• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan dan prinsip Pengembangan kuriku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Landasan dan prinsip Pengembangan kuriku"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2. PENGENALAN KURIKULUM/HGP

Definisi Kurikulum

Kurikulum dalam Arti Sempit. Secara tradisional (arti sempit), istilah kurikulum diartikan sebagai rencana tentang sejumlah mata pelajaran atau bahan ajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan untuk dipelajari oleh siswa dalam mengikuti pendidikan di lembaga itu.1 Dalam kamus “Webster’s New International Dictionary” yang sudah memasukan istilah

kurikulum sejak tahun 1953, memberi arti kepada istilah kurikulum sebagai berikut: (1) sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa di suatu sekolah atau perguruan tinggi, untuk memperoleh suatu ijazah atau gelar. (2) keseluruhan mata pelajaran yang

ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen tertentu.

Memang umumnya kurikulum dipahami orang sebagai bahan-bahan tercetak (buku, majalah) berisikan pelajaran, petunjuk-petunjuk, gambar-gambar, soal-soal dan sebagainya. Kata lain kurikulum sebagai bahan pelajaran (subject matter).2 Di sini kurikulum dalam arti sempit menunjuk pada proses belajar mengajar yang mencakup adalah: Pendidik, bahan ajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, anak didik dan evaluasi hasil belajar.

Kurikulum dalam Arti Luas. Sebelum abad ke-20, istilah kurikulum belum banyak digunakan dalam konteks pendidikan. Konsep-konsep kurikulum mulai berkembang sejak dipublikasikannya buku “The Curriculum” yang ditulis oleh Franklin Bobbitt (1918). Di sini kurikulum mempunyai arti yang lebih meluas. Kurikulum adalah suatu rencana yang menjadi panduan dalam menyelenggarakan proses pendidikan.3

Melanjutkan pemikiran di atas, maka Saylor, Alexander dan Lewis merumuskan kurikulum sebagai berikut: pertama, kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran. Kedua, kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar. Ketiga, kurikulum sebagai rencana tentang tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Keempat, kurikulum sebagai rencana tentang tempat belajar.4 Tak heran bila Eli Tanya merumuskan kurikulum berarti “sepanjang hidup belajar, meringkas segala pengalaman dan pengaruh-pengaruh yang terdapat di sekeliling murid.5 International Council of Religious Education mendefinisikan kurikulum adalah “pengalaman si pelajar di bawah bimbingan.”6 Dengan demikian kurikulum dalam arti luas menekankan pada institusi pendidikan (Visi, Misi, tujuan dan kurikulum) menuju proses belajar mengajar (Pendidik, bahan ajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, anak didik dan evaluasi hasil belajar).

Berkaitan pemikiran di atas, maka Abdul Rajak Husain mengatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.7 Selanjutnya bahwa Engkoswara, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung telah membuat 4 (empat) rumus

pengertian kurikulum, lengkap dengan visualisasinya sebagai berikut: Pertama, kurikulum

1Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru, 1992) 3. 2M. Moh. Rifai, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Jemmars, 1982) 115. 3Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 2.

4Ibid. 2-3.

(2)

adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kedua, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran.

Ketiga, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik. Keempat, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan, serta segala sesuatu yang akan berpengaruh dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Rumus ini memudahkan kita untuk memahami pengertian kurikulum. Rumus ini sama sekali tidak melenceng dari definisi yang telah dikemukakan para ahli, misalnya Hilda Taba menjelaskan dengan amat singkat bahwa “curriculum is a plan of learning”. Demikian juga bila dibandingkan dengan pengertian kurikulum dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Kurikulum Menggambarkan Dinamika Pembangunan Pendidikan

Susungguhnya kurikulum dapat menggambarkan dinamika pembangunan pendidikan yang ujung-ujungnya berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Lebih luas lagi juga menggambarkan dinamika pembangunan nasional.

Istilah kurikulum memang belum lahir ketika pemimpin tertinggi negeri ini telah berhasil mengumandangkan teks proklamasi ke seluruh penjuru dunia. Tetapi yang patut kita banggakan, dua tahun sejak proklamasi, negeri ini telah memiliki kurikulum sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kurikulum ini dinamakan dengan Rencana Pelajaran 1947.

Lebih dari itu, sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia telah menetapkan tujuan yang jelas kemana NKRI akan dibawa. Dasar negara telah ditetapkan sejak prakemedekaan, yakni

Pancasila, lengkap dengan lambang negara, motto, lagu kebangsaan, dan bahkan konstitusi yang di dalamnya telah memuat empat tujuan negara yang akan dicapai. Salah satu tujuan itu

dirumuskan dengan sangat tepat, yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.

Dinamika Pengembangan Kurikulum dan Payung Hukumnya

Salah satu faktor yang telah mendorong untuk mengembangkan kurikulum adalah amanat Undang-Undang tentang Sitem Pendidikan Nasional. Kurikulum pertama di Indonesia telah lahir sebagai penjabaran amanat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954, UU Nomor 22 Tahun 1961, UU Nomor 2 Tahun 1989, dan akhirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di samping itu, tuntutan globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi juga ikut mendorong terjadinya perbaikan dan pengembangan kurikulum. Sejak Indonesia merdeka sampai dengan penerapan Kurikulum 2013, negeri ini telah memiliki sekian banyak kurikulum, yakni: (1) Rencana Pelajaran 1947, (2) Rencana Pendidikan 1950, (3) Rencana Pendidikan 1958, (4) Rencana Pendidikan 1964, (5) Kurikulum 1968, (6) Kurikulum 1974, (7) Kurikulum 1978, (8) Kurikulum 1984, (9) Kurikulum 1994, (10) Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 dan (11) Kurikulum 2013.8

(3)

Kelahiran Rencana Pelajaran 1947 memang menjadi kurikulum darurat karena belum ada amanat dari payung hukum yang kuat, karena payung hukumnya baru lahir dengan UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran. Rencana Pelajaran 1950

sebenarnya merupakan reparasi dari Rencana Pelajaran 1947. Sedang Rencana Pendidikan (?) 1958 telah lahir sebagai implementasi dari UU Nomor 14 Tahun 1954, dan Rencana Pendidikan 1964 merupakan perbaikan dari Rendana Pendidikan 1958, sekaligus sebagai implementasi UU Nomor 22 Tahun 1961 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rencana Pendidikan 1964 pun kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum 1968, sebagai kurikulum pertama yang

menggunakan pendekatan integrasi (inntegrated curriculum) untuk menggantikan pendekatan kurikulum sebelumnya yang selama ini menggunakan pendekatan terpisiah-pisah (separated curriculum). Perbaikan di sana-sini kurikulum telah terjadi yang melahirkan kurikulum, baik yang lahir prematur atau pun yang lahir memang sudah waktunya, yakni Kurikulum 1974, Kurikulum 1978, dan kemudian lahir Kurikulum 1984, dan terakhir Kurikulum KBK pada tahun 1994 yang kemudian menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan sekarang ini telah lahir lagi Kurikulum 2013, yang meneruskan pendekaktan kurikulum terintegrasi atau kini menamakan diri sebagai kurikulum yang menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif di satuan pendidikan Sekolah Dasar.

Konsep kurikulum

Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum adalah: kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem dan sebagai bidang studi.

Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi

Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai

dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan

pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.

Kurikulum sebagai suatu sistem

Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyem-purnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

Kurikulum sebagai suatu bidang studi

Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan,

(4)

mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk: (1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,

(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru,

(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,

(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.

Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

Unsur-unsur Desain Kurikulum Arti Luas

W.P. Napitupulu merumuskan bahwa komponen kurikulum sebagai berikut: guru – murid -- bahan pelajaran -- alat-alat pendidikan. Di sini guru memegang peran penting dan terberat. Keberhasilan proses belajar ditentukan oleh seorang guru.9 Sementara Ornstein mengatakan bahwa proses kurikulum antara caranya (metode proses belajar-mengajar) dengan materinya (bahan pelajaran). Kedua merupakan proses yang berjalan bersama-sama.10 Tetapi rumusan ini sudah tertinggal karena muncul rumusan yang dirangkum oleh Muhammad Ali. Ia merumuskan komponen-komponen kurikulum sebagai berikut: komponen tujuan, komponen isi atau materi, komponen metode atau organisasi dan komponen evaluasi.11 Uraian komponen-komponen di atas sebagai berikut:

Komponen tujuan adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggara pendidikan. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.

Penerapan konsep tujuan kurikulum pertama kali dikemukakan oleh Franklin Bobbit. Prosedur yang digunakan dalam pengembangan kurikulum dengan menerapkan konsep ini adalah dengan merumuskan tujuan-tujuan. Prosedur Bobbit ini selanjutnya oleh Ralp Tyler lebih dirinci yang pertama kali dimunculkan tahun 1949. Tyler mengatakan bahwa prinsip-prinsip perencanaan kurikulum dan pengajaran dengan mengajukan empat pertanyaan: “Tujuan apa yang ingin dicapai? Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan itu?

Bagaimana kegiatan-kegiatan belajar itu diorganisasi secara efektif? Bagaimana menilai keberhasilan pencapaian tujuan?”12

Komponen isi kurikulum adalah materi bahan belajar. Wujud isi kurikulum ada beberapa sebagai berikut: pertama, “Uniform Lesson” (pelajaran seragam). Bahan pelajaran yang sama ditujukan untuk semua golongan umur. Kedua, “Group-graded Lesson” (pelajaran yang

disesuaikan dengan kelompok). Bahan pelajaran yang berbeda ditujukan untuk kelompok umur yang berlainan. Ketiga, “Closely-graded Lesson” (pelajaran yang disesuaikan secara ketat). Misalnya bahan pelajaran khusus untuk satu tahun saja. Kelima, buku-buku pelajaran untuk

9W.P. Napitupulu, Dimensi-dimensi Pendidikan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1969) 58. 10Ornstein/Levine, Foundations of Education (Dallas: Houghton Mifflin Company, 1989) 528. 11Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 52-60.

(5)

sekolah. Di Indonesia ditujukan untuk pelajaran-pelajaran tingkat SD, SMP, dan SMU. Keenam, bahan-bahan pelajaran lain.13

Wujud kurikulum (bahan pelajaran) yang lainnya adalah: pertama, kurikulum denominasi di mana yang diterbitkan oleh denominasi tertentu, untuk kalangan sendiri. Kedua, kurikulum bukan denominasi di mana penerbitnya bukan denominasi, tetapi komersial. Ketiga, kurikulum usaha bersama di mana diterbitkan dari beberapa denominasi bersama-sama. Keempat,

kurikulum yang berpusatkan isi (Content-centered Curriculum) di mana memusatkan pelajaran Alkitab, membahas bagian-bagian Alkitab satu per satu. Kelima, kurikulum yang berpusatkan pengalaman (Experience Centered Curriculum) di mana isinya menitikberatkan pada

pengalaman murid, kemudian menghubungkannya dengan Alkitab atau imam Kristen. Keenam, kurikulum berdasarkan studi unit (Unit of Study) di mana tujuannya adalah memberi pelajaran yang lebih luas, baik pengalaman atau pokok pelajaran.14

Komponen metode atau organisasi adalah bagaimana isi kurikulum yang berupa bahan pelajaran disampaikan kepada siswa. Komponen ini juga disebut kegiatan belajar mengajar atau “administrasi kurikulum” (di luar negeri disebut “Administration of the Instructional Program”). Kegiatan ini merupakan pusat dari semua kegiatan-kegiatan sekolah. Semua mengaturan dan pengaturan mengenai: murid agar dapat belajar dengan tenang, guru-guru supaya dapat mengajar dengan teratur, tenang dan tertib pula; penggunaan alat pelajaran yang efektif dan efisien; penggunaan waktu untu belajar, untuk rekreasi, untuk kegiatan co-curriculair; untuk ulangan-ulangan dan ujian, dan sebagainya. Semua itu bertujuan agar proses belajar mengajar semakin lancar.

Komponen evaluasi adalah bagian yang sangat penting di mana hasil evaluasi dapat memberi petunjuk kepada sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak.

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Prinsip-prinsip kurikulum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Prinsip Relevansi. Dalam Oxford Advanced Dictionary of Current English, kata relevansi atau relevan mempunyai arti (closely) “connected with what is bappening”, yakni kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi.Apabila dikaitkan dengan pendidikan, berati perlunya kesesuaian antara (program) pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat (the needs of society). Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh akan berguna bagi

kehidupan seseorang. Menurut Soetopo dan Soemanto ia mengungkapkan relevansi sebagai berikut: (1) Relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik.relevansi ini memiliki arti bahwa dalam pengembangan kurikulum,termasuk dalam menentukan bahan

pengajaran(subject mattrs),hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata anak

didik.sebagai contoh sekolah yang berada diperkotaan, anak didinya ditawarkan halyang aktual,seperti polusi pabrik,arus perdagangan yang ramai, kematan lalu lintas,dan lain-lain. Atausebaliknya anak-anak yang berada dipedesaan ditawarkan hal-hal yang relevan,misalnya memperkenalkan pertanian kepada anak didik,karena daerah tersebut merrupakandaerah pedesaan yang subur akan pertanian. (2) Relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. Materi atau bahan yang akan diajarkan kepada anak didik hendaklah memberi manfaat untuk persipan masa depan anak didik.Karenanya keberadaan kurikulum disini bersifat antisipasi dan memiliki nilai prediksi secara tajam dan perhitungan. (3) Relevansi pendidikan dengan dunia kerja.Semua orang tua mengharapkan anaknya dapat bekerja sesuai

(6)

dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya .Begitu juga halnya dengan anak didik,ia berharapn agar dapat mandiri dan memiliki sumber daya ekonomi yang pantas dengan modal ilmu pengetahuannya.karenanya kurikulum dan proses pendidikan tersebut sedapat mungkin dapat diorientasikan kedunia kerja,tentunya menurut jenis pendidikan, sehingga nantinya pengetahuan teoritik dari bangku sekolah dapat diaplikasikandengan baik dalam dunia kerja. (4) Relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan.Kemajuan ilmu pendidikan juga

membuat maju ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak negara tadinya miskin sekarang menjadi kaya.contohnya Jepang,korea Selatan,Singapura,dan lain-lain.semua ini berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapakan kurikulum dapat memberikan peluang pada anak didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuandan teknologi,selalu mengembangkanya dan tidak cepat puas.

2. Prinsip Efektivitas. Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam proses pendidikan, efektivitasnya dapat dilihat dari sisi, yakni: (1) Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. (2) Efektivitas belajar anak didik,berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

3. Prinsip Efisensi. Prinsip efisiensi sering dikonotasikan dengan prinsip ekonomi,yang berbunyi: modal atau biaya, tenaga dan waktu yang sekcil-kecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan.efesiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha,biaya,waktu,dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebtu sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimalmungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.

4. Prinsip Kesinambungan. Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum

menunjukan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah. (2) Kesinambungan diantara berbagai bidang studi. (3) Bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau dibawahnya. (4) Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah tidak harus diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi,sehingga tertinggal dari tumpang tindih dalam pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar. (5) Kesinambungan di antara berbagai bidang studi menujukan bahwa dalam pengembangan kurikulum harus

memperhatikan hubungan antara bidang studi yang satu dengan lain yang lainya. Misalnya untuk mengubah angka temperatur dari skala celsius ke skala Fahreheit dalam IPA diperlukan ketrampilan dalam pengalian pecahan.

(7)

program-program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan pengajaran diidalam kurikulum yang masih bersifat umum.

6. Prinsip Berorientasi tujuan. Prinsip berorientasi tujuan berarti bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agra semua jam dan aktivitasd pengajaran yang

dilaksanakan oleh pendidik maupun anak didik dapat betul-betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

7. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum. Prinsip ini memiliki maksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara

memperbaiki, memantapakan dan mengembangakan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.

Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Para pengembang (developers) telah menemukan beberapa pendekatan dalam

pengembangan kurikulum. Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan straegi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistimatis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.Pendekatan-pendekatan yang dikembangkan para pengembang sebagai berikut: (1) Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu. Pendekatan ini menggunkan bidang studi atau matapelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, IPA dan lainya. Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi secara teliti pokok-pokok bahasan yang akan dibahas,kemudian poko-pokok bahasan tersebut diperinci menjadi bahan-bahan pelajaran yang harus dikuasai,dan akhirnya mengidentifikasi dan mengurutkan pengalaman belajar dan ketrampilan –ketrampilan yang harus dilakukan anak didik. (2) Pendekatan berorentasi pada tujuan. Pendekatan yang berorentasi tujuan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Tujuan matematioka misalnya sama dengan konsep dasar dan disiplinilmu matematika . Prioritas pendekatan ini adalah penalaran Pengetahuan. (3) Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah: (a) Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum. (b) Tujuan yang jelas akan meberikan arahan yang jelas pula didalam menerapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan, dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. (c) Hasil penilaian yang terarah.

Asas-asas Kurikulum

Dalam perkembangan kurikulum, banyak hal yang harus diperhatikan dan

dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan. Apapun jenis kurikulumnya pasti

(8)

belajar dalam mengembangkan kurikulum tersebut. Lebih lanjut akan diureaikan empat asas perkembangan kurikulum sebagai berikut:

Asas Filosofi

Falsafah dalam arti sebenarnya adalah cinta akan kebenaran yang merupakan rangkaian dua pengertian, yakni philein (cinta) dan shopia(kebijakan). Dalam batasan modern, filsafat diartikan sebagi ilmu yang berusaha memahami semua hal yang muncul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia,yang berharap agar manusia dapat mengertidan mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia didalamnya. Intinya manusia merupakan bagian dari dunia.

Asas Sosiologis

Asas sosiologis mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kurikulum pendidikan pada masyarakat dan bangsa dimuka bumi ini.Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-citatertentu dan kebutuhan mayarakat. Karena itu,sudah sewajarnya kalau pendidikan memerlukan aspirasimasyarakat.dan pendidikan mesti memberi jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari kekuatan sosio-politik-ekonomiyang dominan. Berbagai kesukaran juga akan muncul apabila kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat, seperti militer, politik, agama, swasta, dan lain-lain, mengajukan keinginanyang bertentangan dengan kepentingan kelompok masing-masing. Dari sudut pandang sosiologis, dalam sisitem pendidikan serta lembaga –lembaga pendidikan terdapat bahan yang memiliki beragam fungsi bagi kepentingan mayarakat yakni: (1) Mengadakan revisi dan perubahan social. (2)

Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan melaksanakan penelitian ilmiah. (3) Mendukung dan turut memberi kontribusi kepada pembangunan. (4) Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional serta mempertahankan status quo. (5) Banyak lagi aspek lain yang turut memberi pengaruh mengenai apa yang harus dimasukan kedalam kurikulum, yakni yang menjadi kebutuhan masyarakat.antara lain. (6) Interaksi yang kompleks antara kekuatan–kekuatran sosial, politik, ekonomi, militer, industri, kultur masyarakat. (7) Berbagai kekuatan

dominan,sebagaiman diungkapkan diatas. (8) Pribadi pimpinandan tokoh yang memegang kekuasaan formal. (9) Menganalisis masyarakat dimana sekolah berada. (10) Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap individu dalam ruang lingkup kepentingan masyarakat.

Dalam mengambil keputusan mengenai kurikulum, para pengembang mesti merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal, merespon berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkanoleh beragam golongan dalam masyarakat.

Asas Psikologis

Konstribusi psikologis terhadap studi kurikulum memiliki dua bentuk, yaitu: (1) Model konseptual dan informasi yang akan membangun perencanaan pendidikan. (2) Berisikan berbagai metode yang diadaptasi untuk penelitian pendidikan. Dalam memilih pengalaman belajar yang akurat, psikologi secara umum sangat membantu. Teori-teori belajar, teori kognitif, pengembangan emosional, dinamika group, perbedaan kemampuan individu, kepribadian model formasi sikap dan perubahan dan mengetahui motivasi, semuanya sangat relevan dalam

(9)

Asas Organisator

Peranan asas organisator dalam pengembangan kurikulum adalah mengorganisasikan bahan bagi keperluan pengajaran, salah satu caranya adalah dengan mengorganisasikan bahan

berdasarkan topik, tema, kronogi, isu, logika, proses disiplin. Sebagai konklusi dari uraian asas organisator tersebut ada 3 hal utama yang perlu diperhatikan yakni: (1) Tujuan bahan pelajaran: Mengajarkan ketrampilan untuk masa sekarang atau mengajarkan ketrampilan untuk masa depan,untuk membantu sisiwa dalam memecahkan masalah,untuk mengembangkan nilai-nilai, untuk mengembangkan ciri ilmiah, untuk memupuk jiwa warga negara yang baik. (2) Sasaran bahan Pelajaran: Siapkah pelajar itu,apakah latar belakang pendidikan dan pengalamannya, sampai dimana tingkat perkembangannya, bagaimana profil kepribadianya. (3) Pengorganisasian bahan: Bagaimana bahan pelajaran diorganisasi: apakah berdasarkan topik, konsep, kronologi dan lain-lain.15

15Fadli, “Masalah Kurikulum dalam Pendididkan”;

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Kurikulum menurut UU Sisdiknas 2003 Bab 1 Pasal 1: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara

Pengertian Kurikulum juga dapat dicermati menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 bab 1 yang menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah

Abdullah Idi dalam Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik menyebutkan berbagai macam pendekatan kurkulum, antara lain (1) Pendekatan bidang studi, (2)

Undang-undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003 mengenai tujuan pendidikan nasional pasal 3 dan pasal 15 menyebutkan bahwa Sekolah

Hal tersebut sebagaimana yang tertera pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 14 menyebutkan bahwa PAUD adalah suatu

Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan kurikulum tidak hanya diperlukan oleh para penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro), akan tetapi terutama

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, pada pasal 1 ayat 19 disebutkan pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

Pengertian Kurikulum Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai