• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS YURIDIS KRIMINOLOGIS PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III ANALISIS YURIDIS KRIMINOLOGIS PE"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ANALISIS YURIDIS KRIMINOLOGIS PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN

KARTU KREDIT MELALUI MEDIA INTERNET

A. Faktor-faktor Yuridis Kriminologis Penyebab Pelaku Tindak Pidana Pencurian Kartu Kredit Melalui Media Internet

Saat ini banyak sekali cara-cara pelaku tindak pidana dalam melakukan aksinya. Salah satunya melalui perkembangan teknologi. Kriminalitas adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan jatuhnya korban. Dengan perkembangan zaman yang kian pesat saat ini membuat terjadinya tindak pidana dengan berbagai varian modus operandinya, seiring dengan kemajuan teknologi informasi.

(2)

kejahatan. Kejahatan ini mengalami metamorfosa baik secara kualitas atau kuantitas seiring dengan perkembangan budaya masyarakat.1

Modus yang telah terungkap di antaranya membeli data kartu kredit dari orang asing, kemudian di input ke dalam kartu kredit yang sudah disiapkan, modus selanjutnya mencuri data dari kasir restoran yang melibatkan orang dalam, dan modus yang terakhir membuat aplikasi pengajuan kredit ke bank dengan data identitas palsu.2 Pencurian kartu kredit disebabkan karena mengikuti

perkembangan teknologi yang semakin canggih. Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat tersebut semakin memudahkan tindak pidana dibidang cybercrime, khususnya dalam hal ini pencurian kartu kredit melalui media internet.

Menurut Mujiono, hal ini disebabkan adanya teknologi yang canggih dan kejahatan pencurian kartu kredit melalui media internet lebih mudah dapat dilakukan. Berikut ini adalah jenis modus yang dilakukan oleh pelaku pencurian kejahatan kartu kredit:3

1. Membuat aplikasi Palsu ke pihak Bank dengan menggunakan identitas Palsu.

Yang dimaksud dengan modus aplikasi palsu disini adalah menggunakan sebuah program palsu dan merekayasa program tersebut dengan data identitas Palsu. Adapun cara-cara yang dilakukan sebagai berikut:

1 Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hlm. 111.

2 Wakhid Muqodam, “Modus Pembobolan Kartu Kredit Ikuti Perkembangan Teknologi”,

terdapat disitus http://www.suarasurabaya.net/fokus/118/2014/130014, 26 Desember 2015

3 Wawancara Penulis dengan Kompol Mujiono sebagai Koordinator Pengawas Khusus Bidang

(3)

a. Memasukkan data,

Pelaku menggunakan kartu yang bukan miliknya untuk melakukan pembelanjaan melalui mekanisme transaksi yang tidak membutuhkan keberadaaan kartu (card not present) dan transaksi bersifat online. Biasanya pelaku hanya membutuhkan identitas lengkap pemilik kartu. Transaksi belanja ini akan ditagihkan kepada pemilik kartu atau dengan kecurangan jenis lainnya. Kecurangan jenis ini biasanya terjadi pada kartu yang masih menggunakan magnetic stripe sebagai media penyimpan data. Ketika masyarakat berbelanja dan bertransaksi menggunakan kartu debet, masyarakat akan memberikan kartu untuk digesek di mesin yang dinamakan Electronic Data Capture (EDC) oleh cashier. EDC tersebut merupakan mesin yang bekerja untuk meng-capture data identitas pemilik kartu dan transaksi yang dilakukannya untuk kemudian dicetak ke dalam kartu yang lain dipalsukan untuk digunakan sebagaimana kartu aslinya.

Kejahatan dengan menggunakan teknologi komputer termasuk pencurian dengan modus carding database telah menyebabkan kerugian bagi para pihak, dalam hal ini yaitu:4

1. Nasabah

4 Brian Ami Prastyo, Kejahatan Cyber, http://www.clearcommerce.com, Diakses Pada Tanggal

(4)

a. Hilangnya sebagian uang atau seluruhnya milik nasabah yang dicuri oleh pelaku carding database.

b. Kesulitan nasabah dalam melaporkan kejahatan ini kepada pihak yang berwenang dikarenakan prosesnya memakan waktu yang cukup lama dan terlalu banyak biaya.

2. Pihak Bank.

a. Rusaknya citra bank di mata masyarakat

b. Kepercayaan nasabah dan dunia usaha akan berkurang serta berusaha mencari bank penerbit kartu kredit lain yang terjamin keamanannya.

3. Negara.

Penilaian terhadap Indonesia menjadi negatif karena dari hasil riset tahun 2012 dan 2015, Indonesia menempati peringkat ke-2 dalam kejahatan cybercrime, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian negara serta merusak citra bangsa di mata dunia.

Dalam pembahasan ini, menurut Mujiono mengenai beberapa faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet di masyarakat, antara lain:5

1. Akses internet yang tidak terbatas.

Di zaman sekarang ini internet bukanlah hal yang langka lagi, karena semua orang telah memanfaatkan fasilitas internet. Dengan menggunakan internet diberikan kenyamanan kemudahan dalam mengakses segala sesuatu tanpa ada batasannya. Dengan kenyaman itu lah yang merupakan faktor utama bagi sebagian oknum untuk melakukan tindak kejahatan cybercrime dengan mudahnya.

2. Kelalaian pengguna komputer.

Hal ini merupakan salah satu penyebab utama kejahatan komputer. Seperti diketahui orang-orang menggunakan fasilitas internet selalu memasukan semua data-data penting ke dalam internet. Sehingga memberikan kemudahan bagi sebagian oknum untuk melakukan kejahatan.

5 Wawancara Penulis dengan Kompol H. Mujiono sebagai Koordinator Pengawas Khusus

(5)

3. Mudah dilakukan dengan resiko keamanan yang kecil dan tidak diperlukan peralatan yang super modern.

Inilah yang merupakan faktor pendorong terjadinya kejahatan di dunia maya. Karena seperti bahwa internet merupakan sebuah alat yang dengan mudahnya digunakan tanpa memerlukan alat-alat khusus dalam mengunakannya. Namun pendorong utama tindak kejahatan di internet yaitu susahnya melacak orang yang menyalahgunakan fasilitas dari internet tersebut.

4. Para pelaku merupakan orang yang pada umumnya cerdas, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan fanatik akan teknologi komputer.

Hal ini merupakan faktor yang sulit untuk dihindari, karena kelebihan atau kecerdasan dalam mengakses internet yang di miliki seseorang di zaman sekarang ini banyak yang disalahgunakan demi mendapatkan keuntungan semata. Sehingga sulit untuk dihindari.

5. Sistem keamanan jaringan yang lemah.

Seperti diketahui bahwa orang-orang dalam menggunakan fasilitas internet kebanyakan lebih mementingkan desain yang dimilikinya dengan menyepelekan tingkat keamanannya. Sehingga dengan lemahnya sistem keamanan jaringan tersebut menjadi celah besar sebagian oknum untuk melakukan tindak kejahatan.

6. Kurangnya perhatian masyarakat.

Masyarakat dan penegak hukum saat ini masih kurang dalam memberi perhatian yang sangat besar terhadap kejahatan konvensional. Pada kenyataannya para pelaku kejahatan komputer masih terus melakukan aksi kejahatannya. Hal ini disebabkan karena rendahnya faktor pengetahuan tentang penggunaan internet yang lebih dalam pada masyarakat.

(6)

Ayat (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Ayat (2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).

Ayat (3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Berdasarkan uraian Pasal 46 UU ITE, apabila terhadap seseorang yang dinyatakan secara sah bersalah melakukan tindak pidana carding, dikarenakan tidak ada ancaman minimal sanksi pidana penjara maka Majelis Hakim dapat menjatuhkan pidana penjara yang ringan dan berkesan tidak memberikan efek jera kepada pelaku tindak pidana carding.

Terkait dengan ancaman minimal terhadap pelaku tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet, adapun contoh kasus yang penulis ambil yaitu:6

6 “Contoh Kasus Kejahatan Carding di Indonesia”, terdapat di situs

(7)

Kasus Carding oleh Beny Wong

Beny Wong pada 14 Juli 2004 melakukan transaksi di “Hardy's Supermarket” Batubulan Gianyar, Bali dengan menggunakan kartu kredit Citibank bernomor 4541 7900 1413 0605 atas nama Wahyu Nugroho yang berhasil di curi dari internet. Saat itu transaksi berhasil dilakukan. Pada tanggal yang sama, Beny Wong kembali berbelanja di “Hardy's Supermarket” Sanur, Bali. Dengan menggunakan empat kartu kredit palsu yaitu Mastercard dari BNI, Visa dari Standard Cartered Bank, serta Mastercard dan Visa dari Citibank. Namun transaksi gagal dilakukan karena Kartu Kredit yang digunakan diketahui Palsu dan ditangkap pihak berwajib. Pada 14 September 2004 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar yang dipimpin oleh Hakim Ketua Arif Supratman memberikan "hadiah" kepada terdakwa berupa putusan hukuman penjara selama 3 (tiga) tahun. Hakim memvonis terdakwa didasarkan pada Pasal 362 KUHP.

Sedangkan faktor kriminologis penyebab terjadinya pelaku tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet, antara lain:

1. Faktor dari Pelaku

Peristiwa-peristiwa kejahatan yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor, apabila dilihat dari pelaku kejahatan maka bisa dikategorikan dari faktor internal. Banyak studi, penelitian maupun kajian tentang kejahatan ini, Faktor pelaku dalam hal ini, yaitu motivasi dari pelaku dan kondisi psikologis dari pelaku, motivasi pelaku akan terkait erat dengan faktor-faktor eksternal, sedangkan kondisi psikologis erat kaitannya dengan asumsi bahwa kecenderungan setiap manusia berperilaku menyimpang.

(8)

bagaimana masing-masing berhubungan satu sama lain. Durkheim meyakini bahwa jika sebuah masyarakat sederhana berkembang menuju satu masyarakat kota yang modern maka kedekatan yang dibutuhkan untuk melanjutkan satu set norma-norma umum, tindakan-tindakan dan harapan-harapan orang di satu sektor mungkin bertentangan dengan tindakan dan harapan orang lain.7

Kondisi psikologis atau kejiwaan dari pelaku, asumsi bahwa setiap individu mempunyai potensi untuk berperilaku menyimpang, pencurian dapat dimasukkan ke dalam perilaku menyimpang karena ada beberapa norma yang dilanggar yaitu norma hukum dan norma agama. Kondisi kejiwaan ini sangat dipengaruhi juga oleh seberapa besar motivasi yang timbul untuk mendukung terciptanya suatu perilaku menyimpang. Potensi individu untuk berperilaku menyimpang juga tidak terlepas dari kontrol sosial, kontrol sosial ini dapat timbul dari diri pribadi maupun dari masyarakat sekitar.

2. Faktor untuk mendapatkan keuntungan

Pelaku tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan. Pelaku menyadari bahwa perbuatannya tersebut merupakan suatu tindak pidana yang melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi, dikarenakan adanya keuntungan yang didapat dengan pasti dan mudah tanpa harus

(9)

bertemu, maka tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet ini semakin marak terjadi ditengah-tengah masyarakat.

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa faktor yuridis dan kriminologis penyebab pelaku tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet setelah diketahui dapat dilakukan upaya penegakan hukum tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet dan tidak adanya ancaman hukuman minimum, sehingga penjatuhan pidananya kurang memadai.

B. Upaya dan Kendala Penegak Hukum Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencurian Kartu Kredit Melalui Media Internet

Cybercrime yang merupakan modus kejahatan generasi baru yang menggunakan teknologi tinggi sudah terjadi di semua negara, dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) klasifikasi, yaitu kejahatan yang menjadikan komputer sebagai sasaran dan kejahatan yang menggunakan komputer sebagai alat.8 Sehingga

kehadiran hukum dapat memberikan penegakan hukum didukung dengan aparat penegak hukum yang menerapkan hukum tersebut.

Hukum merupakan sarana yang didalamnya terkandung nilai-nilai atau konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial dan sebagainya. Sedangkan Bellefroid mengemukakan bahwa hukum adalah segala aturan yang

8 Widodo, Memerangi Cybercrime, Karakteristik, Motivasi dan Strategi Penanganannya

(10)

berlaku dalam masyarakat, mengatur tata tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada dalam masyarakat itu.9

Menurut Satjipto Raharjo, penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide tesebut menjadi kenyataan. Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan nilai yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum secara konkrit adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut ditaati.10

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan secara rasional, memenuhi rasa keadilan dan berdaya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya.

Dalam istilah kriminologi, penanggulangan kejahatan disebut juga dengan istilah “perang terhadap kejahatan” atau memerangi kejahatan. Dalam pembahasan ini, penanggulangan cybercrime sama dengan memerangi cybercrime. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kejahatan

(11)

untuk mereduksi risiko cybercrime dengan menekan berbagai faktor penyebab kejahatan.11

Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.12

1. Upaya Penegak Hukum Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana

Pencurian Kartu Kredit Melalui Media Internet

Dalam pembahasan ini, sebelum penulis membahas mengenai upaya penegak hukum dalam penegakan hukum tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet, terlebih dahulu penulis akan menguraikan mengenai peran aparat penegak hukum sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum di Indonesia.

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir

11 Widodo, Op. Cit., hlm. 31.

(12)

pemasyarakatan.13 Apabila peraturan perundang-undangan sudah baik, akan

tetapi jika mental penegak hukum kurang baik, maka akan kurang baik juga pada sistem penegakkan hukum.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen penting yang mempengaruhi, yaitu:

a. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya;

b. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan

c. Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materiilnya maupun hukum acaranya.

Ketiganya membutuhkan dukungan adminstrasi hukum (the administration of law) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan (eksekutif) yang bertanggungjawab (accountable). Karena itu, pengembangan administrasi hukum dan sistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang keempat sebagai tambahan terhadap ketiga agenda tersebut di atas.

Penegak hukum mempunyai peran yang penting dalam penegakan hukum itu sendiri, prilaku dan tingkah laku aparat pun seharusnya mencerminkan suatu kepribadian yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Aparat penegak hukum yang profesional adalah mereka

(13)

yang dapat berdedikasi tinggi pada profesi sebagai aparat hukum, dengan demikian seorang aparat penegak hukum akan dapat melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagai seorang penegak hukum dengan baik.14

Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, maka ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum dengan mengutip pendapat J. E. Sahetapy yang mengatakan:15

Dalam rangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebijakan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam kerangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegakan hukum (inklusif manusianya) keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa dan terlihat, harus diaktualisasikan.

Menurut penulis, aparat penegak hukum yang berada pada garda terdepan. Karena aparat penegak hukum yang paling banyak berhubungan langsung dengan warga masyarakat. Oleh karena itu sikap dan keteladanan personal aparat penegak hukum menjadi salah satu faktor dihargai atau tidaknya mereka oleh warga masyarakat terhadap penegak hukum, yang cukup berpengaruh terhadap ketaatan mereka. Olehnya itu, kualitas dan keberdayaan

14Ibid., hlm. 34.

(14)

aparat penegak hukum merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efektif atau tidaknya ketentuan hukum yang berlaku.

Polri merupakan alat pengontrol atau pengawas tindak pidana yang efektif. Jika kembali mengacu berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, tugas pokok polisi antara lain:16

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum;

c. Memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dengan melakukan segala usaha dan kegiatan di lingkungan kepolisian, yang bertujuan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselamatan orang, benda dan barang termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan, khususnya mencegah terjadinya pelanggaran hukum.

Penegakan hukum secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umunnya diberikan kepada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Walaupun adakalanya dengan undang-undang, dapat ditunjuk pula pengadilan seperti

16 Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia tentang Kepolisian Negara Republik

(15)

dalam yuridiksi volunter, dan kejaksaan misalnya dengan tugas pakemnya, melakukan hukum preventif.17

Sesuai dengan tugas dan wewenang kepolisian yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa penegakan hukum dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui sarana non penal (preventif) dan sarana penal (represif).

a. Upaya preventif dilakukan pihak kepolisian dengan mencegah sebelum terjadinya kejahatan itu.

Terkait dengan penyalahgunaan kartu kredit, hendaknya kepolisian melakukan pencegahannya bersama-sama dengan masyarakat. Masyarakat diberikan pembinaan bagaimana untuk ikut serta berpartisipasi dalam menanggulangi kejahatan penyalahgunaan kartu kredit. Upaya preventif yang dapat dilakukan oleh kepolisian dengan cara-cara melakukan penyuluhan dan sosialisasi ke masyarakat tentang mencegah agar tidak menjadi korban tindak pidana pencurian kartu kredit, yaitu sebagai berikut:

1) Pengenalan komputer dan gadget kepada masyarakat

Pengenalan disini adalah dengan upaya sosialisasi komputer dan internet di tengah-tengah masyarakat. Upaya ini dapat ditempuh dengan pengenalan komputer dan internet lewat pendidikan. Prinsip

17 Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkatullah, Politik Hukum Pidana Kajian Kebijakan

(16)

dasar pendidikan ini cukup sederhana, yakni memanfaatkan teknlogi multimedia internet untuk menyalurkan suatu materi dari satu tempat ke tempat lain. Pengenalan ini juga dapat dilakukan dengan seminar teknologi informasi dengan memperkaya wawasan peserta, didatangkan para ahli dari institusi yang terkait erat dengan dunia internet.

2) Peran serta masyarakat

Dilibatkannya peran masyarakat dalam strategi pencegahan kejahatan mempunyai dua tujuan pokok yaitu untuk mengeliminir faktor-faktor kriminogen yang ada dalam masyarakat dan menggerakan potensi masyarakat dalam hal mencegah dan mengurangi kejahatan. Tugas masyarakat tidak hanya sebatas mengurangi angka kejahatan semata, melainkan juga harus ikut serta dalam proses menganalisis, mengenal dan memahami ancaman kejahatan tersebut.

3) Pengamanan software jaringan komputer

Tindakan preventif yang dapat dilakukan dalam rangka pengamanan software jaringan komputer adalah sebagai berikut:18

a. Mengatur akses (access control), melalui mekanisme authentication dengan menggunakan password.

(17)

b. Firewall, program yang merupakan sebuah perangkat yang diletakkan antara internet dengan jaringan internal, tujuannya adalah untuk menjaga agar akses kedalam maupun keluar dari orang yang tidak berwenang (unauthorized access) tidak dapat dilakukan.

c. Intruder detection system (IDS), diantaranya adalah autobuse, mendeteksi probing dengan memonitor log file.

d. Back-up rutin, untuk cadangan manakala sistem masyarakat berhasil dimasuki pihak lain (intruder).

4) Pengamanan hardware

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan tahapan ini adalah dengan penguncian komputer, untuk komputer baru memang tidak dilengkapi dengan kunci seperti tipe komputer lama, padahal ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penggunaan oleh orang-orang yang tidak dikehendaki.

Dari cara-cara yang dikemukakan ini, hendaknya kepolisian dengan satuan tim khususnya dan tugas yang diembannya dapat mencegah terjadinya kejahatan penyalahgunaan kartu kredit ini.

(18)

Selain menggunakan upaya preventif, kepolisian juga menggunakan upaya represif. Upaya represif ini dilakukan melalui pembentukan hukum yang dimaksudkan untuk mencapai keseimbangan dan tata pergaulan ditengah-tengah masyarakat. Peraturan perundang-undangan mengenai kejahatan transaksional elektronik berpangkal pada keinginan masyarakat untuk mendapatkan jaminan keamanan, dan kepastian hukum.

Menurut Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah bahwa,19

penegakan hukum represif dilakukan apabila usaha preventif telah dilakukan ternyata masih juga terdapat pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum harus ditegakkan secara represif oleh alat-alat penegak hukum yang diberi tugas yustisionil. Penegakan hukum represif pada tingkat operasionalnya didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara organisatoris terpisah satu dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakkan hukum. Pada tahap pertama, penegakkan hukum represif diawali dari lembaga kepolisian, berikutnya kejaksaan, kemudian diteruskan ke lembaga pengadilan dan berakhir pada lembaga pemasyarakatan. Dengan kata lain, upaya ini merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum setelah terjadinya suatu tindak pidana yang meliputi tindakan penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

(19)

pemeriksaan dalam sidang pengadilan, sampai dengan dilaksanakannya putusan pidana.

Tindakan represif juga disebutkan sebagai pencegahan khusus, yaitu suatu usaha untuk menekankan jumlah kejahatan dengan memberikan hukuman (pidana) terhadap pelaku kejahatan dan berusaha pula melakukan perbuatan dengan jalan memperbaiki si pelaku yang berbuat kejahatan. Jadi lembaga permasyarakatan bukan hanya tempat untuk mendidik narapidana untuk tidak lagi menjadi jahat atau melakukan kejahatan yang pernah dilakukan.

(20)

berkaitan dengan pemufakatan jahat dan tujuan adalah melawan hak milik serta kejahatan ini juga berkaitan dengan perbankan.

Tindakan respresif lebih dititikberatkan terhadap orang yang melakukan tindak pidana, yaitu antara lain dengan memberikan hukum (pidana) yang setimpal atas perbuatannya. Tindakan ini sebenarnya dapat juga dipandang sebagai pencegahan untuk masa yang akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparat penegak hukum dalam melakukan penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan pidana, pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai pembinaan narapidana.

Penangulangan kejahatan secara represif ini dilakukan juga dengan tekhnik rehabilitas, menurut Cressey terdapat dua konsepsi mengenai cara atau tekhnik rehabilitasi, yaitu :

1) Menciptakan sistem program yang bertujuan untuk menghukum penjahat, sistem ini bersifat memperbaiki antara lain hukuman bersyarat dan hukuman kurungan.

2) Lebih ditekankan pada usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang biasa, selama menjalankan hukuman dicarikan pekerjaan bagi terhukum dan konsultasi psikologis, diberikan kursus keterampilan agar kelak menyesuaikan diri dengan masyarakat.

(21)

aparat penegak hukum melalui Kepolisian Republik Indonesia melakukan beberapa tindakan agar dapat tercipta penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet, yaitu:20

a. Personil

Terbatasnya sumber daya manusia merupakan suatu masalah yang tidak dapat diabaikan, untuk itu Aparat penegak hukum mengirimkan anggotanya untuk mengikuti berbagai macam kursus di negara-negara maju agar dapat diterapkan dan diaplikasikan di Indonesia, antara lain: CETS di Canada, Internet Investigator di Hongkong, Virtual Undercover di Washington, Computer Forensic di Jepang.

b. Sarana Prasarana

Perkembangan teknologi yang cepat juga tidak dapat dihindari, sehingga Polri berusaha semaksimal mungkin untuk meng up date dan up grade sarana dan prasarana yang dimiliki, antara lain Encase Versi 4, CETS, COFE, GSM Interceptor, GI 2.

