan sebagai ruang peletakan pompa sebagai sarana untuk pemompaan air baku ke bangunan intake maupun dari reservoir ke jaringan
distribusi.
e. Gudang Peralatan dan Bahan Kimia
Gudang peralatan dibutuhkan sebagai tempat penyimpanan alat operasional sehingga terhindar dari kehilangan barang dan kapan saja dibutuhkan dapat langsung diambil. Sedangkan untuk gudang bahan kimia sebaiknya dipisahkan dari gudang peralatan, hal tersebut dimaksudkan agar bahan kimia terlindungi dari faktor luar dan tidak mengkontaminasi lingkungan sekitar.
f. Ruang Pembangkit Tenaga Listrik
Ruang pambangkit tenaga listrik dibutuhkan sebagai ruang untuk penyimpanan generator yang berfungsi mensuplai listrik pada proses pengolahan. Terutama jika suplai listrik dari PLN berkurang sehingga dapat dibantu oleh generator tersebut.
g. Ruang Pembangkit Tenaga Listrik (genset)
Berfungsi untuk menyediakan tenaga listrik atau tempat penyimpanan generator sehingga proses pengolahan dapat berlangsung secara terus menerus.
h. Kantin
Tempat karyawan untuk menambah makan dan minum.
27
Tempat dimana karyawan dapat beribadah sholat.
j. Klinik Kesehatan
Tempat dimana apabila karyawan sakit lalu akan diobati. Untuk memenuhi keselamatan kerja karyawan di tempat pengolahan air.
BAB IV
RENCANA DETAIL
4.1 Maksud, Tujuan dan Fungsi Unit Operasi dan Unit Proses BPAM
Instalasi Pengolahan Air (IPA) berfungsi untuk mengolah air baku dari sungai hingga diperoleh air yang bersih yang dipergunakan sebagai air minum dengan kualitas yang memenuhi syarat yang telah ditentukan. IPA yang direncanakan meliputi berbagai macam unit operasi dan unit proses, yaitu :
1. Bangunan Penyadap (Water Intake)
Maksud dan tujuan dari bangunan penyadap adalah sebagai sarana pengambilan air sehingga pada saat muka air terendah dan muka air tertinggi supply air ke BPAM masih dapat dilaksanakan. Fungsi bangunan penyadap adalah untuk menyadap air baku yang
berasal dari sungai yang kemudian dialirkan ke IPA melalui pipa transmisi. Lokasi penempatannya di hulu sungai yang keadaan airnya stabil dan terhindar dari pencemaran langsung.
2. Bak Penyadap Awal (Bak prasedimentasi)
Maksud penggunaan bak ini adalah karena kualitas air baku dari sungai yang digunakan mempunyai kekeruhan yang cukup tinggi. Bangunan ini juga bertujuan untuk mengendapkan partikel-partikel kasar dan berukuran besar dan mengendapkan partikel kecil dengan gaya gravitasi tanpa menggunakan zat kimia sedangkan fungsinya adalah mengurangi beban pengolahan pada unit-unit selanjutnya.
3. Bak Pengaduk Cepat (Bak Koagulasi)
Bak Koagulasi ini digunakan dengan maksud mengurangi kekeruhan dari air baku karena bak ini bertujuan melakukan proses koagulasi dengan membuat keadaan yang homogen
28
bahan organik sebagai pengganggu dan menurunkan konsentrasi bahan tersuspensi dalam air.
4. Bak Pengaduk Lambat (Bak Flokulasi)
Maksud dari bak flokulasi adalah pembentukan flok dan tujuan penggunaan bak ini adalah untuk menyatukan flok-flok yang terbentuk akibat adanya koagulan sebagai pengikat. Fungsi bak ini adalah membentuk flok-flok ukuran tertentu sehingga dapat diendapkan pada bak sedimentasi.
5. Bak Pengendapan (Bak Sedimentasi)
Bak sedimentasi bertujuan untuk mengurangi kekeruhan dan kontaminan-kontaminan air yang telah tergabung dalam flok-flok yang dihasilkan pada poses flokulasi. Fungsi bak ini adalah memisahkan partikel-partikel padat dari suspensi (flok-flok) dengan gaya gravitasi. 6. Bak Penyaring (Bak Filtrasi)
Maksud dan tujuan dari penyaringan adalah untuk menghilangkan kekeruhan dan warna juga menyaring sebagian bakteri yang masih terdapat pada air baku. Fungsi dari bak filtrasi ini adalah menyaring flok-flok yang belum terendapkan pada bak sedimentasi sehingga air yang dihasilkan sudah hampir memenuhi syarat sebagai air minum. Saringan yang dipakai pada bak filtrasi ini adalah saringan pasir cepat, karena:
a. Tidak membutuhkan lahan yang luas
b. Dapat dicuci tanpa mengganti media penyaring
c. Kecepatan penyaringan yang cepat
Saringan ini menggunakan satu media penyaring yaitu pasir dan media pendukungnya adalah kerikil.
