• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) dalam Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) dalam Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori para ahli memiliki pembahasan teori yang sama namun memiliki pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang pembelajaran kontekstual pendekatan Science, environment, technology, and

society (SETS) serta aktifitas dan hasil belajar IPA.

2.1.1. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual menurut Elaine B. Jhonson (2007:67) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. The Wasington State Consortium for Contextual Teaching Learning and Learning dalam Nurhadi (2004:12) mengungkapkan bahwa pengajaran kontekastual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Menurut Wina Sanjaya (2007:253) belajar dengan konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.

Dari pendapat beberapa ahli pembelajaran kontekstual merupakan suatu cara yang digunakan untuk menghubungkan subjek-subjek akademik dengan

(2)

pemikiran siswa untuk mencari makna dari apa yang telah dipelajari. Konstruktivisme juga merupakan salah satu karakteristik pendekatan Science, Environment, Technology, and Society yang telah dikemukakan oleh Rumansyah (2003) yaitu proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokonya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.

2.1.2. Pendekatan Pembelajaran SETS

SETS merupakan singkatan dari Science, Environment, Technology, and Society yang berarti ilmu, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang sering disebut juga sebagai pendekatan Salingtengmas. Definisi SETS menurut the NSTA Position Statement 1990 (Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi dari perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan proses itu pada situasi yang nyata. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan teknologi dan masyarakat ialah suatu hubungan timbal balik yang semuanya memiliki keterkaitan didalam kehidupan nyata, dan dapat kaji melalui manfaat-manfaat serta kerugian yang dapat ditimbulkan. Menurut Amalia Sapriati (2014:2.9) pendekatan salingtengmas merupakan cara pandang bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara pengalaman dan skemata siswa yang tepat. Menurut Anna Poedjiadi (2010:115) dari beberapa istilah yang telah dikemukakan oleh para pendidik atau praktisi pendidik yakni Science Technology Society yang diterjemahkan dengan Sains

(3)

2.1.2.1. Langkah – Langkah Pendekatan Pembelajaran SETS

Langkah-langkah pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) menurut Poedjiadi (2005) digambarkan dalam sintak secara umum adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Sintaks Model Pembelajaran STM (Poedjiadi, 2005)

Penjebaran dari sintaks diatas adalah sebagai berikut: a. Tahap Inisiasi

Pada tahap pendahuluan dapat mengunakan tahap inisiasi yaitu dikemukakan isu-isu atau masalah-masalah yang ada di masyarakat dapat

(4)

ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tahap inisiasi memusatkan perhatian pada pembelajaran.

b. Tahap Pembentukan Konsep

Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pedekatan ketrampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen, eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain.

c. Tahap Aplikasi Konsep

Tahap aplikasi konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi konsep berupa teknologi yang diturunkan dari konsep sains dan upaya pemeliharaan produk teknologi yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan dan masyarakat.

d. Tahap Pemantapan Konsep

Proses pembentukan konsep, analisis isu, dilaksanakan dengan guru meluruskan jika ada miskonsepsi selama kegiatan belajar berlangsung, apabila selama kegiatan belajar tidak muncul adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa setelah analisis isu dan masalah, guru tetap melakukan pemantapan konsep.

e. Tahap Penilaian

Guru menilai kemampuan ketrampilan kognitif, psikomotorik dan afektif.

Pada penelitian ini tahap-tahap yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran SETS atau yang disebut STM dalam Poedjiadi (2005) yang memiliki tahapan jelas, serta mudah untuk diterapkan dan dipahami. Dalam

(5)

2.1.2.2. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran SETS a. Kelebihan Pendekatan SETS

Menurut Binadja (1999) dianjurkannya visi dan pendekatan SETS karena memiliki kelebihan, diantaranya yaitu siswa mendapatkan peluang untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berfikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehansif dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan tak terpisah. Menurut Binadja (1999)

manfaat SETS, antara lain:

(1) penerapan konsep sains yang dipelajari secara langsung dengan mengalihkan kebentuk teknologi tertentu; (2) implikasi positif maupun negative dari ahli sains ke bentuk teknologi tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat; (3) kompetensi yang diharapkan diperoleh melalui Kurikulum 2013 secara otomatis akan diperoleh melalui model pembelajaran SETS sesuai jenjang pendidikan peserta didik; (4) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena proses pembelajaran tidak terfokus pada pembelajran sains murni; (5) peserta didik menjadi terbiasa untuk berpikir kritis dan komprehensif melalui model pembelajaran SETS; (6) peserta didik menjadi terbiasa untuk melakukan kegiatan belajar yang bersifat produktif melalui bentuk-bentuk penerapan sains ke produk teknologi yang ramah lingkungan; (7) peserta didik masih tetap mempelajari konsep-konsep sains secara mendasar sesuai kebutuhan untuk jenjang yang dilalui tersebut sebagaimana diharapkan dalam kurikulum.

b. Kelemahan pendekatan SETS

Sedangkan kelemahan SETS menurut Achmad Binadja (1999) sebagai berikut:

(6)

c. Cara mengatasi kelemahan pendekatan SETS

Mendasar dari kelemahan yang telah dipaparkan maka upaya mengatasi kelemahan adalah sebgai berikut:

1. Guru sebelum memasuki pemelajaran harus menguasai materi serta meghubungkan materi kedalam kehidupan sehari-hari, contoh guru meminta siswa membersihkan area kelas dan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

2. Guru meminta siswa berdiskusi guna mempersingkat waktu.

2.1.1.3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran SETS

Menurut Rusmansyah (2003) pendekatan SETS dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:

a. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.

b. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.

c. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.

(7)

2.1.3. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96). Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).

Ngalim Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang memengaruhi aktivitas belajar (proses belajar) siswa, yaitu:

1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek fisik yaitu sehat tidaknnya kondisi tubuh memengaruhi aktivitas belajar siswa. Aspek psikis meliputi perhatian, pengamatan tanggapan, fantasi, ingatan, fikiran, bakat, dn motif.

2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru, dan cara mnegajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas.

Dari pendapat beberapa ahli yang telah dipaparkan aktivitas belajar merupakan kegiatan yang penting dalam pembelajaran dan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dalam aktivitas pembelajar melibatkan seluruh aspek peserta didik, yaitu aspek rohani maupun aspek jasmani sehingga dapat merubah perilaku dengan cepat, dan benar berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

(8)

2.1.4. Hasil Belajar

Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan belajar dan hasil belajar. Nawawi (2007 : 39 ) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”. Sedangkan menurut Rusman (2012:123) “hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang dipeloreh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hal tersebut senada dengan Omar Hamalik (2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku”. Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum Jamil, 2014:37) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner performance)”. Reigeluth (Suprihatiningrum Jamil, 2014:38) berpendapat bahwa:

hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda.ia juga mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan yang telah diperoleh).

Menurut Arikunto (2013:33) “aspek kognitif dalam hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang telah dikuasai dan menjadi miliknya”. Terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat digunakan guru untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa

(9)

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan dapat dinyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat belajar dan pengalaman yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor serta dapat dilihat melalui adanya perubahan sikap dan bertambahnnya pengetahuan serta ketrampilan siswa. Pada penelitian ini diharapakan siswa dapat menyerap konsep-konsep, hukum dan teori. Melalui proses ilmiah berupa fisik dan mental dan mencermati fenomaena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menerima dan mengembangkan konsep-konsep dasar IPA

yang belum terstrukur dapat menjadi pengetahuan IPA yang ilmiah serta perubahan skor tes yang semakin meningkat.

Instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yaitu dengan teknik tes dan non-tes. Teknik tes yaitu meliputi tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan, non tes yaitu meliputi portofolio, jurnal, angket, wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini mengukur hasil belajar dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Bentuk tes yang digunakan berupa pilihan ganda dan untuk non tes menggunakan lembar observasi. Tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif menggunakan lembar observasi, dan hasil belajar psikomotor menggunakan rubik penilaian ketrampilan.

2.1.5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Folwer dalam Trianto (2014:136) “IPA adalah pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”. Kata IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Natural Science atau Science. Natural artinya alamiah, berhubungan

(10)

bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.

Widyastyanto (2011:1) menyatakan bahwa “IPA (sains) merupakan salah

satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan”. “IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati” (Kardi dan Nur, 1994:1.3)

Depdikas (2006 : 486) menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis , sehingga Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta – fakta , konsep – konsep atau prinsip – prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” . Menurut Hendro Darmojo (dalam Samatowa 2011:2) IPA adalah “pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”.

Menurut Trianto (2014:137) “pada hahikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur”. Sebagai proses diartiakan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

(11)

proses, produk, dan prosedur. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung dan pengaplikasiannya didalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5.1.Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman dalam Ahmad Susanto (2013:170), meliputi :

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori; b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati

fenomena alam, termasuk juga penerapannya;

c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam

menyikapi rahasia alam;

d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian

atau beberapa saja;

e. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang

bersifat objektif.

Dilihat dari karakteristik IPA yang telah dijabarkan diatas, IPA merupakan kumpulan suatu konsep, prinsip, hukum serta teori. Penerapan IPA melalui proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental dan mencermati sendiri fenomena-fenomena yang ada pada alam. Dalam pembelajaran IPA harus memiliki sikap keteguhan hati serta ketekunan dalam menyikapi rahasia alam. 2.1.5.2. Tujuan dan Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam

Berdasarkan karakteristik yang telah diuraikan, maka tujuan mata pelajaran IPA secara umum yaitu meningkatkan keyakinan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang telah menciptakan alam semesta, memahami gejala alam yang ada didalam lingkungan, memahami berbagai gejala-gejala alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari, serta memberi kesadaran untuk pentingnya menjaga lingkungan alam. Menurut BSNP (2006) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

(12)

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan;

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MI.

Dilihat dari tujuan dan manfaat IPA yang telah dipaparkan, dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang didasari oleh rasa keyakinan terhadap kebesaran Tuhan berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya. Dalam pembelajaran mengembangkan pengetahuan, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat serta pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran IPA mendorong siswa agar memiliki ketrampilan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pembelajaran IPA mendorong siswa untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana menghargai alam dan berperan dalam

memelihara, menjaga, serta melestarikan lingkungan alam. 2.1.5.3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut BSNP kurikulum 2006 (KTSP) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas;

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sedrhana

(13)

Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil kompentensi yang akan dicapai. “ Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian” (KTSP, 2006). Pada penelitian ini diambil Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas 5 semester I yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompeten Dasar IPA kelas 5 Sekolah Dasar Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 Kurikulum KTSP Standar

Kompetensi

1. Mengidentfikasi organ tubuh manusia dan hewan

Kompetensi Dasar

1.3.Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan

Menurut Trianto (2014:143) “pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan

fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan” karena dalam pelajaran IPA merupakan sekumpulan konsep, prinsip, hukum, teori, dan sikap ilmiah dari diri siswa yang dapat memengaruhi kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

(14)

2.2.Penerapan Pendekatan Pembelajaran SETS dalam Pembelajaran IPA

Mengacu dari uraian langkah-langkah pendekatan SETS dari para ahli, penulis menerapkan langkah-langkah pendekatan pembelajaran SETS kedalam mata pelajaran IPA dengan Standar Kompetensi mengidentifikasi organ tubuh manusia dan hewan, Kompetensi Dasar mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan dengan langkah-langkah berikut:

a. Inisiasi

Siswa diberikan orientasi/apresepsi berupa pertanyaan-pertannyan berupa permasalahan yang banyak terjadi dalam lingkungan serta penyebabnya, sehingga dapat membangun gagasan siswa mengenai materi macam penyakit yang terdapat dalam organ pencernaan yang sering menyerang manusia dan sering terjadi dikalangan masyarakat dan lingkungan sekitar. Memberi pertanyaan kepada siswa mengenai kegiatan yang dilakukan dirumah.

b. Tahap pembentukan konsep

Membentuk konsep siswa dengan menggunakan metode demonstrasi, menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

c. Tahap aplikasi konsep

Siswa membuat teknologi sederhana dari materi yang didapatkan, teknologi sederhana berupa poster himbauan dan kartu motivasi yang dapat diaplikasikan kedalam lingkungan sekitar sekolah.

d. Tahap pemantapan konsep

Siswa diberikan penekanan tentang bagaimana teknologi yang telah siswa kembangkan dapat bermanfaat didalam lingkungan masyarakat serta

(15)

e. Tahap penilaian

Guru menilai siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan instrumen soal guna mengetahui kemampuan kognitif, menggunakan lembar observasi guna mengetahui perubahan aktifitas siswa, serta penilaian sikap dan hasil diskusi guna mengetahui ketrampilan siswa.

