• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh draf proposal penelitian MSDM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "contoh draf proposal penelitian MSDM"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

1. Judul : PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA GURU DI YAYASAN ITTIHADIL UMMAH KARANG ANYAR MATARAM

2. Pendahuluan 2.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi maupun perusahaan. Semakin tinggi kemampuan karyawan, semakin tinggi pula kinerja organisasi. Sebaliknya semakin rendah kemampuan

karyawan, maka semakin rendah pula kinerja organisasi. Agar aktifitas manajemen berjalan dengan baik, organisasi harus memiliki karyawan

yang berkompeten atau berkemampuan tinggi untuk mengelola organisasi seoptimal mungkin sehingga kinerja karyawan meningkat.

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia

yang berkualitas. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi

persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu (Pramudyo, 2010:1) Perlu upaya untuk

memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya dan guru di yayasan Baitussalam Semarang pada khususnya. Diperlukan perbaikan

yang menyeluruh terhadap unsur-unsur yang saling terkait di dalamnya. Salah satu unsur yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan tersebut adalah tenaga pendidik, dalam

(2)

Guru merupakan salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan di Yayasan Ittihadil Ummah. Peran, tugas, dan tanggungjawab guru sangat bermakna dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman dan takwa, akhlak mulia, dan

penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab (Pramudyo, 2010:2)..

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas–tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja guru

meliputi kualitas dan kuantitas output serta keandalan dalam bekerja. guru dapat bekerja dengan baik apabila memliki kinerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik pula(Nasrudin, 2010:237). Melihat

posisi guru yang penting dalam pendidikan bangsa tentu saja kinerja guru menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan baik tidaknya guru dalam

melaksanakan tugasnya, Apabila guru mempunyai kinerja yang baik maka guru akan melakukan tugas dan perannya dengan baik.

Berkenaan dengan kinerja guru menurut Sahertian (dalam

kusmianto, 2003:49) menyataan bahwa kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti bekerja dengan

siswa secara individual, persiapan dan perencanaan pembelajaran, pendayagunaan media pembelajaran, melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman pembelajaran, dan kepemimpinan yang aktif dari guru.

(3)

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat (Hasibuan, 2005:10).

Tujuan yang mulia pada saat ini tampaknya sulit tercapai apabila organisasi yang karyawannya tidak bersemangat dalam menjalankan tugas

yang dibebankan kepadanya. Setiap organisasi bukan saja mengharapkan karywan yang mampu, cakap, dan trampil, tetapi tidak kalah penting karyawan mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil yang

maksimal. Kemampuan dan kecakapan tidak ada artinya bagi organisasi jika mereka tidak mau bekerja giat. Tujuan pegelolaan sistem kompensasi

didalam organisasi adalah untuk menarik dan mempertahankan sumber daya manusia karena organisasi memerlukannya untuk mencapai sasaran-sasarannya.

Agar organisasi dapat berkembang luas dengan segala kegiatan – kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan

menggunakan sumber daya manusia yang telah tersedia, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, tidak cukup hanya dengan jalan memperoleh karyawan yang dianggap paling kompeten, akan tetapi tidak kalah

pentingnya dengan secara terus menerus pimpinan memberikan motivasi dan Kompensasi kepada karyawan agar lebih bersemangat dalam

menjalankan tugas-tugasnya di organisasi.

Motivasi kerja mempunyai peranan yang penting dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk bekerja secara

(4)

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan. Seorang karyawan yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa gagal karena kekurangan motivasi. Hasil kerja akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.

Rendahnya motivasi kerja pada karyawan merupakan gejala yang kurang menguntungkan karena rendahnya motivasi kerja pada mereka

menunjukkan adanya sikap acuh tak acuh terhadap kehidupan sosial, termasuk terhadap masa depan bangsanya. Keberhasilan ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya motif berprestasi

warganya, dengan kata lain pembangunan suatu bangsa akan sukses bila motif berprestasi warganya tinggi.

Dalam proses pembelajaran tentu ada kegagalan dan keberhasilannya. Kegagalan karyawan dalam melaksanakan tugas tidak sepenuhnya berasal dari diri karyawan tersebut tetapi bisa juga dari

organisasi tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat karyawan dalam bekerja. Keberhasilan kerja

karyawan tidak lepas dari motivasi karyawan yang bersangkutan. Oleh karena itu pada dasarnya motivasi kerja merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan organisasi kepadanya. Karyawan juga akan lebih termotivasi jika dari hasil kerjanya tersebut mendapatkan kompensasi yang

memuaskan dari organisasi sebagai tanda penghargaan atas hasil kerjanya tersebut.

Organisasi tentu tidak bisa lepas dari karyawan, dengan

(5)

tentang bentuk kehidupan yang jauh disana maupun sekitarnya. Adanya ketergantungan satu sama lain membuat kita perlu menghargai karya orang lain. Apresiasi didunia pendidikan penting adanya dan harus dilakukan

untuk memberikan nuansa baru yang bersemangat mencari prestasi demi masa depan organisasi di bawah naungan yayasan Ittihadil

Ummah.Yayasan Ittihadil Ummah sendiri adalah Lembaga Pendidikan Islam yang berbadan hukum, yang bersifat sosial, menyelenggarakan pendidikan sebagai bentuk partisipasi dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa Indonesia.

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti,

diperoleh informasi bahwa beberapa guru menunjukkan indikasi kinerja guru belum optimal yaitu ditunjukkan dengan kurangnya perhatian dan pengarahan yang dilakukan oleh kepala sekolah langsung, terhadap para

guru dan juga guru terhadap siswa lulusan, kurangnya dorongan motivasi terhadap usaha-usaha keras kerja guru, penyelesaian tugas-tugas masih

banyak tidak sesuai waktu yang telah ditetapkan, serta adanya keraguan dan kurannya kepercayaan masayarakat terhadap kinerja guru di yayasan Ittihadil Ummah ini. Sehingga masyarakat sekitar enggan untuk

menyekolahkan anak – anaknya di yayasan ini.

Yayasan Ittihadil Ummah menyelenggarakan pendidikan dari

TPA-TKA, Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), yang lembaga pendidikannya terletak di Jln R. Nuraksa No.11 Karang Anyar Pagesangan Timur- Mataram. Jumlah Guru yang ada di Yayasan Ittihadil

(6)

dan karyawan tidak tetap (honorer) : 10 orang. Yayasan Ittihadil Ummah bergerak di bidang pendidikan ini tetap mengemban visi dan misi pendiri yang direalisasikan dalam visi dan misi Yayasan. Dengan berpedoman

pada visi “Cerdas , Kreatif, dan Religius maka secara umum menggambarkan keinginan yayasan tersebut mampu bersaing dengan

lembaga – lembaga pendidikan lainnya dengan berlandaskan kereligiusan. Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang bersifat sosial tentu tidak berfokus mencari profit.

Dengan demikian karyawan yang terlibat dalam karya pendidikan Yayasan Ittihadil Ummah adalah mereka yang sungguh - sungguh

terpanggil untuk terlibat dalam karya pelayanan dengan rela menerima kompensasi yang hanya dapat memenuhi kebutuhan mereka, artinya kompensasi yang belum sesuai dengan ketentuan umum yang berlaku

(aturan gaji pegawai negri sipil dan upah minimum regional) tetapi sesuai dengan kemampuan Yayasan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul

“PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN PEMBERIAN KOMPENSASI

TERHADAP KINERJA GURU DI YAYASAN ITTIHADIL UMMAH

(7)

2.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan oleh penulis sebagai

berikut :

1. Rendahnya Motivasi Kerja pada umumnya dan khususnya pada

karyawan

di Yayasan Ittihadil Ummah

2. Adanya hasil kerja karyawan yang belum maksimal di Yayasan

Ittihadil Ummah

3. Kurangnya Kompensasi yang pantas kepada Tenaga pengajar

sesuai dengan

hasil kerja dan standar gaji yang diberlakukan

2.3 Pembatsan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi kinerja. Dalam penelitian ini dibatasi pada motivasi kerja dan Kompensasi karena faktor-faktor tersebut terkait pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Adapun karyawan dimaksud

adalah seluruh tenaga pengajar (GURU) yang bekerja di Yayasan Ittihadil Ummah.

2.4 Perumusan Masalah

(8)

1. Seberapa besar pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Tenaga Pengajar Yayasan Ittihadil Ummah?

2. Seberapa besar pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Tenaga

Pengajar Yayasan Ittihadil Ummah?

3. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja dan kompensasi

terhadap kinerja Tenaga Pengajar Yayasan Ittihadil Ummah? 2.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Tenaga Pengajar Yayasan Ittihadil Ummah. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kompensasi

terhadap Kinerja Tenaga Pengajar Yayasan Ittihadil Ummah.

3. Untuk mengetahui Pengaruh motivasi kerja dan kompensasi terhdap kinerja Tenaga Pengajar Yayasan Ittihadil Ummah.

2.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait:

1. Bagi Yayasan Ittihadil Ummah

Sebagai masukan dan saran yang dapat digunakan dalam

(9)

2. Bagi Penulis

Sebagai media untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam penelitian sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perkulihan

padakeadaan yang sebenarnya di lapangan. 3. Bagi Akademisi

Sebagai bahan masukkan untuk penelitian lanjutan tentang masalah sumber daya manusia di masa mendatang.

3. Tinjauan pustaka

3.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan guna

memperjelas konsep – konsep yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan:

1. Kusumaningtyas (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan bank Mega dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderasi. Hasil analisa Regresi Linier

Berganda menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Bank Mega yang dimoderasi oleh Variabel Motivasi.

2. Hudaibi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap

Kinerja Guru Yayasan Baitussalam menunjukan bahwa Motivasi Kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Guru.

(10)

Bengkulu Utara. Hasilnya mengatakan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompensasi terhadap kinerja Guru Sma 2 Argamakmur Bengkulu Utara.

3.2 Tinjauan Teoritis 3.2.1 Motivasi Kinerja

A. Pengertian Motivasi Kerja

Manusia sebagai salah satu komponen dasar didalam organisasi publik harus memiliki motivasi yang tersimpan didalam hati atau

keinginannya yang dapat memacu untuk meraih apa yang dicita-citakan. Motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan

yang ada dalam diri karyawan yang memulai dan dapat mengarahkan perilaku orang tersebut (Gibson,20014:94).

Motivasi kerja adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada

dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilaku dalam pelaksanaan tugas di lingkungan

pekerjaannya. Hakikat dari motivasi kerja adalah dorongan untuk melakukan segala sesuatu yang lebih baik dari yang lainnya dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan (Husein,2002:274).

Motivasi merupakan hasrat di dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan (Malthis &

(11)

Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu (Robbins,2005:303)

Motivasi adalah sebagai pemberi daya gerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan,2007) Motivasi merupakan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan bertitik tolak dari

arti motivasi tersebut, motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Dengan kata lain, motivasi kerja adalah

pendorong semangat kerja (Manulang,1994:146).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan,

memelihara, dan mendorong perilaku seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan tertentu secara optimal untuk mencapai apa yang

menjadi sasaran organisasi. Tujuan perusahaan atau organisasi dalam menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia adalah sebagai standarisasi atau tolak ukur agar sumber daya manusia atau tenaga kerja

diperolehnya benar-benar dapat bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan.

Tujuan dari sebagaian besar karyawan dalam bekerja bukan hanya terbatas pada kebutuhan fisik dan biologis saja, tetapi juga mempunyai kebutuhan yang bersifat psikologis maupun sosial, dan semua

(12)

Manusia akan didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu hirarki (Stoner dan Gilbert,2003:139). Teori Maslow dalam hirarki

kebutuhan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 . Hierarki Kebutuhan Maslow

Dalam hierarki kebutuhan ini ada lima tingkatan, yaitu: 1. Kebutuhan mempertahankan hidup (fisiologis):

Kebutuhan utama inilah yang mendorong setiap individu untuk

melakukan pekerjaan apa saja, karena ia akan memperoleh imbalan, baik berupa uang ataupun barang yang akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan utama ini. Misalnya makanan, minuman, istirahat/tidur, seks. 2. Kebutuhan rasa aman:

Setelah kebutuhan pertama dan utama terpenuhi, timbul perasaan

perlunya pemenuhan kebutuhan keamanan/perlindungan. Kebutuhan akan Akulturi

Diri

Penghargaan

Sosial

(13)

keselamatan jasmani dan rohani, keamanan pribadi, rasa aman dan bebas dari rasa takut. Tiap individu mendambakan keamanan bagi dirinya, termasuk keluarganya.

3. Kebutuhan sosial:

Tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama

manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan pihak lain.

4. Kebutuhan penghargaan:

Kebutuhan akan pengakuan atas status dan prestasi yang akan dicapai. Orang berusaha melakukan pekerjaan yang memungkinkan ia

mendapat penghormatan/penghargaan masyarakat. 5. Kebutuhan aktualisasi diri:

Kebutuhan akan pencapaian cita-cita diri dan perwujudan diri.

Inilah kebutuhan puncak yang paling tinggi, sehingga seseorang ingin mempertahankan prestasinya secara optimal.

Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memuaskan kebutuhan yang mendasar (kebutuhan fisiologis) sebelum mengarahkan

perilaku mereka pada pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi. Beberapa hal pokok pemikiran Maslow:

a. Kebutuhan yang sudah terpuaskan akan berhenti memberi motivasi. b. Kebutuhan yang tidak terpuaskan dapat menyebabkan rasa frustrasi,

(14)

c. Maslow mengasumsikan bahwa orang memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang, dan sebagai akibatnya, akan terus berusaha bergerak keatas dalam hierarki untuk memenuhi kepuasan.

d. Kebutuhan yang lebih tinggi tidak akan aktif atau terpicu sampai kebutuhan yang mendominasi dapat terpenuhi. Seseorang hanya dapat naik

dalam hierarki kebutuhan ketika kebutuhan pada tingkat rendahnya sudah terpenuhi.

