• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Informasi dalam Organisasi. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Informasi dalam Organisasi. pdf"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Ragam Peranan Strategis

Organisasi  adalah  suatu  kumpulan  individu  yang  bersepakat  untuk  menjalankan  misi  tertentu  melalui  berbagai  perangkat  dan  sumber  daya  yang  dimiliki  demi  tercapainya  suatu  visi  yang  telah  dicanangkan.  Berdasarkan  tata  cara  yang  telah  disusun,  masing‐ masing  individu  dan  unit  organisasi   menjalankan  ak�vitasnya  sehari‐hari  dengan  memanfaatkan  berbagai  modal  dan  aset  yang  berada  dalam  posesi  komunitas   yang  bersangkutan.  Dalam  konteks  ini,  ‘informasi’ memiliki sejumlah peranan strategis, antara  lain:

Sebagai hasil  olahan dari  data mentah yang dimiliki oleh organisasi, sehingga memiliki ar�  yang jelas dan relevan bagi kebutuhan organisasi terkait (McLeod, 2004);

Sebagai dasar  individu dalam  organisasi,  mulai  dari  pimpinan  ter�nggi hingga staf  atau 

karyawan terendah, dalam proses pengambilan keputusan (Mora, 2003);

Sebagai  representasi  rekam  jejak  fakta  atau  fenomena  (misalnya  :  transaksi,  interaksi,  kooperasi, dan lain sebagainya) yang terjadi dalam wilayah organisasi (Hlupic, 2003);

Sebagai komponen utama  dalam proses  komunikasi,  dalam hal ini untuk  mempaketkan  pesan (baca : ‘message’) yang ingin disampaikan atau dipertukarkan (Sigala, 2007); 

Sebagai aset  atau sumber  daya organisasi karena di dalamnya mengandung makna  yang  terkait  langsung  maupun  �dak  langsung  dengan  produk  atau jasa  yang  dihasilkan  oleh  organisasi terkait (Law, 2007) dan terkadang memiliki nilai komersial yang harus  dilindungi  karena   mengandung  Hak  Atas  Kekayaan  Intelektual   seseorang  atau  kolek�f  individu  (Freeman, 2005); dan

Sebagai bahan  pengembangan  pengetahuan  (Gupta,  2004)  karena adanya  unsur  fakta/ data, fenomena, konteks, dan kualitas dari dalamnya (Dieng‐Kuntz, 2002).

Bagi organisasi moderen, apakah yang bersifat  komersial atau non‐profit,  keberadaan informasi  yang  berkualitas sangatlah  pen�ng,  karena tanpanya,  �dak mungkin dapat  memenuhi harapan  seluruh pemangku kepen�ngan (baca : ‘stakeholders’) yang ada – terutama  dalam usahanya untuk  mencapai visi  dan misi yang  telah  ditetapkan.  Oleh  karena itulah  maka keberadaan  informasi 

Peranan Informasi dalam Organisasi

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu

EKOJI

999

Nomor 376, 19 September 2013

(2)

berkualitas dipandang sebagai sebuah hal  yang sangat strategis  dan krusial bagi organisasi dewasa  ini.

Model Tata Kelola Informasi

Sebagai  sebuah  aset,  sumber  daya,  produk,  representasi,  atau  keluaran,  informasi  memiliki  berbagai jenis karakteris�k (Rossi,  2001).  Domain  klasifikasinya pun beragam,  seper�  (Colomb,  2002):

Formal vs. Informal – membagi informasi berdasarkan sifat keabsahannya;

Internal vs. Eksternal – mengklasifikasikan informasi berdasarkan sumbernya;

Primer vs. Sekunder – memilah informasi berdasarkan siklus hidupnya;

Kuan�ta�f  vs.  Kualita�f  –  mengkategorisasikan  informasi   berdasarkan  karakter  representasinya;

Eksplisit vs. Implisit – memandang informasi  dari  sisi seman�knya (baca : ilmu mengar�kan  kalimat); dan lain‐lain.

Disamping itu,  informasi pun memiliki nilai kualitas  di  dalamnya,  terutama  dalam  era  internet  dimana   begitu  banyaknya   informasi  yang  mengalir  di  dunia  fisik  maupun  siber,  dimana  di  dalamnya  bercampur  antara  informasi  yang  memiliki  nilai  kebenaran  hingga  yang  bersifat  ‘sampah’  atau �dak berguna  karena  �dak memiliki unsur  kebenaran.  Contoh karakteris�k yang  dimaksud adalah sebagai berikut (IT Governance Ins�tute., 2007):

Efek�f – informasi sesuai/relevan dengan kebutuhan penggunanya;

Efisien – informasi dihasilkan melalui penggunaan sumber daya yang op�mum;

Rahasia – informasi terlindungi dari pihak‐pihak yang �dak berwenang;

Integritas – informasi secara utuh �dak boleh terkontaminasi;

Ketersediaan – informasi dapat dihasilkan saat diperlukan;

Terpercaya – informasi dihasilkan oleh proses yang konsisten; dan

Kepatuhan – informasi diperoleh sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Keberanekaragaman karakteris�k informasi dan �ngkat  kualitas informasi tersebut mengandung  ar�  bahwa  organisasi  harus memiliki  cara,  model,  kebijakan,  prosedur,  dan  mekanisme dalam  melakukan pengelolaan atau manajemen terhadap informasi dimaksud. Tanpa  adanya model tata  kelola informasi yang baik, mustahil akan diperoleh informasi yang berkualitas  dan mendatangkan  manfaat  bagi organisasi terkait.  Paling  �dak,  model tata  kelola yang  harus  diperha�kan dalam  manajemen informasi menyangkut (IT Governance Ins�tute., 2007):

Proses perencaanaan dan pengorganisasian informasi;

(3)

Proses pengawasan dan penilaian kualitas informasi.

