• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYUSUN DAN INSTRUMEN DAN PENILAIAN KOGNITIF.do

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENYUSUN DAN INSTRUMEN DAN PENILAIAN KOGNITIF.do"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MENYUSUN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF,

AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

Tujuan

“Dibuat untuk Memenuhi Tugas”

Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Penyusun

Kelompok 5 (Lima )

- MARIMAR DONGORAN

- SYAIFUL RIZAL

Semester : VI-Eksekutif - Tarbiyah

Dosen Pengempu: Dra.H. Usmaidar, M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHMUDIYAH

TANJUNG PURA

LANGKAT

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Dra.H. Usmaidar M.Pd yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Menyusun Instrumen Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

(3)

Tanjung Pura, April 2018

Tim Penyusun

Kelompok 5 (Lima)

(4)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Pembahasan...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Penyusunan Instrumen Penilaian Kognitif...2

B. Penyusunan Instrumen Penilaian Afektif...5

C. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor...9

BAB III...12

PENUTUP...12

A. Kesimpulan...12

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap proses serta hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkesinambungan, berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. 1

Penilaian berusaha menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak, sehingga evaluasi memiliki peran yang tidak kecil dalam pendidikan agama Islam apabila dilaksanakan dengan baik. Evaluasi yang efektif dan efisien dilakukan secara kontinu serta menyeluruh diharapkan pendidik dapat memperoleh gambaran secara utuh tentang prestasi dan kemajuan proses serta hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik pada mata pelajaran pendidilkan agama Islam. Sehingga pelajaran PAI merupakan mata pelajaran yang menekankan evaluasi yang berkesinambungan, mengacu pada tujuan tetapi juga komprehensif meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana penyusunan instrumen penilaian Kognitif? b. Bagaimana penyusunan instrumen penilaian Afektif? c. Bagaimana penyusunan instrumen penilaian Psikomotorik?

C. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui penyusunan instrumen penilaian Kognitif. b. Untuk mengetahui penyusunan instrumen penilaian Afektif. c. Untuk mengetahui penyusunan instrumen penilaian Psikomotorik.

1 Depdiknas, Undang-UndangRI Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Biro Hukum dan

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyusunan Instrumen Penilaian Kognitif

Penilaian aspek kognitif lebih ditekankan pada mata ajar pemahaman yaitu berupa teori-teori dalam mata pelajaran tersebut.Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

Aspek kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu:2

1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya.

2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

2 Hasan Langgulung,Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,( Bandung: PT

(7)

4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini diantara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.

5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan metode produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

Bentuk tes kognitif diantaranya:3

1. Tes atau pertanyaan lisan dikelas

2. Pilihan ganda

3. Uraian obyektif

4. Uraian non obyektif atau uraian bebas

5. Jawaban atau isian singkat

(8)

6. Partofolio, dan

7. Performance

Dalam evaluasi hasil belajar dikenal beberapa macam test antara lain test formatif dan test sumatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback) yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau sudah dilaksanakan. Penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes tertulis dan hanya dilaksanakan pada setiap akhir pelajaran tetapi dapat pula berbentuk tes tertulis dan hanya dilaksanakan pada setiap akhir pelajaran tetapi dapat pula berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran berlangsung ataupun sesudah pelajaran selesai.

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.

Salah satu pedoman guna menentukan tingkat kompetensi item tes adalah taksonomi tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Banjamin S. Blomm dkk (1956).Taksonomi ini secara luas mencakup sistem klasifikasi tujuan pendidikan dalam tiga kawasan perilaku yaitu kawasan afektif, kognitif dan psikomotor. Dalam hal test prestasi, maka kawasan kognitif yang akan menjadi pokok perhatian. Telah dijelaskan didepan bahwa urutan kompetensi pada ranah kognitif adalah knowlegde, comprehension, application, anaylis, sinthesis dan evaluation.

(9)

Masing-masing tingkat kompetensi dalam ranah kognitif biasanya dioperasionalkan dalam bentuk kata kerja khusus agar lebih memungkinkan para penulis soal membentuk item yang sesuai dengan tujuan ukuran test.

