• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik bahasa jurnalistik pada berita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik bahasa jurnalistik pada berita "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik bahasa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

sampai saat ini Ilmu Linguistik masih dianggap sulit oleh sebagian besar manusia. Padahal Ilmu Linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Ilmu Linguistik umum merupakan media komunikasi penting yang bersifat komunikatif.

Sebagian besar manusia mempunyai anggapan bahwa Ilmu Linguistik itu sulit dan hal itu perlu segera ditepis. Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan Ilmu Linguistik umum yang benar-benar dan detail masih sangat sulit untuk ditemukan. Padahal buku jenis Ilmu Linguistik akan sangat membantu para penulis pemula untuk mulai mengasah kemampuan.

Problematika diatas perlu segera dipecahkan, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah menyajikan makalah tentang ke Ilmuan Linguistik Umum.. Secara umum makalah ini dapat dikategorikan kedalam bagian besar yakni pembahasan objek keilmuan Linguistik.

B. Rumusan Masalah

Beberapa hal yang kami bahas dalam makalah ini, yakni: 1. Apa pengertian Linguistik?

2. Apa saja yang termasuk objek kajian Linguistik? C. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian linguistik dari berbagai ahli atau sumber yang berbeda; 2. Untuk mengetahui beberapa objek kajian linguistik.

(2)

A. Pengertian ilmu linguistik

Kata linguistic berasal dari bahasa latin “lingua” yang artinya bahasa. Menurut Kridalaksana (1993) dalam kamusnya kamus linuistik, kata linguistic di definisikan sebagai ilmu tentang bahasa atau penyelidikan bahasa secara ilmiah. Definisi yang sama di kemukakan oleh Tarigan (1986), yaitu seperangkat ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan jalan penerapan metode ilmiah terhadap fenomena bahasa. Sebagai penyelidikan bahasa secara ilmiah, linguistik tidak membedakan antara bahasa yang satu dengan yang lainnya (hasanan, 1984).

Dalam BA, linguistik disebut ilmu lughah. Pada mulanya kata ilmu lughah tidak digunakan dengan makna linguistic atau kajian bahasa. Kata ilmu lughah pertama kali digunakan oleh Ibnu Khaldun dalam karyanya “Al-Muqoddimah” dan dimaksudkan sebagai ilmu ma’ajim atau lecikology. Berikutnya kata ilmu lughah digunakan oleh Assuyuti dalam judul bukunya “Al-Mazhar Fi ulumi-l Lughah wa Anwa’uha”. Assuyuti pun menggunakan dengan makna lexicology. (dalam Hasanin,1984).[1]

Secara populer orang asing menyatakan bahwa linguistic adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi, sepeti dikatakan Martiner (1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.[2]

Linguistik berasal dari bahasa latin yaitu lingua yang berarti adalah ‘bahasa’. Sedangkan istilah dari bahasa Prancis linguistik adalah linguistique , dalam bahasa Inggris adalah linguistics, dan dalam bahasa Belanda adalah linguistiek.

Dalam bahasa perancis ada dua istilah, yaitu langue dan langage dengan makna yang berbeda. Langue berarti suatu bahasa tertentu, seperti bahasa Indonesia, bahasa Arab, atau bahasa Prancis. Sedangkan langage berarti bahasa secara umum, seperti dalam ungkapan “Manusia punya bahasa sedangkan binatang tidak”.

Disamping istilah langue dan langage bahasa Prancis masih punya istilah lain mengenai bahasa yaitu parole. Parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yaitu yang berupa ujaran, yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari.

Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:“The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”

B. Objek Linguistik Bahasa 1. Pengertian Bahasa

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga sering kali membingungkan. Untuk jelasnya, coba perhatikan pemakaian kata bahasa dalam kalimat berikut!

(3)

2) Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang tidak. 3) Hati-hati bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa itu.

4) Dalam kasus itu ternyata lurah dan camat tidak mempunyai bahasa yang sama. 5) Katakanalah dengan bahasa bunga!

6) Pertikaian itu tidak bisa diselesaikan dengan bahasa militer.