Ekosistem Pengelolaan Informasi

Dalam organisasi, ekosistem pengelolaan informasi  dapat dibagi  menjadi �ga  bagian, yaitu masing‐ masing terkait dengan: (i) proses; (ii) sumber daya manusia; dan (iii) teknologi, dengan penjelasan  sebagai berikut (Heiskanen, 2004):

Proses  melipu�  ak�vitas  atau  kegiatan  mengelola  informasi  yang  telah  disampaikan  sebelumnya,  dimana   kerap  diis�lahkan  sebagai  Manajemen  Informasi  –  yaitu  suatu  rangkaian  ak�vitas  terkait  dengan  perencanaan,  pengorganisasian,  pengadaan,  penggunaan,  pemeliharaan,  peremajaan,  pengawasan,  dan penilaian  terhadap  beragam  jenis dan karakteris�k informasi agar dapat memberikan manfaat sesuai  dengan kebutuhan  organisasi (Applegate, 2003). 

Sementara terkait  dengan sumber  daya manusia beserta komponen pendukungnya serta  kesepakatan  interaksi   di  antaranya,  dibangunlah  sebuah  Sistem  Informasi  –  berupa  kumpulan  dari  individu  dan/atau  unit‐unit  organisasi,  beserta  perangkat  pendukung  ak�vitasnya sehari‐hari,  dimana di  dalamnya diberlakukan  suatu  aturan  interaksi  untuk  memas�kan tercipta dan mengalirnya  informasi dari satu tempat ke tempat lainnya  sesuai  dengan kebutuhan individu dan/atau unit organisasi dimaksud (Harindranath, 2002).

Karena  sifatnya  yang  ‘intangible’  maka  diperlukan  sebuah  cara   untuk  mengambil,  menampung,  menyimpan,  mengolah,  dan  mendistribusikan  informasi  dimaksud,  yang  dewasa ini dilakukan melalui pemanfaatan Teknologi Informasi. Dengan melakukan proses  digitalisasi terhadap informasi,  maka  secara mudah,  murah,  dan cepat,  informasi dapat  dikumpulkan,  diorganisasikan,  disimpan,  diolah,  dikembangkan,  dan  didistribusikan  ke  pihak‐pihak  yang  membutuhkannya  dalam  organisasi,  tentu  saja   sesuai  dengan  tugas  pokok, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya (Salazar, 2007).

Hubungan antara Manajemen Informasi, Sistem Informasi, dan Teknologi Informasi dapat kurang  lebih dianalogikan sebagaimana tubuh manusia, sebagai berikut:

Sistem  Informasi  memiliki  fungsi  dan  karakteris�k  sebagaimana  dalam  tubuh  manusia  terdapat  sistem  pencernaan,  sistem peredaran  darah,  sistem  pernafasan,  sistem  syaraf,  dan lain sebagainya;

Sementara  Manajemen  Informasi  merupakan  suatu  mekanisme  sehari‐hari  untuk  memas�kan tubuh manusia sehat dan bekerja secara normal, misalnya  mekanisme makan  dua kali sehari, kebiasaan berolah‐raga, cek kesehatan ru�n, dan lain sebagainya; dan

Dan Teknologi Informasi merupakan sejumlah alat atau piran� yang membantu manusia  dalam usahanya untuk menjalani hidup sehat, termasuk di  dalamnya  alat‐alat olah raga,  perangkat pemantau kesehatan, vitamin tambahan, kacamata, alat pacu jantung, dan lain  sebagainya. 

(4)

Penggambaran  dengan  menggunakan  analogi  teori  ekonomi,  dimana  Sistem  Informasi  dianggap  sebagai  kebutuhan  (demand)  sementara  Teknologi  Informasi  dilihat  sebagai  bagian  dari solusi (supply),  dimana kedua  kutub  ini dapat  saling  bertemu  dan  mengisi  melalui Manajemen Informasi yang baik (Cash, 1992);

Anggapan  bahwa Sistem Informasi merupakan suatu domain terbesar  dalam  lingkungan  ekosistem yang terdiri  dari sejumlah komponen pembentuk di antaranya  adalah Teknologi  Informasi  (node)  dan  Manajemen  Informasi  (path)  –  sebagaimana  representasi  sebuah  jejaring atau jaringan (McFarlan, 1983); dan

Relasi   antara  ke�ganya  dapat  digambarkan  dan  dibedakan  dengan  cara  menganggap  Sistem Informasi sebagai cara mendeskripsikan suatu komponen pen�ng organisasi  yang  terkait  dengan  informasi  (WHAT  and  WHY),  sementara  Teknologi  Informasi  lebih  menekankan pada alat/piran� dan cara yang digunakan individu atau unit organisasi dalam  menjalankan  fungsinya  di  organisasi  (WHO,  WHERE,  and  WHEN),  dan  Manajemen  Informasi   adalah  pendekatan  atau  mekanisme  yang  dipergunakan  untuk  mengelola  informasi (HOW) (Cook, 1996).

Terlepas dari  berbagai mazab dan aliran pemikiran yang ada, ke�ga  is�lah tersebut yaitu sistem  informasi, teknologi  informasi, dan manajemen informasi memiliki relasi keterkaitan yang sangat  erat, sehingga ke�ganya �dak dapat dengan mudah dipisahkan secara eksklusif. Pada hakekatnya,  ke�ganya ada dalam konteks organisasi karena prinsip dan/atau alasan sebagai berikut :

Kebutuhan dan keberadaan data,  informasi,  pengetahuan, dan kearifan (baca  :  wisdom)  yang dibutuhkan oleh organisasi  harus dikelola secara sungguh‐sungguh dan terkoordinasi,  �dak bisa dilepaskan begitu saja;

Keseluruhan aset organisasi tersebut  �dak berada dalam  satu wilayah organisasi namun  tersebar  di  seluruh  ��k  individu  dan unit  organisasi sehingga membentuk  sistem  yang  rela�f kompleks dan harus dipahami cara kerja dan dinamikanya;

Volume  dan  frekuensi  penciptaan,  pengolahan,  penggunaan  dan  pemanfaatan  sumber  daya informasi tersebut sangatlah �nggi sehingga  untuk mengelolanya dibutuhkan bantuan  teknologi informasi dan komunikasi yang handal agar efek�f dan efisien; dan

Pada  hakekatnya   keseluruhan  domain  pengelolaan  informasi  tersebut  berada  dalam  wilayah ekosistem organisasi  yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi  satu  dengan  lainnya,  sehingga dalam  melakukan  pengelolaan terhadap  data,  informasi,  pengetahuan,  dan  kearifan organisasi harus  dengan melalui pendekatan  pemikiran  dan  penerapan yang holis�k dan sistemik.

Nilai Ekonomi dari Informasi

(5)

maka  dikenalkan  berbagai  metode  untuk  membuat  informasi  yang  bersifat  ‘intengible’  dan  ‘unquan�fiable’  tadi  ke  dalam  sebuah  nilai   ekonomi  yang  bisa  dikuan�fikasi,  diolah,  dan  dikomparasi.  Contoh  model  atau  konsep  dimaksud  antara  lain  adalah:  Strategic  Analysis  Evalua�on,  Informa�on Economics, Value Chain Assessment,  Rela�ve Compe��ve Performance,  Proposed of Management  Vision Achieved, Work Study  Assessment, Financial‐Accoun�ng Based  Analysis, User U�lity Assessment, dan lain sebagainya (Remenyi, 2007). 

Pen�ngnya mengetahui aspek ini adalah untuk memper�mbangkan posisi sistem  dan  teknologi  informasi dalam  konteks manajemen informasi  sebuah  organisasi.  Walaubagaimanapun,  aspek  ‘cost‐benefit’  atau  perhitungan  komparasi  antara  keuntungan  dan  biaya  yang  dikeluarkan  organisasi  sangatlah  perlu  untuk  diperha�kan  karena  akan  mewarnai  strategi  pengembangan  sistem,  teknologi,  dan  manajemen  informasi  dari  organisasi  terkait.  Biasanya,  dalam  kondisi  demikian, peranan dan komitmen pimpinan organisasi akan sangat menentukan maju mundurnya  implementasi  atau  penerapan  sistem,  teknologi,  dan  manajemen  informasi  –  dalam  ar�  kata  adalah unsur ‘leadership’ sangat menentukan dalam konteks ini.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Perjanjian Kerja Sama antara BPJS Ketenagakerjaan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang sedang berjalan tetap berlaku

Kedua, dalam Undang-undang Nomor 07 Tahun 2017 tentang pemilu pada pasal 280 menjelaskan perihal larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan ketika kampanye Pemilu,

Kemampuan membaca cepat merupakan keterampilan memilih isi bacaan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan pembaca tanpa membuang-buang

Individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan , sementara individu tidak menyadari bahwa ia

Menurut Wati (2015), penggunaan mesin pemanen padi (combine harvester) yang akan memberikan dampak negatif yang lebih banyak, penggunaan mesin ini hanya akan

Selama ini Kelompok Nanzankai (Kelompok Orang Jepang pensiunan tamatan beberapa perguruan tinggi terkenal) yang selama ini berupaya membantu UNSADA melalui diskusi dengan

Skipsi ini berjudul “Pengaruh Penerapan E-Registration, E-SPT, E-Filing, dan E-Billing terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Pangkalpinang