3. Dinamika Penyelenggaraan Negara dalam Konteks NKRI
Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan bahwa “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik.” (Pasal 1 Ayat 1) dan dijelaskan juga bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.” (Pasal 18 Ayat 1).
Dalam perjalanan pelaksanaan ketentuan tersebut mengalami dinamika atau pasang surut dalam pelaksanaannya hingga saat ini, terutama dalam hal pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah berkali-kali. Perubahan tersebut terjadi karena adanya permasalahan efektifitas dalam mewujudkan tujuan negara, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan, keamanan dan keadilan bagi warga negara.
Daerah mempunyai persepsi bahwa penyelenggaraan negara yang bercirikan pada kekuasaan terpusat, maka tujuan negara tidak bisa
terwujud dan tidak sebanding dengan kekayaan alam yang dimiliki daerah. Sedangkan, pusat mempunyai persepsi bahkan kekhawatiran akan adanya penyalahgunaan kewenangan dan kekayaan sumber daya alam oleh pihak-pihak yang mendapatkan kekuasaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka hambatan dan dukungan dalam penyelenggaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia dilihat dari perspektif perwujudan tujuan negara terdiri dari beberapa aspek, yaitu : A. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dapat menjadi pendukung dalam penyelenggaraan negara kesatuan apabila memiliki kompetensi yang tinggi, pengetahuan yang unggul serta memiliki karakter yang baik, hingga dapat menjadi modal dasar untuk mewujudkan tujuan negara dalam mensejahterakan, memberi rasa aman, dan keadilan kepada warga negara.
Namun, sumber daya manusia juga dapat menjadi penghambat dalam penyelenggaraan negara kesatuan apabila memiliki kompetensi yang rendah, pengetahuan dan keterampilan yang pas-pasan serta memiliki karakter yang buruk.
B. Sistem Penyelenggaraan Negara
Suatu sistem akan menjadi pendukung penyelenggaran negara kesatuan apabila dapat menjadikan dan menjamin aparatur penyelenggara negara bekerja optimal untuk kepentingan warga negara, serta menjamin
kesejahteraan aparatur negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Namun, suatu sistem akan menjadi penghambat penyelenggaraan negara kesatuan apabila sistem tersebut tidak dapat memberikan jaminan bagi aparatur negara untuk menjalankan tugas dan fungsinya secara baik dan benar.
C. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dapat menjadi faktor pendukung maupun faktor
pendukung, namun masih sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang bertempat tinggal di wilayah tersebut.
Lingkungan yang kaya akan sumber daya alam juga dapat mengakibatkan kesengsaraan manusia yang bertempat tinggal di wilayah tersebut karena adanya penguasaan dan eksploitasi oleh manusia lainnya.
Dinamika dalam kehidupan bernegara sesuai dengan konsep negara kesatuan berkisar pada derajat keleluasaan dalam menjalankan
kekuasaan pemerintahan dan pembangunan antara daerah dengan pusat. Sehingga muncul konsep sentralisasi dan desentralisasi dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Sentralisasi terjadi apabila derajat keleluasaan dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan dan pembangunan dominan berada di
pemerintahan pusat. Sedangkan, desentralisasi terjadi apabila derajat keleluasaan dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan dan
pembangunan dominan berada di pemerintahan daerah.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, keleluasaan daerah dalam melaksanakan kekuasaan pemerintahan dan pembangunan sangat rendah dan bergantung pada pemerintahan pusat. Bahkan terkesan pemerintah daerah hanya menjadi pelaksana dari pemerintah pusat dalam
melaksanakan kekuasaan dan pembangunan di daerah.
Sedangkan, pada masa Reformasi, terjadi pergeseran dalam
penyelenggaraan negara, yang ditandai dengan keterlibatan rakyat dalam pemilihan kepala daerah dan keleluasaan pemerintah daerah dalam melaksanakan kekuasaan dan pembangunan.
Sentralisasi maupun desentralisasi pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tapi faktanya, pada saat praktek sentralisasi, diduga peningkatan kesejahteraan hanya dinikmati oleh sekelompok orang di pemerintahan pusat. Sedangkan, pada saat praktek desentralisasi, diduga peningkatan kesejahteraan hanya dinikmati oleh sekelompok orang di pemerintahan daerah.
Dalam kehidupan bernegara di Indonesia, pemberian keleluasaan kepada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, mutlak harus dilakukan karena luasnya wilayah serta karakteristik masyarakat yang beragam. Namun, semuanya harus