• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

17

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember

Ika Sulistiyawati 1, Sarah Imaniar2, Rizkiy Shofiah 3

1,2,3

Akademi Kebidanan Jember

Abstrak

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi usia 0-6 bulan. Hasil Riskesdas Tahun 2013 cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 cakupan nilai pada Provinsi Jawa Timur sebesar 70,8%. Angka tersebut masih belum mencapai target cakupan pemberian ASI Eksklusif seperti yang telah ditetapkan oleh kementerian kesehatan tahun 2014 yaitu 80%. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Jember tahun 2014 terbilang rendah yaitu sebesar 32,32% jauh dibawah target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yaitu sebesar 80%. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi yang di teliti adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6-9 bulan. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan chi-square. Hasil analisis Univariate tingkat pengetahuan ibu (70,0%) tidak baik, dan pemberian ASI Eksklusif (80,0%) tidak memberi ASI Eksklusif. Analisis bivariate diperoleh tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif. Dengan α = 0,05 diperoleh p value = 0,003 sehingga p valu e < α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Upaya peningkatan cakupan ASI Eksklusif salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan; Pemberian ASI Eksklusif

(2)

18

The relationship the level of mothers knowledge on exclusive breastfeeding at the work

area of Arjasa Health Center District In Jember

Abstract

Breast milk is breastfeeding without any additional food other for baby ages 0-6 months. The

result of Riskesdas in 2013 the coverage of exclusive breastfeeding in baby age 0-6 months of

coverage values in East Java Province of 70,8%. The figure still has not reached the target

coverage of breastfeeding as has been established by the ministry of health in 2014 of 80%.

Exclusive breastfeeding coverage in the district of Jember 2014 relatively low amounting to

32,32% far below the target set by the department of health Jember is equal to 80%. The

design used in this research is correlational analytical with cross sectional approach. The

population under study is all mothers who have baby aged 6-9 months. Samples taken with

the sampling technique. The result of the univariate analysis the level of knowledge of

mothers is not good (70,0%) and not to give axclusive breastfeeding (80,0%). Analysis of

bivariate obtained the level of maternal knowledge of exclusive breastfeeding, where α = 0,05

obtainable

p value

= 0,003 until

p value < α

then the H

0

is rejected and H

1

accepted which

mean there is a relationship between the level of maternal knowledge of exclusive

breastfeeding at the work area health center Arjasa district of Jember. The efforts to increase

coverage of exclusive breastfeeding one of them is to improve the knowledge of mothers

about breastfeeding.

(3)

19

Pendahuluan

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat telaksana dengan benar. Selain itu, pemberian ASI dapat menurunkan resiko kematian bayi.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi usia 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi sebaiknya melalui ASI.

Pemberian ASI Eklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan terciptanya sumber daya manusia tangguh, karena bayi tidak saja lebih sehat dan cerdas, tetapi juga akan memiliki Emosional Quetient (EQ) dan Spiritual Quatient (SQ) yang lebih baik 1

. Berdasarkan 500 penelitian, The Agency for Healthcare Research and Quality menyatakan pemberian ASI berhubungan resiko terhadap otititis media, diare, infeksi, saluran pernafasan bawah dan enterokolitis nekrotikans2.

Data cakupan ASI eksklusif di negara ASEAN, seperti Filipina 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24%. Menurut data yang didapat dari World Breastfeeding Trends Initiative (WBTI) pada tahun 2012, hanya 27,5% ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI eksklusif, dari hasil tersebut membuat Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif.

Hasil Riskesdas tahun 2013 cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 cakupan nilai pada provinsi Jawa Timur sebesar 70,8%. Angka tersebut masih belum mencapai target cakupan pemberian ASI Eksklusif seperti yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2014 yaitu 80%. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Tahun 2014 terbilang rendah yaitu sebesar 32,32% jauh dibawah target yang ditetapakan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yaitu sebesar 80%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menyatakan bahwa 3 puskesmas yang memiliki cakupan ASI Eksklusif terendah adalah Puskesmas Kencong sebesar 29,5%, Puskesmas Arjasa sebesar 35,7% dan Puskesmas Kalisat sebesar 42,8% 3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan, motivasi, kampanye ASI Eksklusif, fasilitas pelayanan kesehatan, peranan petugas kesehatan, peranan penolong persalinan, dukungan keluarga, kebiasaan yang keliru, promosi susu formula serta kesehatan ibu dan anak 4.

Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif ini juga meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas, menggangu pertumbuhan bayi, dan ikatan antara ibu dan bayi tidak sekuat jika diberi ASI Eksklusif.

Upaya yang meningkatkan cakupan ASI Eksklusif adalah memberikan penyuluhan pada ibu-ibu menyusui dan ibu-ibu hamil tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif yang dilakukan saat posyandu yang bertujuan untuk mengubah kebiasan masyarakat dalam memberikan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) sampai bayi berusia enam bulan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember.

Metode

(4)

20

Diskusi

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian

Usia Frekuensi Persentase

Usia Beresiko (< 20 tahun atau > 35 Tahun)

3 15 %

Usia Aman ( 20 tahun – 35 tahun) 17 85%

Pendidikan

Dasar (SD-SMP) 7 35 %

Menengah (SMA) 8 40 %

Perguruan Tinggi 5 25 %

Pekerjaan Ibu

IRT 15 75 %

Petani/Buruh 2 10 %

Swasta/Wiraswasta 2 10 %

Guru/PNS 1 5 %

Paritas

Paritas 1 1 5 %

Paritas > 1 19 95 %

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya usia dari 20 responden yang diteliti terdapat 17 (85,0%) yang berusia aman 20 tahun -35 tahun. Untuk tingkat pendidikan hampir setengahnya dari 20 responden yang diteliti terdapat 8 (40,0%) yang pendidikan menengah (SMA). Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar dari 20 responden yang diteliti terdapat 15 (75,0%) yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Dan berdasarkan paritas, hampir seluruhnya dari 20 responden yang diteliti terdapat 19 (95,0%) yang paritasnya > 1.

Tabel 2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tingkat

Pengetahuan Ibu

Frekuensi Persentase

Tidak baik (<64%) 14 70,0 % Baik (65 % - 100 %) 6 30,0 %

Jumlah 20 100 %

. (Sumber:Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar dari 20 responden yang diteliti terdapat 14 (70,0%) yang tingkat pengetahuannya tidak baik dan hampir setengahnya responden 6 (30,0%) yang pengetahuannya baik.

Pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif yaitu pengertian ibu tentang manfaat ASI, manfaat kolostrum, dan komposisi gizi pada ASI.Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) 5.

Pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif tersebut merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah ibu melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu 5. Pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif berdampak pada

pemahaman ibu tindakan yang seharusnya

dilakukan dalam pemberian ASI ekslusif

pada anaknya.

(5)

21

memahami tentang pengetahuan ASI ekslusif yang baik dan benar.

Tabel 3 Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI diinterpretasikan bahwa sebagian besar dari 20 responden yang diteliti terdapat 16 (80,0%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan sebagian kecil 4 (20 %) yang memberikan ASI Eksklusif. Tingkat pengetahuan yang baik mengenai ASI Eksklusif ditunjukan dalam perilaku pemberian ASI Eksklusif pada bayi pada usia 0-6 bulan. Perilaku pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor usia ibu, pengalaman yang dapat dilihat dari paritas ibu dan pekerjaan ibu.

Tabel 4 Tabel Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif diinterpretasikan bahwa sebagian besar ibu yang pengetahuannya tidak baik tidak memberi ASI Ekslusif yakni sebanyak 14 responden (70,0%) dan hampir setengahnya responden 6 (30,0%) yang pengetahuannya baik, didapatkan 4 responden (20%) yang memberikan ASI Eksklusif.

Guna membuktikan signifikansi hubungan diantara kedua variabel maka dilakukan analisis uji chi-square test dengan bantuan komputerisasi. Hasil analisis uji statistik di dapatkan pada α = 0,05 diperoleh p value =

0,003 sehingga p value < α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember.

Pengetahuan ibu tetang ASI Eksklusif adalah pengetahuan ibu tentang ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan pertama. Sesudah umur enam bulan bayi baru memerlukan makanan pelengkap karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan yang diproduksi 1–5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum ini mengandung banyak antibodi, protein dan mineral serta Vitamin-A. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) 5.

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal seperti pendidikan yang didapat di sekolah maupun non formal. Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan Sunoto yang mengungkaplan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan 5.

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat memengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan Ibu tentang manfaat ASI eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif 6. Selain tingkat pendidikan faktor lain yang dapat mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI yaitu usia dan pekerjaan ibu. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan adanya pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat yang lebih tepat yaitu dengan dilaksanakannya penyuluhan mengenahi ASI Eksklusif.

(6)

22

ASI terhadap pemberian ASI namun dari tabulasi silang terdapat 2 responden yang memiliki pengetahuan baik namun berperilaku buruk. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya faktor-faktor lain.

Hasil penelitian tentang adanya hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif terhadap pemberian ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember, ternyata sesuai dengan hasil penelitian terdahulu. Novi (2007) melakukan penelitian dengan judul ”Survey Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus” 7. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI. Penelitian lain dilakukan oleh Ayu Suryaningtyas yang meneliti dengan judul ”Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan perilaku pemberian ASI di Puskesmas Nguter”.

Simpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember sebagian besar termasuk dalam kategori tidak baik.

2. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember sebagian besar tidak memberikan ASI Eksklusif.

3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember.

Daftar Pustaka

1. Sentara Laktasi Indonesia. 2007. Pelatihan konseling menyusui. WHO dan UNICEF.

Diperoleh dari:

http://selasi.net/download/pelatihankonsel ing.pdf [Diakses tanggal 2 Desember 2016].

2. Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition. 2008. Breastfeeding Initiation and Support. Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition. Available from:

http://www.mass.gov/Eeohhs2/docs/dph/com_ health/nutrition/breastfeeding_guidelines.pdf [Accessed Desember 2016].

3. Dinas Kesehatan. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2014. Jember: www.depkes.go.id

4. Afifah. 2007. Faktor yang Berperan dalam kegagalan Pemberian ASI Eksklusif. Diakses 13 Maret 2012; http://magi.undip.ac.id/penelitian/31-versi-indonesia/83-faktor yang-berperan- dalam-kegagalan-praktik-pemberian-asi-eksklusif.

5. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

6. Rulina, Suradi. 2002. Pemberian ASI pada berbagai situasi tertentu. Dalam Partini P. Trihono: Hot Topics in pedistrics II. Edisi I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 63-4

Gambar

tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Status Gizi Ibu saat Hamil dengan Kejadian Stunting pada Anak usia 6-23 Bulan di Kabupaten Bantul. Repos UGM

Strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) adalah strategi mengajar membaca yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan

Jabatan Fungsional Tertentu adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang pegawai negeri dalam suatu

5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan ber- langsung. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang 4. membahayakan pihak lain. Salah

Kesediaan Pam Swakarsa “SETIA JATI” untuk ikut serta menjaga situasi kamtibmas dan. berpatisipasi didalam mencegah dan mungrangi aksi pencuriaan

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas melihat tingkat kesuksesan perusahaan obyek penelitiannya dari kinerja industri atau kinerja perusahaan dengan melihat

Menurut ketentuan dalam Hukum Humaniter Internasional tentang prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) berhak

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk