• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of DEWAN SENGKETAUNTUK MENGHINDARI TERJADINYA SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of DEWAN SENGKETAUNTUK MENGHINDARI TERJADINYA SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN SENGKETAUNTUK MENGHINDARI TERJADINYA SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI

Nurcaweda Riztria Adinda

Program Studi Teknik Sipil STT Mandala

ABSTRAK

Sengketa Konstruksi yang terjadi pada suatu kegiatan proyek dapat membawa banyak dampak buruk bagi kelangsungan proyek yang bersangkutan bahkan proyek dapat berhenti total, dan sudah tentu para stakeholders terkait yang kemudian akan menanggung kerugian baik dari segi waktu, biaya, tenaga serta pikiran. Dewan Sengketa (Dispute Board) atau sering disingkat DB merupakan suatu lembaga independen yang telah ditunjuk dari sejak awal tahap proyek, sehingga setiap potensi perselisihan yang muncul dalam suatu proyek dapat dilakukan antisipasi sejak dini oleh DB sebelum perselisihan tersebut berkembang menjadi sebuah sengketa konstruksi yang formal.Namun jika tidak memungkinkan, maka DB akan membantu dan mendampingi para pihak yang bersengketa kepada penyelesaian sengketa konstruksi secara damai (Amicable Settlement)dengan waktu yang cepat dan biaya yang relatifmurah.

ABSTRACT

Constructiondisputesthat occur in aprojectactivitycanbringmanyadverse effectsfor the survival ofthe project and project even stop completely,andof courseall relevant stakeholderswho will thenbear thelossesboth in terms oftime, cost, energy andmind. CouncilDispute(Dispute Board) oroftenabbreviatedDBisanindependent agencythathas beendesignatedfrom the beginningstages ofthe project, so thatany potentialdisputesthatarisewithina project canbe donebyearlyanticipationDBbeforethe disputedeveloped intoaformalconstructiondisputes. Butif not possible, then theDBwillhelpandassistthe parties in disputetoa peacefulsettlement ofconstructiondisputes(Amicable Settlement) witha fast timeanda relatively low cost.

(2)

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Industri konstruksi merupakan salah satu bidang industri yang terkena imbas negatif dari berlakunya pasar bebas di Indonesia sejak awal tahun 2005 lalu.Karena dari pasar bebas, melahirkan berbagai perjanjian antar 2 (dua) Negara atau lebih, yang kemudian dapat memicu munculnya perbuatan Wanprestasi (cidera janji) diantara seluruh pelaku konstruksi terkait,Baik pihak Penyedia Jasa (kontraktor) maupun pihak pihak Pengguna Jasa (owner / user). Sedangkan pada klaim konstruksi yang sering dijumpai biasanya berawal dari perbedaan interpretasi masing – masing pelaku konstruksi terhadap pasal – pasal yang tertera dalam kontrak, yang kemudian dapat berkembang dan mengarah kepada sengketa yang lebih serius, Sedangkan setiap sengketa konstruksi yang muncul mengakibatkan pelaksanaan proyek menjadi terhambat dan terlambat, bahkan dapat menimbulkan pembebanan biaya tambahan bagi pihak – pihak yang berselisih, hal ini membuat kerugian yang tidak sedikit bagi para stakeholder terkait, karena selain beban biaya, tetapi juga beban waktu serta pikiran yang harus mereka tanggung dalam waktu yang bersamaan.

Sengketa konstruksi merupakan hal merugikan yang terjadi di setiap proyek konstruksi, karena di setiap perselisihan yang terjadi dapat mengakibatkan munculnya masalah – masalah baru di lapangan diantaranya saja jalannya proses konstruksi yang terhambat, terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian proyek hingga pembengkakan biaya tambahan yang harus ditanggung oleh pihak – pihak yang berselisih, diantaranya pihak owner (pengguna jasa) maupun pihak penyedia jasa (kontraktor). Maka dari itu, penyelesaian sengketa konstruksi perlu ditangani dengan waktu yang cepat serta ekonomis dalam hal biaya tentunya agar

tidak malah menambah beban bagi pihak – pihak yang sedang bersengketa.

Menanggapi semakin banyaknya sengketa konstruksi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, serta ketidak-efektif-an daripada proses Arbitrase dketidak-efektif-an Litigasi dalam penyelesaian sengketa konstruksi, mengingat Arbitrase yang sempat popular pada era 1980-an karena dianggap lebih cepat dan murah dibandingkan dengan proses Litigasi pada saat itu. Dan pada akhirnya sekitar era 2000-anDewan Sengketa semakin digadang – gadang sebagai dewan penyelesaian sengketa pada proyek konstruksi yang secara independen membantu dalam hal menghindari sengketa dan menyelesaikan sengketa secara lebih efektif dalam hal waktu juga biaya.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan alternative penyelesaian sengketa konstruksi yang lebih efektif dibandingkan Institusi Arbitrase (BANI)

2. Efektifkah Dewan Sengketa (DB) dalam pendektesian awal sengketa sejak dini dalam rangka menghindari terjadinya sengketa konstruksi?

TUJUAN PENELITIAN

(3)

apabila sudah terjadi sengketa. Dewan Sengketa sebagai dewan independen yang membantu dalam mendeteksi potensi terjadinya sengketa sejak dari awal kontrak proyek, melakukan penyelesaian sengketa konstruksi serta menghindari penyelesaian sengketa konstruksi melalui proses Arbitrase dan Litigasi yang memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan wawasan yang berarti bagi para pelaku jasa konstruksi, agar dapat meningkatkan tingkat profesionalisme dan kinerja para pelaku jasa konstruksi dalam memajukan pembangunan infrastruktur Indonesia.

KEPUSTAKAAN

Dewan Sengketa adalah suatu anggota penting dalam tim kontrak yang membantu para pelaku konstruksi termasuk Engineer untuk mencegah perbedaan pendapat menjadi perselisihan formal1. Sedangkan Dewan Sengketa dalam konteks kontrak konstruksi adalah suatu dewan independen yang terdiri dari satu sampai tiga orang, berfungsi membantu para pihak untuk menghindari perselisihan jika memungkinkan, namun jika tidak membantu para pihak ke penyelesaian yang cepat, hemat biaya, dapat diterima, serta menghindari kebutuhan untuk Arbitrase dan Litigasi2.Dan Dewan Sengketa sering digambarkan sebagai teknik ‘menghindari perselisihan’ daripada resolusi, Menghindari perselisihan dengan mengidentifikasi, menyelidiki dan 1

Toshihiko, Omoto. 2012. Dispute Board Manual. JICA (Japan International Coopertion Agency) DB manual. Version 1.0 P. 1 –71

2

Charred, Donald. 2007. Dispute Boards and Construction Contracts. Building Disputes Tribunal. BuildLaw 7 september 2010 P. 1–23

membahas masalah pada tahap awal, Memecahkan masalah yang berpotensi bencana secara ‘real time' bisa sangat berharga3.Maka berdasarkan pengertian – pengertian di atas, Dewan Sengketa adalah sebuah dewan independen yang terdiri dari satu sampai tiga orang, berperan dalam menghindari sengketa dengan mendeteksi sejak dini perselisihan yang terjadi sebelum berkembang menjadi sengketa, karena telah ditunjuk dari sejak awal dibuatnya kontrak pekerjaan dan dimasukkan sebagai bagian dari adminstrasi proyekserta menyelesaikan sengketa dengan waktu cepat dan biaya relatif murah.

Dewan Sengketa terdiri dari 3 (tiga) jenis diantaranya, Dewan Penyelesaian Sengketa atau disingkat DRB dan Dewan Ajudikasi Sengketa disingkat DAB serta Dewan Sengketa Gabungan yang disingkat CDB. Berbagai istilah lain juga telah digunakan diantaranya adalah Dewan Penyelesaian Sengketa, Badan Mediasi Sengketa, Dewan Sengketa Penghindaran dan Dewan Sengketa Konsiliasi. Yang pada dasarnya berdasarkan dari dewan ulasan yang sama dan masing - masing memberikan ajudikasi awal berdasarkan proses tawar -menawar kontrak yang dilakukan antara para pihak. Sedangkan perbedaan diantara ketiganya diantaranya :

Dewan Penyelesaian Sengketa/

Dispute Review

Board(DRB),merupakan

perangkat yang berasal dari Amerika Serikat, DRB memberikan rekomendasi yang tidak mengikat, kecuali para pihak setuju untuk menerapkannya. Namun, terlepas dari kurangnya efek pengikatan kontrak rekomendasi DRB, Dewan Resolusi Sengketa Foundation (DRBF) merekomendasikan model ini, 3

(4)

dan merupakan track record yang sukses mendukung keberhasilannya sebagai metode yang efektif dalam penyelesaian sengketa.

Dewan Ajudikasi Sengketa /

Dispute Ajudication Board(DAB),

merupakan perangkat dariEropa, DAB memiliki keputusan yang mengikat para pihak, kecuali secara formal diperdebatkan sesuai dengan persyaratan kontrak untuk penentuan akhir dari sengketa melalui proses Arbitrase atau Litigasi.Bahkan jika salah satu pihak memberikan pemberitahuan resmi dari sengketa, bahwa penyelesaian akhir dari sengketa melalui Arbitrase atau Litigasi akan ditangguhkan sampai akhir proyek, sedangkan sementara itu keputusan DAB adalah yang mengikat para pihak.

Dewan Sengketa Gabungan (CDB), merupakan gabungan dari Dewan Penyelesaian Sengketa (DRB) dengan Dewan Ajudikasi Sengketa (DAB), yang dibuat oleh International Chamber of Commercepada tahun 2004 lalu.

AWAL PERKEMBANGAN DEWAN SENGKETA DI INDONESIA

ADR (Alternative Dispute Resolution)berkembang pada saat mekanisme penyelesaian perselisihan pada proyek konstruksi melalui jalur pengadilan atau Litigasi dianggap sudah tidak efektif dan efisien lagi, karena memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.Alternative Dispute Resolution (ADR) berdasarkan Pasal 1 Angka 10 Undang – undang No 30 Tahun 1999 adalah suatu lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan. ADR yang paling menonjol berkembang di Indonesia adalah Arbitrase, dua badan Arbitrase di Indonesia diantaranya BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) dan BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia) yang saat ini telah berganti nama menjadi BASYARNAS (Badan Syariah Nasional). Namun setelah era 2000-an, penyelesaian sengketa konstruksi melalui ADR terutama Arbitrase ini dianggap kurang efektif juga karena memakan biaya yang cukup besar dan biaya yang dikeluarkan dikategorikan sebagai ‘biaya legal’ karena aktivitas dari penyelesaian sengketa melalui Arbitrase adalah merupakan termasuk ‘aktivitas legal’ bukan sebagai aktivitas dari manajemen proyek, sedangkan pembiayaan Dewan Sengketa merupakan ‘biaya manajemen proyek’ (Djoko Kirmanto, 2012) dan karena Dewan Sengketa ditunjuk sejak tahap awal suatu kegiatan proyek yang memungkinkan Dewan Sengketa melakukan monitoring tahapan proyek secara keseluruhan sehingga dikategorikan sebagai ‘aktivitas manajemen proyek’.4

Hingga saat ini Dewan Sengketa (Dispute Board) masih mengalami perkembangan dan pematangan di Indonesia, dimana seperti dilansir oleh Kementerian PU pada tahun 2012, dalam ‘Mock Dispute Board Seminar’ yang diselenggarakan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency) di Jakarta, dihasilkan rumusan bahwa pasal – pasal dalam kontrak konstruksi harus mencakup tiga aturan dasar diantaranya, Pembagian Resiko (Risk Sharing), Variasi (Variation), dan Penyelesaian Sengketa (Dispute Resolution). Dan mengenai Penyelesaian Sengketa (Dispute Resolution), yang diatur dengan menyiapkan pasal – pasal terkait dengan

4

(5)

AlternatifPenyelesaian Sengketa (Alternative Dispute Resolution), dimana Dewan Sengketa (Dispute Board) termasuk di dalamnya.

DASAR HUKUM DEWAN

SENGKETA

FIDIC merupakan federasi internasional ikatan asosiasi dari konsultan insinyur yang mematuhi kode etik dari FIDIC dalam hal menjalankan profesionalisme, independensi, dan kompetensi.Sejauh ini Indonesia belum menggunakan konsep FIDIC dalam hal kontrak – kontrak jasa konstruksi, tetapi para pelaku jasa konstruksi di Indonesia diupayakan untuk mengenal dan memahami akan kontrak FIDIC5 yang merupakan konsep kontrak internasional.Dimana Dispute Board merupakan bagian dari Standar Persyaratan Umum dari Kontrak FIDIC.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, dimana penelitian memusatkan terhadap data – data yang diperoleh dari Representative Dispute Resolution Board Foundation (DRBF) of Indonesia, Dispute Board Manual from JICA (Japan International Cooperation Agency), serta Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mengenai penyelesaian sengketa pada proyek konstruksi secara aktual yang sedang terjadi saat penelitian ini dilakukan, yang kemudian dari data – data tersebut dapat diperoleh informasi – informasi yang rincidandapat dilakukan identifikasi.

HASIL PENELITIAN

5

Hediyanto Husaini (Kepala Badan Pembinaan Konstruksi). “FIDIC Contract Seminar’ diakses dariwww.pu.go.id/seminar FIDIC Contract, pada tanggal 24 September 2013

Operasional Dewan Sengketa terdiri dari 2 (dua) tipe yang berbeda, diantaranya :

1. Menghindari Sengketa

2. Penyelesaian Sengketa (apabila sengketa konstruksi sudah terlanjur terjadi)

Dewan sengketa (DB) terdiri dari 1 (satu) hingga 3 (tiga) orang anggota, yang dipilih baik oleh pihak owner maupun pihak penyedia jasa (kontraktor), dengan syarat bahwa masing – masing anggota dewan sengketa tidak berpihak / bersifat independen dari kedua pihak dan ketua dipilih berdasarkan kesepakatan semua pihak terkait. Dewan penyelesaian sengketa dipilih pada awal kontrak sebelum proyek konstruksi dilaksanakan di lapangan karena dianggap lebih efektif dalam penyelesaian sengketa.

Dewan sengketa harus menjadi bagian dari administrasi proyek terlebih dahulu yakni dengan menyiapkan pasal – pasal di dalam kontrak yang menyebutkan tentang ADR (Alternative Dispute Resolution) dimana Dispute Board sudah termasuk di dalamnya, sehingga apabila terjadi sengketa pada suatu proyek konstruksi dan di dalam pasal – pasal kontraknya tidak menyebutkan mengenai Dispute Board (DB) maka sengketa harus diselesaikan melalui jalur Litigasi. Dan tidak lupa bahwa kontrak pekerjaan harus berdasarkan kontrak FIDIC dikarenakan FIDIC berlaku internasional dan sudah digunakan di beberapa negara.

(6)

kegiatan, sehingga memungkinkan dewan sengketa selalu bisa mengikuti isu – isu relevan yang bisa saja memilki potensi menjadi sebuah sengketa konstruksi di kemudian hari. Dan Dewan Sengketa dapat menerbitkan suatu rekomendasi (bila diperlukan) untuk meredam suatu potensi perselisihan yan terjadi.

Dewan sengketa melakukan pertemuan rutin di lapangan (site proyek) dengan para pihak terkait baik pihak owner (pengguna jasa) juga pihak kontraktor (penyedia jasa) dengan maksud melakukan inspeksi sehinga dewan sengketa memiliki informasi yang sesuai antara laporan dengan di lapangan, selain itu juga dewan sengketa menfasilitasi komunikasi yang baik antara para pihak agar dewan sengketa juga dapat membantu penyelesaian isu–isu di tingkat pekerjaan, karena dewan sengketa memiliki hak untuk memberikan pendapat – pendapat yang bersifat informal untuk menghindari potensi sengketa.

Sedangkan untuk tipe penyelesaian sengketa, Pihak owner (pengguna jasa) dengan pihak kontraktor (penyedia jasa) sama– sama memiliki hak untuk meminta rujukan kepada dewan sengketa, kemudian secara prosedural dewan sengketa akan mengadakan sidang, menghadirkan saksi– saksi, hingga pertanyaan – pertanyaan, serta melakukan pertimbangan dalam waktu terbatas yang sudah disepakati bersama. Kemudian untuk hasil keputusan akhir dari dewan sengketa tergantung pada jenis dewan sengketa apa yang telah disepakati bersama di awal apakah Dewan Penyelesaian Sengketa / Dispute Review Board (DRB) atau Dewan Sengketa Ajudikasi / Dispute Ajudication Board (DAB), dimana DRB memberikan rekomendasi yang tidak mengikat sedangkan DAB akan memberikan keputusan yang mengikat antar kedua belah pihak yang berselisih.

Setelah menuai keberhasilan Dewan Sengketa dalam penyelesaian sengketa, kemudian Dewan Resolusi Sengketa Foundation (DBRF) didirikan di

Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mempromosikan proses dan penggunaan dari Dewan Sengketa, juga berfungsi sebagai kolektif dalam menyebarkan pemahaman dari sistem serta meningkatkan proses penyelesaian sengketa. Dari data yang diperoleh dari penggunaan ajudikasi dalam berbagai yuridiksi dan berdasarkan data yang tersedia di DBRF, menunjukkan bahwa penggunaan prosedur pra-Arbitrase atau pra-Litigasi tersebut diterima dengan baik oleh industri konstruksi dan memberikan margin keberhasilan yang signifikan dalam mengurangi jumlah perselisihan yang

harus diselesaikan dengan prosedur

pengadilan (Litigasi).

Studi terbaru di Australia menunjukkan bahwa biaya Dewan Sengketa akanproses penyelesaian sengketa yang paling berat sekalipun dapat terselesaikan dengan baik dengan tingkat keberhasilan hamper mencapai 99% tanpa perlu penyelesaian melalui jalur Litigasi ataupun Arbitrase yang notabene membutuhkan biaya yang amat mahal.Hal ini penting karena industri konstruksi memiliki potensi yang besar untuk terjadinya perselisihan dan konflik. sebagai salah satu contoh, di Australia menunjukkan bahwa 50% dari semua biaya legal yang terkait dengan industri konstruksi dikeluarkan sehubungan hal perselisihan. Kita ketahui bahwa dalam hampir 10% biaya dari proyek, antara 8% dan 10% dari total biaya proyek adalah biaya legal. Maka tidaklah mengherankan, apabila proyek – proyek konstruksi memiliki potensi tinggi dalam hal perselisihan.Dikarenakan pengeluaran tambahan dalam jumlah yang sangat besar setiap tahunnya, biaya – biaya yang muncul akibat perselisihan, rusaknya reputasi dan hubungan komersial antar semua pihak, biaya serta waktu yang terbuang percuma.6

6

(7)

Seperti telah dipaparkan

sebelumnya mengenai beberapa

kelemahan pada pelaksanaan Dispute

Board, kita sebagai para pelaku konstruksi sebaiknya melihat bahwa proses Dewan Sengketa dalam suatu kegiatan proyek

konstruksi dapat membawa banyak

dampak yang positif bagi kelangsungan hidup proyek (Project Life Cycle) sampai

pada terjaganya komunikasi serta

hubungan yang baik antar semua pihak terkait. Dan apabila hal itu diakumulasikan dalam bentuk nilai ataupun Rupiah maka sangat jelas tak terhitung.Disimpulkan bahwa Dispute Board (Dewan Sengketa) merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa terbaik.7

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa sebaiknya terjadinya sengketa pada suatu proyek konstruksi se-dapat mungkin dihindari karena selain akan memberi dampak buruk bagi kelangsungan proyek tetapi juga akan menimbulkan ketidakefisien-an dalam hal waktu dan biaya. Setiap potensi sengketa yang muncul dapat dideteksi sejak dini melalui Dewan Sengketa (Dispute Board) sehingga potensi – potensi sengketa tersebut tidak akan berkembang menjadi sebuah sengketa konstruksi yang normatif, kompleks, dan merugikan banyak pihak tentunya.

SARAN

Dewan Sengketa (Dispute Board) bersifat internasional, sehingga hanya proyek konstruksi yang di dalam klausulkontraknya terdapat Dispute

7

Djoko Kirmanto (Menteri PEKERJAAN UMUM), ‘Mock Dispute Board Seminar’ diakses dari www.pu.go.id/seminar Kontribusi Dispute Board Dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak, Pada Tanggal 24 September 2013

Boardsebagai alternative penyelesaian sengketa dan kontrak konstruksi berdasarkan kepada kontrak FIDIC maka penyelesaian sengketa dapat diselesaikan dengan Dispute Board,. Oleh karena itu sebaiknya para pelaku jasa konstruksi di Indonesia sudah mengenal dan memahami betul akan FIDIC (Federation Internationale Des Ingenieurs Conseils), walaupun kontrak konstruksi di Indonesia saat ini belum menggunakan kontrak FIDIC tetapi dengan adanya pemberlakuan kesepakatan pasar terbuka yang sudah di depan mata yang memungkinkan pesaing asing masuk ke dalam sektor konstruksi nasional, melalui GATT(General Agreement on Tariffs and Trade), APEC(Asia Pasific Economic Cooperation)serta AFTA(Asean Free Trade Area), dan lain – lain. Maka tidak menutup kemungkinan lambat laun kontrak konstruksi di Indonesia akan mengacu kepada konsep kontrak internasional FIDIC.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hardjomuljadi, Sarwono. 2006. Strategi Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract. Jakarta : Pola Grade 2. Matyas, R.M. 1995. Construction

Dispute Review Board Manual. New York : McGraww–Hill 3. Charred, Donald. 2007. Dispute

Boards and Construction Contracts. Building Disputes Tribunal. BuildLaw 7 september 2010P. 1 – 23

4. Owen, Gwyn. 2007. Dispute Boards : Procedures and Parctice. London : Thomas Telford

(8)

6. Buyse, William. 2012. Efficiency of Dispute Boards & Enforceability of DAB Decisions. Dispute Resolution Board Foundation Forum. Volume 16 Issue 4 P. 20 – 22

7. Toshihiko, Omoto. 2012. Dispute Board Manual. JICA DB manual. Version 1.0 P. 1–71

8. Gerber, Paula. 1998. Pro and Cons of DRBs. Construction Dispute Review Boards. Australasian Dispute Resolution Juornal February P. 16

9. Website Resmi Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia : www.pu.go.id/seminar

RIWAYAT PENULIS

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mewujudkan terciptanya sasaran strategis DJP dan dimensi kemampuan pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mendukung pencapaiannya tersebut, maka Pusdiklat

Sehingga jika seseorang menyelidiki peranan masing-masing mekanisme sekunder, pasien dapat diobati secara spesifik, hipertensi esensial yang tergantung volume, hipertensi

Meskipun demikian metode pengadaan tradisional ini mempunya batasan- batasan seperti mmebutuhkan waktu yang lebih lama karena sebelumnya ada tahap perencanaan yang

analisis gas tersebut dapat diaplikasikan untuk penentuan temperatur reservoir panas bumi (geothermometer gas) dengan menggunakan diagram grid, hasil perhitungan

Pada tahun 2012 sampai monitoring pertama Mei 2015, PLTP Mataloko tidak dioperasikan karena beberapa kerusakan, periode kedua ini PLTP Mataloko dioperasikan kembali

dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kegiatan, yaitu 1) Penebangan baik illegal maupun dari pengelolaan hutan yang tidak lestari, 2) kebakaran hutan, 3) perubahan hutan alam

100.000 Penduduk Jumlah di suatu wila penduduk yah di pada wilayah kurun wakt dan pada u tertentu tahun yang sama x 100.000 lain kesehatan pelayanan sarana dan

F. Klorida dalam kehadiran iod  Klorida dalam kehadiran iodida (bromida tidak ada) ida (bromida tidak ada) : Asamkan larutan dengan asam  : Asamkan larutan dengan asam nitrat encer