Siti Cotijah 1306015102
Psikologi Komunikasi Gender “Efektifitas Kemampuan Gaya Berbicara”
Linda Carli (1990)
Sex & Gender
Telah ada banyak sekali pembicaraan mengenai terminologi sex dan gender, dengan bermacam-macam aturan yang menunjukan penggunaannya. Pada umumnya persetujuan untuk memakai istilah sex merujuk pada pembawaan lahir atau sifat secara biologis. Demikian bahwa perbedaan sex (Sex Differences) yang berarti perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada pembawaannya. Berlawanan dengan gender merujuk pada aspek non biologis pada menjadi perempuan atau laki-laki, seperti dugaan kultural pada feminitas dan kejantanan. Pernyataan dari perbedaan gender merujuk pada perbedaan hasil dari pengalaman (Unger, 1979; Unger & Crawford, 1996).
Komunikasi
Banyak dari interaksi sosial melibatkan komunikasi; beberapa orang berpendapat bahwa perbedaan gender dalam bentuk–bentuk komunikasi lebih penting dari pada perbedaan lainnya. Bentuk-bentuk komunikasi mampu merefleksikan dan mengabadikan dugaan-dugaan peranan gender dan perbedaan status. Sebagaimana biasa, sering kali ada bermacam-macam situasi tergantung pada konteks.
Efektivitas Kemampuan berbicara
dianggap lebih berpengetahuan luas dibandingkan dengan perempuan. Kedua, ketegasan perempuan dipandang berbeda oleh laki-laki dan perempuan. Perempuan yang mendengar sosok wanita tegas lebih terpengaruh oleh pembicaraannya dan kepercayaannya daripada wanita tentatif. Sebaliknya, laki-laki yang mendengarkan wanita tentatif akan lebih terpengaruh dan menemukan kepercayaan dibandingan mereka wanita tegas. Meskipun wanita tentatif dianggap kurang berpengetahuan luas dan kompeten daripada wanita tegas. Demikian pula laki-laki, lebih daripada wanita, lebih terpengaruh oleh keramahtamahan umum dari pembicara wanita daripada laki-laki. Keduanya Laki-laki dan perempuan menilai pembicara tentatif sebagai kurang percaya diri, kuasa dan pandai.
Kenapa laki-laki akan lebih terpengaruh oleh wanita tentatif mengingat mereka cenderung kurang berpengetahuan dan kompentent? Carli menyatakan bahwa wanita tegas melanggar harapan, menyebabkan laki-laki untuk menentang argumennya. Mendukung ini adalah fakta bahwa laki-laki menilai wanita tentatif seperti lebih dipercaya dan menyenangkan daripada wanita tegas. Wanita memberi nilai yang lebih tinggi terhadap mereka yang tegas pada dimensi- dimensi ini dan pada mereka yang tentatif. Carli mengangkat masalah ini bahwa wanita mungki tau apa yang sedang terjadi. Sehingga mereka mungkin menggunakan bahasa tentatif sebagai strategi pengaruh yang halus untuk mengatasi status mereka yang rendah pada interaksi lawan jenis. Sebelum orang dengan status yang rendah bisa membuat idenya didengar mereka harus mendemonstrasikan bahwa mereka tidak memilik keinginan untuk bersaing untuk status (Meeker & Weitzel-On’Neill, 1985).
Fenomena Pada Kenyataan Masa Kini