7. Unit Pembubuhan Bahan Kimia
Pembubuhan bahan kimia dalam unit pengolahan air adalah pembubuhan koagulan dan desinfektan. Koagulan bermaksud menyatukan partikel sedangkan desinfektan bertujuan untuk membunuh bakteri pathogen sehingga memenuhi syarat kualitas biologis air.
4.2 Kriteria Perencanaan Unit Operasi dan Unit Proses BPAM
4.2.1 Bangunan Penyadap (Intake)
Bangunan penyadap yang digunakan berupa menara intake, yang terletak di sungai, dengan kriteria :
29
4.2.2
Prasedi
mentasi
Tab
el 4.2
Kriteri
a Desain Bangunan Prasedimentasi
Kriteria Desain
Komponen Kriteria Satuan Sumber
Surface Loading 20 – 80 m3/m2 h
Christopher dan Okun
(1991)
Td 0.5 – 3 Jam
P : L 4 : 1 - 6 : 1
P : H 5 : 1 - 20 : 1
Nfr < 10-5
Nre < 2000
Kedalaman (H) 1.5 - 2.5 M
V inlet 0.2 - 0.5 m/detik
Tinggi air di V notch 0.03 - 0.05 M
Viskositas 0.9 - 10.6
Weir loading 0.002 - 0.003
Kadar lumpur 5 – 8 %
Slope bak lumpur 1 – 2 %
Tinggi Freeboard > 0.3 M
V (suhu air 27c) 0,864*10-6
1.2.3 Koagulasi (Hidrolis)
KRITERIA DESAIN
Komponen Kriteria Satuan Sumber
v intake <0,035 m/detik Qasim, 2000
v inlet strainer 0,15-0,3 m/detik
Al-laila, 1978
diameter strainer 0,006-0,012 m
A kotor strainer 2 x A efektif strainer
v air dalam pipa 0,6-1,5 m/detik
Td >20 Menit
H foot valve > 60
Q backwashing 1/3 Qhisap
30
Tabel 4.3 Kriteria Desain Koagulasi (Hidrolis)
Kriteria Desain
Gradien kecepatan (G) 700 - 1000
Waktu detensi (td) 20-60
Bilangan Froud 4-9
1.2.4 Flokulasi (Mekanis)
Tabel 4.4 Kriteria Desain Flokulasi (Mekanik)
Kriteria Desain
Gradien kecepatan (G) 10-50
Waktu detensi (td) minimum 20
Luas total blade 15 %- 20 %
Diameter paddle 50%-80% lebar bak
Rotasi 5 – 100 rpm
G1 50
G2 20
G3 10
Gradien Rata rata (G) 26,66666667
Tinggi (H) 3
Lebar Paddle 1/6 - 1/10 dPaddle
1.2.5 Sedimentasi
Tabel 4.5 Kriteria Desain Sedimentasi
Kriteria Desain
SL 60-120 m3/m2/hari
Td 1-3 jam
NRE < 2000
NFR > 10-5
Tebal plate 2,5-5 cm (tp)
Jarak antar plate 2,5-5 cm
Sudut kemiringan
31
Kriteria Desain
Beban permukaan (Vo) 60-150 m/hr
Kec. horizontal rata rata 0,05-0,13 m/mnt
Kedalaman air 3-5 m
Beban weir 90-360 m/hr
Jarak pipa inlet ke zona lumpur 0,3-1 m
Jarak plat ke zona lumpur 1-1,14 m
Jarak gutter ke plat 0,4-0,6 m
Tinggi air vnotch (Hv) 2-5 cm
Kadar lumpur 4-6%
% removal 64,2
Tinggi plat (Hp) 1-1,2 m
Lebar plat (Lp) 1-2,5 m
Min diameter lubang (orifice) 5 cm
1.2.6 Filtrasi
Tabel 4.6 Kriteria Desain Filtrasi
Kriteria Desain
Kecepatan filtrasi (Vf) 8-12 m3/m2/jam
Tebal media pasir 60-80 cm
Tebal media penahan 18-30 cm
Td backwash 5-15 menit
Tinggi air di atas media 0,9-1,2 m
Jarak dasar gutter dengan atas media pasir saat ekspansi 20-30 cm
A orifice:A bak (0,0015-0,005):1
A lateral:A orifice (2-4):1
A manifold:A lateral (1,5-3):1
Jarak antar orifice 7,5-30 cm
D orifice 0,6-2 cm
P:L (1:2)
32
4.2.7 Reservoir
Kriteria desain :
1. Reservoir dibuat dari konstruksi beton bertulang baja
2. Bagian atap dan yang terendam tanah harus dilapisi dengan bahan kedap air.
3. Reservoir harus dibagi minimal 2 (dua), sebagai cadangan bila salah satu bak mengalami kerusakan/ pencucian.
4. Bila data fluktuasi pemakaian air tidak dapat diperoleh, maka kapasitas reservoir minimal 15% dari kebutuhan air maksimum dalam 1 hari.
