• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN LESSON STUDY PADA MATERI SUHU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN LESSON STUDY PADA MATERI SUHU"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN LESSON STUDY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMAN 5

BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan mengambil syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

OLEH: RIZQA SITORUS

0906103030006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM – BANDA ACEH

(2)
(3)
(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan judul “Penerapan Lesson Study pada

Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMAN 5 Banda Aceh”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan yang diridhai Allah, keluarga, sahabat, dan siapa saja yang menempuh jalan mereka dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan program S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Fisika Universitas Syiah Kuala. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapar diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak dengan keikhlasan dan ketulusan hati. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menghanturkan terimakasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda M. Yunus Sitorus (Alm) dan Ibunda Mai Munah Damanik serta keluarga tercinta (Nurhana, Budi, Imul, Fatma, Andik, Dani, Adek, Wirda dan Dea) yang tidak pernah lelah mengiringi dengan doa, semangat, perhatian, dan kasih sayang kepada ananda hingga terselesaikannya skripsi ini.

(5)

ii

3. Bapak Drs. Soewarno, M.Si selaku Pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya, membimbing dan memberikan arahan sehingga terselesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Djufri, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.

5. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Pen.Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSYIAH atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan selama ini.

6. Kepala Sekolah, Bapak/Ibu staf pengajar, Ibu Cut Mardiana S.Pd dan siswa-siswi di Kelas X-1 SMAN 5 Banda Aceh yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai.

7. Kepada sahabat-sahabatku (Noza Mardwina, Mutia Fishara, Rahmadani, Ayuning Fathia dan Fitria Silviana), teman-teman seperjuangan di Pendidikan Fisika angkatan 2009 khususnya Reguler B yang telah memberikan motivasi pada saya untuk menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan ketidak sempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin.

(6)

iii ABSTRAK

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.6 Defenisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kompetensi Guru... 7

2.2 Jenis-jenis Kompetensi ... 8

2.2.1 Kompetensi Paedagogik ... 8

2.2.2 Kompetensi Kepribadian ... 9

2.2.3 Kompetensi Profesional ... 9

2.2.4 Kompetensi Sosial ... 10

2.3 Kompetensi Profesional ... 10

2.4 Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru ... 13

2.5 Prestasi Belajar Fisika ... 15

2.6 Pengertian Lesson Study ... 19

2.7 Tahapan Lesson Study ... 20

2.8 Manfaat Lesson Study ... 23

(8)

v BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 28

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 28

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.3.1 Tahap Perencanaan ... 29

3.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 30

3.3.3 Tahap Refleksi ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Tes Tertulis ... 31

3.4.2 Lembar Observasi PTK Lesson Study ... 32

3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 32

3.5 Teknik Analisis Data ... 32

3.5.1 Pengukuran penerapan lesson study ... 33

3.5.2 Pengukuran Aktivitas dalam proses Belajar Mengajar ... 34

3.5.3 Pengukuran Prestasi Belajar Siswa ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35

4.2 Penerapan Lesson Study... 35

(9)

vi BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN - LAMPIRAN ... 50

(10)

vii

15. Lembar Observasi Lesson Study Tahap Plan (Lamp.15) ... 80

16. Lembar Observasi Lesson Study Tahap Do (Lamp.16) ... 83

17. Lembar Observasi Pembelajaran (Lamp.17) ... 86

18. Lembar Observasi Lesson Study Tahap See (Lamp.18) ... 88

19. Analisis penerapan Lesson Study tahap Plan (Lamp.19) ... 91

20. Analisis penerapan Lesson Study tahap Do (Lamp.20) ... 92

21. Analisis penerapan Lesson Study tahap See (Lamp.21) ... 93

22. Hasil Belajar Siswa Siklus I (Lamp.22) ... 94

23. Hasil Belajar Siswa Siklus II (Lamp.23) ... 95

24. Hasil Belajar Siswa Siklus III (Lamp.24) ... 96

(11)

viii

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

1. Gambar 2.1 Tahapan lesson study... 21

2. Gambar 2.2 Skema PTK Menurut Arikunto ... 25

3. Diagram 4.1.1 Hasil penerapan leson study tahap plan ... 35

4. Diagram 4.1.2 Hasil penerapan leson study tahap do ... 36

5. Diagram 4.1.3 Hasil penerapan leson study tahap see ... 37

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan pemerintah. Yang menjadi patokan adalah hasil UN harus memperoleh nilai yang tinggi dan lulus sesuai standar yang telah ditetapkan. Umumnya untuk sekolah menengah atas, setelah siswa lulus dari SMA kesulitan yang dihadapi siswa ialah memasuki PTN diseluruh Indonesia. Khususnya di provinsi Aceh, tingkat kelulusan yang diperoleh siswa menempati urutan 31 dari 33 provinsi di Indonesia.

Dengan hasil yang demikian dapat kita ketahui bahwa hasil belajar siswa tidak bergantung pada nilai kelulusan UN. Akan tetapi bagaimana siswa mampu bersaing dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan posisi yang bagus lagi layak di PTN maupun di dunia kerja. Hal tersebut juga menunjukkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa selama ini. Rendahnya hasil belajar siswa selama ini menimbulkan pertanyaan bagaimana proses belajar mengajar siswa selama ini.

(14)

Menurut Oemar Hamalik (2009:27), “Guru profesional merupakan orang yang

telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar kelas-kelas besar”.

Sedangkan Rusman (2011:19), “Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional juga merupakan orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas di bidangnya”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional merupakan factor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Hal ini dikarenakan guru sudah memiliki kompetensi yang diharapkan. Namun ternyata kompetensi profesional guru di Aceh sangatlah rendah. Hal ini dibuktikan dengan sebuah wacana yang diterbitkan oleh Serambi Indonesia pada tanggal 17 Oktober 2012 Ujian Kompetensi Guru (UKG) yang dilaksanakan oleh Kemdiknas (Kementerian Pendidikan Nasional) sebagai bagian dari proses perbaikan mutu guru. Angka ketidaklulusan guru di Aceh dalam ujian UKG menempati posisi tertinggi, yaitu peringkat ke-32 dari 33 propinsi di Indonesia. Konkritnya adalah dari 6.700 guru di seluruh Aceh yang mengikuti UKG gelombang pertama Juli-Agustus 2012, sebanyak 4900 atau 73% guru tidak lulus.

Menurut Mulyasa (2009:188).”UKG bertujuan untuk mengembangkan standar

(15)

pembinaan secara kontinu, serta siapa yang telah mencapai standar kemampuan minimal”.

Dengan melihat rendahnya angka kelulusan guru pada ujian UKG dan tujuan dari UKG tentunya perlu dilakukan perbaikan terhadap profesionalitas guru dalam mengajar, sehingga dihasilkan guru yang berkualitas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Lesson Study merupakan suatu cara yang dapat menjembatani permasalahan

yang dihadapi guru untuk meningkatkan profesionalitasnya dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Putu Ashintya (dalam Cerbin dan

Kopp,2006),” lesson study adalah sebuah proses pengembangan kompetensi

profesional untuk para guru dan dikembangkan secara sistematis dengan tujuan utama menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan efektif”.

Rusman (2011:380) mengatakan, “Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Lesson study juga merupakan salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif”.

(16)

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk untuk mengangkat sebuah judul yaitu “Penerapan Lesson Study pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMAN 5 Banda Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Apakah guru sudah menerapkan pendekatan Lesson Study dengan benar di sekolah?

2. Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa di dalam kelas?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada materi Suhu dan Kalor melalui penerapan Lesson Study?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui apakah guru sudah menerapkan pendekatan Lesson Study dengan benar di sekolah

2. Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa di dalam kelas

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari peneliti ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi penulis sebagai calon guru untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar.

2. Bagi guru untuk mengetahui kemampuan dalam praktik mengajar dan membina hubungan sosial dengan guru lain.

3. Bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar fisika di sekolah.

4. Bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas guru sehingga memiliki guru yang terampil dan profesional.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini ialah hanya pada materi Suhu dan Kalor diterapkan pendekatan Lesson study.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalapahaman dalam penafsiran tentang istilah-istilah yang digunakan dalam proposal ini, maka ada baiknya penulis menjelaskan pengertiannya. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

(18)

2. Lesson Study adalah strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan

prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning. (PHKI,2010 : 14)

3. Materi Suhu dan Kalor adalah bahan ajar mengenai derajat panas dan dinginnya suatu benda serta energy yang berpindah karena adanya perbedaan temperatur. 4. Meningkatkan prestasi belajar siswa adalah suatu upaya yang dilakukan untuk

(19)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kompetensi Guru

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, menurut Mc. Load (dalam Usman, 2006:14), “Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai

tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru (teacher competency)merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak”.

Dalam UUD RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa,“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.

Sementara itu Mulyasa (2009:26) menyatakan bahwa :

Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjukkan kepada performan dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

(20)

Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Agar tujuan pendidikan tercapai, harus dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi:

1. Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan intelektual.

2. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.

3. Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau berperilaku.

2.2 Jenis-jenis Kompetensi

(21)

2.2.1 Kompetensi Pedagogik

Menurut Rusman (2011:22), “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan.

2.2.2 Kompetensi Kepribadian

Menurut Rusman (2011:22), “Kompetensi kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia”. (SNP, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a).

(22)

2.2.2 Kompetensi Profesional

Menurut Rusman (2011:23),”Kompetensi profesional adalah kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan”. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat

3 butir a). Artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter yang akan diajarkan serta penguasaan dididaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih model, strategi dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.

2.2.4 Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (Mulyasa, 2009 :174)

2.3 Kompetensi Profesional

(23)

untuk mencapai kompetensi profesional.

Kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

(24)

proses pembelajaran, guru harus memerhatikan prinsip-prinsip-prinsip pembelajaran sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.

Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun item secara benar, lebih jauh agar tes yang digunakan harus dapat memotivasi siswa belajar.

Menurut Rusman (2011:57), Adapun kriteria kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut: (1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang dipegang, (2) Menguasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang dipegang, (3) Mengembangkan materi pelajaran yang dipegang secara kreatif, (4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

(25)

kependidikan, (9) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, (10) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (11) Memahami penelitian dalam pembelajaran, (12) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, (13) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, dan (14) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

Memahami uraian di atas, tampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. Sementara itu, dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalan Standar Nasional Pendidikan

2.4 Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru

Standar kompetensi dan sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah terkait amanat Undang-Undangan Guru dan Dosen (UUGD). Melalui standar sertifikasi, diharapkan dapat dipilah dan dipilih guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi. Menurut Mulyasa (2009:191),”Uji kompetensi baik secara teoritis maupun praktis memiliki manfaat

yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru”.

(26)

kompetensi ialah sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru

Untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan dan siapa yang perlu dapat pembinaan secara kontinu, serta siapa yang telah mencapai standar kemampuan minimal

2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru

Untuk tidak membedakan jenjang guru yang satu dengan guru yang lain berdasarkan latar belakangya perlu dilaksanakan uji kompetensi yang digunakan sebagai alat seleksi, penerimaan guru baru dapat dilakukan secara profesional, tidak didasarkan atas suka – tidak suka, atau alas an subjektif lain, yang bermuara pada kolusi, korupsi dan Nepotisme, tetapi berdasarkan standar kompetensi yang objektif, dan berlaku secara umum untuk semua calon guru.

3. Untuk pengelompokan guru

(27)

4. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum

Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan calon guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut, antara lain kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru harus dikembangkan berdasarkan kompetensi guru.

5. Merupakan alat pembinaan guru

Dengan adanya syarat yang menjadi criteria calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para administrator dalam memilih, menseleksidan menempatkan guru sesuai dengan karateristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.

6. Mendorong kegiatan hasil belajar

Uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa menyesuaikan nkompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran.

2.5 Prestasi Belajar Fisika

(28)

perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang ketrampilan, nilai dan sikap.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu.

Seorang siswa yang telah melakukan kegiatan belajar fisika, dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu alat evaluasi. Jadi prestasi belajar fisika merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari fisika dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan alat evaluasi (tes).

Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni : 1. Faktor Guru

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Gunawan (1998:15) mengemukakan bahwa,”Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator

(29)

dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

2. Faktor Siswa

Dalam hal pendidikan, faktor siswa atau peserta didik merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Seringkali faktor penghambat prestasi siswa terletak pada siswa. Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajarmengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Djamarah (2000:58) menyatakan, “Setiap anak memiliki intelegensi yang berlainan. Sebab semuanya

dipengaruhi faktor lingkungan dalam bentuk pengalaman yang anak perolehsela hidupnya”. Hal ini bisaterjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari padaperubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yangharus dilaksanakan dengan konsekuen.

3. Faktor Kurikulum

(30)

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Olehkarena itukurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkandalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaaninovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama denganunsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpamengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikantidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.

4. Faktor Fasilitas atau Sarana dan Prasarana

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Purwanto (2006:105), “Sekolah

(31)

5. Faktor Lingkungan

Dalam menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Menurut Salmeto (2003:70) mengatakan bahwa,”Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

terhadap perkembangan pribadinya. Karena jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat misalnya berorganisasi, kegiatan sosialkeagamaan dan lain-lain, maka akan tumbuh sikap keberanian, kebijaksanaan dan jiwa kepemimpinan dalam diri anak tersebut. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

2.6 Pengertian Lesson Study

(32)

Untuk itu, pemerintah melakukan usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan melalui pelatihan-pelatihan dengan alokasi dana yang tidak sedikit. Namun disayangkan, usaha pemerintah ini kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini Hendayana (2006 : 9) mengomentari :

Sedikitnya ada dua hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan, yakni sebagai berikut : Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata didalam kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada guru tanpa mengenal daerah asal. Padahal kondisi sekolah disuatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain. Kedua, hasil penelitian hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas, atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali seperti dulu lagi, back to basic.

Untuk itu harus ditemukan solusi untuk mengatasi terhadap peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan secara berulang-ulang dan perlahan-lahan. Solusi untuk permasalahan diatas ialah denagan menerapkan pendekatan Lesson Study dalam proses belajar mengajar.

Menurut Rusman (2011:383),”Lesson study merupakan salah satu upaya

pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajarannya”.

2.7 Tahapan Lesson Study

Menurut IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project-JICA), Lesson Study dilakukan dengan tiga tahapan yakni : perencanaaan,

(33)

suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir (continuous improvement). Untuk keterangan lebih lanjut perhatikan skema kegiatan Lesson

Study berikut :

Gambar 2.1 Tahapan lesson study (Sumber : IMSTEP,JICA,2006)

Keterangan lebih lanjut mengenai skema diatas dijelaskan oleh Rusman (2011:395) sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaannya dilakukan secara bersama. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dapat berupa materi bidang studi, konsep, fasilitas dan tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efesien.

Selanjutnya, guru secara bersama bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran atau

DO (Pelaksanaan) PLAN

(Perencanaan)

(34)

Lesson plan, teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metode evaluasi.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran ini untuk menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah ini bertujuan untuk menguji coba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang.

Guru-guru lain dari sekolah bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat (observer). Juga dosen-dosen atau mahasiswa melakukan pengamatan dalam pembelajaran tersebut. Kepala sekolah juga ikut terlibat dan memandu kegiatan ini.

(35)

3. Tahap Refleksi

Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya, pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran, terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Tentunya kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, guru harus menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali perbaikan pembelajaran berikutnya.

2.8 Manfaat Lesson Study

Adapun manfaat dilaksanakannya lesson study dalam proses belajar mengajar tentunya memiliki dampak yang besar bagi proses pembelajaran yang dilakukan guru. Adapaun manfaat lesson study menuru Putu dkk (2008 : 17) ialah : (1) Lesson study memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri (2) Lesson study melatih pendidik “melihat” peserta didik (3) Lesson study menjadikan penelitan sebagai

bagian integral pendidkan (4) Lesson study membantu penyebaran inovasi dan Pendekatan baru (5) Lesson study mendapatkan para pendidik pada posisi terhotmat.

(36)

dari anggota/komunitas lainnya (3) Guru dapat memubliskan dan menyebarluaskan hasil akhir dari lesson study yang telah dilakukannya.

2.9 Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Zainal (2008:3),” Penelitian tindakan kelas adalah, ”penelitian yang

dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat ”.

PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas profesional (Suyanto, 1997:3).

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa PTK ialah proses perenungan atas tindakan selama proses belajar mengajar kemudian diperbaiki dengan meneliti penyebab ataupun masalah yang terjadi di lapangan.

Adapun karateristik PTK adalah sebagai berikut: (1) Penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya, (2) Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar tetapi mengikuti kaidah-kaidah penelitian, (3) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, (4) Tujuannya memperbaiki pembelajaran.

(37)

pokok yang juga menunjukkan langkah yaitu (1) Perencanaaan atau planning, (2) Tindakan atau acting, (3) Pengamatan atau observing dan (4) Refleksi atau Reflecting.

Hubungan antara empat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu cirri utama

dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.

