HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU DAN KELOMPOK SOSIAL MASYARAKAT
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya.Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah masyarakat.
A. Konsep Individu Dan Konsep Keluarga
ndividu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Allah S.W.T di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
Individu dengan keluarga, hubungan ini sangatlah mutlak. Dikarenakan individu terlahir dari keluarga, tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang suatu saat individu ini akan membentuk keluarganya sendiri. Peran individu dalam keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis dan sosial. Relasi khusus ini mencangkup kebudayaan lingkungan keluarga yang dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, dan nilai-nilai agama).
Individu dengan masyarakat, hubungan ini adalah tahap selanjutnya dari seseorang yang telah mempelajari cara berinteraksi yang telah diajarkan dalam keluarga. Dalam hal ini, individu memasuki suatu ruang lingkup yang sangat luas karena terdapat individu yang berbeda dan berasal dari berbagai daerah/komunitas. Masyarakat itu bersifat makro. Sifat makro diperoleh dari kenyataan, bahwa masyarakat pada hakiaktnya terdiri dari sekian banyak komunias yang berbeda, sekaligus mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan individu – individu.
Naluri manusia untuk selalu brhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-alasan sebagai berikut:
1) Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyarakat).
2) Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
3) Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai “gregariousness”.
B. Pengertian Kelompok social
Mac iver (1961 : 213) kelompok sosial adalah : “kelompok sosial terbentuk melalui proses interaksi dan sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan bersatu dalam kehidupan bersama berdasarkan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dan memiliki kebersamaan untuk tolong menolong”. Berdasarkan pengalaman dalam kelompok, manusia mempunyai sistem tingkah laku (behavior system) yang dipengaruhi oleh watak pribadinya. Sistem prilaku ini yang akan membentuk suatu sikap (attitude).
Pembagian kelompok sosial dari sudut pandang individu dapat dilihat dari : 1) Keterlibatan individu dalam kelompok tersebut.
2) Keanggotaan individu tidak selalu bersifat sukarela, tapi bisa bersifat wajib.
3) Kelompok sosial juga bisa didasari oleh kekerabatan, usia, sex (gender), pekerjaan dan status sosial.
C. Pengertian Masyarakat
Koentjaraningrat (1990 : 146), masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.
Ciri-ciri pokok dari masyarakat :
1) Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang.
2) Bercampur atau bergaul bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
3) Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4) Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
5) Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Unsur-unsur terbentuknya suatu masyarakat
1) Terdapat sekumpulan orang.
2) Berdiam atau bermukim disuatu wilayah dalam waktu yang relatif sama atau waktu yang lebih lama.
3) Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
4) Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama. 5) Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
6) Akibat hidup bersama dalam jangka waktu yang lama menghasilkan kebudayaan berupa sistem nilai,sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Masyarakat secara garis besar menyangkut 3 aspek, yaitu :
1) Struktur sosial. Keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidah-kaidah sosial (norma sosial), lembaga sosial, kelompok sosial dan lapisan sosial (pranata sosial).
2) Proses sosial. Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
3) Perubahan sosial. Perubahan dalam struktur sosial dan jalinan hubungan dalam masyarakat.
Masyarakat terbentuk karena adanya individu-individu, demikian pula dengan individu dapat mengaktualisasikan & bersosialisasi sebagai mahluk sosial.
D. Masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Dalam masyarakat pedesaan hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin dengan erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok. Pekerjaan inti masyarakat pedesaan terkonsentrasi pada satu sektor yaitu pertanian. Masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut soekanto (1982:149).
hubungan yang erat diantara masyarakatnya.
biasanya kehidupannya masih sederhana dan memilii pekerjaan yang sama.
Masyarakat perkotaan.
Masyarakat perkotaan pekerjaannya beraneka macam dan tidak terkonsentrasi kepada satu aspek pekerjaan. Pada masyarakat perkotaan sifat-sifat dan ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, antara lain perbedaan dalam menilai keperluan hidup. Soerjono soekanto (1982:149) mengemukakan beberapa ciri lain yang membedakan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan, yaitu :
1) Kehidupan keagamaan.
Masyarakat pedesaan mengarah kepada kehidupan yang agamis, sedangkan masyarakat perkotaan mengarah kepada kehidupan duniawi. Hal ini dilandasi oleh cara berfikir yang berbeda.
2) Kemandirian
Hal terpenting bagi masyarakat perkotaan adalah individu sebagai perseorangan yang memiliki peran serta status dalam masyarakatnya. Pada masyarakat pedesaan individu tidak berani menunjukkan eksistensinya dan kurang berani untuk menghadapi orang lain dengan latar belakang yang berbeda.
3) Pembagian kerja
Pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan jelas, sehingga mempunyai batas-batas yang nyata. Pada masyarakat pedesan adalah kebalikannya.
4) Peluang memperoleh pekerjaan
Dengan adanya sistem pembagian kerja yang tegas maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini juga dilihat dari faktor tingkat pendidikan.
5) Jalan pikiran
Pola pikir rasional pada masyarakat perkotaan memungkinkan terjadinya interaksi berlandaskan kepentingan bukan faktor pribadi.
Jalan kehidupan yang cepat (roda kehidupan yang cepat) bagi warga kota menempatkan dihargainya/pentingnya faktor waktu dalam mengejar kehidupan individu.
7) Perubahan sosial
Pada masyarakat kota kemungkinan perubahan sosial lebih baerguna dibanding warga desa karena mereka lebih terbuka bagi adanya perubahan.
Daftar Pustaka :
Elisanti, dan Rostini Tintin. 2009. Sosiologi I: untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Maryati, Kun dan Juju Suryawat. 2013. Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga
Ruswanto. 2009. Sosiologi: SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE – UI.