• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENDER PENDIDIKAN ADE KURNIA PUTRI SEKOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GENDER PENDIDIKAN ADE KURNIA PUTRI SEKOL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GENDER PENDIDIKAN ADE KURNIA PUTRI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN) JURAI SIWO METRO

ABSTRAK

It is undeniable that gender inequality still occurs especially in the developing world. This inequityoccurs in various fields of human life, among others in the fields of education, social, and economic. Genderinequality that occursmainly in the field of education is influenced by various factors: cultural factors, patriarchy,sociology and psychology. The imbalance also affects the life of the nation and the state. To that end, this studydiscusses the factors that cause the occurrence of gender inequality and the impact that would occur if genderinequalities allowed to drag and solutions that are expected to be applied so that gender inequality can be reducedor even eliminated.

Keyword: gender inequality, education, causes, impact

Abstrak:

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketidaksetaraan gender masih saja terjadi terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Ketidak setaraan ini terjadi di berbagai bidang kehidupan

manusia, antara lain di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Ketidaksetaraan gender yang terjadi terutama dibidang pendidikan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor budaya,

patriaki, sosiologi dan psikologi. Ketidak seimbangan tersebut juga berdampak terhadap kehidupan bangsa dan negara. Untuk itu, penelitian ini mendiskusikan tentang faktorfaktor penyebab

terjadinya ketidaksetaraan gender dan dampak yang akan terjadi jika ketidak setaraan gender dibiarkan berlarut-larut serta solusi yang diharapkan dapat diaplikasikan sehingga ketidaksetaraan gender dapat dikurangi atau bahkan dihapuskan.

(2)

A. Pendahuluan

Kurikulum adalah Istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaanya. Kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicapai.

Dalam Pendidikan Islam “kurikulum” (manhaj) dimaksudkan sebagai “jalan atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mereka”, (Omar Muhammad,

1979:478). Hilda Taba (Munir, 2008: 28), mendefinisikan kurikulum sebagai rencana belajar dengan mengungkapkan bahwa curriculum is a plan for learning, Kurikulum dipersiapkan dan demi dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, Pada dasarnya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman

belajar, dan kurikulum sebagaiperencanaan pembelajaran. Sekolah didirikan untuk membimbing peserta didik agar berkembang sesuai tujuan yang diharapkan. Ini berarti titik sentral kurikulum adalah anak didik itu sendiri. Namun kurikulum juga berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang bersangkutan.

Perkembngan anak didik hanya akan tercapai apabila dia memperoleh pengalaman belajar, baik melalui mata pelajaran ataupun kegiatan lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Zais, (Wina Sanjaya, 2009: 8) bahwa “kurikulum sebagai suatu rencana harus bermuara pada perolehan pengalaman peserta didik yang sengaja dirancang untuk mereka miliki dasar yang berbeda Dalam kehidupan keluarga interaksi pendidikan dapat terjadi setiap saat, setiap kali orang tua bertemu, berdialog, bergaul, dan bekerjasama dengan anak-anaknya. Pada saat demikian banyak perilaku spontan yang diberikan kepada anak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan mendidik besar sekali. Orang tua menjadi pendidik juga tanpa dipersiapkan secara formal. Karena sifat-sifatnya yang tidak fomal tidak memiliki rancangan yang konkret dan juga tidak disadari, maka pendidikan keluarga disebut pendidikan informal, yang tidak memiliki kurikulum formal dan tertulis. Namun pendidikan dari orang tua (lingkungan keluarga) tidak semuanya negatif, karena pendidikan pertama dan utama adalah orang tua sendiri yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak kandungnya (peserta didik).

A. Persamaan Gender

Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan selayaknya mulai dibibitkan untuk anak yang di awali dari lingkungan keluarga. Bukan langkah yang mudah untuk orang tua dalam

(3)

bagaimana seharusnya anak laki laki dan perempuan, dan di pihak lain, berawal dari kesadaran mereka jika ketentuan ketentuan itu menciptakan ketidak adilan untuk buah hati mereka baik laki laki maupun perempuan. Tetapi, keseharian orang tua yang saling mengasihi dan menghormati bisa menjadi contok terbaik untuk buah hati nya. Seorang Ayah maupun ibu yang memiliki pemikiran luas berwawasan gender sangat di butuhkan demi penanaman dalam pembentukan penanaman mentalitas pada anak, baik pria maupun wanita. Gender yakniperan yang seperangkatyang

menyalurkan kepada orang lain jika kita itu feminin atau maskulin1 wadah pemikiran yang tertata kemanusiaan nak didik yang seperti ini sepertinya yang nantinya akan menjadikan nilai kehidupan di masyarakat yang berkualitas, bersama frame work domain kemanusiaan yang seperti itu juga akan menjadi bentuk streotip anak didik untuk melihat pribadi nya pada keterkaitannya dengan orang lain, apakah berdiri pada tempat yang sejajar atau berdiri pada tempat yang berbeda, saling memusuhi, melecehkan atau bertindak secara diskriminasi.2

Tujuan didirikan nya pendidikan yakni efisiensi sosial menggunakan langkah menggunakan usaha usaha untuk hadir menghadiriaktivitas aktivitas untuk mencapai kesejahteraan dengan bebas dan secara maksimal. Urutan penyusunannya masyarakat yang bisa menjadi wadah pribadi yang memiliki efisiensi berikut yakni cara demokrasi sesuai dengan kesejahteraan, rasa saling

menghargai demi memaksimalkan kepentingan bersama, dan cara ini yaitu cara untuk mengontrol. Tentang lingkupan dalam demokrasi pendidikan. Dalam pendidikan, untuk metode pembelajaran bagi siswa maupun siswi harus I tanamkan sejak diniuntuk memiliki hak berpendapat secara bebas. Siswa harus proaktif tidak hanya pasrah untuk mendapat pendidikan dari guru. Dan pula, guru harus pujla bisa menciptakan hal hal baru berupa suasana dan sebagainya di tujukan agar siswa atau siswi selalu merasa fokus dan memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi tentang pengetahuan. Perlu kita ketahui bahwa pendidikan yakni usaha yang kita jalani untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hasilnya suatu kriteria pada masukan untuk pembangunan pendidikan yang berisikan cita-cita atau angan angan dan istimewa. Sosial yang seperti ini diharuskan mempunyai berbagai pengetahuan yang mampu memberikan interes setiap individu kepada individu untuk hubungan sosial. dan mempunyai pemikiran yang menjamin perubahan-perubahan sosial. Dasar demokrasi adalah kepercayaan dalam kapasitasnya sebagai manusia. Yakni, kepercayaan dalam kecerdasan manusia dan dalam kekuatan kelompok serta pengalaman bekerja sama. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa semua dapat menumbuhkan dan membangkitkan kemajuan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dibutuhkan dalam kegiatan bersama. Ide kebebasan dalam demokrasi bukan berarti hak bagi individu untuk berbuat sekehendak hatinya.

1 Alwen teher, Julia Cleves. 2007. Gender and Development. Yogyakarta : Pustaka Pelajar., Jurnal vondasia 2008 dalam jurnal Pendidikan dan Pemajuan Perempuan : Menuju Keadilan Gender*

(4)

Dasar demokrasi adalah kebebasan pilihan dalam perbuatan (serta pengalaman) yang sangat penting untuk menghasilkan kemerdekaan inteligent. Bentukbentuk kebebasan adalah kebebasan dalam berkepercayaan, mengekspresikan pendapat, dan lain-lain. Kebebasan tersebut harus dijamin, sebab tanpa kebebasan setiap individu tidak dapat berkembang. Bagi Dewey, kehidupan masyarakat yang berdemokrtatis adalah dapat terwujud bila dalam dunia pendidikan hal itu sudah terlatih menjadi suatu kebiasaan yang baik. Ia menyatakan bahwa ide pokok demokrasi adalah pandangan hidup yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga yang sudah dewasa dalam membentuk nilainilai yang mengatur kehidupan bersama. Ia menekankan bahwa demokrasi merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip utama yang harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk aturan sosial politik3

Perbedaan status antara pria Dan wanita atau perbedaan gender telah menyebabkan pernyataan yang berbeda pula bagi banyak masyarakat, juga terutama pada bidang pendidikan. kesiapan wanita untuk ikut hadir pendidikan berbanding terbalik dengan pria. Kesenjangan gender yang biasa atau sering terjadi dalam pendidikan formal di sekolah tidak senjang terjadi tanpa disadari oleh para pendidik sepertiguru guru, kedua orang tua juga serta murid murid yang pada umumnya guruguru merasa sudah memperlakukan para murid wanita dan priadengan seadil adilnya. Banyak diantara mereka yang tidak mengetahui dan tidak memahami apakah para buku pelajaran yang telah mereka pakai dan mewajibkan dipakai dengan benar-benar adil gender.

Banyak pertanyaan tentang kurikulum apayang telah sesuai diterapkan termasuk

ekstraccuriculer yang telah di perlakukan dengan adil. Membedaan perlakuan di antarasiswa perempuan dengan siswa laki-laki juga terjadi pada upacara yang sering digelar di sekolah sekolah. Anak pria karena suaranya keras rawan dipilih untuk di nobatkan menjadi untuk memimpin

upacara upacara, tanpa mereka sadari bahwa siswa wanita juga diantaranya ada yang memiliki suara tinggi, suara yang lantang dan juga tidak memalukan untuk dinobatkan menjadi pemimpin dalam upacara.

Terjadinya membeda membedakan perlakuan yang di antaranya juga dianggap wajar, dengan itu juruan menjadi pemimpin upacara yang juga tidak diberikan pun tidak dipedulikan karena telah dianggap satu satunya yang pantas menjadi pimpinan upacara hanya kaum pria. Isu dalam kesenjangan Gender untuk pendidikan yang terlihat paling menonjol menurut jika sanya yang pertama semakin meningkat dalam pendidikan makin meningkat pula kesenjangan gendernya, yang kedua kurangnya keperwakilan wanita untuk pengambilan kebijakan dan keterbatasan nya dalam pemahaman pengelola pengelola dan pelaksanaan pendidikan sesuai penting nya kesetaraan gender yang ketiga masih sering terjadi ciri ciri segregasi gender atau gender segregation untuk pemilihan jurusan ataujuga program study di Sekolah Sekolah Menengah Umum / SMA, Sekolah Menengah

(5)

Kejuruan/ SMK, yang ke empat di daerah daerah pedesaan anak wanita di anjurkan untuk menikah serta meninggalkan pendidikan dalam sekolah sekolah. Keseteraan gender sesuai bidang dalam pendidikan bisa menjadi begitu penting ter ingat sector sektor pendidikan yang merupakan sektor yang begitu strategis untuk di perjuangkan kesetaraan gender nya.4

B. Faktor-faktor Penyebab terjadinya

Kesenjangan Pendidikan pada Perempuan Sebuah media online memberitakan bahwa Umiyatun Hayati Triastuti, seorang Staf Ahli Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dalam sebuah acara Talk Show di Bandung menyatakan bahwa penyebab terjadinya kesenjangan gender adalah adanya nilai sosial serta budaya patriakal.12 Selanjutnya ia juga menyatakan bahwa sebagian masyarakat di Indonesia masih menganut pemahaman agama yang bersifat parsial sehingga menyebabkan ketidakadilan dalam

memperlakukan manusia menurut gendernya. Hal ini didukung oleh Meutia Hatta5 bahwa kuatnya budaya patriarki menyebabkan pemikiran bahwa adalah kesiasiaan menyekolahkan anak perempuan ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau menuturkan bahwa “setinggi-tinggi perempuan bersekolah, akhirnya masuk dapur juga. Pemikiran seperti ini tentu merupakan pemikiran yang sangat picik di era yang sudah semakin berkembang di masa ini. Paham inilah yang akan menjadikan bangsa kita jalan ditempat atau yang lebih buruk adalah semakin terpuruk ke dalam ketertinggalan.6

C. Ketidaksetaraan Gender dan Bentuk Ketidaksetaraan

Ketidaksetaraan gender disebabkan oleh akses, partisipasi dan kontrol yang tidak seimbang bagi perempuan dalam mencapai sumber daya.7 Ketidak samaan antara pria dan wanita memang final. Tetapi jika yang seperti itu di gunakan pada tingkat sosiokultural menghasilkan distorsi, bias

atau malah ke tidak adilan.8

Dalam pembagian peran, tidak terdapat ke akanan yang menjadi masalah selagi pria dan Wanita mendapatkan perlakuan secara seadil adil nya, yakni sesuai dengan kebutuhannya dan juga tidak merugikan salah satu dari mereka yakni antara wanita dan pria. Serta juga maskulin yang digunakan untuk menjadi dasar dalam memperlakukan pria dan wanita dengan berbeda dan merugikan salah satu diantara keduanya, jika di cerna secara baik akan terasa jika terjadi

ketidaksetaraan gender. Manifestasi ketidaksetaraan gender juga telahterjadi di berbagai tingkatan,

4Marzuki, 2008, “Studi Tentang Kesetaraan Gender dalam Berbagai Aspek”, dalam Makalah Sosialisasi Kesetaraan Gender Kegiatan KK N Mahasiswa UNY Di PKBM “Sekar Melati” Sinduadi Mlati Sleman tanggal 24 Desember 2008. PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015. Dalam jurnal Evalval uas i Pembela jaran Perspe erspe ktif Kesetaraan Kesetaraan Gender Dalam Sistem Pendidikan Nasional

5Nursyam,Prof.Dr.M.Si.PendidikanBagiKaumPerempuan. Di unduh dari: P.Todaro, Michael. Pembangunan ekonomi di dunia ketiga. 2003. Gelora aksara paratama. Dalam jurnal

KETIDAKSETARAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN: FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK, DAN SOLUSI 6

7Moser, CON. (1993). Gender Planning andDevelopment: Theory, Practice, andTraining, London : Routledge. Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01 2012. Dalam jurnal KETIDAKSETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN;

(6)

bidang and mengakar yang berawal dari keyakinan pada tiap masing-masing individu, keluarga, serta tingkat Negara yang juga bersifat globalisme. Salah satu yang tidak setaraan gender yang berkembang dalam masyarakat yakni pada bidang pendidikan. Pendidikan yang saling mengikat pada pendidikan formal, pengajaran langkahbelajar, motivasi, serta keterampilan agar dapat menyeimbangkan diri dalam lingkungan social.9

D. Kurikulum Pendidikan Karakter Inklusi Gender

Kata inklusi pada bumi pendidikan tidak jarang lebih menonjolkan usaha mempersatukan pendidikan para siswa yang yang memiliki kebutuhan atau berkebutuhan khusus (BK) ke dalam program sekolah reguler dengan menggunakan cara-cara yang realistis and komprehensif untuk kehidupan pendidikan secara keseluruhan.10 Walaupun kataInklusi mempunyai arti yang ber aneka ragam, tetapi gairah yang ditonjolkan yaitu menghasilkan cara baru untuk berkatalebih

mainstraiming sebagai banner untuk menyampaikanFull Inclusion ataupun menghapuskan

pendidikan berkebutuhan khusus atau juga sering disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).Dalam penulisan gender hal hal yang seperti ini bisa di sambungkan sesuai pendidikan memiliki Carakter Inklusigendere, untuk menunjukkan usaha usaha pendidikan carakter yang membangunrasa sadar sesuai karakter yang terkembang dalam relasi sosial yang memiliki keadilan gender. Bisa di senut juga keadilan gender bukan hanya suatu yang menjadi tulisan tapi juga mampu di Internalisasi pada kesadaran seseorang sampai tertumbuh Caraktersesuai sosialitanya. Pada waktu tersebar suatu pergerakan pendidikan berkarakter tanpa kaitkan bersama perspektif gender, artinya bukan masih ada kemungkinan karakter bangsa bangsa terbangun menjadi bias gender. Oleh karena itu harus adanya usaha khusus orientasi kurikulum pendidikan berkarakter yang rata atau gender. Adanya pikiran pikiran baru tentang isu-isu gender bukan berarti sesuatu yang baru, tapi juga masih pada proses menemukan bentuknya. Karena itu dalam gagasan Pendidikan Berkarakter Responsif Gender penyatuan pendidikan bisa berupa pengembangan kurikulum yang telah disusun berbasis gender. Adanya bukti-bukti masuknya pikiran baru ini pada kurikulum bisa di pandang dengan adanya Kurikulum Kesetaraan Gender (KKG) sesuai ni1ai yang terkandung padaIntegritasi Kurikulum yang harus dilaksanakan para pendidikketikaada pada waktu kegiatan belajar mengajar yakni: Keseimbangan hak pria dan wanita, perbedaan fisik pria dan wanita, partisipasi pria dan wanita, keadilan untuk pria dan wanita, kerja sama pria dan wanita, kesetaraan pria dan wanita, menghargai kemajemukan, demokrasi.Ada pun fase yang rentang dalam hal ini yakni Fase remajayaitupada fase

9 Joesoef, Soelaiman. (1979). Pendidikan Luar Sekolah, Surabaya : CV Usaha Nasional. Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01 2012 dalam jurnal KETIDAKSETARAAN GENDER DALAM

PENDIDIKAN

(7)

yang mudah, mengulastidak sedikitperubahan perubahan sepertipada aspek fisik, psikologis ataupun sosial. Seperti yang dikatakan oleh Erik Erikson11

E. Simpulan

Sekolah yang memiliki peran penting yakni sebagai miniatur untuk masyarakat, serta pada akhirnya juga sangat merespon dengan jalanmeng adopsi nilai banyak nilai yang berkembang di lingkunganmasyarakat sekitar. Langkah untuk pengadopsian seperti ini pula yang mewujudkan melalui proses dalam pembelajaran yang juga berbasis baik.

F. Saran

Demikian atau sesuai dengan pembahasan penulisan saya di atas sangat perlu di lakukan sosialisasi secara intensif sejak dini kepada pelajar atau mahasiswa tentang kiat kiat kesetaraan gender baik itu bersumber melalui kurikulum yang formal maupun juga melalui kegiatan-kegiatan yang berada diluar kurikulum formal.

Reference

Alwen teher Riant. 2008. Gender dan strategi pengarus-utamaannya di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar., Jurnal Sosialitas : Vol. 2 No. 1 Tahun 2012, dalam jurnal Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)

11Alfeld‐Liro, C. dan Sigelman C.K., 2002. Sex Differences in Self‐Concept of Depression During the Transition to College. Journal of Youth and Adolescence. Vol.27, 219 – 238. *).JURNAL

(8)

Aisyah. 2002. Ensiklopedia Feminisme (terjemahan Mundi Rahayu). Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Instruksi Presiden Republik. Jurnal Sosialitas : Vol. 2 No. 1 Tahun 2012 dalam jurnal Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)

Mohammad Muslih. Bangunan Wacana Gender. (Ponorogo: CIOS. 2007). Hal. 5-17. Jurnal KALIMAH.. Dalam jurnal Problem Aplikasi Paham Gender dalam Keluarga

Mosse, Julia Cleves. 2007. Gender and Development. Yogyakarta : Pustaka Pelajar., Jurnal vondasia 2008 dalam jurnal Pendidikan dan Pemajuan Perempuan : Menuju Keadilan Gender* Fatimah. 2004. Pendidikan Dan Stereotipe Gender. JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.9

No.2, Desember 2012 dalam jurnal KAJIAN KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR MITRA PPL PGSD

Zamroni M.A., Pendidikan Untuk Demokrasi: Tantangan Menuju Civikl Society, (Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2001), h. 30-31. Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014, TADBIR dalam jurnal KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY

Marzuki, 2008, “Studi Tentang Kesetaraan Gender dalam Berbagai Aspek”, dalam Makalah

Sosialisasi Kesetaraan Gender Kegiatan KK N Mahasiswa UNY Di PKBM “Sekar Melati” Sinduadi Mlati Sleman tanggal 24 Desember 2008. PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015. Dalam jurnal Evalval uas i Pembela jaran Perspe erspe ktif Kesetaraan Kesetaraan Gender Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Nasrudin,Prof.Dr.M.Si.PendidikanBagiKaum Perempuan. Di unduh dari: P.Todaro, Michael. Pembangunan ekonomi di dunia ketiga. 2003. Gelora aksara paratama. Dalam jurnal KETIDAKSETARAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN: FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK, DAN SOLUSI

Moser, CON. (1993). Gender Planning and Development: Theory, Practice, and Training, London : Routledge. Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01 2012. Dalam jurnal KETIDAKSETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN;

Heraty, Toeti Noerhadi, 2002.“Perihal Rekayasa dan Bias Gender”.Dalam Politik dan Gender. Yogyakarta: Yayasan Cemeti, dalam jurnal PERTUNJUKAN TARI: SEBUAH KAJIAN PERSPEKTIF GENDER

Joesoef, Soelaiman. (1979). Pendidikan Luar

Sekolah, Surabaya : CV Usaha Nasional. Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01 2012 dalam jurnal KETIDAKSETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN

(9)

Alfeld‐Liro, C. dan Sigelman C.K., 2002. Sex Differences in Self‐Concept of Depression During the Transition to College. Journal of Youth and Adolescence. Vol.27, 219 – 238.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pengungkapan perubahan iklim, kinerja lingkungan, dan corporate social responsibility (CSR)

NOVI NURLATHIFAH (1000434) “the Effect of Tactical Games Model towards Students’ Ability and the Development of Students’ Cooperativeness in Playing Hockey

Kamu harus memiliki konsep diri yang positif dan berusaha mengubah dirimu serta cara pandangmu terhadap persoalan di dalam hidup sehingga kamu akan dapat menanggapi segala

Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak dibagikan kepad anggoya; tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang

Pembudidaya KJA skala kecil dan setempat mendapatkan akses sumber daya melalui berbagai cara, yaitu melalui akses kapital yang diperolehnya melalui para pemodal seperti

Kita ambil satu contoh untuk kayu asam (Tamarindusindica) setelah maraknya penggunaan kayu asam sebagai bahan pengomprongan maka manfaat langsung berupa buahnya

Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap unit produk atau keluaran, merupakan hasil bagi biaya total terhadap jumlah keluaran yang dihasilkan...

Analisis kesadaran (awareness) dan kepekaan (sensitivity) mahasiswa atas konsep language awareness. Hasil analisis tersebut kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Tujuan