Menurut Arikunto (2009:16) Secara garis besar penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2: Skema PTK Menurut Arikunto dkk

(38)

kesatuan. Hasil pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi mencermati apa yang telah terjadi.

Dari terselesaikannya refleksi lalu disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya. Jangka waktu dan siklus sangat bergantung konteks dan setting permasalahan, bisa jadi dalam bilangan hari atau minggu, tetapi dapat juga dalam hitungan semester atau bahkan tahun.

Keunggulan penelitian ini ialah karena guru diikutsertakan dalam penelitian sebagai subjek yang melakukan tindakan , yang diamati sekaligus diminta untuk merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan tindakan, tentu lama kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri merekasuatu kebiasaan untuk mengevaluasi diri.

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Grundy dan Kemmis (dalam sanjaya 2009:30) tujuan penelitian tindakan kelas meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung.

Lebih lanjut Zainal (2008:7) menerangkan manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut : (1) Membantu guru memperbaiki pembelajaran, (2) Membantu guru berkembang secara profesional, (3) Meningkatkan ras percaya diri guru, (4) Memungkinkan guru secara aktif mengambangkan pengetahuan dan keterampilan.

(39)
(40)

28 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Banda Aceh yang beralamat di Jalan Hamzah Fansuri, No.3, Kopelma Darussalam. Pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 28 maret 2013 sampai 11 april 2013 di kelas X-1 semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini mengambil pokok bahasan suhu dan kalor. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-1 semester genap di SMA Negeri 5 Banda Aceh tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 25 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X-1 melalui penerapan lesson study pada pokok bahasan Suhu dan Kalor

3.3 Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang harus disiapkan peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu melakukan persiapan sebagai berikut :

3.3.1 Tahap Perencanaan

(41)

b. Menentukan peserta lesson study yang terdiri dari 7 peserta.

c. Menentukan dua orang pengamat untuk mengamati lesson study dan 4 pengamat untuk mengamati aktivitas guru dan siswa.

d. Membuat absen kehadiran peserta lesson study. e. Menentukan kelas penelitian, yaitu kelas X-1.

f. Menentukan materi yaitu pokok bahasan suhu dan kalor. g. Menentukan guru model.

h. Menyusun lembar pengamatan PTK lesson study tahap plan (perencanaan). i. Menyusun lembar pengamatan PTK lesson study tahap do (pelaksanaan) j. Menyusun lembar pengamatan PTK lesson study tahap see (Refleksi) k. Menentukan jadwal pelaksaanaan setiap tahapan lesson study.

l. Menyusun RPP sesuai dengan materi suhu dan kalor yang dibagi menjadi 3 kali pertemuan serta membuat soal pretes dan postes

m. Menyusun instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung.

n. Menyusun alat evaluasi berupa tes objektif.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan

(42)

terlebih dulu melakukan observasi terhadap proses belajar. Permasalahan yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya didiskusikan bersama dengan tim lesson study. Diskusi ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang di hadapi siswa

dalam proses belajar melalui lesson study .

Setelah dilakukan observasi peneliti melakukan tatap muka dengan memberikan pre tes untuk menguji kemampuan awal siswa. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk setiap kali pertemuan mengikuti siklus penelitan tindakan kelas yaitu : perencanaan – tindakan – observasi – refleksi.

(43)

Pada siklus ke-II dan ke-III setiap peserta lesson study melakukan hal yang sama berturut turut. Setiap siklus tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan, untuk itu kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya diperbaiki untuk siklus selanjutnya.

3.3.3 Tahap Refleksi

Pada tahap ini moderator yang telah ditunjuk membuka diskusi untuk melakukan kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah selesai pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya kerena setiap orang dipastikan masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan dikelas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi : 3.4.1 Tes tertulis

(44)

3.4.2 Lembar observasi PTK Lesson Study.

Untuk mengetahui penerapan lesson study digunakan observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2010:205),”Observasi terstruktur ialah observasi yang telah

dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya”. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan

lesson study dilakukan oleh para guru.

3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa.

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa didalam kelas digunakan observasi tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2010:205),”Observasi tidak

terstruktur ialah observasi yang tidak disiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa saja yang menarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan”.

3.5 Teknik Analisis Data

(45)

3.5.1 Pengukuran penerapan lesson study

Untuk mengetahui apakah guru sudah menerapkan pendekatan lesson study dengan benar di sekolah dapat diukur dengan menggunakan persentase.

Keterangan:

P= Persentase yang dicari

f = Frekuensi jawaban yang dilaksanakan

N= Jumlah soal

(Soedijono,2005:43)

Adapun keberhasilan dalam penelitian dapat dilihat dari perolehan persentase dengan menggunakan metode penafsiran. Penafsiran data yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas terhadap pertanyaan yang diajukan. Penafsiran data dalam penelitian ini berpedoman pada kriteria batasan presentase yang dikemukakan oleh Mochamad Ali (1995:184) sebagai berikut :

0,00% = Tidak ada diterapkan 0,01% - 24,99% = Sebagian kecil diterapkan 25% - 49,99% = Hampir setengah diterapkan

50% = Setengahnya diterapkan diterapkan 50,01% - 74,99% = Sebagian besar diterapkan

75% - 99,99% = Pada umumnya diterapkan 100% = Seluruhnya diterapkan

(46)

3.5.2 Pengukuran Aktivitas dalam proses Belajar Mengajar

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa didalam kelas digunakan deskriptif kualitatif, yakni menuliskan kembali hasil diskusi dan pengamatan yang dilakukan oleh beberapa observer saat berada di lapangan.

3.5.3 Pengukuran Prestasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa melalui penerapan lesson study dapat dianalisis dengan menggunakan peresentase. Data ini diperoleh dari hasil pre test dan post test. Menurut Mulyasa (2004:99):

Berdasarkan teori belajar tuntas maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan secara klasikal dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.