Test sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : tes hasil belajar bentuk uraian (selanjutnya ditingkat tes uraian) dan tes hasil belajar bentuk obyektif (selanjutnya disingkat dengan tes obyektif).

Bentuk dari kedua test tersebut di kemudian di susun dan di rencanakan secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif.

Para ahli penyusun tes maupun pengajar umumnya telah menyepakati langkah-langkah sebagai berikut:4

1. Menentukan / merumuskan tujuan tes

2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes

3. Menentukan / menandai hasil-hasil belajar yang spesifik yang merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan disesuaikan dengan TIK.

4. Merinci mata pelajaran / bahan pelajaran yang diukur dengan tes.

5. Menyiapkan tabel spesifikasi (blue print)

6. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.

(10)

Setelah langkah-langkauh diatas dilakukan, maka penulisan item-item soal test dapat dimulai. Penulisan item dilakukan dengan mempertimbangkan kesukaran dari masing-masing item, sesuai engan tujuan evaluasi test, keadaan subyek yang akan menjalani tes dan sebagainya.

B. Penyusunan Instrumen Penilaian Afektif

Menurut Andersen ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur aspek afektif, yaitu metode observasi dan metode lapiran diri.Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologis atau keduanya.Sedangkan metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri.Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

Lain halnya dengan Lwein (dalam Andersen, 1981) mengatakan bahwa perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan.Dengan demikian perbuatan atau tindakan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan.

Langkah-langkah dalam mengembangkan aspek afektif antara lain:5

1. Menentukan spesifikasi instrumen, spesifikasi instrumen terdiri dari atas tujuan dan kisi-kisi instrument. Ditinjau dari tujuan ada lima macam instrumen penilaian aspek afektif yaitu instrument sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.

a. Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata ajar yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata ajar.

5 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja

(11)

b. Instrument sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu obyek, misalnya mata ajar. Sikap peserta didik terhadap mata ajar bisa positif negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik.

c. Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara obyektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang seseorang diperoleh melalui pengamatan akan perbuatan yang ditampilkan serta melalui laporan diri dengan cara mengisi kuesioner. Informasi hasil pengamatan bersama dengan hasil laporan diri menjadi informasi penting tentang moral seseorang.

Setelah tujuan penilaian aspek afektif di tetapkan, maka kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi (blueprint) instrument. Kisi-kisi intrument merupakan tabel matriks yang bersisi spesifikasi instrument yang akan ditulis.

(12)

operasional ini dijabarkan menjadi beberapa indikator.Setiap indikator ini menjadi pedoman dalam menulis instrument.Setiap indikator dapat dijabarkan menjadi dua atau lebih instrument. 6

2. Menulis instrumen: Aspek efektif yang biasa dinilai adalah aspek sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Penilaian aspek afektif dapat dilakukan dengan menggunakan instrument afektif.

3. Skala instrument, skala instrumen yang sering digunakan dalam proses penilaian adalah skala likert, skala benda semantic dan skala thurstone.

Skala likert, langkah-langkahnya:

1) Menentukan obyek sikap yang akan dikembangkan;

2) Menyusun kisi-kisi intrumen;

3) Adanya keseimbangan antara pernyataan positif dan pernyataan negatif;

4) Menulis butir-butir pernyataan dengan prinsip-prinsip;

(a) Rumusan pernyataan singkat

(b) Menggunakan kalimat yang sederhana dan tidak banyak interpretasi

(c) Hindari pernyataan kata-kata semua, selalu, tidak pernah dan sejenisnya.

6 Mimin Hariyati, Model dan Teknik Peningkatan pada Tingkat Satuan Pendidikan,

(13)

5) Sistem penskoran yang digunakan untuk skor tertinggi diberi nilai 5 dan skor terendah di beri nilai 1.7

Tabel 2.1

Contoh Instrument Skala Likert:

No Pernyataan

Skala

ST S

TS N S SS

1 Belajar PAI sangat bermanfaat

2 Belajar PAI sangat sulit

3 Tidak semua orang harus belajar PAI

4 Belajar PAI sangat menyenangkan

5 Belajar PAI harus dibuat mudah

Keterangan:

SS : Sangat setuju

S : Setuju

N : Netral

7 Saifudin Azwar, Test Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Pretasi Belajar,

(14)

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

4. Sistem penskoran, dalam sistem penskoran ditentukan terlebih dahulu skala instrumen yang digunakan. Untuk selanjutnya dilakukan analisis terhadap peserta didik dan tingkat rombongan belajar dengan cara menentukan kumulatif dan sampingan baku skor. Setelah dianalisis, ditafsirkan untuk mengetahui minat peserta didik dan minat rombongan belajar terhadap suatu mata ajar. Hasil analisis dan penafsiran ditindak lanjuti oleh guru dengan cara mengadakan perbaikan seperti perbaikan metode pembelajaran, media belajar, alat peraga dan lain sebagainya.

5. Telaah instrumen, telaah instrumen dilakukan oleh teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keterbacaan, substansi yang ditanyakan serta bahasa yang digunakan jangan sampai bisa.

6. Merakit instrumen, setelah instrument ditelaah kemudian diperbaiki, untuk selanjutnya instrumen dirakit dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menentukan tata letak instrumen, instrument disusun semenarik mungkin sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya, (b) mengurutkan pertanyaan atau pernyataan instrument sesuai dengan tingkah kemudahan dalam menjawabnya, (c) pedoman pengisian instrumen.

7. Uji coba instrumen, setelah dirakit, instrumen diujicobakan kepada responden sesuai dengan tujuan penilaian itu sendiri. Responden yang dimaksud bisa peserta didik guru dan orang tua wali peserta didik. Pada saat uji coba instrumen di lapangan perlu dicatat saran-saran dari responden.

(15)

memberi informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda dan indeks keandalan instrument (reliabilitas).

9. Perbaikan instrumen, perbaikan ini dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang tidak baik, berdasarkan analisis hasil uji coba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil uji coba empirik tidak baik. Oleh karena itu instrumen harus di perbaiki.

10. Kegiatan pengukuran, kegiatan ini harus dilakukan dengan situasi dan kondisi yang mendukung responden, sehingga instrumen kuesioner dapat diisi dengan baik dan benar sesuai dengan pedoman pengisian instrumen.

11. Penafsiran hasil pengukuran, hal ini dilakukan dengan menggunakan distribusi normal dengan menggunakan dua kategori, diantaranya sikap positif dan sikap negatif Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:8

Tabel 2.3

Kategori sikap/minat peserta didik

No Skor Rerata Kelas Kategori Sikap/Minat

1 Sama atau lebih besar dari 40 Sangat positif

2 30-39 Positif

3 20-29 Negatif

4 Kurang dari 20 Sangat negatif

(16)

Keterangan:

- Skor rata-rata kelas yaitu jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik.

- Kategori sikap/minat sangat positif/positif, jika di atas batas bawah skor

- Kategori sikap/minat sangat negatif/negatif, jika kurang dari skor batas bawah.

C. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor

Gagne mengatakan, bahwa kondisi-kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar psikomotor atau ketrampilan ada 2 macam yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Untuk faktor internal dapat dilakukan dengan cara : (1) meningkatkan kembali sub-sub ketrampilan yang sudah dipelajari, dan (2) mengingatkan kembali prosedur-prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasainya. Sedangkan untuk faktor eskternal dapat dilakukan dengan cara: (1) instruksi verbal, (2) menggambar, (3) demonstrasi, (4) praktek dan (5) umpan balik.9

Dalam pembelajaran aspek psikomotor atau ketrampilan ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses pembelajaran ini mampu membuahkan hasil yang maksimal. Langkah-langkah ini dijelaskan oleh Mills (1977) diantraanya: (1) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (2) analisis ketrampilan secara detail dan catatan operasi serta urutannya, (3) mendemonstrasikan ketrampilan tersebut disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan itu serta bagian-bagian yang sukar, (4) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba praktek di bawah pengawsan dan bimbingan seorang guru, (5) memberikan penilaian terhadap usaha siswa. sependapat dengan Mills, Edwardes (1981), mengatakan bahwa proses pembelajaran praktek mencakup tiga tahapan yaitu: (1) penyajian dari guru, (2) kegiatan praktek peserta didik, dan (3) penilaian hasil kerja siswa.

