• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori. dco

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori. dco"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

“Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku dan Teori Penerimaan di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, Ponorogo”

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Kepemimpinan dan Kependidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Alif Yaya Zunaidi 16160074

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM

(2)

Analisis Kepemimpinan berdasarkan Teori Perilaku dan Teori Penerimaan di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tercapainya tujuan dari pendidikan, khususnya dalam pendidikan Islam adalah sebuah harapan dari semua pihak, baik dari penyelenggara pendidikan, peserta didik dan masyarakat luas. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik di antara ketiga pihak tersebut. Masyarakat luas yang notabene adalah konsumen atau pihak yang membutuhkan jasa pendidikan bagi anak-anak mereka, tentu akan sangat selektif dalam memilih lembaga pendidikan. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan islam dewasa ini. Hal ini menjadikan tiap lembaga pendidikan Islam berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas, baik dari segi sarana prasarana, tenaga pendidikan, dan metode, serta segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Islam memandang bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang mampu dan dapat menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran. Dalam asas dan prinsip ajaran Islam; pemimpin adalah hamba Allah, membebaskan manusia dari ketergantungan kepada siapa pun, melahirkan konsep kebersamaan antar manusia, menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia dengan manusia dan alam sekitar, membenarkan seseorang taat kepada pemimpin selama tidak bermaksiat dan melanggar aturan Allah,. Kepemimpinan merupakan tanggung beban dan tanggung jawab, bukan kemuliaan.

Peran seorang pemimpin dalam sebuah lembaga atau organisasi menjadi kunci pokok. Yaitu, seorang pemimpin lembaga yang mempunyai visi dan misi yang berorientasi ke depan serta mempunyai karakter yang mampu menjadi contoh bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan pendidikan islam harus mampu memberikan kontribusi signifikan minimal tawaran konsep bagi problematika kependidikan instusional dan nasional terlebih dalam pendidikan islam.1Makalah ini

(3)

memfokuskan pembahasan tentang kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan teori penerimaan

BAB II PEMBAHASAN

Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin dan akart katanya to lead yng terkandung berarti arti yang sling erat berhubungan adalah bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengasahkan mengarahkan pikiran pendapat orang lain, membimbing, menuntut dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. 2

Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin.3 Sudarwan Danim sendiri mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan

yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

Dari berbagai pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan telah dipelajari melalui berbagai cara yang berbeda-beda, tergantung pada konsepsi kepemimpinan dan pilihan metodologi para penelitiannya. Sehingga studi kepemimpinan hanya memperlakukan atau dihadapkan pada satu aspek yang sempit, seperti pengaruh bawahan atau sifat pribadi atau perilaku. Makalah ini membahas terkait analisis kepemimpinan berdasarkan teori perilaku dan teori penerimaan yang akan di uraikan sebagai berikut:

A. Analisis kepemimpinan berdasarkan teori perilaku

2 Mangunharjana.Kepemimpinan, ( Yogjakarta: Kanisius, 2004), hlm.1.

(4)

Dalam penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.

Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) ini didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme,teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.4

Dalam pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif.5 Namun demikian, keefektifan perilaku

kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan suatu kepemimpinan.

Konsep perilaku kepemimpinan ini muncul karena menganggap bahwa konsep sifat kepemimpinan tidak mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif, karena sifat sulit untuk diidentifikasi. Yulk sebagaimana yang dikutip Marno dkk, menjelaskan bahwa perilaku pemimpin terhadap bawahan ada 4 bentuk perilaku, yaitu:

1. ada yang lebih menekankan pada tugas

2. ada yang lebih mementingkan pada hubungan. 3. ada yang mementingkan kedua-duanya

4. ada yang mengabaikan kedua-duanya.6

4Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 91 5Ibid.,92

(5)

Ada juga peneliti yang mengatakan bahwa perwujudan perilaku pemimpin dengan orientasi bawahan:

1. penekanan pada hubungan atasan-bawahan,

2. perhatian pribadi pimpinan pada pemuasan kebutuhan para bawahannya

3. menerima perbedaan-perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri dari para bawahan.

Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas

yang tinggi juga.

2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi

rendah hubungan terhadap bawahan.

3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan

bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan

4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.7

B. Analisis kepemimpinan berdasarkan teori penerimaan

Pendekatan kepemimpinan berdasarkan penerimaan menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan menyenangi bertindak sesuai dengan keinginan dan harapan pimpinan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.8 Agar pimpinan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu

mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan kemampuan mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit.

Dewasa ini telah umum diterima sebagai kebenaran ilmiah bahwa manusia adalah makhluk sangat kompleks. Karena kali ini sengaja dilakukan pembatasan dari materi yaitu hanya pada berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dikaitkan dengan

7 Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Abditama, 2008), hal. 39

(6)

kepemimpinan. Kepentingan tersebut terbagi atas kepentingan politik, kepentingan ekonomi, dan kepentingan social

Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan.9

Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi yang spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang paling efektif akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya

Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.10

1. Aturan Penerimaan

Jika penerimaan dari satu pemecahan oleh para bawahan adalah penting dan terdapat suatu ketidakpastian tentang akan diterimanya suatu keputusan otokratik. 2. Aturan Konflik

9Ibid.,27.