2.3.Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sitematis dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan atau sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang dianggap relevan dengan penelitiannya antara lain:

Hasil penelitian Heru Santoso yang berjudul Pengaruh Science, Environment, Technology, and Society terhadap aktivitas belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2015 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA melalui penerapan pembelajaran SETS pada siswa kelas IV sekolah Dasar Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK), melalui model siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas belajar IPA melalui penerapan pendekatan SETS. Peningkatan aktivitas belajar dapat dilihat dari indikator pada masing-masing siklus sebagai berikut: (1) Siswa yang bekerja sama sebanyak 9 siswa pada kondisi awal, meningkat menjadi 16 siswa atau 80% pada kondisi akhir; (2) Siswa

(16)

meningkat menjadi 17 siswa atau 85% pada kondisi akhir. Dengan demikian besarnya peningkatan rata-rata pada semua indikator siswa sebesar 33,75%, sehingga hipotesis tindakan yang telah dirumuskan yakni: Penerapan pendekatan pembelajaran SETS dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 03 Kaliwuluh Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013, dapat terjawab atau diterima

Irma Azizatul, dkk (2014) dari penelitian yang berjudul Penerapan Pendekatan SETS Pada Tema“Media Tanam Arang Sekam Padi” Untuk

Meningkatkan Kinerja Ilmiah Dan Penguasaan Konsep Pada Siswa SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan kinerja ilmiah, penguasaan konsep dan respon siswa terhadap penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran IPA Terpadu Tema Media Tanam Arang Sekam Padi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental semu dengan rancangan one-group pretest and posttest. Sampel yang digunakan adalah 33 siswa kelas VII-G SMP Negeri 1 Jetis Ponorogo. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data (1) kinerja ilmiah dengan peningkatan nilai rata-rata hasil tes sebesar 2,36 yaitu dari rata-rata-rata-rata nilai pretest sebesar 0,42 dan nilai posttest sebesar 2,77. Berdasarkan hasil uji t dua pihak diperoleh thitung sebesar 8,18 dan ttabel sebesar 1,69, sehingga untuk thitung>ttabel berarti H0 ditolak dan Hi diterima yaitu terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest dan nilai rata-rata posttest kinerja ilmiah, sedangkan dengan analisis Gain diperoleh peningkatan kinerja ilmiah rata-rata sebesar 0,66 dengan kategori peningkatan sedang. (2) Penguasaan konsep siswa yang diperoleh melalui tes penguasaan konsep diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 1,77 dan nilai rata-rata posttest sebesar 3,34 dengan ketuntasan klasikal sebesar 79 %. Berdasarkan hasil uji t dua pihak diperoleh thitung sebesar 33,0 dan ttabel

(17)

Terpadu dengan pendekatan SETS pada Tema Media Tanam Arang Sekam Padi ini mendapatkan 100 % respon dengan kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SETS pada tema Media Tanam Arang Sekam Padi dapat meningkatkan kinerja ilmiah dengan kategori sedang dan penguasaan konsep siswa dengan kategori tinggi

Indah Ayuning Tyas (2010) dari penelitian yang Berjudul Model Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan SETS Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Aktivitas Belajar SiswaPenelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklusnya terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Objek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Ungaran. Data diambil dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan tes hasil belajar untuk mengetahui pemahaman siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Ungaran mengalami peningkatan sebesar 21,02%, yaitu dari 46,76% pada siklus I menjadi 67,82% pada siklus II. Selain itu, diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai KKM yang diterapkan dengan nilai rata-rata kelas meningkat dari 69,44 menjadi 82,78. tuntasan belajar klasikal mencapai 94,44%. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah model pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Ungaran.