Siagian (2002:212) mengungkapkan, dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi bisnis, aspek motivasi

kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para manajer. Karena empat pertimbangan utama yaitu:

1. Filsafat hidup manusia berkisar pada prinsip “quit pro quo”, yang

dalam bahasa awam dicerminkan oleh pepatah yang mengatakan “ada ubi ada talas, ada budi ada balas”.

2. Dinamika kebutuhan manusia sangat kompleks dan tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologis.

3. Tidak ada titik jenuh dalam pemuasan kebutuhan manusia.

4. Perbedaan kharakteristik individudalam organisasi atau perusahaan, mengakibatkan tidak adanya satupun teknik motivasi yang sama efektifnya

untuk semua orang dalam organisasi juga untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang berbeda-beda.

Menurut Hasibuan (2004:153) keinginan yang diimpikan oleh manusia

(15)

a. The desire to live, yang menjelaskan bahwa keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap orang, yaitu memperoleh makanan dan minuman untuk melanjutkan hidupnya.

b. b. The desire for pessossion, artinya keinginan untuk memiliki sesuatu, ini merupakan keinginaan manusia kedua yang menyebabkan

kenapa manusiabekerja.

c. The desire for power, artinya keinginan akan kekuasaan. d. The desire for recognition, artinya keinginan akan pengakuan.

B. Faktor – faktor Motivasi Kerja

Frederick Herzberg (dalam Sedamaryanti, 2008:233) mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang disebut

dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemeliharaan (maintenance factor) yang disebut dengan disastifier atau extrinsic

motivation.

Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri

seseorang tersebut (condition intrinsic) antara lain: 1. Prestasi yang diraih (achievement)

2. Pengakuan orang lain (recognition) 3. Tanggungjawab (responsibility) 4. Peluang untuk maju (advancement)

(16)

6. Kemungkinan pengembangan karier (the possibility of growth) Sedangkan faktor pemelihara (maintenance factor) disebut juga hygiene factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga disebut

dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, yang meliputi:

1. Kompensasi

2. Keamanan dan keselamatan kerja

3. Kondisi kerja 4. Status

5. Prosedur perusahaan

6. Mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.

C. Jenis –jenis Motivasi Kerja

Donovan dalam Safaria (2004 :82), menjelaskan bahwa ada dua jenis yang mempengaruhi motivasi pada pegawai yaitu meliputi :

1. Internal

a. Tingkat kecerdasan,

b. Kepribadian, c. Pengalaman kerja, d. Jenis kelamin, dan

(17)

2. Eksternal

a. Hubungan pimpinan dengan bawahan, b. Hubungan antar rekan sekerja,

c. Sistem pembinaan dan pelatihan, d. Sistem kesejahteraan, dan

e. Lingkungan fisik tempat kerja.

D. Indikator Motivasi Kerja

Indikator motivasi kerja menurut Sedarmayanti (2007:233-239) yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Gaji (salary).

Bagi pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi

kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk menjadi daya dorong bagi pegawai agar dapat bekerja dengan penuh semangat.

Tidak ada satu organisasi pun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi yang realitis dan gaji bila digunakan dengan

benar akan memotivasi pegawai. Agar pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, dalam pemberian kompensasi harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

(18)

c. Pemberian bonus atau insentif harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja.

d. Selalu ditinjau kembali.

e. Mencapai sasaran yang diinginkan. f. Mengangkat harkat kemanusiaan.

g. Berpijak pada peraturan yang berlaku. 2. Supervisi.

Supervisi yang efektif akan membantu peningkatan produktivitas

pekerja melalui penyelenggaraan kerja yang baik, juga pemberian petunjukpetunjuk yang nyata sesuai standar kerja, dan perlengkapan

pembekalan yang memadai serta dukungan-dukungan lainnya. Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan sistem kerja pada unit kerjanya secara efektif.

Supervisor mengkoordinasikan sistem kerjanya itu dalam tiga hal penting

yaitu: melakukan dengan memberi petunjuk/pengarahan, memantau proses

pelaksanaan pekerjaan, dan menilai hasil dari sistem kerja yang diikuti dengan melakukan umpan balik (feed back).

3. Kebijakan dan Administrasi.

Keterpaduan antara pimpinan dan bawahan sebagai suatu keutuhan atau totalitas sistem merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui pendekatan manajemen partisipatif, bawahan tidak lagi dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek. Dengan komunikasi dua arah

(19)

diambil dalam organisasi bukan hanya merupakan keinginan dari pimpinan saja tetapi merupakan kesepakatan dari semua anggota organisasi. Para pendukung manajemen partisipatif selalu menegaskan bahwa manajemen

partisipatif mempunyai pengaruh positif terhada pegawai. Melalui partisipasi, para pegawai akan mampu mengumpulkan informasi,

pengetahuan, kekuatan dan kreaktivitas untuk memecahkan persoalan. 4. Hubungan kerja.

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung

oleh suasana kerja atau hubungan kerja yang harmonis yaitu terciptanya hubungan yang akrab, penuh kekeluargaan dan saling mendukung baik

hubungan antara sesama pegawai atau antara pegawai dengan atasan. Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan hubungan dengan orang lain, baik di tempat kerja maupun di luar lingkungan kerja.

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan persahabatan dan mereka tidak akan bahagia bila ditinggalkan sendirian, untuk itu maka mereka

akan melakukan hubungan dengan teman-temannya. Kebutuhan sosial secara teoritis adalah kebutuhan akan cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima oleh kelompok, keluarga dan organisasi. Kelompok

yang mempunyai tingkat keeratan yang tinggi cenderung menyebabkan para pekerja lebih puas berada dalam kelompok. Kelompok kerja juga

dapat memenuhi sistem sebagai sounding board terhadap problem mereka atau sebagai sumber kesenangan atau hiburan.

(20)

Kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh peralatan yang memadai tentu akan membuat pegawai betah untuk bekerja. Dengan kondisi kerja yang nyaman, pegawai akan merasa aman dan

produktif dalam bekerja sehari-hari. Lingkungan fisik dimana individu bekerja mempunyai pengaruh pada jam kerja maupun sikap mereka

terhadap pekerjaan itu sendiri. Sebanyak 30% dari kasus absensi para pekerja ternyata disebabkan oleh sakit yang muncul dari kecemasan yang berkembang sebagai reaksi bentuk kondisi kerja.

6. Pekerjaan itu sendiri.

Pekerjaan itu sendiri menurut Herzberg merupakan faktor motivasi bagi

pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai, merupakan faktor motivasi, karena

keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk hasil performace yang tinggi. Suatu pekerjaan akan disenangi oleh seseorang

bila pekerjaan itu sesuai dengan kemampuannya, sehingga dia meras bangga untuk melakukannya. Pekerjaan yang tidak disenangi kurang dan menantang, biasanya tidak mampu menjadi daya dorong, bahkan pekerjaan

tersebut cenderung menjadi rutinitas yang membosankan dan tidak menjadi kebanggaan. Teknik pemerkayaan pekerjaan dapat dijadikan

(21)

7. Peluang untuk maju.

Peluang untuk maju (advance) merupakan pengembangan potensi diri seorang pegawai dalam melakukan pekerjaan. Setiap pegawai tentunya

menghendaki adanya kemajuan atau perubahan dalam pekerjaannya yang tidak hanya dalam hal jenis pekerjaan yang berbeda atau bervariasi, tetapi

juga posisi yang lebih baik. Setiap pegawai menginginkan adanya promosi ke jenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalamannya dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri

akan menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik. Promosi merupakan kemajuan pegawai ke pekerjaan yang lebih dalam

bentuk tanggung jawab yang lebih besar, prestise atau status yang lebih, skill yang lebih besar, dan khususnya naiknya tingkat upah atau gaji.

8. Pengakuan atau penghargaan (recognition)

Setiap manusia mempunyai kebutuhan terhadap rasa ingin dihargai. Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh,

bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari pemberian kompensasi. Pengakuan merupakan kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik di

mana orang tersebut bekerja, yang masuk dalam kompensasi nonfinansial. Seseorang yang memperoleh pengakuan atau penghargaan akan dapat

meningkatkan semangat kerjanya. Kebutuhan akan harga diri/penghormatan lebih bersifat individual atau mencirikan pribadi, ingin dirinya dihargai atau dihormati sesuai dengan kapasitasnya

(22)

lebih rendah dari yang lain. Mungkin secara jabatan lebih rendah tetapi secara manusiawi setiap individu (pria atau wanita) tidak ingin direndahkan. Oleh sebab itu pimpinan yang bijak akan selalu memberikan

pengakuan/penghargaan kepada pegawai yang telah menunjukkan prestasi membanggakan sebagai faktor motivasi yang efektif bagi peningkatan

prestasi kerja pegawainya.

9. Keberhasilan (achievement).

Setiap orang tentu menginginkan keberhasilan dalam setiap

kegiatan/tugas yang dilaksanakan. Pencapaian prestasi atau keberhasilan (achievement) dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang

bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya. Dengan demikian prestasi yang dicapai dalam pekerjaan akan menimbulkan sikap positif, yang selalu ingin melakukan pekerjaan dengan penuh tantangan. Sesorang

yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan dapat mendorongnya untuk mencapai sasaran. Kebutuhan berprestasi biasanya

dikaitkan dengan sikap positif dan keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan untukvmencapai sasaran yang telah ditentukan.

10. Tanggung jawab.

Tanggung jawab merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

pengarahan yang diterima. Setiap orang yang bekerja pada suatu perusahaan/organisasi ingin dipercaya memegang tanggung jawab yang lebih besar dari sekedar apa yang telah diperolehnya. Tanggung jawab

(23)

kepercayaan yang diberikan sebagai orang yang mempunyai potensi. Setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang mempunyai potensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya

diri dan siap memikul tanggung jawab yang lebih besar.

3.2.2 Kompensasi A. Pengertian Kompensasi

Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberikankompensasi. Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan kinerja para karyawan adalah melaluikompensasi (jacson,2000:86).

(24)

(Muthiara.S,2002:116). Hasibuan (2003:246 )mendefnisikan kompensasi antara lain sebagai berikut:

1. Kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Baik upah per jam ataupun gaji periodik didesain dan dikelola oleh bagian personalia.

2. Kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusika atau dianggapsebagai suatu balas jasa atau ekuivalen.

Menurut Simmaora (2004:446) kompensasi semua balas jasa yang diterima seorang karyawan dari perusahaannya akibar dari jasa atau tenaga yang telah diberikannya kepada perusahaan tersebut. Kompensasi dihitung berdasarkan evaluasi pekerjaan, perhitungan kompensasi berdasarkan

evaluasi pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk

mendapatkan pemberian kompensasi yang mendekati

kelayakan (worth) dan keadilan (equity). Kompensasi adalah merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai

pengganti kontribusi jasa mereka pada

perusahaan( Rivai,2010:174). Pemberian kompensasi

merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang

berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan

individual sebagai pertukaran dalam melaksanakan tugas

keorganisasian. Hasibuan (2002:35) mengungkapkan

kompensasi atau balas jasa umumnya bertujuan untuk

(25)

perusahaan dengan pemberian kompensasi yaitu

memperoleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar dari

karyawan. Sedangkan kepentingan karyawan atas

kompensasi yang diterima yaitu dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginan dan menjadi keamanan ekonomi rumah

tangganya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah segala suatu yang diterima oleh para karyawan, baik uang, barang

atau sebagainya sebagai balas jasa dari hasil kerja mereka

pada organisasi. Kompensasi juga menjadi alasan utama

mengapa kebanyakan orang bekerja pada perusahaan,

karena dengan kompensasi tersebut para karyawan dapat

memenuhi dan meningkatkan kebutuhan hidup mereka.

Mengingat pentingnya faktor tenaga kerja dalam suatu

organisasi maka, organisasi perlu memberikan perhatian

khusus terhadap karyawannya agar lebih bersemangat dalam

menjalankan tugas-tugasnya di perusahaan tersebut, karena

dengan cara pemberian kompensasi yang layak dan adil akan

lebih memacu motivasi kerja mereka.

B. Jenis – jenis Kompensasi

Kompensasi mempunyai tiga komponen sebagai

berikut:

(26)

2. Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan dan asuransi.

3. Ganjaran non fnansial (non fnancial rewards) seperti jam kerja yang luwes dan kantor yang bergengsi.

Menurut Rivai (2010:744-745) kompensasi dibedakan menjadi dua,yaitu:

1. Kompensasi Langsumg

Kompensasi Langsung adalah kompensasi yang langsung

dirasakan oleh penerimanya, yakni berupa gaji, upah, insentif

merupakan hak karyawan dan kewajiban perusahaan untuk

membayarnya.

a). Gaji adalah balas jasa yang diterima karyawan sebagai

konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan

yang memberikan sumbangan tenaga dan pikiran dalam

mencapai tujuan perusahaan.Atau dapat juga dikatakan

sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari

keanggotaannya dalam sebuah perusahaan.

b). Upah adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan

berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau

banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji

yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat

berubah-ubah tergantung pada keluaran yang dihasilkan.

c). Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan

tertentu, karena keberhasilan prestasinya di atas standar

(27)

2. Kompensasi Tidak langsung adalah kompensasi yang tidak

dapat dirasakan secara langsung oleh karyawan, yakni

beneft dan services (tunjangan pelayanan). Beneft dan services adalah kompensasi tambahan (fnancial atau non fnancial) yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha

meningkatkan kesejahteraan mereka. Seperti tunjangan hari

raya, uang pensiun, pakaian dinas, olah raga dan darma

wisata (family gathering).

