• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat ilmu menurut pandangan ontologi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat ilmu menurut pandangan ontologi (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 3 Makassar, 03/12/2015

FILSAFAT ILMU DAN METODE ILMIAH

Dalam Penerapan Sekuler dan Islami

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2015/2016

NAMA : ANDI ROY

(2)

TUGAS 3

1.Buat ringkasan 20 halaman tentang filsafat ilmu menurut pandangan ontologis dan objek materi ilmu

2.Kemukakan alasan penting mempelajari obyek materi ilmu dari aspek ontologi (10 halaman)

(3)

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat

ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan

mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun

aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari

epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji

hakikat ilmu, seperti :

1. Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek

tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap

manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)

2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang

berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan

agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang

disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang

membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

(Landasan epistemologis)

3. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?

Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ?

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis)

Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada

komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu

ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan

(4)

dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi

kehidupan

Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.

Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek

yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana

hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan

meng-indera yang membuahkan pengetahuan.

Objek telaah Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu

perwujudan tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu

berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala

realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi

dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan

makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu.

Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang

dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu:

1. Materialisme; Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu

yang ada itu adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir

dari yang ada.

2. Idealisme (Spiritualisme); Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme,

yang mengatakan bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual). Rohani

adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi.

3. Dualisme; Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang

berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri

(5)

4. Agnotisisme; Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap

skeptis, yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula

tidak.

Jadi ontology (dalam filsafat ilmu) adalah cara pandang mengenai objek

materi suatu ilmu, pembicaraan mengenai hakikat objek materi ilmu. Atau

dengan kata lain penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang

mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling mendasar tentang apa yang

disebut dengan ilmu pengetahuan itu).

Sebagai bahan perbandingan mengenai konsep ontology ilmu yang

islami, mari kita lihat QS. Ali Imran ayat 190-191 sebagai berikut:

هللا نوركذي نيذلا بابللا يلول تايل راهنلاو ليللا فلتخاو ضرلاو تاوامسلا قلخ يف نإ

لطاب اذه تقلخ ام انبر ضرلاو تاوامسلا قلخ يف نوركفتيو مهبونج ىلعو ادوعقو امايق

رانلا باذع انقف كناحبس

Terjemahnya:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dari ayat tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa Konsep Ontology

Ilmu yang Islami memandang realitas dari sudut pandang ke-Khalik-makhluk-an.

(6)

dan segala sesuatu selainNya sebagai makhluk, segala atribut yang bisa secara

benar dilekatkan pada makhluk adalah perwujudan niscaya karena

kemakhlukannya.

Olehnya itu, dapat ditarik kesimpulan tentang makna sesungguhnya

ontology ketika kita coba menarik makna dari sudut pandang Islami sebagai

mata rantai yang nyaris terlupakan dengan memberikan pengertian dasar Logos

yang berarti Tuhan, jadi Ontologi disini mengandung pengertian tentang hakikat

keberadaan Tuhan.

Obyek Materi Ilmu

Objek Materi Ilmu Menurut Pandangan Ontologys Qur’ani

Dapat dipahami, bahwa memang bisa timbul kebingungan bagi sementara

kalangan terhadap pandangan ontologys qurani yang telah dikemukakan,

khususnya bagi mereka yang berpijak pada cara pandang ontologysm filsafat

Barat dewasa ini.

Betapa mungkin alam gaib juga dinyatakan sebagai obyek materi ilmu

sementara secara epistemologis, atau lebih khusus lagi secara metodologis

tidak dimungkinkan adanya suatu alat verifikasi yang dapat digunakan secara

bersama oleh semua orang. Misalnya, bagaimana menggunakan verifikasi untuk

menguji kebenaran pernyataan mengenai hal-hal yang bersifat gaib.

Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi sebab dalam rangka verifikasi, dunia

ilmu sekuler sendiri telah mengakui salah satu acuan verifikasi adalah

pernyataan-pernyataan otoritas. Verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang

berkenaan dengan obyek alam gaib, dapat dilakukan mengenai verifikasi

rasional terhadap pernyataan-pernyataan doctrinal yang berkenaan dengannya,

(7)

Jawaban tersebut memang masih dapat menimbulkan pertanyaan

Mesti menjadi perhatian adalah bahwa pandangan Islam tentang realitas

sebagai objek kajian ilmu ternyata tidak hanya terpaku pada dunia empiric atau

fiscal tetapi juga mencakup dunia ruh. Diri manusia sendiri adalah miniatur

semesta yang tidak hanya terdiri atas jasad tetapi juga hati, perasaan, jiwa dan

ruh yang merupakan “bagian” dari Tuhan. Karena itu, metodologi pemikiran

Islam tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan dan kegeniusan rasio tetapi

harus dengan kesucian hati.

Maka dalam kajiannya Ilmu filsafat memiliki obyek materi Ilmu yangi

terbagi atas dua, yakni Obyek material dan obyek formal.

1. Obyek Material

Objek Material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan

(materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju

akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan

akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam

(kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata

"akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata

Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling

(8)

dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan

hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.

2. Obyek Formal

Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material,

yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang

kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan

efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.

Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya.

Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat

ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang

ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga

yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.

Demikianlah sesungguhnya pandangan ontologys qurani sebagaimana

dikemukakan diatas, dapat dibuktikan meniscayakan lahirnya sebuah proses

ilmiah yang konsisten melahirkan sebuah pengetahuan ilmiah yang dapat

diverifikasi.

Maka, Pandangan ontologys tersebut melahirkan pandangan mengenai

obyek materi ilmu dengan pernyataan singkat sebagai berikut:

1. Obyek ilmu adalah alam syahadah maupun alam gaib

2. Membangun pengetahuan ilmiah mengenai alam tersebut dilakukan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi “ Electronic Calendar Diary Book ” yang dapat diimplementasikan pada komputer dengan menggunakan database local sebagai media penyimapan sangat bermanfaat untuk kaum

adalah status upload berkas, status "belum” berarti berkas belum di upload, icon berarti sudah melakukan upload berkas, anda bisa mendownload kembali berkas tersebut

This฀ chapter฀ covers฀ the฀ process฀ of฀ creating฀ content฀ –฀ the฀ content฀ pipeline฀ –฀ from฀ concept฀ by฀ creators฀ to฀ consumption฀ by฀

Dengan kata lain, uraian ini hendak memaparkan pandangan masyarakat Kalisat terhadap mediasi di pengadilan, apakah dengan mediasi lokal yang telah menjadi pola

Laju rata-rata pertambahan panjang secara linier di kedalaman 9 meter, 6 meter, dan 3 meter selama empat bulan yaitu dari bulan agustus- november meningkat

kedua terminal dalam keadaan baik tidak berkarat ataupun korosi. 5) Pemeriksaan kekencangan klem baterai Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, klem dalam keadaan

PT Artha Daya Coalindo harus melakukan koreksi positif atas pajak jasa giro sebesar Rp.6.137.077,- yang merupakan PPh final atas pendapatan jasa giro dan tidak bisa

Pada kelompok hipotesis 3 yang menguji masing-masing dimensi ekuitas merek dalam memediasi hubungan antara citra negara asal dan ekuitas merek menghasilkan simpulan