Zulaika, Siti, dkk (2013) dalam penelitiannya yang Berjudul Pengaruh Penerapan Pendekatan Science, Environment, Technology, And Society (Sets) Melalui Kerja Kelompok Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd N 9 Sesetan, Denpasar. Penelitian ini

(18)

adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental). Rancangan Penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Pretest-Posttest Control group Design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD N 9 Sesetan, Denpasar. Sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu kelas VA yang berjumlah 40 orang dan kelas VB yang berjumlah 42 orang. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPA ranah kognitif, data tersebut dikumpulkan dengan metode tes, jenis tes itu adalah tes objektif dengan jenis tes pilihan ganda biasa. Selanjutnya data yang

terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Setelah data berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan taraf signifikan 5% sehingga diperoleh hasil thit=5,75 dan ttabel=2,00 dengan db=80 (n1+n2-2=40+42–2=80). Berdasarkan pengujian tersebut, thit>ttabel (5,75>2,000), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) melalui kerja kelompok berbasis lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 9 Sesetan, Denpasar.

Beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas ataupun hasil pembelajaran IPA. Namun demikian, perlu dibuktikan lagi dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini. Dalam analisis tersebut peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kontekstual melalui pendekatan SETS sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA kelas V SD N Kalicacing 02 Semester I Tahun ajaran 2016/2017. Yang membedakan

(19)

2.4.Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kontekstual melalui pendekatan SETS memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan keadaan lingkungan disekitar, serta mengaplikasikan pengetahuan yang didapat kedalam kehidupan sehari-hari melalui teknologi yang dapat dikembangkan. Melalui penggunaan pendekatan SETS, diharapkan gagasan awal siswa dapat dimunculkan, reaksi siswa cukup baik terhadap

pembelajaran, partisipasi siswa menjadi lebih baik, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran serta hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Kalicacing 02 semakin meningkat.

Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan SETS diharapkan siswa mampu membentuk konsep dengan menggunakan metode demonstrasi, menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. Dari pembentukan konsep siswa diharap dapat memahami pengetahuan yang didapat dengan fenomena dilingkungan sekitar. Selain itu hal yang paling mendasari pendekatan SETS adalah pada pengaplikasiannya kedalam kehidupan sehari-hari, siswa membuat teknologi sederhana dengan mengembangkan materi yang telah didapatkan, teknologi sederhana tersebut berupa poster himbauan dan kartu motivasi yang dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah sebagai bentuk pengaplikasian dari konsep yang didapatkan. Dan selanjutnya siswa diberikan penekanan tentang bagaimana teknologi yang telah dikembangkan dapat bermanfaat bagi lingkungan masyarakat serta meluruskan jika terjadi miskonsepsi selama pembelajaran. Dengan pendekatan pembelajaran SETS diharapkan siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan baik. Dengan ini penggunaan

(20)

2.5.Hipotesis Penelitian

Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kontekstual melalui pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 SD N Kalicacing 02 Semester I Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Aktivitas pembelajaran kontekstual melalui pendekatan Science,

Gambar

Gambar 2.1. Sintaks Model Pembelajaran STM
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompeten Dasar IPA kelas 5 Sekolah Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengetahui karakteristik siswa, peneliti memilih media yang dapat mengoptimalkan pembelajaran siswa secara langsung yaitu media berupa bahan ajar

(2010) meliputi: tahap pendahuluan, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep sains, tahap aplikasi spiritual Islam, tahap pemantapan konsep, dan tahap penilaian;

pembelajaran biologi berbasis IMTAQ dengan siswa yang tidak diajar dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) dan tidak berbasis IMTAQ pada konsep

Oleh karena itu, penerapan handout berbasis SETS mengharapkan siswa tidak hanya mengetahui tiap-tiap unsur SETS tetapi juga memahami implikasi antar hubungan

Observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan pembelajaran IPA dengan pendekatan Science, Environment, Technology,

Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Pendekatan Science, Environment, Technology, And Society (SETS) dalam Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pada

Untuk mengetahui tingkat efektifitas pembelajaran melalui pendekatan SETS dalam pembelajaran sains fisika pada materi kamera dan periskop ini dapat dilihat dari daya

Dan untuk hasil validasi ahli media kesatu mendapatkan persentase sebesar 89% kedua oleh ahli media lebih besar dari validasi yang kesatu sebesar 94% dengan kriteria sangat layak,