c. Kerjasama dan Koordinasi

Melakukan kerjasama dalam melakukan penyidikan kasus kejahatan cyber karena sifatnya yang borderless dan tidak mengenal batas wilayah, sehingga kerjasama dan koordinasi dengan aparat penegak hukum negara lain merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

d. Sosialisasi dan Pelatihan

Memberikan sosialisasi mengenai kejahatan cyber dan cara penanganannya kepada satuan di kewilayahan (Polda) serta pelatihan dan ceramah kepada aparat penegak hukum lain (jaksa dan hakim) mengenai cybercrime agar memiliki kesamaan persepsi dan pengertian yang sama dalam melakukan penanganan terhadap kejahatan cyber terutama dalam pembuktian dan alat bukti yang digunakan.

2. Kendala Penegak Hukum Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana

Pencurian Kartu Kredit Melalui Media Internet

20 Wawancara Penulis dengan Kompol H. Mujiono sebagai Koordinator Pengawas Khusus

(22)

Penegakan hukum di dalam masyarakat selain dipengaruhi oleh peraturan atau undang-undang (kaidah-kaidah) juga ditentukan oleh para aparat penegak hukum, adapun pendapat Mujiono, mengatakan bahwa:

Saya mengetahui adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur pencurian kartu kredit (carding) melalui dunia maya atau online yaitu Pasal 30 ayat (2) jo Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Akan tetapi, walaupun aparat penegak mengetahui keberadaan peraturan perundang-undangan UU ITE melalui dunia maya atau online sering terjadi beberapa peraturan tidak dapat terlaksana dengan baik karena ada penegak hukum yang tidak melaksanakan suatu peraturan dengan cara sebagaimana mestinya.

Dalam pembahasan data dari Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter mencatat, pada bulan Mei 2015 saja, tercatat telah terjadi 1.009 kasus pembobolan (fraud) yang dilaporkan dengan nilai kerugian mencapai Rp 2,37 miliar. Kejahatan kartu kredit yang paling banyak terjadi adalah pencurian indentitas dan card not present (CNP). Dengan jumlah kasus pencurian identitas sebanyak 402 kasus dan CNP 458 kasus dengan nilai masing masing Rp 1,14 miliar dan Rp 545 juta yang dialami 18 penerbit.21

Polisi dianggap terlalu pasif tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media atau online yang tidak dikeluhkan secara khusus. Contohnya polisi

21 http://www.merdeka.com/uang/kasus-kasus-pembobolan-kartu-kredit-yang-menggemparkan.html.

(23)

dilaporkan sering menyelamatkan korban pencurian, tapi polisi sering gagal untuk mengejar pelaku melalui dunia maya atau online dikarenakan permasalahan keterbatasan pengetahuan terhadap dunia maya atau online. Meskipun polisi seringkali menyadari bahwa sangat penting mengetahui dan menguasai dunia maya atau online.

Dengan demikian, menurut penulis hambatan dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet adalah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparat penegak hukum dalam melakukan tindakan penyelidikan dan penyidikan. Selain itu, kinerja aparat penegak hukum terhadap pelaku tindak pidana pencurian melalui dunia maya atau online sebagaimana diketahui dan bukan menjadi rahasia umum lagi manakala berurusan dengan pihak kepolisian, kejaksaan, maupun pengadilan terkait dengan perkara yang dialami seseorang tidak pernah lepas dari masalah uang atau sogok-menyogok yang merupakan gambaran buruk dari citra penegak hukum, bahkan penegak hukum sendiri sering terlibat dalam praktek-praktek tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet.