(17)

Penilaian hasil belajar aspek pskimotor atau ketrampilan harus mencakup persiapan, proses dan produk. Penilaian itu sendiri dapat dilakukan pada saat proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau sesudah proses berlangsung yaitu dilakukan sesudah peserta didik selesai bekerja.

Dalam melakukan penilaian hasil belaajr aspek psikomotor ada dua hal yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu:10

1. Membuat soal

2. Membuat instrument untuk mengamati jawaban siswa.

Soal untuk menilai hasil belajar peserta didik khususnya aspek psikomotor dapat berupa soal, lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja dan lembar eksperimen.Sedangkan instrumen untuk mengamati jawaban peserta didik dapat berupa lembar observasi, lembar penilaian dan portofolio.

Lembar penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai kinerja peserta didik atau untuk menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek psikomotor atau ketrampilan yang diamati.

Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau melihat gejala-gejala munculnya aspek-aspek psikomotor yang sedang diamati. Namun kadang-kadang lembar observasi ini berbentuk check list karena hanya berupa daftar pernyataan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi check list (v) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

(18)

1. Menyusun Rancangan Penilaian

Sebelum melakukan penilaian seorang guru terlebih dahulu harus merancang secara tertulis secara rapi sistem penilaian yang akan dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka sehingga peserta didik, guru yang lain dan kepala sekolah bisa menganalisisnya. Adapun langkah-langkah penulisan rancangan yang berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

a. Mencermati silabus dan sistem penilaian yang sudah ada.

b. Menyusun sistem penilaian yang berbasis kompetensi berdasarkan silabus dan sistem penilaian yang telah disusun.

c. Menentukan bobot masing-masing jenis tagihan yang diserahkan kepada sekolah.

d. Menyusun rancangan penilaian yang berbasis kompetensi.

Selanjutnya rancangan penilaian ini diinformasikan kepada peserta didik pada awal pertemuan (awal semester).Sehingga sistem penilaian yang dilakukan oleh seorang guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip-prinsip penilaian.

2. Penyusunan Kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.

(19)

Instrumen psikomotor terdiri dari 2 macam yaitu soal dan lembar yang digunakan untuk mengamati dan menilai jawaban peserta didik terhadap soal tersebut.11

a. Penyusunan soal, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam menyusun soal psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen psikomotor yang telah dibuat.

(20)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyusunan instrument penilaian kognitif. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya adalah tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portopolio dan performans,

2. Penyusunan instrument penilaian afektif. Hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (a) pengamatan langsung (observasi) dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (b) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (c) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Penilaian ini dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik,

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Undang-UndangRI Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi, 2003

Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: PT Alma’arif, 2002

Haryanti, Nik. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta, 2014

Buchori, M. Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Semarang: Jemars, 1983

Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013

Hariyati, Mimin. Model dan Teknik Peningkatan pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007

Azwar, Saifudin. Test Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Pretasi Belajar, Yogyaakrta: Liberty, 1987

(22)

Gambar

 Contoh Instrument Skala Tabel 2.1Likert:
Tabel 2.3

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai definisi agama di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa “Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan yang terkandung dalam kitab

10 Peserta didik mampu menentukan informasi yang tepat dari cerita yang disajikan PG 23.. 11 Peserta didik mampu menentukan nilai moral positif dari cerita yang disajikan PG

a) Definisi Konseptual : motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari diri individu untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. b) Definisi

pelanggan terhadap kualitas dari merek yang dimiliki maka perusahaan dapat. menentukan langkah-langkah apa yang dapat diambil guna

Definisi konseptual merupakan konsepsi peneliti atas variabel- variabel atau aspek utama tema penelitian, yang disusun atau dibuat berdasarkan teori-teori yang telah

Kerangka konseptual merupakan pedoman yang lebih konkrit dari teori, yang berisikan definisi-definisi operasional yang menjadi pegangan dalam proses penelitian

Bertolak dari definisi konseptual dan operasionaal di atas dapat dikemukakan sikap terhadap komponen-komponen pokok yang menjadi karakteristik model cooperative learning,

Definisi operasional dari dimensi problem solving adalah keyakinan individu mengenai perilaku dalam menentukan langkah yang akan diambil bila memiliki masalah akademik dalam jurusan