5. Tinggi bebas bak minimal diatas muka air, maksimal 30 cm. 6. Dasar bak minimal berjarak 15cm dari muka air minimum. 7. Kemiringan bak (didasarnya) 0,5 – 1% ke arah pipa penguras
4.3 Perhitungan Unit Operasi dan Unit Proses BPAM
4.3.1 INTAKE
a) Kecepatan Aliran
Qpenyadapan = (Qmd + pemakaianair di pengolahan) * faktor penyadapan
= (19418,4 + 970,92) *1,2 = 24467,18m3/hr
= 24467,18m3/hr : 86400 = 0,28 m3/dtk
V asumsi = (0,6 – 1,5) m/dtk : 0,7 m/dtk
A = 𝑄
𝑉 =
0,28 m3/dtk
0,7 m/dtk = 0,38 m 2
D = [4 𝑥𝐴
𝜋 ]
1/2 = [4 𝑥0,38 m2 3,14 ]
1/2 = 0,71 0,7 m
Check v :
A = 1
4π d
2 = 1
4 3,14 (0,7) 2
= 0,38 m2
V = 𝑄
𝐴 =
0,28 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
0,38 𝑚2 = 0,7 m/dtk...(Ok)
b) Bar screen
Tabel 4.7Kriteria desain dan Kriteria Terpilih Bar Screen:
Kriteria Bar Screen Kriteria Terpilih
Lebar batang (w) = (1
2 -3
4) inchi (w) yang direncanakan
2
33
Kriteria Bar Screen Kriteria Terpilih
Lebar bukaan (b) = (2 – 3) inchi (b) yang direncanakan 2” = 2 x 0,025 = 0,0500 m
Kecepatan horizontal (Vh) 0,6 m/dtk (Vh) yang direncanakan = 1 m/dtk
Sudut bar screen terhadap horizontal
() = 600
() Sudut bar screen terhadap horizontal terpilih =
600
Faktor bentuk batang screen () =
1,79 (bentuk lingkaran)
()Faktor bentuk batang screen terpilih = 1,79
(bentuk lingkaran)
Headloss 0,15 m Headloss 0,15 m
Lebar bar sreen (L) = 1 m
Sumber : (Susumu Kawamura, 1990)
Luas penampang saluran bar screen (Ac) = 𝑄
𝑉ℎ =
0,28 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
1 = 0,28 m
Tinggi muka air (t) = 𝐴𝑐
𝐿 =
0,28
0,500 = 0,56 m
Free board (W) = 20% x t = 0,2 x 0,47 = 0,0944 m
Tinggi bar screen (H) = t + W = 0,47 + 0,0944 = 0,566 m
Jumlah bar yang diperlukan = L = nw + (n + 1)b
1 = 0,01875n + (n + 1) x 0,0625 1 = 0,01875n + 0,0625n + 0,0625 1 = 0,035125n + 0,0625
1 – 0,0625 = 0,035125n 0,9375 = 0,035125n
N = 10,40011 batang
Lebar efektif (L’) = (n + 1) x b = (11- 1) x 0,0500 = 0,5000 m 0,50 m
Panjang batang terendah (t’) = sin 60𝑡 = 0,4720
0,866 = 0,667 m Ac efektif (Ac’) = t’ x L’ = 0,50 x 0,667 m = 0,338 m
Kecepatan melalui bar (Vh’) = 𝐴𝑐𝑥𝑉ℎ𝐴𝑐′ = 0,28 𝑥1
0,338 = 0,848 m/dtk
Penurunan muka air melewati bar hv = (𝑉ℎ′)2
2𝑔 = (0,848)2
2𝑥 9,81 = 0,036 m Δ H = x( 𝑤
𝑏)
4/3 x hv x sin 600 = 1,79 x( 0,0125 0,0500)
4/3 x 0,03522 x 0,866
= 0,0082 m
34 = 0,46 m
c) Sumuran (Intake Well)
Tabel 4.8 Kriteria Terpilih Intake Well Kriteria Terpilih Satuan
Sumuran berbentuk segi empat 1 buah
Td 25 menit = 1500 detik
Ketinggian dari dasar sungai ke dasar sumur 7,5 m (min 1 m dari dasar sungai)
Level air batas atas sumuran (LBA) 6 m
Level air batas bawah sumuran (LBB) 1 m
Freeboard/ H bebas 0,5 m
Volume saluran = Q x Td = 0,28 m3/dtk x 1500 dtk= 424,7 m3 Tinggi efektif (Hef) = LBA + LBB= 6 m + 1 m= 7 m
Tinggi total (Htot) = Hef + H bebas= 7 m + 0,5 m= 7,5 m
A = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
424,7 𝑚3
7,5 𝑚 = 56,63 m 2
Sumuran segi empat dengan P : L = 1 : 1
A = P x L
56,63 m2 = L
L = √56,63 = 7,52 m 7,5 m
Check Td
A = P x L = 7,5 x 7,5= 56,25 m2
Volume = A x Htot
= 56,25 m2 x 7,5 = 421,87 m3
Td = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄 =
421,87 𝑚3 0,28 𝑚3𝑑𝑡𝑘𝑋 60 𝑑𝑡𝑘/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 25 menit.... (OK)
d) Pompa
Q pompa = Q aliran = 0,28 m3/dtk
Pipa sunction = 7 m
Pipa discharges = 12 m
V = 1 m/dtk
A = 𝑄
𝑉 =
0,28 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
35 D = [4 𝑥𝐴
𝜋 ]
1/2 = [4 𝑥 0,28 3,14 ]
1/2 = 0,600 0,6 m
Check v :
A = 1
4π d
2 =1
4 3,14 (0,6)
2= 0,2826 m2
V = 𝑄
𝐴 =
0,28 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
0,28 𝑚2 = 1,002 m/dtk...(Ok) Major Loses
Pipa SuctionHf = ( 𝑄
0,2785 𝑥𝐶𝑥𝐷2,63)1,85 x L
= ( 0,28
0,2785 𝑥 130 𝑥0,62,63)1,85 x 7m= 0,012 m
Pipa DischargeHf = ( 𝑄
0,2785 𝑥𝐶𝑥𝐷2,63)1,85 x L
= ( 0,28
0,2785 𝑥 130 𝑥0,62,63)1,85 x 12 m = 0,021 m Minor Loses
Belokan
Terdapat 2 belokan, dimana K belokan = 0,5 V = 1 m/dtk (asumsi)
Hm = K x 𝑉2
2𝑔 = 0,5 x
12
2 𝑥 9,81= 0,025 m
Jadi Hf belokan = 2 x 0,025 m = 0,051 m
Terdapat 1 buah tee, dimana Ktee = 1,5
V = 1 m/dtk (asumsi)
Hm = K x 𝑉2
2𝑔 = 1,5 x
12
2 𝑥 9,81= 0,07 m
Jadi Hf tee = 1 x 0,07 m = 0,07 m
Valve
Kvalve = 0,8
V = 1 m/dtk (asumsi)
Hm = K x 𝑉2
2𝑔 = 0,8 x
12
2 𝑥 9,81= 0,040 m
Direncanakan H statis = 6,5 m
Hf Total =Hf pipa sunction +Hf pipa discharge+Hf belokan+Hf tee+Hf akibat valve +H static
= 0,012 m + 0,021 m +0,051 m + 0,76 m + 0,040 m + 6,5 m = 6,7 m
36
Direncanakan efisiensi pompa (η) = 80%
P = 𝜌𝑥𝑔𝑥𝑄𝑥𝐻
𝜂 =
1000𝑚3 𝑘𝑔𝑥 9,81 𝑥 0,28 𝑥 6,7
0,8 = 23274,44 kgm
2/dtk3
= 23274 watt
4.3.2 PRASEDIMENTASI
a) Zona Pengendapan
Dengan pertimbangan unit produksi efisien, ditentukan Q modul setiap unit adalah 35 L/detik = 0,035 m3/detik.
Q modul = 35 L/dtk = 0,035 m3/dtk
% removal = 80%
Good Performance = 2,1 (t/td)
Asumsi Vo = 60 m3/m2/hari x 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
(24 𝑥 60 𝑥 60)𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 9,25.10-4 m/dtk
T = 27 0C jadi = 0,864x10-6
Luas Zona Pengendapan (A)t/td = 𝑉𝑜
(𝑄𝐴)
A = 𝑄𝑥𝑡
𝑉𝑜𝑥𝑡𝑑 =
0,035 𝑥 2,1 9,25 .10−4
= 79 m2
Dimensi Panjang (P), Lebar (L), dan Tinggi (H) Lebar Bak Pengendapan
Asumsi P : L = 4 : 1
A = P x L m2 = 4L x L
79 m2 = 4L2
19,75 m2 = L2
√19,75 𝑚2 = L
4,45 = L L4 m
Panjang Bak Pengendapan
P = 4L
P = 4 x 4 m
P = 16 m
37
H = 1
12 x P 0,8
= 1
12 x 16 0,8
= 1,5 m
Jadi dimensi bak pengendapan adalah P = 16 m, L = 4 m, dan H = 1,5 m
Cek Bilangan Reynold
Td = 𝐻
(𝑄𝐴) = 𝐻𝑥𝐴
𝑄 =
1,5 𝑥 79
0,035 = 3402 dtk
Vh = 60 m3/m2/hari x 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
(24 𝑥 60 𝑥 60)𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 5,83.10-4 m/dtk
R = 𝐵𝑥𝐻
𝐵+(2𝐻) =
8 𝑥 1,5
8+(2 𝑥 1,5) = 0,86 m
Cek NRe
Nre = 𝑉ℎ𝑥𝑅 = 0,0058 𝑥 0,86
0,864 𝑥 10−6 = 578,7< 2000 (Ok)
Cek NFr
Vh = 𝑄
𝐵𝑥𝐻 =
0,035
4 𝑥 1,5 = 0,005m/dtk
NFr= 𝑉ℎ^2
𝑔𝑥𝑅 =
0,005^2
9,81 𝑥 0.86 = 4 x 10
-6< 10-5 (Ok)
Cek Kecepatan Penggerusan
Vsc = √8 𝑥𝑥𝑔𝑥(𝜌𝑠−𝜌𝑤)𝑥𝑁𝐹𝑟
𝛼𝑥𝜌𝑤 = (
8 𝑥 0,05 𝑥 9,81 𝑥(2,65− 0,996)𝑥1,91 𝑥 10−6 0,03 𝑥 0,996 )
0.5
= 0,029 m/dtk
= 0,029> 0,00562 (Vsc > Vh)
(Tidak terjadi penggerusan)
b) Sludge Zone
Q = 0,035 m3/dtk B = 4 m
Vs = 0,0058 m/dtk Volume Lumpur
Konsentrasi Ps = 270 NTU x 0,0013 kg/m3 = 0,351 kg/m3 Berat jenis sludge (ρ) = 2,5 kg/L
% Removal = 80%
Asumsi kadar lumpur = 8%
38
Freeboard antara lumpur dengan zona inlet 50%H = 50%.2 m
= 1 m
Lumpur yang diendapkan = 80% x 0,351 kg/m3
= 0,280 kg/m3
Lumpur yang dimasukkan di bak pengendapan
= 0,058 m3/dtk x 0,28 kg/m3
= 0,010 kg/dtk
Lumpur yang dihasilkan per hari/bak = 0,010 kg/dtk x 86400 𝑑𝑡𝑘
1 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 849,14 kg/hari
Volume lumpur/hari/bak = 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
(% 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟)𝑥 (𝜌𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟)
= 849,14 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
(0,035)𝑥 (2,5 𝑘𝑔/𝐿)
= 4245,69 L/hari
= 4,24 m3/hari
Dimensi Ruang Lumpur Untuk Bak Pengendapan Dimensi ruang lumpur menggunakan limas terpancung A1 = luas bawah
A2 = luas atas
Asumsi A1 = 20% A2 Asumsi H = 1 m
Luas Ruang lumpur = 1/3 H x (A1 + A2 + (A1 x A2)1/2)
10,8 m3/hari = 1/3 x 1 m x (A1 x 0,2A1 + (A1 x 0,2A1)1/2)
10,8 m3/hari= 1/3 m x (1,647 A1)
10,8 m3/hari = 0,549 m A1
A1 = 10,8 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖
0,549 𝑚 = 1,54 m
2 2 m2
A1 = P x L
2 m2= P x 8
P = 2,5 m
A2 = 20% x A1
= 20% x 20 m2
= 0,4 m2
39 4 = 4L x L
4 = 4L2 1 = L2
L = 1 m
P = 4B
P = 4 m
Pengurasan Lumpur
Pengurasan dilakukan setiap 24 Jam untuk Bak Pengendapan
Pipa Pengurasan Q = 0,035 m3/dtk
V = 1,2 m/dtk
Luas Pipa Pengurasan
A = 𝑄
𝑉 =
0,035 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
0,9 𝑚/𝑑𝑡𝑘 = 0,04 m 2
Diameter
A = 1⁄4πd2
d = √4 𝑥𝐴
𝜋 = √ 4 𝑥0,04
3,14 = 0,22 m 250 mm
Q Pengurasan
Q = A x V
= 1⁄4πd2 x V
= 1⁄4x 3,14 x (0,252)m2 x 0,9 m/dtk
= 0,04 m3/dtk
Lama Waktu 1x Pengurasan
T = 𝑉𝑏𝑎𝑘𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑄𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛 =
4,24 𝑚3
0,04 𝑚3/𝑑𝑡𝑘 = 96,15 detik 2 menit
c) Zona Inlet
Q modul = 0,035m3/dtk
V = 0,3 m/dtk
40 A = 𝑄
𝑉=
0,035 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
0,3 𝑚/𝑑𝑡𝑘 = 0,12 m 2
Lebar Inlet Asumsi P = 2L
A = P x L
0,12 m2= 2L x L 0,12 m2= 2L2
L = √0,12 𝑚2
2 = 0,17 m = 0,2 m
Panjang Inlet
P = 2L = 2 x 0,2 m = 0,25 m = 0,25 m
Keliling Basah
R = 𝑃𝑥𝐿
2𝐿+𝑃 =
0,25 𝑥 0,2
2(0,2)+0,25 = 0,07 m