Terhadap uraian di atas, Bambang Harianto berpendapat bahwa:22

Sudah menjadi rahasia umum bahwa seluruh komponen penegak hukum selama ini telah melaksanakan praktek–praktek kotor dalam kinerjanya. Penegak hukum yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat untuk taat dan menjalankan hukum, tetapi malah menjadi orang pertama yang membelokkan fungsi hukum. Polisi dibayar ‘sekian’ rupiah untuk

22 Edi Suharto, Permasalahan Pekerja Migran: Perspektif Pekerjaan Sosial terdapat disitus

(24)

menghentikan penyelidikan, Jaksa dibayar ‘sekian’ rupiah untuk meringankan tuntutan atau bahkan menghentikan penyidikan, Hakim dibayar ‘sekian’ rupiah untuk meringankan putusan, dan Pengacara berani membela yang bayar meskipun kliennya sudah jelas-jelas bersalah. Hal di atas sudah menjadi budaya dalam penyelesaian kasus yang ada.”

Rendahnya citra penegak hukum membuat masyarakat pencari keadilan sering merasa enggan dan trauma berurusan dengan para penegak hukum khususnya kepolisian tidak terkecuali untuk melaporkan tindak pidana seperti pencurian kartu kredit sebab penegak hukum lebih sering memperlakukan korban sebagai pelaku tindak pidana dan bahkan para saksi terkadang diperlakukan sebagai tersangka. Hal ini terjadi karena perbedaan interpretasi dan lemahnya koordinasi antar sesama penegak hukum.

Adapun hambatan lainnya dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet dari aparat penegak hukum adalah kurangnya kerjasama aparat kepolisian dengan Kemenkoinfo. Hal ini, didukung dengan adanya wawancara dengan Bapak H. Mujiono yang menyatakan, yaitu:

(25)

Berdasarkan uraian keseluruhan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa upaya dan kendala penegak hukum dalam penegakan hukum tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet ini membutuhkan peran dari pemerintah dalam meningkatkan SDM aparat penegak hukum dan memfasilitasi sarana dan prasarana dalam menunjang kinerja aparat penegak hukum. Selain itu, kinerja aparat penegak hukum terhadap pelaku tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet sebagaimana diketahui dan bukan menjadi rahasia umum lagi manakala berurusan dengan pihak kepolisian, kejaksaan, maupun pengadilan terkait dengan perkara yang dialami seseorang tidak pernah lepas dari masalah uang atau sogok-menyogok yang merupakan gambaran buruk dari citra penegak hukum, bahkan penegak hukum sendiri sering terlibat dalam praktek-praktek tindak pidana pencurian kartu kredit melalui media internet serta memfasilitasi sarana dan prasarana dalam menunjang kinerja aparat penegak hukum seperti menyediakan perangkat komputer yang canggih untuk mengetahui segala bentuk transaksi perbankan melalui media internet.

(26)

artinya dengan menantang aparat penegak hukum untuk mengimplementasikan law in books menjadi law in action.23 Bukan tidak

mungkin, ada diantara anggota masyarakat yang mencoba menghambat dan menggagalkan bekerja hukum dengan cara mempengaruhi aparat penegak hukum agar tidak bekerja sesuai dengan kode etik profesinya.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini sebagai syarat

merupakan blok batupasir yang telah tersementasi kuat dengan muatan inklusi berupa batuan beku andesit dan fragmen breksi. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan pengamatan

Dalam perencanaan, praktikan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan berkoordinasi dengan guru pamong dan guru kelas meliputi, mata pelajaran yang

Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang energi bunyi pada

Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang menekan pemasukan bahan kimia sedikit mungkin untuk memproduksi bahan pangan yang cukup dan terus menjaga produktivitas lahan

Bedasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Profil Asam Lemak Ikan Layang (Decapterus macrosoma) segar yaitu asam miristat, asam palmitat, asam

Arifin dkk, (2015) dengan judul Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau Dari Gaya Kognitif Dan Efikasi Diri Pada Siswa Kelas Viii Unggulan Smpn 1

* Bakal pembeli dikehendaki membayar dengan Draf Bank atau Cek Juruwang atas nama Plaintif sebanyak 5% atau 10% dari harga rizab dan bakinya hendaklah dijelaskan dalam tempoh 90