Mondy (2008:442) menyebutkan Jenis dari kompensasi yang

diberikan perusahaan kepada karyawan dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu:

1. Financial Compensation ( Kompensasi Finansial) Kompensasi Finansial artinya kompensasi yang diwujudkan dengan sejumlah uang kartal kepada karyawan yang bersangkutan. Kompensasi fnansial implementasinya dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

(28)

dengan berpedoman pada perjanjian yang disepakati pembayarannya.

b. Inderect Financial Compensation (Kompensasi Finansial tidak Langsung). Kompensasi tidak langsung adalah termasuk semua penghargaan keuangan yang tidak termasuk kompensasi langsung. Wujud dari kompensasi tidak langsung meliputi program asuransi tenaga kerja (jamsostek), pertolongan sosial, pembayaran biaya Sakit (berobat), cuti dan lain-lain.

2. Non - Financial Compensation ( Kompensasi non Finansial) Kompensasi non fnansial adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan bukan berbentuk uang, tapi berwujudfasilitas. Kompensasi jenis ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Non- financial the job (kompensasi berkaitan dengan pekerjaan) Kompensasi non fnansial berkaitan dengan pekerjaan ini dapat berupa pekerjaan yang menarik, kesempatan untuk berkembang, pelatihan, wewenang dan tanggung jawab, penghargaan atas kinerja. Kompensasi bentuk ini merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan harga diri (esteem) dan aktualisasi (Self actualitation).

b. Non – financial job environment (kompensasi berkaitan dengan lingkunga pekerjaan).

Kompensasi merupakan hal yang penting, yang

(29)

karyawan untuk bekerja. Hal ini berarti bahwa karyawan

menggunakan pengetahuan, keterampilan, tenaga dan waktu

bukan semata-mata ingin mengabdikan diri pada perusahaan,

tetapi ada tujuan lain yaitu mengharapkan imbalan atau balas

jasa atas hasil yang telah diberikan.Selain itu, kompensasi

yang diberikan kepada karyawan juga berpengaruh pada

kondisi kerja karyawan tersebut.

Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh

karyawan sebagai balas jasa untuk kerja atau pengabdian

mereka. Pemberian kompensasi kepada karyawan harus

mempunyai dasar yang logis dan rasional. Kompensasi sangat

penting bagi karyawan itu sendiri sebagai individu, karena

besarnya kompensasi merupakan pencerminan atau ukuran

nilai pekerjaan karyawan itu sendiri. Kompensasi bukan hanya

penting untuk para karyawan saja, melainkan juga penting

bagi organisasi itu sendiri, karena program-program

kompensasi adalah merupakan pencerminan upaya

organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia.

Bila organisasi tidak memperhatikan dengan baik tentang

kompensasi bagi karyawannya, tidak mustahil organisasi itu

lambat laun akan kehilangan sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi. Hal ini berarti harus mengeluarkan biaya

lagi untuk mencari tenaga baru, atau melatih tenaga yang

sudah ada untuk menggantikan karyawan yang keluar

(30)

Kompensasi ditetapkan berdasarkan kesepakatan

antara pengusaha dengan karyawan, dalam hal tertentu,

pemerintah memfasilitasi sebagai pembuat kebijakan/regulasi

di bidang ketenagakerjaan. Hal ini berarti bahwa dalam

menerapkan kompensasi terdapat dua kepentingan yang

harus diperhatikan yaitu kepentingan organisasi dan

kepentingan karyawan (Suwatno,2011:219).

Kompensasi merupakan kontra prestasi terhadap

penggunaan tenaga atau jasa yang telah diberikan oleh

tenaga kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket yang

ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas

penggunaan tenaga kerjanya. Kompensasi didefnisikan

sebagai apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas

kontribusinya kepada organisasi (Wibowo,2010:348). Dilihat

dari cara pemberiannya, kompensasi dapat merupakan

kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung.

Kompensasi langsung merupakan kompensasi manajemen

seperti upah dan gaji. Sementara itu kompensasi tidak

langsung dapat berupa tunjangan atau jaminan keamanan

dan kesehatan. Pemberian kompensasi dapat terjadi tanpa

ada kaitannya dengan prestasi, seperti upah dan gaji. Upah

adalah kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan atas

waktu yang telah dipergunakan sedangkan gaji adalah

kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas

(31)

dipergunakan untuk memberikan kompensasi kepada tenaga

kerja yang kurang terampil, sedangkan untuk tenaga terampil

biasanya digunakan pengertian gaji. Bentuk kompensasi lain

berupa tunjangan, yang pada umumnya tidak dikaitkan

dengan prestasi kerja. Tunjangan lebih banyak dikaitkan

dengan pemberian kesejahteraan dan penciptaan kondisi

kerja sehingga pekerja menjadi lebihmerasa nyaman dan

merasa mendapatkan perhatian atasan (Wibowo,2010:349).

Kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai

langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat

karyawan, dan insentif untuk memotivasi karyawan agar

bekerja keras dan juga seharusnya cerdas untuk mencapai

produktivitas yang semakin tinggi. Kompensasi merupakan

sebuah komponen penting dalam hubungannya dengan

karyawan. Dia sangat dipengaruhi faktorfaktor internal dan

eksternal perusahaan. Kompensasi sangat dipengaruhi oleh

tekanan-tekanan faktor-faktor pasar kerja, posisi rebut tawar

kolektif, peraturan pemerintah, flosof manajemen puncak

tentang pembayaran dan manfaat termasuk tantangan dari

kompensasi internasional (Mangkuprawira,2009:151).

Mangkuprawira (2009:152) menjelaskan bahwa

penghargaan

menjembatani jurang antara tujuan perusahaan dan harapan

serta aspirasi individual perlu disediakan. Agar efektif, sistem

(32)

hal,yaitu 1) tingkat penghargaan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan dasar, 2) keadilan dengan pasar kerja

eksternal, 3) keadilan dalam perusahaan dan 4) perlakukan

individu perilaku perusahaan yang terkait dengan kebutuhan

mereka.

C. Tujuan Manajemen Kompensasi

Tujuan manajemen kompensasi adalah untuk membantu

organisasi mencapai keberhasilan strategis sambil

memastikan keadilan internal dan eksternal. Internal equity atau keadilan internal memastikan bahwa jabatan yang lebih

menantang atauorang yang mempunyai kualifkasi lebih baik

dalam organisasi dibayar lebih tinggi.Sementara itu, external equity atau keadilan eksternal menjamin bahwa pekerja mendapatkan kompensasi secara adil dalam perbandingan

dengan pekerjaan yang sama di pasar tenaga kerjanya.

Wibowo (2010:350) menjelaskan tujuan manajemen

kompensasi adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh personel berkualitas

Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk mampu

menarik pelamar. Tingkat pembayaran harus tanggap

terhadap permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar

kerja karena harus bersaing untuk mendapatkan tenaga

kerja.

(33)

Pekerja dapat keluar apabila tingkat kompensasi tidak

kompetitif terhadap organisasi lain dengan akibat perputaran

tenaga kerja tinggi. Dengan demikian perlu dipertimbangkan

mana yang lebih baik dan menguntungkan antara

meningkatkan kompensasi dengan

3. Memastikan Keadilan

Mencari pekerja baru dengan konsekuensi harus melatih

kembali pekerja baru. Manajemen kompensasi berusaha

keras menjaga keadilan internal dan eksternal. Keadilan

internal memerlukan bahwa pembayaran dihubungkan

dengan nilai relatif pekerjaan sehingga pekerjaan yang sama

mendapatkan pembayaran sama. Keadilan ekternal berarti

membayar pekerja sebesar apa. yang diterima pekerja yang

setingkat oleh perusahaan lain.

4. Menghargai Perilaku yang Diinginkan

Pembayaran harus memperkuat perilaku yang diinginkan

dan bertindak sebagai insentif unutk perilaku di masa depan.

Rencana kompensasi yang efektif menghargai kinerja,

loyalitas, keahlian, dan tanggung jawab.

5. Mengawasi Biaya

Sistem kompensasi yang rasional membantu organisasi

memelihara dan mempertahankan pekerja pada biaya yang

wajar. Tanpa manajemen kompensasi yang efektif, pekerja

(34)

6. Mematuhi Peraturan

Sistem upah dan gaji yang baik mempertimbangkan

tantangan legal yang dikeluarkan pemerintah dan

memastikan pemenuhan pekerja.

7. Memfasilitasi Saling Pengertian

Sistem manajemen kompensasi harus mudah dipahami

oleh spesialis sumber daya manusia, manajer operasi, dan

pekerja. Dengan demikian, terbuka saling pengertian dan

menghindari kesalahan persepsi.

8. Efsiensi Administratif Selanjutnya

Program upah dan gaji harus dirancang dapat dikelola

secara efsien, meskipun tujuan ini merupakan pertimbangan

sekunder.

D. Sistem Kompensasi

Suwatno dan prisma (2011:224) menjelaskan sistem

kompensasi ialah sistem yang terdiri dari komponen –

komponen kompensasi mulai dari penentuan besaran

kompensasi dan cara pemberiannya. Dan pada dasarnya

tujuan sistem kompensasi adalah:

1. Menghargai Prestasi Kerja

2. Menjamin Keadilan

3. Mempertahankan Karyawan

4. Memperoleh Karyawan yang Bermutu

5. Pengendalian Biaya

(35)

E. Kriteria Pemberian Kompensasi

Kebijakan tentang pemberian kompensasi terhadap

karyawan bukan sesuatu yang statis, melainkan bersifat

dinamis. Hal ini berarti ketentuan pemberian kompenasi

suatu perusahaan dapat berubah dari waktu ke waktu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketentuan pemberian kompensasi

antara lain: keadaan perekonomian suatu negara,

kebijaksanaan pemerintah, tuntutan serikat pekerja,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Suwatno dan

Prisma (2011:229) menyebutkan beberapa kriteria yang perlu

diperhatikan dalam penentuan kebijakan pemberian

kompensasi, anatara lain:

1. Biaya Hidup

2. Produktivitas Kerja Karyawan

3. Skala Upah atau Gaji yang Berlaku

4. Kemampuan Membayar

5.Upah atau Gaji Sebagai Alat untuk Menarik,

Mempertahankan, dan Memberikan Motivasi kepada

Karyawan

6. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

7. Serikat Buruh atau Organisasi Karyawan

8. Posisi Jabatan Karyawan

9. Pendidikan dan Pengalaman Kerja

(36)

Siagian (2008:257) menjelaskan empat hal yang perlu

dilakukan dalam usaha mengembangkan suatu sistem

imbalan,yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan analisis pekerjaan. Artinya perlu disusun

deskripsi jabatan, uraian pekerjaan dan standar pekerjaan

yang terdapat dalam suat organisasi.

2. Melakukan penilaian pekerjaan dikaitkan dengan

keadilan internal. Dalam melakukan penilaian pekerjaan

diusahakan tersusunnya urutan peringkat pekerjaan,

penentuan nilai untuk setiap pekerjaan, susunan

perbandingan dengan pekerjaan lain dalam organisasi dan

pemberian point untuk setiap pekerjaan.

3. Melakukan survei berbagai sistem imbalan yang berlaku

guna memperoleh bahan yang berkaitan dengan keadilan

eksternal. Organisasi yang disurvai dapat berupa instansi

pemerintah yang secara fungsional berwenang mengurus

ketenagakerjaan, kamar dagang dan industri, organisasi

profesi, serikat pekerja, organisasi-organisasi pemakai tenaga

kerja lain dan perusahaan konsultant, terutama yang

mengkhususkan diri dalam manajemen sumber daya

manusia.

4. Menentukan harga setiap pekerjaan dihubungkan

dengan harga pekerjaan sejenis di tempat lain. Dalam

(37)

berbagai pekerjaan dalam organisasi dengan nilai yang

berlaku di pasaran kerja.

G. Indikator Kompensasi

Menurut Simamora (2004) indikator kompensasi karyawan yaitu:

1) Gaji yang adil sesuai dengan pekerjaan.

2) Insentif yang sesuai dengan pengorbanan.

3) Tunjangan yang sesuai dengan harapan.

4) Fasilitas yang memadai.

3.2.3 Kinerja Karyawan

A. Penngertian Kinerja Karyaan

Moeheriono (2010) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi

baik secara kuantitatif, sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggungjawab

masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral atau etika.

Kinerja (performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang

membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa baik

karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan (Simamora, 2003). Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah

tingkatan sejauh mana hasil karyawan dalam pencapaian tugas yang diberikan

oleh perusahaan. Untuk mengetahui kinerja karyawan, maka perlu diadakan

(38)

kinerja yang dihasilkan karyawan memenuhi standar atau tidak. Dengan

penilaian kinerja maka organisasi dapat memperbaiki kinerja karyawan, lebih

memotivasi karyawan agar mau mengembangkan diri serta sebagai dasar

perencanaan dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

B. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Moeheriono (2010) faktor-faktor yang memperngaruhi kinerja

karyawan adalah sebagai berikut:

1) Harapan mengenai imbalan.

2) Dorongan.

3) Kemampuan.

4) Kebutuhan dan sifat.

5) Persepsi terhadap tugas.

6) Imbalan eksternal dan internal.

7) Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasaan kerja.

C. Indikator Kinerja Karyawan

Menurut Tsui, Anne S., Jone L., Pearce dan Lyman W. Porter (1997)

dalam Fuad Mas’ud (2004) indikator kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

(39)

2) Kualitas yang lebih baik dari karyawan lain.

3) Efisiensi ketelitian dalam melakukan pekerjaan.

4) Standar Kinerja pegawai yang melebihi standar perusahaan.

5) Pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan.

6) Ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3.2.4 Kerangka Konseptual

Tingkat keberhasilan organisasi ditentukan oleh faktor sumber daya

manusia atau karyawan dalam mencapai tujuannya. Seorang karyawan yang

memiliki kinerja yang tinggi dan baik akan dapat menunjang tercapainya

sasaran dan tujuan perusahaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut

perusahaan harus memberikan kompensasi yang adil dan memberikan

motivasi – motivasi sehingga akan membantu organisasi mencapai tujuannya

(40)

3.2.5 Perumusan Hipotesis

a. Diduga terdapat pengaruh yang signifkan secara parsial

dari variabel Kompensasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja

(41)

b. Diduga terdapat pengaruh yang signifkan secara

simultan dari variabel Kompensasi dan Motivasi kerja

Terhadap Kinerja Guru Yayasan Ittihadil Ummah Karang Anyar

Mataram.

c. Diduga variabel yang berpengaruh paling dominan

terhadap Kinerja Guru Yayasan Ittihadil Ummah Karang Anyar

Mataram adalah variabel Motivasi Kerja.

4. Metodelogi Penelitian 4.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dengan penelitian ini dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. (Sugiyono,2006:11).

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan pemberian kompensasi terhadap kinerja guru yayasan ittihadil

ummah karang anyar mataram.

(42)

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Ittihadil Ummah Karang Anyar Mataram yang beralamat di jalan R.Nuraksa No. 11 Karang Anyar Pagesangan Kota Mataram dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Ketersediaan data yang dibutuhkan oleh peneliti

b. Kesedian pihak terkait dalam memberikan data – data tersebut bagi

penelitian ini.

c. Adanya masalah yang sesuai dengan objek penelitia

d. Peneliti ingin membuktikan bagaimana kinerja guru di Yayasan

Ittihadil Ummah, berkenaan dengan yayasan tersebut bersifat sosial yang tentunya besaran kompensasi yang diterima guru di yayasan tersebut tidak

sesuai dengan ketentuan umum yang berlaku. 4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode sensus. Metode sensus adalah metode pengumpulan data yang diperlukan yang dilakukan terhadap seluruh populasi yang cirinya hendak

diketahui. Jadi, data yang diperolah dapat menunjukkan ciri keseluruhan populasi yang sebenarnya.

4.4 Populasi dan Responden penelitian A. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru yang berada Yayasan

Ittihadil Ummah Karang Anyar Mataram yang berjumlah 38 orang baik guru tetap maupun guru tidak tetap (Honorer).

(43)

No. Tenaga Pendidik Jumlah Guru (Org)

1 Guru Tetap 28

2 Honorer 10

Jumlah 38

(Sumber:Ketua Yayasan Ittihadil Ummah)

4.5 Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi.

Sehingga tidak dilakukan penarikan sampel dalam populasi, melainkan sensus terhadap seluruh anggota populasi. Jadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru Yayasan Ittihadil Ummah Karang Anyar.

4.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data A. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan responden. Data yang dikumpulkan adalah persepsi atau penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi dan kinerja.

(44)

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

3. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menyelidiki

dokumen-dokumen tertulis berkaitan dengan hal penelitian yang dilakukan, atas dokumen yang dimiliki oleh responden.

B. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:142).

4.7 Jenis dan Sumber Data A. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitaif berupa skor dari jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 sumber

yaitu sebagai berikut:

(45)

2. Data Sekunder yaitu pendukung yang diperoleh dari tempat penelitian, jurnal, buku-buku literature dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.

4.8 Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini, terdiri dari dua variabel independen dan satu

variabel dependen. Dua variabel bebas tersebut masing-masing adalah motivasi kerja sebagai variabel bebas pertama (X1), kompensasi sebagai variabel bebas kedua (X2), Sedangkan variabel

tidak bebas adalah kinerja karyawan (Y).

Untuk mempermudah melakukan pengukuran atas variabel-variabel tersebut maka dilakukan pendefinisian khusus berikut:

1. Motivasi Kerja (X1) adalah kesediaan melakukan usaha tingkat

tinggi guna mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu.

Dengan Indikator – indikator berikut: A. Gaji

B. Supervisi

C. Kebijakan Oganisasi D. Hubungan Kerja

E. Kondisi Kerja F. Pekerjaan

G. Peluang Untuk maju

(46)

I. Keberhasilan J. Tanggung Jawab

3. Kompensasi (X2) adalah penghargaan yang diterima

seseorang sebagai imbalan atas jerih payahnya baik berupa uang maupun berupa penghargaan lainnya yang membuat orang tersebut

merasa puas atas hasil kerja yang sudah dicapainya. Dengan indikatornya adalah gaji, insentif, tunjangan dan fasilitas.

3. Kinerja (Y) adalah suatu hasil kerja nyata yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Dalam penelitian ini indikatornya adalah kualitas, kuantitas, efesiensi, standar kerja, pengetahuan dan efektifitas.

4.9 Prosedur Analisis Data A. Skala Pengukuran

Pengukuran dan pengkategorian variabel dilakukan dengan alat bantu

kuesioner. Setiap variabel yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skor yang mengacu pada penggunaan skala likert. Skala likert digunakan

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,2012:93) . Setiap item dalam kuesioner yang diukur dengan Skala likert terdiri dari 5 alternatif jawaban. yaitu:

(47)

- Setuju/Baik diberikan skor 4

- Netral diberikan skor 3

- Kurang setuju/Tidak baik diberikan skor 2

- Tidak setuju /Sangat tidak baik diberikan skor 1

Nilai rata-rata masing-masing responden, baik untuk instrument

kompetensi dan kinerja guru dapat dikelompokkan dalam kelas interval dengan jumlah kelas = 5, interval kelas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pada penelitian ini memiliki interval kelas sebesar 0,8 sehingga dapat dibuat kelas dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3. Interval Kategori Jawaban Skala Likert

No Interval Kriteria Kinerja Kriteria Kompetensi 1 4,2 - 5,0 Sangat Tinggi Sangat Kompeten

2 3,4 - <4,2 Tinggi Kompeten

3 2,6 - <3,4 Sedang Sedang

4 1,8 - <2,6 Rendah Tidak Kompeten 5 1,0 - <1,8 Sangat Redah Sangat Tidak Kompeten

(48)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau keaslian suatu instrumen menurut Arikunto (1998:160). Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan, dan dapat mengungkapkan data variabel yang teliti secara tetap.

Uji validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauhmana data yang tertampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang akan diukur. Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Arikunto,1998:160)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

X = Skor item x Y = Skor item y

n = Jumlah sampel

Menurut Masrun (1979) dalam Sugiyono (2006:240) bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r kritis (r hitung > 0,30) dengan level of

signifikan 5% maka instrument dikatakan valid, dan sebaliknya dikatakan tidak valid.

(49)

menggunakan teknik korelasi product momen dengan level signifikan 5 % pada program SPSS. Versi 16.0 For Windows.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kemampuan instrument penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu

(Sugiyono,2006:273). Reliabilitas menunjukkan pada konsisten dan stabilitas hasil skala pengukuran tertentu. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan formula alpha cronbach dengan rumus

sebagai berikut (Sugiyono, 2006:282).

Keterangan:

K = Mean kuadrat antar subyek

= Mean kuadrat antar kesalahan

Si = Varian total

Dalam Irfan (2014:44), (Sarwono,2006:228) mengatakan bahwa Instrumen dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih, bila lebih kecil dari 0,6 maka dinyatakan tidak

reliabel. Pengujian reliabilitas ini akan dilakukan dengan menggunakan formula alpha pada pada program SPSS. Versi 16. For Windows.

C. Uji Asumsi Klasik

(50)

yang terbaik atau dikenal dengan Best Liner Unbiased Estimator (BLUE). Uji asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: uji normalitas data, multikoleniaritas, heteroskedastisitas dan otokorelasi.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel terikat,

variabel bebas atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Jika data ternyata tidak berdistribusi normal maka analisis nonparametric dapat digunakan. Jika dapat berdistribusi normal maka analisis parametric

termasuk model regresi dapat digunakan. Uji kenormalan data bisa dilakukan dengan uji normalitas berdasarkan grafik dengan menggunakan

SPSS versi 16.0 for windows. (Umar,2008:77). b. Uji Multikolinearitas

Uji multikoleniaritas berguna untuk mengetahui apakah pada

model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang

harus diatasi. Mengukur multikoleniaritas dapat diketahui dari besaran VIF (Variance Inflation Faktor). Jika nilai VIF suatu variabel lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10, maka terjadi multikoleniaritas. Sedangkan

nilai VIF yang berada pada kisaran 0,10 sampai 10 dapat dikatakan antara variabel tidak terjadi multikoleniaritas. (Umar,2008:80).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu

(51)

pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas (Umar,2008:82). Lebih lanjut umar mengatakan bahwa cara menentukan

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Metode Grafik dengan bantuan SPSS versi 16.0 for windows.(Umar,2008:82).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat hubungan yang kuat baik positive maupun negative

antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian. Data penelitian dapat berupa time series atau cross section. Untuk mendeteksi ada tidaknya

autokorelasi dilakukan dengan metode uji Durbin-Watson (DW). Tabel 3.4. Kriteria Pengujian Otokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

NNo. Nilai DW Kesimpulan

11 1,65 < DW < 2,35 Tidak ada autokorelasi 22 1,21 < DW < 1,65 Tidak ada kesimpulan 33 2,35 < DW < 2,79

44 DW < 1,21 Terjadi autokorelasi Sumber : Novalissa (2013)

D. Analisis Statistik

a. Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis linier regresi berganda. Yaitu suatu teknik yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, (Sugiono,2002:261). Regresi linier berganda digunakan karena terdapat

(52)

Model matematis dari analisis regresi berganda menurut Sugiyono (2006) adalah:

Keterangan :

Y = Variabel terikat yaitu variabel Kinerja.

a = Konstanta.

β1 = Koefisien regresi untuk variabel X1 (Kompetensi Pedagogik).

β2 = Koefisien regresi untuk variabel X2 (Kompetensi Kepribadian).

β3 = Koefisien regresi untuk Variabel X3 (Kompetensi Sosial).

β4 = Koefisien regresi untuk Variabel X4 (Kompetensi Profesional

Guru).

e = Kesalahan Estimasi (error estimasi).

b. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel independen terhadap variabel dependen, langkah-langkah pengujian hipotesis menggunakan uji statistik dengan cara sebagai

(53)

Uji F: digunakan untuk mengetahui signifikansi seluruh koefisien regresi (secara simultan) dengan langkah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternative.

Ho : b1 = b2 = b3 = 0

Artinya : Tidak ada pengaruh semua variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan. Ha : b1 = b2 = b3≠ 0

Artinya : Ada pengaruh semua variabel independen terhadap variabel

dependen secara simultan.

b. Menentukan tingkat keberartian (level of significance) α = 0,05

Derajat kebebasan (dk): k ; n-1-k Nilai F table: F 0,05 ; (k) ; (n-1-k)

c. Perhitungan nilai F dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel Independen

F = Fhitung yang dibandingkan dengan Ftabel

n = Jumlah Anggota Sampel Ho diterima apabila F hitung ≤ Ftabel

Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel

(54)

Uji Hipotesis 2

Uji t : Digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel secara parsial, dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

a. Menguji ada tidaknya pengaruh variabel independen tertentu (X) secara individu terhadap variabel dependen (Y).

Ho : b1 = 0

Artinya : Tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Ha : b1 ≠ 0

Artinya : Ada pengaruh yang signifikan secara parsial variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

b. Menentukan tingkat signifikasi (α). Penentuan signifikasi dilakukan dengan membandingkan thitung dengan nilai ttabel (yaitu dengan probabilitas

tingkat kesalahan 5% pada df = n-k), dimana n merupakan jumlah amatan dan k merupakan jumlah sampel dan jika teridentifikasi

t < ttabel : Ho diterima , jika sebaliknya

t > thitung : Ho ditolak

c. Perhitungan nilai t

Keterangan :

b = Koefisien regresi

(55)

Uji Hipotesis 3

Pengujian diatas untuk membuktikan hipotesis pertama dan kedua, sedangkan untuk membuktikan hipotesis ketiga dibuktikan dengan melihat

nilai t hitung dari masing-masing variabel bebas. Variabel bebas dengan nilai t hitung paling besar merupakan variabel bebas yang berpengaruh

paling dominan terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini, melihat pengaruh paling dominan dari variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru dapat dilihat dari nilai t hitung. Alat uji yang digunakan adalah

koefisien korelasi parsial (r) atau koefisien regresi berganda (β). Koefisien tersebut merupakan alat uji untuk mengetahui dan mengukur variabel

independen yang mempunyai keeratan pengaruh terhadap variabel dependent secara parsial. Adapun kriteria penilaiannya adalah :

a) Menetapkan variabel yang bermakna dengan membandingkan t

hitung dengan t tabel.

b) Dari variabel yang bemakna, dipilih variabel yang dominan :

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing variabel bebas, maka digunakan koefisien Beta setiap variabel yang distandarisasi (standardized coefficient). Nilai Beta (β) terbesar menunjukkan bahwa

variabel bebas tersebut mempunyai pengaruhyang dominan terhadap variabel terikat. (Sritua, 1993:12).

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat

(56)

terhadap variabel terikat. Dalam hal ini nilai R2 dapat menggambarkan

besarnya kontribusi pengaruh dari variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru pada yayasan ittihadil ummah. Pengolahan data akan dilakukan

Gambar

Gambar 3.1 . Hierarki Kebutuhan Maslow
Gambar 3.2. Kerangka Pikir
Tabel 3.3. Interval Kategori Jawaban Skala Likert
Tabel 3.4. Kriteria Pengujian Otokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Referensi

Dokumen terkait

umumnya digunakan oleh setiap orang untuk beristirahat, sehingga pada saat itu pemilik dari barang tersebut tidak dapat melakukan perlindungan atau penjagaan terhadap harta

Sampel pada penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving yang dilengkapi media laboratorium

Metode AHP mampu memecahkan masalah pemilihan desain interior yang kompleks dan tidak terstruktur tersebut ke dalam kelompok-kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut ke

Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari

dijelaskan oleh Middlemas dkk., (2013) pada penelitiannya dengan HCl sebagai agen pelindi memberikan hasil bahwa waktu pelindian dan konsentrasi pelarut memiliki pengaruh

tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara

Pendugaan protein tubuh dapat dilakukan melalui konsentrasi kreatinin, karena pada individu yang sama terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi bobot badan dan kandungan

Dalam upaya pengembangan literasi informasi terdapat beberapa potensi yang belum secara optimal dimanfaatkan, potensi tersebut antara lain potensi kewenangan,