Slope Inlet
Q = 1/n x R2/3 x S1/2
0,035m3/dtk = 1/0,015 x 0,072/3mx S1/2
0,035 m3/dtk = 18,82m x S1/2
S1/2 = 0,00425
S = 9 x 10-5 Check V
Q = 1/n x R2/3 x S1/2
V x A = 1/n x R2/3 x S1/2
V =
1 𝑛𝑥𝑅
2⁄3 𝑥𝑆1⁄2 𝐴
=
1 0,015𝑥0,07
2⁄3
𝑥 (9 𝑥10−5)1⁄2
0,16 = 0,3 m/dtk (Ok)
Panjang Inlet = 10% x P Settling Zone
= 10% x 32 m = 3,2 m
Lebar Inlet Zone = Lebar Settling Zone = 8 m
Tinggi Inlet Zone = Tinggi Settling Zone = 2 m
Perforated Wall
41 = 1⁄43,14 x (0,1)2
= 0,00785 m2
Kecepatan Aliran Lubang (v) = ¼ Vinlet
= ¼ x 0,3 m/dtk = 0,075 m/dtk
Q lubang = A lubang x V lubang
= 0,03 m2 x 0,075 m/dtk = 0,02m3/dtk
Banyak Lubang = 𝑄𝑏𝑎𝑘
𝑄𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 = 𝑄𝑏𝑎𝑘 𝑄𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 =
0,035 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
0,02 = 14,86 lubang 15 lubang
Direncanakan 15 lubang tersusun secara
Vertikal sebanyak = 7 lubang
Horizontal sebanyak = 8 lubang
Jarak antar lubang horizontal
P lubang = (n + 1) x b + (n x t)
3,2 m = (10 + 1) x b + (10 x 0,1) 6,4 m = 11 b + 1
11 b = 6,4 m – 1 11 b = 5,4
b = 0,54 m 0,5 m
Jarak antar lubang vertikal
h lubang = (n + 1) x b x (n x t) 2 m = (10 + 1) x b x (10 x 0,1)
2 m = 11 b x 1
11 b = 2 m – 1
11 b = 1
b = 0,09 m
d) Outlet Zone
Type V Notch Q = 0,035 m3/dtk
L = 1/3 L settling = 1/3 x 4 m = 1,33 m H = 1,5 m
42 Jumlah Pelimpah yang Digunakan
𝑄𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
𝑛𝑥𝐿 < 5 x h x Vs 0,035 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
𝑛𝑥 8 𝑚 < 5 x 2 x 6,94.10 -4
8 n x 0,00694 < 0,035 0,055 n < 0,035
N > 1,45
Jadi digunakan 2 gutter dengan 4 pelimpah
Dimensi V Notch
Asumsi h air di V Notch = 5 cm = 0,05 m
Freeboard = 50% x 0,05 m = 0,025 m
H total = 0,05 m + 0,025 m = 0,075 m
Lebar pintu V Notch = 2 x H total
= 2 x 0,075 = 0,15 m
Q tiap V Notch = 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟𝑉𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ𝑋(𝐻𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)1,5
8
= 0,15 𝑋(0,075)1,5
8
= 4 x 10-4 m3/dtk
Jumlah V Notch = 𝑄𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
𝑄𝑉𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ =
0,035 𝑚3/𝑑𝑡𝑘 3,85 𝑥10−4𝑚3/𝑑𝑡𝑘
= 90,1 buah = 91 buah
Jumlah V Notch /Gutter = 91/2 buah = 46 buah
Jumlah V Notch/ tiap sisi = 46/2 = 24 buah
Pelimpah sisi kanan = 12 buah
Pelimpah sisi kiri = 12 buah
Dimensi Gutter
Asumsi jarak antar V Notch = 15 cm = 0,15 m
Jarak Vnotch dari tepi = ½ x Jarak antar Vnotch
= ½ x 0,15 m = 0,075 m
Q tiap Gutter = 𝑄 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
𝑛 =
0,035
2 = 0,0175 m 3/dtk
43
= (12 x 0,15 m) + (12 x 0,15 m) = 3,6 m = 4 m
Q tiap Gutter = 0,00175 m3/dtk
= 0,00175 m3/dtk x 35,3147 cfs
= 0,061 cfs
Untuk 1 Gutter :
Q Gutter = 0,061 x Bp x Ho3/2
Keterangan :
Bp = lebar Gutter (ft) = 1,5 Ho Ho = tinggi air dalam Gutter Hp = tinggi Gutter
Maka : 0,061 cfs = 2,49 x Bp x Ho3/2
0,061 cfs = 2,49 x 1,5 Ho x Ho3/2
0,061 cfs = 3,735 x Ho5/2
Ho5/2 = 0,377
Ho = 0,67 ft
= 0,67 x 0,3048 m = 0,20 m
Lebar Gutter (Lp) = 1,5Ho
= 1,5 x 0,20 m = 0,31 m
Tinggi Gutter (Hp) = Ho + 15% Ho + tinggi air dalam Vnotch + freeboard
= 0,20 m + (0,15 x 0,20) m + 0,05 m + 0,025 m = 0,31 m
Jarak antar Gutter = 8𝑚 −(2+1)𝑥 0,3𝑚
(2+1)𝑥 2 = 0,25 m
A = 𝑄
𝑉 =
0,035
1,2 = 0,03 m 2
A = 1⁄4πd2
d = √4𝑥 0,03
3,14 = 0,19 m 200 mm
P = 𝐴
𝐷 = 0,03
0,20 = 0,14 m
Volume bak
44 = 0,01 m3
Check V Q = A x V
0,035 m3/dtk = ¼. 3,14. (0,22) x V
0,035 m3/dtk = 0,0706 V
V = 1,11 m/dtk (Ok)
e) Saluran Pengumpul
Q = 0,035 m3/dtk
V desain = 0,8 m/dtk
Lebar saluran pengumpul = 0,5 m
Freeboard = 0,2 m
Dimensi bak
A = 𝑄
𝑉 = 0,035
0,8 = 0,04 m 2
H air = 𝐴
𝐿+ 𝐹𝑟𝑒𝑒𝑏𝑜𝑎𝑟𝑑
= 0,04
0,5 + 0,2
= 0,29 m
A = 1⁄4πd2
d = √4𝑥𝐴 = √4 𝑥0,04
3,14 = 0,24 m 250 mm
Check V Q = A x V
0,035 m3/dtk = ¼. 3,14. (0,042) x V 0,035 m3/dtk = 0,126 V
V = 0,74 m/dtk (Ok)
4.3.3 KOAGULASI HIDROLIS
Kriteria Terpilih
Q = 35 L/detik 0,035m3/detik G = 800/detik
td = 20 detik
Ln = 1,2 m
45 µ = 0,9 x 10-3 kg/m.detik
ρ = 997 kg/m3 T(suhu)= 25 O C
Head Loss yang dibutuhkan (HL)
HL = (G2. µ. td) / (ρ.g) = ( 8002 x 0,9 x 10-3 x 20) / (997 x 9,81) = 1.178 m
Tinggi air pada ambang (Hn) Hn = [3.Q / {2.Cd (2.g)0,5. Ln}]2/3
= [3. 0,035 / {2 x 1,2 x (2 x 9,81)0,5 x 1,2}]2/3 = 0,04m
Debit per satuan lebar (q)
q = Q / Ln = 0,035 / 1,2 = 0,029 m2/detik
Untuk memperoleh ketinggian (H) yang sesuai digunakan metoda trial dan error H = 1 m Bilangan terjunan (D)
D = q2 / g. H3 = 0,0352 / 9,81 x 13 =0,000087
Panjang terjunan (Pd)
Pd = 4,3 x H x D0,27 = 4,3 x 1 (0,000087)0,27 = 0,34 m Kedalaman pada awal loncatan (y1)
y1 = 0,54. H. D0,425 = 0,54x 1 x( 0,000087)0,425 =0,01 m
Kedalaman pada akhir loncatan (y2)
y2 = 1,66. H. D0,27 = 1,66 x 1 x(0,000087) 0,27=0,13 m
Loncatan Hidraulik terjadi bila y2/y1 ≥ 2,4 y2 / y1 = 0,13/0,01= 13 (sesuai kriteria)
Bilangan Froud (F)
F = [{2.y2 /( y1 + 1 )2– 1} / 8]1/2 = [{2 x 0,13 /( 0,01 + 1)2– 1} / 8]1/2 = 10( tidak sesuai
kriteria)
Head yang terjadi (Htotal)
Htotal = Hn + H –y2 = 0,04 + 1 –0,13 = 0,91m
Cek G
G = (Htotal.ρ.g / µ. td)0.5 = 0,91x 997 x 9,81 / 0,9 x 10-3. 20)0.5 = 702 (sesuai kriteria)
Panjang loncatan antara 4,3 - 5,2 kali y2 Pj = 4,3 x y2 = 4,3 x 0,13 = 0,57 m Panjang bak koagulasi (Ptotal)
46
Vol = Q. td = 0,035 . 20 = 0.70m Lebar bak koagulasi (Lk)
Lk = Vol / Ptotal x y2 = 0.70/(0.92 x 0,13)= 5,76m Volume bak penampung sebelum Ambang = 1m3 Panjang bak penampung (Pp)
Pp = Vp / Lk. Hn = 1 / (5,76 x0,04) = 4.26 m
4.3.4 FLOKULASI
Tipe flokulasi yang digunakan adalah flokulasi mekanis berbentuk paddle dengan 3 kompartemen.