Keterangan:

P= Persentase yang dicari

f = Frekuensi jawaban yang benar

N= Jumlah soal

(47)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini, akan dibahas hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun data yang diperoleh yakni tes kemampuan tim lesson study dalam menerapkan lesson study pada materi suhu dan kalor, aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas dan hasil belajar siswa pada materi suhu dan kalor melalui penerapan lesson study. Adapun masing-masing data yang diperoleh akan dibahas setiap siklusnya.

4.2 Penerapan Lesson Study

Untuk mengetahui seberapa jauh tim lesson study dalam menerapkan lesson study, dilakukan observasi terhadap semua tahapan yang meliputi plan-do-see. Semua

kegiatan lesson study dilakukan secara berulang selama 3 siklus dengan jumlah butir pertanyaan yang berbeda untuk masing-masing tahapan.

4.2.1 Tahap Plan

(48)

Grafik 4.1.1 Hasil Penerapan lesson study tahap plan

Berdasarkan tabel hasil penelitian dilampiran 15 dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa total perolehan aktivitas penerapan lesson study pada tahap plan yang dilaksanakan untuk siklus I diperoleh sebesar 85,2%, siklus II 88,2% dan siklus III 91,1% artinya berdasarkan metode penafsiran sebagaimana yang dikemukakan oleh Supardi dalam Prahatmaja (2004:84). Jika persentase yang diperoleh berada pada rentang 75% - 99,99% pada umumnya penerapan lesson study dilaksanakan. Dengan demikian akan diperoleh dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.

4.2.2 Tahap do

Penerapan lesson study pada tahap do diperoleh dari hasil observasi PTK yang dilakukan selama 3 siklus. Masing-masing siklus berisi 21 pertanyaan yang dalam

85,2%

Siklus I Siklus II Siklus III

P

(49)

setiap siklusnya harus dilaksanakan. Adapun data perolehan yang diperoleh oleh dua pengamat dapat dilihat pada tabel lampiran 16. Untuk lebih jelasnya perhatikan grafik berikut ini :

Grafik 4.1.2 Hasil Penerapan lesson study tahap do

Berdasarkan tabel hasil penelitian dilampiran 16 dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa total perolehan aktivitas penerapan lesson study pada tahap do yang dilaksanakan untuk siklus I diperoleh sebesar 78,5%, siklus II 80,9% dan siklus III 85,7% artinya berdasarkan metode penafsiran sebagaimana yang dikemukakan oleh Supardi dalam Prahatmaja (2004:84). Jika persentase yang diperoleh berada pada rentang 75% - 99,99% pada umumnya penerapan lesson study pada tahap do dilaksanakan. Dengan demikian akan diperoleh dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.

Siklus I Siklus II Siklus III

P

(50)

4.2.3 Tahap See

Penerapan lesson study pada tahap see diperoleh dari hasil observasi PTK yang dilakukan selama 3 siklus. Masing-masing siklus berisi 21 pertanyaan yang dalam setiap siklusnya harus dilaksanakan. Adapun data perolehan yang diperoleh oleh dua pengamat dapat dilihat pada tabel lampiran 17. Untuk lebih jelasnya perhatikan grafik berikut ini :

Grafik 4.1.2 Hasil Penerapan lesson study tahap see

Berdasarkan tabel hasil penelitian dilampiran 17 dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa total perolehan aktivitas penerapan lesson study pada tahap see yang dilaksanakan untuk siklus I diperoleh sebesar 76,1%, siklus II 78,5% dan siklus III 83,3% artinya berdasarkan metode penafsiran sebagaimana yang dikemukakan oleh Supardi dalam Prahatmaja (2004:84). Jika persentase yang diperoleh berada pada

76,1%

Siklus I Siklus II Siklus III

P

(51)

rentang 75% - 99,99% pada umumnya penerapan lesson study pada tahap see dilaksanakan. Dengan demikian akan diperoleh dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.

4.3 Aktivitas Guru dan Siswa

Sesuai dengan plan yang telah disusun oleh tim lesson study, maka dilakukan skenario pembelajaran. Adapun skenario pembelajaran yang akan dilakukan harus sesuai dengan apa direncanakan pada tahap plan. Hal ini dikarenakan keberhasilan lesson study terletak bagaimana guru model dan siswa saling berinteraksi sehingga

(52)

4.3.1 Siklus I

Pada siklus I atau pertemuan pertama, beberapa observer memberikan catatan mengenai proses belajar yang dilaksanakan. Adapun aktivitas guru dan siswa berdasarkan catatan yang diperoleh dari para pengamat sebagai berikut :

1. Guru model telah memberikan motivasi dan apersepsi yang tepat, sehingga siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran

2. Pada kegiatan inti siswa telah dibentuk menjadi 6 kelompok menurut posisi duduk yang berdekatan.

3. Jika guru menjelaskan dengan cara ceramah dalam waktu yang cukup lama maka siswa menjadi bosan dan bersikap pasif dalam pembelajaran.

4. Pada saat kerja kelompok masih di jumpai siswa yang pasif.

5. Masih terlihat siswa kurang senang mengerjakan soal-soal, terlihat dari lembar LKS yang kosong.

6. Pada saat siswa presentasi di depan kelas, guru masih mendominasi dalam menjelaskan

7. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, masih sedikit siswa yang merespon. Ternyata siswa perempuan lebih banyak merespon pertanyaan guru dari pada siswa laki-laki.

(53)

Adapun tambahan yang harus dilakukan menurut catatan para observer untuk pertemuan selanjutnya ialah :

1. Kelompok yang dibentuk di acak berdasarkan tingakat kemampuan siswa yang berbeda. Sehingga setiap kelompok memiliki siswa yang pintar dan tidak pasif. 2. Guru model sebaiknya tidak melakukan metode ceramah terlalu lama.