(7)

Jika penerimaan dari suatu pemecahan oleh kelompok adalah pening dan jika suatu keputusan otokratik tidak akan diterima, dan jika ada kemungkinan ketidaksetujuan anatara bawahan yang berusaha memecahkan persoalan, maka gaya kepemimpinan harus memberikan kesempatan kepada pihak – pihak yang tidak setuju untuk mengatasi perbedaan mereka, dan memberikan kepada mereka pengetahuan selengkapnya dari persoalan.

3. Aturan kewajaran

Jika penerimaan oleh kelompok penting tetapi mutu dari keputusan tdak penting, maka gaya kepemimpinan harus memberikan peluan kepada bawahan untuk berinteraksi dan berunding tentang apa pemecahan yang wajar.

4. Aturan prioritas penerimaan

Jika penerimaan dari pemecahan penting, tidak dapat dipastikan sebagai hasil dari suatu keputusan otokratik, dan jika bawahan berkemauan untuk mengarah ke tujuan organisasi dalam mencarai suatu pemechan, maka gaya kepemimpinan yang diinginkan adalah yang memberikan kesamaan hak kepada anggota tanpa merugikan mutu pemecahan, karena ini akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari keputusan.

Kepemimpinan di MI Muhammadiyah 5 Wonoasri

Kepala MI Muhammadiyah 5 Wonoasri, sejak didirikan tahun 1963, telah berganti sebanyak empat kali. Urutan Kepala madrasah Bapak Soeradji. ( 1963-1993 ), Bapak Musolli ( 1993-2006 ), Bapak Samsu Priasmoro, SH ( 2006-2016 ), dan Bapak Afwan Khoiri, S.Pd ( 2016 –sekarang). Menurut Bapak Samsu Priasmoro, sejarah MI Muhammadiyah 5 Wonoasri dimulai saat berdiri tahun 1958, namun belum terdaftar di Departemen Agama saat itu. Baru pada tahun 1963, mendapat Sertifikat pendirian Sekolah/Madrasah sehingga secara sah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai lembaga pendidikan formal.

(8)

Beliau mengajak orang lain untuk ikut mengajar di MI Wonoasri. Hal ini sesuai dengan teori penerimaan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan menyenangi bertindak sesuai dengan keinginan dan harapan pimpinan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Teori penerimaan ini juga berlaku bagi kepala Madrasah selanjutnya. Bapak Musolli tidak menjabat kepala lagi karena beliau pensiun dari tugas kedinasan di Kementerian Agama. Bapak Samsu Priasmoro tidak menjabat kepala lagi karena terbentur dengan aturan kepala sekolah tidak boleh menjabat selama dua periode berturut-turut.

Gaya kepemimpinan kepala madrasah adalah demokratis. Setiap guru berhak untuk menyampaikan aspirasinya dan tanpa rasa takut. Setiap ada pertemuan dewan guru, selalu dibahas bagaimana cara untuk memajukan madrasah , sehingga semakin maju, diminati oleh masyarakat, prestasi siswa meningkat, dan lain-lain.

BAB III KESIMPULAN

(9)

Pendekatan kepemimpinan berdasarkan penerimaan menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau dan mampu dan bahkan menyenangi bertindak sesuai dengan keinginan dan ahrapan pimpinan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Agar pimpinan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya, ia perlu mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan perilaku dan kemampuan mereka. Melakukan hal tersebut jelas sulit

DAFTAR PUSTAKA

Wahyosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Raihani. 2010. Kepemimpinan Sekolah Transformatif. Yogjakarta : PT LKIS Printing

Cemerlang

Muslimin,Imam. 2013. Pemimpin Perubahan Model Kepemimpinan dalam Transisi

Perubahan Kelembagaan. Malang : UIN – MALIKI PRESS.

(10)

Marno, Triyo Supriyatno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Abditama,

Kartono, Kartini. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Pers.

telah diunggah di :

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora Tahun 2016-2021 ini akan menjadi acuan dalam penyusunan

Penataan ruang sangat penting untuk dapat menjamin stabilitas dan keberlanjutan pembangunan Kota Palu yang berwawasan lingkungan. Data luas kawasan lindung,

Sebuah fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan) jika ia bukan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena fungsi balikannya tidak ada... Relasi dan

Penegakkan diagnosis APL ini didasarkan pada gambaran sumsum tulang yang menunjukkan mayoritas sel abnormal berupa promielosit yang memiliki beberapa granula dan bundles

Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Pasal 156 ayat 3 huruf f sangat

Kegiatan awal pembelajaran seorang guru harus memperhatikan beberapa tahapan dalam proses pembelajaran seperti guru menanyakan kehadiran siswa, mencatat siswa yang tidak

Untuk masalah maksimisasi, solusi optimal suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel yang menyebabkan nilai fungsi objektif terbesar.. (Winston

Sehubungan akan dilaksanakan kegiatan Audit Mutu Internal (AMI) Program Studi Pascasarjana STIE MURA Lubuklinggau Tahun 2016, Nama-nama di bawah ini ditugaskan