Q modul = 35 l/det = 0,035 m3/det
T = 25°C
µ = 0,8746 x 10-3 kg/mdet
ρ = 997 kg/m3
td = 20 menit = 1200 detik
Luas total blade = 15% - 25%
Diameter paddle = 50% lebar bak
rotasi = 5 – 100 rpm
Bak terdiri dari 3 kompartemen dengan G masing-masing:
G1 = 50/det
G2 = 20/det
G3 = 10/det
Maka gradient rata-ratanya adalah:
50 + 20 + 10
3 = 26,67/𝑑𝑒𝑡
a) Saluran Inlet
Pipa inlet flokulasi = pipa outlet koagulasi
Volume bak = Q x td = 0,035 m3/det x 1200 detik = 42 m3 Tinggi (H) = 3 meter
Luas bak (A) = V/H = 42/3 = 14 m2
P : L = 3 : 1
47 L = 2.16 m = 2,5 m
P = 3 x L
P = 7,5 m
H = 2.5 m
P tiap kompartemen = 7.5/3 =2,5 m
b) Paddle
Diameter paddle = 30% x lebar bak = 30% x 2,5 m = 0.75 m Dimensi paddle
P : L= 5 : 1
Jarak paddle terhadap sumbu putar: r0 = 50 cm
r1 = 80 cm
Lebar paddle = r1– r0 = 80 – 50 = 30 cm
Panjang paddle = 5 x 30 cm = 150 cm
c) Perhitungan Kompartemen
Pada bak flokulasi terdiri dari 3 kompartemen, dengan kecepatan 5 – 100 rpm dan Cd 1,2 Kompartemen 1
G1 = 50/det
V = P x L x H = 2,5x 2,5 x 2.5 = 15.625 m3
P = G2 x µ x V = (50)2 x 0,8746 x 10-3 x 15.625 m = 34.1641 watt
Vp = [Cd x ρ x L]2P 1/3= [1,3 x 997 x 2,5]2 x 34.16 1/3= 0,27 m/det Sehingga putaran:
n =π x d x 0,75 =Vp x 60 3,14 x 1 x 0,75 = 7.129 rpm0,27 x 60
Kompartemen 2 G1 = 20/det
V = P x L x H = 2,5 x 2,5 x 2.5 = 15.625m3
P = G2 x µ x V = (20)2 x 0,8746 x 10-3 x 15.625m = 5.466watt
Vp = [Cd x ρ x L]2P 1/3= [1,3 x 997 x 2,5]2 x 5.466 1/3= 0.152 m/det
48
n =π x d x 0,75 =Vp x 60 3,14 x 1 x 0,75 = 3.89 rpm0,152 x 60
Kompartemen 3 G1 = 10/det
V = P x L x H =2,5 x 2,5 x 2.5 = 15.625 m3
P = G2 x µ x V = (10)2 x 0,8746 x 10-3 x15.625m = 1.36watt
Vp = [Cd x ρ x L]2P 1/3= [1,3 x 997 x 2.5]2 x 1.36 1/3= 0,09 m/det Sehingga putaran
n = π x d x 0,75 =Vp x 60 3,14 x 1 x 0,75 = 2,46 rpm0,09 x 60
d) Kehilangan Tekanan (HL)
HL = (0,2785 x C x DQ 2,63)1,85 = (0,2785 x 130 x (0,094)0,035 2,63)1,85 = 0,255 m
e) Luas bukaan/pintu
2 3
036 , 0 det
/ 47 , 2
det / 035 , 0
m ik
m
ik m
v Q
A bak
Lebar bukaan/pintu ditentukan (b) = 50 cm = 0,5 m
4.3.5 SEDIMENTASI
Q modul = 0,035 m3/det
Jumlah bak = 1 bak
a) Zona Pengendapan
Kriteria terpilih:
Surface loading = 60 m3/m2/hari = 9,26 x 10-4 m/det
Jarak pipa inlet ke bibir zona lumpur = 1 m
Jarak tube ke pipa inlet = 0,5 m
Jarak gutter ke plate = 0,4 m
Waktu detensi = 2 jam = 7200 detik
Dimensi bak
A = Q
SL
= 0,035
49 = 37,8 m2
L = (𝐴 × 1
6) 0,5
= (37,8 × 1
6) 0,5
= 2,509 m ≈ 3 m
P = 6 × L
= 6 × 3 = 18 m Cek A desain = P × L = 18 × 3 = 48 m2
V = Q
Td
= 0,035
(1,5 3600⁄ )
= 84 m3
H = V
A
= 84
37,8 = 2,2 m
Dimensi tube
Tinggiruang tube = P tube × Sin45o
= 1 × Sin45o
= 0,9 m
AB sebenarnya = 𝑤
sin 45𝑜
= 0,025
sin 45𝑜
= 0,03 m
Tebal tube sebenarnya = 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑏𝑒
sin 45𝑜
= 0,0025
sin 45𝑜
= 0,0029 m
np = [𝑝−cos 45 ×𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑏𝑒]
(2 ×𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑏𝑒)+𝑤
= [13−cos 45 ×1]
(2 ×0,0025)+ 0,025
50
nL = 𝐿
2 ×𝑊
= 2,1
2 × 0,025
= 60 buah
n = np × nL
= 416 × 42 = 30949 buah
Vo = 𝑄
𝑛 ×(0,25 × × 𝑊2)
= 0,035
30949 ×(0,25 × 3,14 × 0,0252)
= 0,0023 m/detik
R =
(0,25 × 3,14 𝑥 𝑤2)
(3,14 ×𝑤) ⁄
𝑛
=
(0,25 × 3,14 × 0,0252)
(3,14 ×0,025) ⁄
30949
= 2,02 × 10-7
Nre = 𝑉𝑜 ×𝑅
𝑣
= 0,009 ×2,02 × 10−7
0,000008039
= 0,00053 (laminer)
Nfr = 𝑉𝑜2
𝑔 𝑅
= 0,00232
9,81 × 2,02 × 10−7
= 2,682 (stabil)
Zona inlet
HL manifold = 1
3 × 𝑓 × 𝑃
𝐷 × 𝑉2 × 2𝑔𝑔
= 1
3 × 0,0012 × 13
0,05 × 0,0142 × 2 × 9,81
= 0,0006 m
A orifice = 0,25 × π × d2
= 0,25 × 3,14 × 0,052 = 0,00196 m2
Q orifice = A × v orifice