7) Kalau dia memberi kuliah bahasanya penuh dengan kata dari pada dan akhiran ken. 8) Kabarnya, nabi sulaiman mengerti bahasa semut.[3]

Kata bahasa pada kalimat pertama, jelas menunjukan pada bahasa tertentu. Jadi, menurut peristilahan de Saussure adalah sebuah langue. Pada kalimat ke-2, kata bahasa menunjuk bahasa pada umumnya; jadi, suatu langage. Pada kalimat ke-3 kata bahasa berarti ‘sopan santun’; pada kalimat ke-4 kata bahasa berarti ‘kebijakan dalam bertindak ‘; pada kalimat ke-5 kata bahasa berarti ‘maksud-maksud dengan bunga sebagai lambang ‘; pada kalimat ke-6 kata bahasa berarti ‘dengan cara ‘; dan pada kalimat ke-7 kata bahasa berarti ‘ujarannya‘; pada kalimat ke-8 kata bahasa bersifat hipotetis.

Dari keterangan diatas bisa disimpulkan hanya pada kalimat (1), (2), dan (7) saja kata bahasa itu digunakan secara harfiah, sedangkan pada kalimat lain digunakan pada secara kias. Bahasa sebagai objek linguistic adalah seperti yang digunakan pada kalimat (1) , kalimat (2), dan kalimat (7). Pada kalimat (1) bahasa sebagai langue, pada kalimat (2) bahasa sebagai langage, dan pada kalimat (7) bahasa sebagai parole.

Sebagai objek linguistik, parole merupakan objek konkret karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa. Langue merupakan objek yang abstrak karena langue itu berwujud sistem bahasa secara universal. Yang dikaji linguistik secara langsung adalah parole itu, karena parole itu yang berwujud konkret, yang nyata, yang dapat diamati, atau diobservasi. Kajian terhadap parole dilakukan untuk mendapatkan kaidah-kaidah suatu langue ; dan dari kajian terhadap langue ini akan diperoleh kaidah-kaidah suatu langage; kaidah bahasa secara universal.[4]

(4)

2. Karakteristik bahasa

Ibnu Jinni (392 H) telah mendefinisikan bahasa dengan pernyataannya: Bahasa adalah bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap kaum untuk menyatakan tujuannya. Definsi ini mengandung unsur-unsur pokok definisi bahasa dan sesuai dengan banyak definsi modern tentang bahasa. Ia menjelaskan karakteristik bunyi bahasa dan menegaskan bahwa bahasa adalah bunyi.[5] Dengan ini ia menghindari kesalahan umum yang menganggap bahwa bahasa dalam substansinya merupakan fenomena tulis. Juga, definisi Ibnu Jinni menjelaskan bahwa bahasa memiliki fungsi sosial yang ekspresif dan memiliki kerangka sosial. Oleh karena itu, bahasa berbeda karena perbedaan kelompok manusia. Dengan demikian definisi bahasa menurut Ibnu Jinni menjelaskan karakteristik bahasa dari satu aspek dan fungsinya dari aspek lain. Terlebih dahulu definisi-definisi modern tentang bahasa menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem lambang. Ini berarti bahwa bahasa terdiri dari seperangkat lambang yang membentuk sistem terpadu.

Bahasa adalah sistem bahasa yang paling kompleks. Isyarat lalu lintas adalah lambang cahaya, tetapi ia spesifik dan sederhana. Isyarat cahaya yang keluar dari kapal-kapal, para panglima pasukan, pandu, dan klub-klub olahraga merupakan lambang juga. Adapun teriakan-teriakan yang dilepaskan oleh hewan dengan berbagai jenisnya, terutama burung-burung, itu juga spesifik dan sederhana. Akan tetapi hanya manusia yang mampu berinteraksi dengan bahasa yang berdasar pada sejumlah lambang yang spesifik, tetapi ia membentuk sistem yang kompleks. Maka bunyi-bunyi yang keluar dari alat-alat ucap pada manusia relatif terbatas. Oleh karena itu banyak bahasa yang berkoleksi dalam banyak bunyi. Kebanyakan bahasa manusia memanfaatkan sejumlah bunyi yang kurang dari 40 bunyi. Akan tetapi bunyi-bunyi yang spsesifik ini menjadikan banyak susunan sehingga membentuk ribuan kata dalam satu bahasa. Kata-kata ini menjadikan beberapa susunan yang dikenal di lingkungan bahasa, lalu membentuk jutaan kalimat. Dengan demikian kata-kata ini dapat mengungkapkan peradaban manusia dan pikiran manusia. Oleh karena itu, sistem komunikasi bahasa manusia berbeda dengan system komunikasi yang ada pada hewan. Bahasa manusia merupakan system lambang yang kompleks. [6]

3. Sifat dan Fungsi Bahasa

a. Bahasa bersifat arbiter, yang dimaksud dengan arbiter adalah sifat bahasa yang manasuka, artinya bahasa tidak ada hubungannya dengan suatu keharusan atau kewajiban antara satuan-satuan bahasa dengan yang dilambangkannya.

b. Bahasa bersifat produktif, artinya bahasa merupakan sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas. Akan tetapi, pemakainnya tidaklah terbatas.

(5)

bahasa Indonesia. Misalnya dalam bahasa Inggris, kita mengenal bentuk yang menunjukan perbedaan waktu, sedangkan dalam bahasa Indonesia hal itu tidak ada.

d. Bahasa itu Universal, artinya semua bahasa memiliki kesamaan secara umum yaitu bahasa itu ujaran manusia, memiliki struktur, konvensional, digunakan sebagai alat komunikasi oleh manusia dan potensinya dibawa sejak lahir (innatruss potential).

4. Fungsi bahasa

 untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.

 untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.

 sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.

 untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, selama

kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis)

Ciri-ciri khusus bahasa Arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki bahasa-bahasa lain di dunia, terutama bahasa Indonesia. Ciri-ciri khusus ini perlu diketahui oleh para pengajar bahasa agar memudahkannya dalam menyusun dan mengembangkan berbagai strategi pembelajaran bahasa, khususnya bagi non Arab. Ciri-ciri khusus tersebut dapat ditemui dalam aspek-aspek bahasa, sebagai berikut :[7]

A. Aspek bunyi

Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech atau alat bunyi. Proses terjadinya bahasa apapun di dunia ini adalah sama. Maka tidak asing apabila ada beberapa bunyi bahasa yang hampir dimiliki oleh beberapa bahasa di dunia seperti bunyi m, n, l, k, dan s.

Bahasa Arab, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit, memiliki ciri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain, terutama bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau bahasa-bhasa daerah yang banyak digunakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Ciri-ciri khusus itu adalah :

1. Vokal panjang dianggap sebagai fonem ( أأ ، ي ، وأأ ) 2. Bunyi tenggorokan (قلحلا تاوصأ), yaitu ح dan ع

(6)

5. Bunyi bilabial dental (ىناـنسأ ىوفش ), yaitu ف

Dan untuk mengetahui dimana letak ربن dalam suatu kata, kita harus mengetahui jenis syllable atau suku kata dalam bahasa Arab. Ada lima macam syillable atau عطقم yang berlaku dalam bahasa Arab fusha, yaitu :

1. cv ( ح ص ) seperti ب

2. cvv ( ح ح ص ) seperti يـف

3. cvc ( ص ح ص ) seperti للخأ 4. cvvc ( ص ح ح ص ) seperti نليلع 5. cvcc ( ص ص ح ص ) seperti تنب

Untuk menentukan letak ربن dalam suatu kata, para ahli berbeda pendapat. Sebagai contoh, menurut Ibrahim Anis, letak ربن (stress) dalam suatu kata bahasa Arab dapat dilihat dari macam atau jenis suku kata atau syllable paling akhir dari kata itu. Bila suku kata akhir itu berupa jenis keempat atau kelima ( cvvc atau cvcc ) maka disitulah letak nabr-nya. Contoh

kata نيعــتسن dan رقــتسم , nabr-nya ada pada suku kata نيع dan ررـق .

Apabila suku kata terakhir dari jenis keempat atau kelima, lihat suku kata sebelum akhir. Bila ia berupa jenis syllable kedua atau ketiga (cvv atau cvc), maka disitu letak nabr-nya. Contoh pada kata ليحتسي dan رفـغتسا letak nabr-nya pada suku kata يح dan غت .

Dan apabila suku kata sebelum akhir bukan dari jenis kedua atau ketiga, artinya jenis pertama, maka lihat kembali suku kata ketiga dari akhir, seperti pada kata سلج dan عمتجا .

Menurut Brockelmann (linguist Jerman), ربن (stress) dalam kata bahasa Arab bias diketahui dengan cara menelusuri jenis suku kata dari akhir suatu kata sampai awal. Kapan kita menemui suku kata atau عطقم panjang yaitu jenis kedua, ketiga, keempat atau kelima dalam kata itu, maka disitulah nabr-nya. Dan bila tidak ditemui عطقم panjang pada kata tersebut, berarti nabr-nya ada pada suku kata pertama dari depan dalam kata tersebut. Contoh :

· لتاقيnabr-nya pada اق

· عمـتجي nabr-nya pada ـجيأ · عمج nabr-nya pada ـأج

Jadi perlu diingat bahwa nabr atau stress itu ada dalam bahasa Arab, meskipun bukan merupakan fonem yang membedakan arti.

B. Aspek Kosakata

(7)

· ملأعيأمل عأ dan seterusnya (10 = (ىحلطصا فيرصت kata · – ملرعأ ملر عي dan seterusnya = 10 kata

· ملعي–ملعأ dan seterusnya = 10 kata

Dari masing-masing kata ini dapat lagi kembangkan dengan cara ىـبارعإ فيرصت sehingga akan lebih memperkaya bahasa Arab. Dari kata ملع saja akan menjadi ratusan kata. Bahkan menurut suatu penelitian, unsur bunyi yang ada pada suatu kata, meskipun urutan letaknya dalam kata tersebut berbeda akan mengandung arti dasar yang sama.

C. Aspek Kalimat

1. I’râb

Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sistem i’râb terlengkap yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa lain. I’râb adalah perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat atau pun berupa huruf sesuai dengan jabatan atau kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râbberfungsi untuk membedakan antara jabatan suatu kata dengan kata yang lain yang sekaligus dapat merubah pengertian kalimat tersebut.

Contoh : · ىخأ للتاق اذه

· ىخأ لأتاق اذه

Dua kalimat itu sangat berbeda sekali artinya, hanya karena perbedaan bunyi akhir kata qâtil (لتاق ). Yang pertama dibaca tanwin dan yang kedua tidak dibaca tanwin (di-idlâfat -kan). Maka kalimat pertama berarti orang ini yang membunuh saudaraku, sedang kalimat kedua artinya orang ini adalah pembunuh saudaraku. Contoh lain adalah :

· اادلاخ نأسحأ ام artinya alangkah baiknya si Khalid · ددلاخ نأسحأ ام artinya apa yang baik pada si Khalid ?

· دللاخ نأسحأ ام artinya apa yang diperbuat baik oleh si Khalid ?

1. Jumlah Fi’liyyah dan Jumlah Ismiyyah

Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada dasarnya sama, yaitu subyek, predikat dan obyek. Namun, yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan (بيكرت) kalimat itu. Pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab adalah :

· مسا+مسا

· مسا+لعف

Sementara dalam bahasa Indonesia pola kalimatnya adalah : · KB + KB

(8)

Pola مسا+لعف dalam bahasa Arab sudah dianggap dua kalimat. Dari perbandingan itu, tampak bahwa pola مسا+لعف hanya dimiliki bahasa Arab. Meskipun kadang ada ungkapan bahasa dalam percakapan sehari-hari pola yang sama dengan ini ditemui dalam bahasa Indonesia seperti turun hujan, tetapi ungkapan itu biasanya didahului oleh keterangan waktu

umpamanya tadi malam turun hujan. 1. Muthâbaqah (Concord)

Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa Arab adalah

diharuskannya muthâbaqah atau persesuaian antara beberapa bentuk kalimat. Misalnya harus ada Muthâbaqah antara mubtada’ dan khabar dalam hal ‘adad (mufrad, mutsannâ dan jama’) dan dalam jenis (mudzakkar dan muannats), harus ada Muthâbaqah antara

maushûf dan shifatdalam hal ‘adad, jenis, i’râb (rafa’, nashb, jar), dan nakirah serta ma’rifah -nya. Begitu juga harus ada Muthâbaqah antara hâl dan shâhib al-hâl dalam ‘adad dan jenisnya.

D. Aspek Huruf

Ciri yang Nampak dominan pada huruf-huruf bahasa Arab adalah :

1. Bahasa Arab memiliki ragam huruf dalam penempatan susunan kata, yaitu ada huruf yang terpisah, ada bentuk huruf di awal kata, di tengah dan di akhir kata.

2. Setiap satu huruf hanya melambangkan satu bunyi.

3. Cara penulisan berbeda dengan penulisan huruf Latin, yakni dari arah kanan ke kiri.

Disamping itu, ada beberapa huruf yang tidak dibunyikan seperti pada kata-kata : وكزلا-كئلوأ

– –

بلاط انأ ،ل انأ ة dan sebaliknya, ada beberapa bunyi yang tidak dilambangkan dalam bentuk huruf seperti ؟ تأنأ كلذ اذه – – .

Pemaparan beberapa karakteristik unik bahasa Arab di atas setidaknya dapat dijadikan acuan dalam pengajaran bahasa Arab untuk non Arab, sehingga memudahkan para pengajar dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran bahasa Arab.

Secara kodrati, manusia pertama kali mengenal bahasa melalui pendengaran, setelah itu berbicara, membaca, kemudian menulis. Demikian pula halnya dengan pengajaran bahasa Arab, hendaknya harus dimulai dengan melatih anak untuk selalu mendengar bahasa Arab. Langkah pertama ini dapat dilakukan dengan memasukan anak ke dalam lingkungan bahasa Arab ( ةئيبلا ةيوغللا) atau ke dalam laboratotium bahasa. Guru dapat juga menciptakan ruang kelas dengan selalu aktif menggunakan bahasa Arab sebagai pengantarnya, hal ini akan menarik perhatian siswa untuk berbicara seperti gurunya dengan menyimak atau disebut dengan listening.

Tahap selanjutnya adalah bercakap-cakap atau speaking. Langkah kedua ini harus

(9)

dapat dipraktekkan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pembelajaran bahasa Arab, cara ini disebut dengan muhâdatsah.[8]

Langkah selanjutnya adalah membaca (reading). Pada tahap ini siswa mulai diperkenalkan dengan bacaan atau wacana bahasa Arab yang telah menggunakan gramatika yang benar.

Penerjemahan kata atau wacana seminimal mungkin dilakukan oleh guru guna mendorong siswa untuk memahami teks tanpa membutuhkan penerjemahan secara utuh.

Setelah siswa memperoleh kemahiran membaca, maka tahap berikutnya yaitu menulis (writing) yang dalam bahasa Arab disebut insya’. Dengan berbekal hasil membaca berbagai wacana atau bacaan yang baik, maka siswa perlahan-lahan dapat mengungkapkan pikirannya dalam sebuah tulisan. Dengan begitu maka empat kemahiran bahasa telah diperoleh siswa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kemahiran bahasa ini kelak akan dapat dijadikan sarana dalam mempelajari, mengkaji dan mengembangkan ilmu-ilmu yang lainnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan masyarakat luas.

5. Macam-macam bahasa:

a. Bahasa diam (silent language)

Bahasa diam adalah cara berkomunikasi yang dilakukan oleh penutur dengan mitra tutur, tetapi mitra tutur menanggapinya dengan diam. Bahasa diam juga bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, seorang ayah pulang dari kantor, ketika ditanya istrinya, ia diam saja. Ia tidak menjawab pertanyaan istrinya. Istrinya tentu bergumam “Wah, suamiku punya masalah”.

b. Bahasa tanda (sign language)

Bahasa tanda adalah cara berkomunikasi dengan menggunakan tanda-tanda. Yang banyak menggunakan bahasa tanda ialah Polisi Lalu Lintas. Misalnya, tanda parkir berupa huruf P yang dilingkari.

c. Bahasa kode (code language)

cara berkomunikasi dengan menggunakan isyarat. Oleh karena itu, bahasa kode disebut juga bahasa isyarat. Bagi bangsa Indonesia, mengangguk berarti setuju, menggelengkan kepala berarti tidak setuju atau tidak mau, dan mengernyitkan dahi berarti belum paham. Bahasa kode banyak digunakan pada kegiatan kepramukaan, misalnya berkomunikasi dengan menggunakan isyarat-isyarat semaphore.

d. 4. Bahasa kontak (contact language)

Bahasa kontak adalah cara berkomunikasi dengan cara menyinggungkan anggota tubuh dengan mitra bicara (kontak secara jasmani). Misalnya, “seorang nenek membelai-belai rambut cucunya, pertanda sang nenek sedang mencurahkan kasih sayangnya kepada cucucnya”.

e. Bahasa simbol (symbol language)

(10)

simbol yang digunakan oleh komunikator. Misalnya, pemakaian cincin pada jari manis tangan kiri. Hal itu untuk memberitahukan kepada orang lain bahwa dia sudah bertunangan.

f. Bahasa verbal (verbal language)

Bahasa verbal adalah komunikasi antarpertisipan dengan cara menggunakan organ-organ atau lambang-lambang verbal. Apabila menggunakan organ yang mengacu pada bahasa lisan, sedangkan jika menggunakan lambang verbal berarti mengacu pada bahasa tulis. Misalnya, bahasa verbal lisan digunakan oleh beberapa orang yang sedang berdiskusi, wawancara, simposium, dan berbincang-bincang santai. Bahasa verbal tulis digunakan oleh penulis buku, novel, cerpen, dan berkirim surat.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

a. Pengertian Linguistik

Kata linguistic berasal dari bahasa latin “lingua” yang artinya bahasa. Secara populer orang asing menyatakan bahwa linguistic adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

3) Objek kajian Linguistik a) Pengertian Bahasa b) Karakteristik bahasa

(11)

(3) hasa tidak mengandung nilai subjektif yang karakteristiknya menghubungkannya dengan maknanya dalam kenyataan luar

c) Sifat dan Fungsi Bahasa

(1) Arbiter (manasuka) yaitu sifat bahasa yang manasuka, artinya bahasa tidak ada hubungannya dengan suatu keharusan atau kewajiban antara satuan-satuan bahasa dengan yang dilambangkannya.

(2) bersifat produktif, artinya bahasa merupakan sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas. Akan tetapi, pemakainnya tidaklah terbatas. Misalnya, bahasaIndonesia mempunyai fonem kurang dari 30, tetapi mempunyai kata lebih dari 30 000 yang mengandung fonem-fonem itu masih mungkin diciptakan oleh kata-kata baru

(3) bersifat unik. Artinya setiap bahasa mempunyai sisitem yang has yang tidak harus ada dalam bahasa lain

(4) Bahasa itu Universal, artinya semua bahasa memiliki kesamaan secara umum yaitu bahasa itu ujaran manusia, memiliki struktur, konvensional, digunakan sebagai alat komunikasi oleh manusia dan potensinya dibawa sejak lahir (innatruss potential).

DAFTAR FUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Asori imam, 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang : Misykat.

Soeparno, 2002. Dasar-Dasar linguistic umum. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. Chaer abdul, 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Hijazi Mahmud Fahmi, 2008. Pengantar Linguistik. Bandung : PSIBA Press.

[1]Imam Asori, Sintaksis Bahasa Arab, Malang, misykat, 2004,hal 19.

[2]Abdul chaer, Linguistik Umum, Jakarta, rineka cipta, 2007, hal 1

[3] Abdul chaer, Linguistik Umum, Jakarta, rineka cipta, 2007, hal 30 [4]Abdul chaer, Linguistik Umum, Jakarta, rineka cipta, 2007, hal 30

[5] Soeparno, Dasar-Dasar linguistic umum, Yogyakarta, tiara wacana yogya, 2002, hal 11

[6]Soeparno, Dasar-Dasar linguistic umum, Yogyakarta, tiara wacana yogya, 2002, hal 13

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dan penerapan penggunaan kaca mata las dalam penerapan siatem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terhadap para karyawan agar terhindar dari bahaya percikan bunga api dan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek reproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) yang meliputi tingkat kematangan gonad, fekunditas, indeks

Data yang diperoleh dari angka gua digunakan untuk memberikan informasi tentang kualitas dari arah mata angin yang ditunjukkan oleh pengguna, serta

Tujuan yang ingin dicapai dalam sistem kelas tuntas berkelanjutan adalah memberi pelayanan pendidikan secara maksimal pada peserta didik, agar dapat belajar secara

Untuk mengembangkan peran dan fungsi Politeknik ATK Yogyakarta serta untuk memenuhi tuntutan pasar global, maka sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Indikator mutu klinis Periode Mei-Desember 2016 Kepatuhan memberikan tandatangan dan nama dokter pada penulisan resep psikotropika di Rekam Medis pada penderita ganguan jiwa

Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan

S-*K *KS SN/ N/S.. dapat membantu masyarakat dalam mengetahui kesehatan gigi dan mulut serta  prediksi awal tentang penyakit gigi dan mulut yang dideritanya. Menurut Martin dan O8man