3. Guru model hendaknya lebih memperhatikan siswa laki-laki daripada perempuan, Hal ini dikarenakan siswa laki-laki terlihat pasif saat proses belajar berlangsung.

4. Siswa hendaknya diberikan pujian, hadiah atau nilai dalam setiap kegiatan jika ia berhasil melakukannya dengan baik.

5. Sebaiknya siswa diberikan kesempatan secara individual dalam menjawab pertanyaan sehingga saat dibentuk kelompok seluruh siswa dalam setiap kelompok aktif. Untuk itu pertemuan selanjutnya jangan dibentuk kelompok

4.3.2 Siklus II

Pada siklus II atau pertemuan kedua, beberapa observer memberikan catatan mengenai proses belajar yang dilaksanakan. Adapun aktivitas guru dan siswa berdasarkan catatan yang diperoleh dari para pengamat sebagai berikut :

1. Guru model telah memberikan motivasi dan apersepsi yang tepat, sehingga siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran.

(54)

3. Siswa sangat aktif ketika diberikan metode bermain sambil belajar.

4. Bahan belajar yang digunakan telah menarik perhatian siswa, media yang digunakan juga tepat.

5. Siswa terkendala saat menyelesaikan permasalahan fisika dengan menggunakan rumus.

Adapun tambahan yang harus dilakukan menurut catatan para observer untuk pertemuan selanjutnya ialah :

1. Siswa antusias, akan tetapi peran guru sesungguhnya lebih membuat siswa antusias dalam belajar.

2. Untuk pertemuan selanjutnya siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing karateristik yang berbeda dan tentunya dalam setiap kelompok memiliki siswa yang aktif berdasarkan nilai individu pada siklus II serta menjanjikan nilai bukan hanya untuk individu melainkan juga untuk kelompok.

3. Untuk memahami soal yang menerapkan rumus, hendaknya dicari soal yang bersifat pemahaman dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

4.3.3 Siklus III

(55)

1. Guru model telah memberikan motivasi dan apersepsi yang tepat, sehingga siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran.

2. Guru model telah memberikan bahan yang tepat untuk didiskusikan sehingga setiap kelompok memiliki pendapat yang berbeda..

3. Guru model juga memberikan permainan namun masih berkaitan dengan tujuan pembelajaran hari ini.

4. Menjanjikan skor nilai sangat efektif, sehingga setiap individu berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Adapun catatan para observer mengenai proses belajar pada siklus ke-III ialah:

1. Pembelajran yang dilaksanakan hari ini jauh lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Akan tetapi pada pertemuan ini permasalahan siswa mengenai penerapan rumus pada soal belum terselesaikan

4.4 Hasil Belajar Siswa

(56)

Pada siklus I seluruh siswa hadir mengikuti pre tes dan pos tes, pada siklus II siswa yang hadir ialah 22 orang sedangkan 3 orang lainnya berhalangan untuk hadir mengikuti pembelajaran seperti biasa, pada siklus III siswa yang hadir ialah 23 orang, 1 siswa merupakan siswa yang tidak hadir pada pertemuan sebelumnya. Untuk itu diperoleh 21 siswa yang mengikuti kegiatan belajar secara kontinu.dari 25 siswa yang ada pada kelas X-1.

Berdasarkan tabel pada lampiran 16,17 dan 18 dapat kita lihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I, untuk ketuntasan individual dari 21 siswa hanya 13 orang dianggap tuntas dan 8 orang lainnya tidak tuntas. Ketuntasan klasikal diperoleh 61,9% dari 21 siswa yang telah mengikuti tes.

Pada siklus II ada sedikit peningkatan dari siklus pertama yaitu untuk ketuntasan individual yang diperoleh dari 21 siswa, ada 15 siswa yang di anggap tuntas dan 6 siswa di anggap belum tuntas. Sedangkan ketuntasan klasikal pada siklus II diperoleh persentase sebesar 71,4%.

(57)

Grafik 4.1.4 Hasil belajar Siswa pada Siklus I,II, dan III

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari 13 siswa yang tuntas menjadi 18 siswa yang tuntas pada siklus I sampai siklus III untuk ketuntasan individu. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal meningkat dari 61,9% sampai 89%. Tingkat ketuntasan yang meningkat ini menunjukkan bahwa pendekatan lesson study cocok untuk diterapkan.

0

(58)

46 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan observasi PTK lesson study, observasi belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penerapan lesson study pada tahap plan, do dan see meningkat dari siklus I, II dan III. Adapun persentase yang diperoleh pada siklus I,II dan III berada pada rentang 75% - 99,99%. Hal ini menyatakan bahwa pada umumnya pelaksanaan lesson study pada setiap siklus diterapkan.

2. Keberhasilan dari segi proses dapat dilihat dari adanya perubahan sikap siswa dan guru model dari siklus I,II dan III ke arah yang positif. Dimana guru memahami keinginan siswa dan siswa mendapatkan apa yang diinginkan dari seorang guru. Hal ini menimbulkan rasa sosialisasi, tanggung jawab dan keberanian bagi siswa. Sedangkan bagi guru sendiri sikap yang diperoleh ialah mampu menerima perbaikan, mengetahui trik belajar yang menyenangkan bagi siswa dan melakukan perbaikan pembelajaran secara kontinu.

(59)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti menyampaikan saran bagi peneliti yang akan meneliti lesson study selanjutnya memahami hal-hal berikut :

1. Dalam penerapan lesson study dibutuhkan sosialisasi kepada para guru dan siswa sebagai proses yang bertahap dan diperlukan persiapan yang matang dari guru sebelum menerapkannya. Hal ini dikarenakan dalam menerapkan lesson study dibutuhkan kesabaran dan juga waktu yang banyak menyita setiap anggota lesson study.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Aqib, Zainal dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Ashintya Widhiarta, Putu dkk. 2008. Lesson Study Sebuah Upaya peningkatan Mutu Pendidikan Nonformal. Surabaya: Prima Printing.

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendayana, S. dkk. 2006. Lesson Study : Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung UPI Press.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muslich, Masnur. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

(61)

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdikbud

Undang, Gunawan dkk. 1998. Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung: CV Siger Tengah

(62)

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : SMA

Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester II Mata Pelajaran : FISIKA

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2x pertemuan)

Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

Kompetensi Dasar : 4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:

1. Menjelaskan pengertian suhu. 2. Menjelaskan alat pengukur suhu.

3. Menjelaskan pengertian sifat termometrik. 4. Menyebutkan beberapa contoh sifat termometrik. 5. Menjelaskan hubungan skala suhu Celcius, Reamur,

Fahrenheit, dan Kelvin.

6. Menentukan skala umum dari berbagai skala termometer.

7. Menyebutkan beberapa jenis termometer. 8. Menjelaskan proses pemuaian.

9. Menentukan pemuaian panjang, luas, dan volum. 10. Menjelaskan hubungan antara koefisien muai panjang,

luas, dan volum.

Karakter peserta didik yang diharapkan :

(63)

A. Materi Pembelajaran Temperatur

B. Metode Pembelajaran

Model : Cooperative Learning

Metode : Diskusi kelompok, Ceramah dan Demonstrasi

C. Sumber Belajar

a. Buku Fisika SMA dan Marthen Kanginan halaman 61-102 b. internet

c. Buku referensi yang relevan d. Alat dan bahan praktikum

D. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA a. Kegiatan Pendahuluan

 Motivasi dan Apersepsi:

 Jika seseorang sakit, alat apakah yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh orang tersebut?

 Satuan apakah yang digunakan untuk skala termodinamika?  Prasyarat pengetahuan:

 Apakah yang dimaksud dengan sifat termometrik?  Bagaimana hubungan skala Celcius dan Kelvin?

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

(64)

 Peserta didik dibimbing oleh pendidik menjelaskan apa yang terjadi jika benda ini didekatkan pada tubuh.

Elaborasi

 Peserta didik dibimbing oleh pendidik membentuk kelompok

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) mendiskusikan pengertian suhu.  Peserta didik mendiskusikan prinsip kerja termometer.

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) mendiskusikan pengertian sifat termometrik.

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) mendiskusikan contoh sifat termometrik.

 Peserta didik melakukan presentasi mengenai hasil diskusi yang telah dilakukan.

 Hasil diskusi kelompok peserta didik ditanggapi oleh pendidik dan diberikan informasi yang sebenarnya (konfirmasi).

 Peserta didik memperhatikan penjelasan pendidik menentukan skala umum dari berbagai skala termometer.

 Peserta didik memperhatikan contoh soal menghitung skala suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin yang disampaikan oleh pendidik.

 Peserta didik mengerjakan beberapa soal menghitung skala suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin yang diberikan oleh pendidik.

 Pendidik mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, pendidik dapat langsung memberikan bimbingan (konfirmasi).

Konfirmasi

(65)

 Peserta didik bersama pendidik bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan dan kesimpulan yang bertujuan untuk menanamkan sikap ketelitian pada peserta didik

c. Kegiatan Penutup

 Pendidik memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

 Pendidik memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

PERTEMUAN KEDUA a. Kegiatan Pendahuluan

 Motivasi dan Apersepsi:

 Mengapa sambungan rel kereta api dibuat terpisah?

 Adakah hubungan antara koefisien muai panjang, luas, dan volum?

 Prasyarat pengetahuan:

 Apakah yang dimaksud dengan pemuaian?

 Apakah hubungan pemuaian panjang, luas dan volum?

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

 Peserta didik dibimbing oleh pendidik mengamati beberapa alat yang ditunjukkan oleh pendidik

(66)

Elaborasi

 Peserta didik dibimbing oleh pendidik membentuk kelompok

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) mendiskusikan proses pemuaian.  Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan pemuaian

panjang, luas, dan volum.

 Peserta didik dalam kelompoknya mendiskusikan hubungan antara koefisien muai panjang, luas, dan volum.

 Hasil diskusi kelompok peserta didik ditanggapi oleh pendidik dan diberikan informasi yang sebenarnya.

 Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan pemuaian panjang, luas, dan volum yang disampaikan oleh pendidik.

 Peserta didik dalam setiap kelompok diberikan beberapa soal oleh pendidik untuk mendiskusikan soal mengenai pemuaian panjang, luas, dan volum.  Pendidik mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.

Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, pendidik dapat langsung memberikan bimbingan.

Konfirmasi

 Peserta didik bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui kepada pendidik

 Peserta didik bersama pendidik bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan dan kesimpulan yang bertujuan untuk menanamkan sikap ketelitian pada peserta didik

c. Kegiatan Penutup

 Peserta didik dalam tiap kelempok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik diberikan penghargaan oleh pendidik.

(67)
(68)

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : SMA

Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester II Mata Pelajaran : FISIKA

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1x pertemuan)

Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

Kompetensi Dasar : 4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:

1. Menjelaskan pengertian kalor. 2. Menjelaskan berbagai jenis kalor.

3. Menentukan besar kalor yang dialami suatu benda. 4. Menyebutkan cara perpindahan kalor dalam kehidupan

sehari-hari.

5. Menjelaskan pengertian konduksi, konveksi dan radiasi.

6. Menyebutkan contoh konduksi, konveksi dan radiasi 7. Menentukan laju perpindahan kalor secara konduksi. 8. Menentukan laju perpindahan kalor secara konveksi. 9. Menentukan laju perpindahan kalor secara radiasi.

Karakter peserta didik yang diharapkan :

(69)

B. Materi Pembelajaran Suhu dan Kalor

C. Metode Pembelajaran

Model : Direct Instruction (DI) dan Cooperative Learning Metode : Tanya jawab, Ceramah dan Observasi

D. Sumber Belajar

a. Buku Fisika SMA marthen kanginan halaman 102-118 b. Buku referensi yang relevan

c. Lingkungan

E. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA

a. Kegiatan Pendahuluan  Motivasi dan Apersepsi:

 Sebutkan contoh perpindahan kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari.

 Faktor apakah yang mempengaruhi laju perpindahan kalor secara konveksi?

 Prasyarat pengetahuan:

 Apakah yang dimaksud dengan konduksi?  Apakah yang dimaksud dengan konveksi?

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

(70)

 Peserta didik diminta menyebutkan masing-masing gambar sesuai dengan jenis perpindahan kalor yang terjaadi.

Elaborasi

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) mendiskusikan pengertian kalor.  Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan cara perpindahan

kalor dalam kehidupan sehari-hari.

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) mendiskusikan pengertian konduksi,konveksi dan radiasi.

 Peserta didik memperhatikan penjelasan pendidik mengenai perumusan dalam menentukan laju perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi.

 Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan laju perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi yang disampaikan oleh pendidik.

 Peserta didik diberikan beberapa soal oleh pendidik untuk menentukan laju perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

 Peserta didik diberikan beberapa soal oleh pendidik untuk menentukan laju perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

 Jawaban peserta didik dikoreksi oleh pendidik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, pendidik dapat langsung memberikan bimbingan (konfirmasi).

Konfirmasi

(71)

 Peserta didik bersama pendidik bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan dan kesimpulan yang bertujuan untuk menanamkan sikap ketelitian pada peserta didik

c. Kegiatan Penutup

 Pendidik memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

(72)

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : SMA

Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester II Mata Pelajaran : FISIKA

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1x pertemuan)

Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

Kompetensi Dasar : 4.3 Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:

1. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda.

2. Menyebutkan asas Black.

3. Membedakan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas.

4. Menerapkan aplikasi asas Black dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter peserta didik yang diharapkan :

Agama (Religious), Disiplin (Discipline), Rasa hormat dan perhatian (respect), Tekun (diligence), Tanggung jawab (responsibility ) dan Ketelitian (carefulness)

A. Materi Pembelajaran Asas Black

B. Metode Pembelajaran

(73)

2. Metode : Diskusi kelompok, ceramah dan demonstrasi

F. Sumber Belajar

d. Buku Fisika SMA marthen kanginan halaman 102-118 e. Buku referensi yang relevan

f. Lingkungan

C. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA a. Kegiatan Pendahuluan

 Motivasi dan Apersepsi:

- Apakah yang terjadi jika es dicampur dengan air panas?  Prasyarat pengetahuan:

- mengetahui konsep azas Black?

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

 Peserta didik ditunjukkan es dan air panas.

 Peserta didik diminta menyebutkan apa yang terjadi jika es dicampur dengan air panas

Elaborasi.

 peserta didik dibimbing oleh pendidik untuk membentu kelompok.  Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) mendiskusikan asas Black.  Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan asas Black.

(74)

 Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas.

 Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai aplikasi asas Black dalam kehidupan sehari-hari.

 Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok yang lain.

 Pendidik menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.

 Peserta didik memperhatikan penerapan asas Black untuk menyelesaikan soal analisis dan soal hitungan yang disampaikan oleh pendidik.

 Peserta didik memperhatikan contoh soal mengenai penerapan asas Black yang disampaikan oleh pendidik.

 Pendidik memberikan beberapa soal mengenai penerapan asas Black untuk dikerjakan oleh peserta didik.

 Pendidik mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, pendidik dapat langsung memberikan bimbingan (konfirmasi).

Konfirmasi

 Peserta didik bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui kepada pendidik

 Peserta didik bersama pendidik bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan dan kesimpulan yang bertujuan untuk menanamkan sikap ketelitian pada peserta didik

c. Kegiatan Penutup

(75)

 Peserta didik (dibimbing oleh pendidik) berdiskusi untuk membuat rangkuman.

Gambar

Gambar 2.1 Tahapan lesson study (Sumber : IMSTEP,JICA,2006)
Gambar 2.2: Skema PTK Menurut Arikunto dkk
Grafik 4.1.1 Hasil Penerapan lesson study tahap plan
Grafik 4.1.2 Hasil Penerapan lesson study tahap do
+3

Referensi

Dokumen terkait

3.2.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Sukabumi, 2015/ Population

airnya Bersih yaitu sebanyak 65 responden dengan jumlah persentase 94,20%. Kemudian responden yang kondisi airnya Keruh dan Berbau masing-masing ada 2 responden

berhasil guna diperlukan suatu pengelolaan yang sebaik-baiknya. Khusus pada proses pendinginan atau sebaliknya agar pada proses perpindahan panas tidak banyak

Terlepas dari kenyataan bahwa banyak penelitian telah difokuskan pada perilaku konsumen online, topik-topik berikut tidak benar-benar dijelaskan dan perlu

; Sebuah industri pakan memiliki 2 buah PABRIK Sebuah industri pakan memiliki 2 buah PABRIK yang berlokasi di Pasuruan dan Malang, dengan yang berlokasi di Pasuruan dan

Dalam buku Pedoman PPL Universitas Negeri Semarang (2010) menyatakan bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan

Dokumen dapat memberikan bantuan informasi tentang isi dokumen kepada yang memerlukannya, menyiapkan alat bukti, data-data tentang suatu keterangan dokumen,

Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami