• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dominasi Konflik Antar Etnis Dalam The K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dominasi Konflik Antar Etnis Dalam The K"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dominasi Konflik Antar-Etnis Dalam

The Kite Runner

Karya Khaled Hosseini

Hiqma Nur Agustina1

FKIP Universitas Islam Syekh-Yusuf (UNIS)

Email: hiqma_english@yahoo.com

Abstrak

Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra semakin tumbuh pesat dewasa ini. Karya-karya brilian dari para penulis baru manca negara mampu memberi warna dalam khasanah dunia sastra internasional. Salah satunya adalah penulis Afghan-Amerika Khaled Hosseini yang mengguncang dunia dengan karya perdananya, The Kite Runner yang terbit pada tahun 2003. Banyak pujian dilontarkan pada novel perdana karya penulis Afghan-Amerika yang berprofesi sebagai dokter ini. Tulisan ini membahas permasalahan konflik antar-etnis yang cukup mendominasi cerita dan menjadi salah satu perwujudan bentuk permasalahan rasisme di Afghanistan. Pertikaian antar etnis menjadi salah satu tema sentral dalam novel ini. Ketertarikan pada budaya Afghanistan membawa saya untuk fokus mengkaji novel-novel penulis Afghanistan yang melontarkan isu-isu kontroversial. Kesimpulan akhir yang diajukan adalah tema rasisme yang berkaitan dengan pertikaian antar-etnis, Pashtun dan Hazara sungguh mengemuka dan menjadi sumber konflik dalam cerita.

Kata Kunci

: afghanistan; dominasi; konflik antar-etnis; rasisme

1. Pendahuluan

Novel sebagai sebuah karya sastra mengungkapkan banyak isu-isu kontroversi yang seringkali menjadi bagian dari sebuah peristiwa di sebuah periode waktu di sebuah tempat, daerah, bahkan negara. Berbagai isu mengemuka baik di level nasional maupun internasional kadang juga muncul dan mengemuka tercermin dalam sebuah teks. Artikel ini menyoroti sebuah karya fenomenal, sebuah tulisan pertama dari ketiga novel yang dia hasilkan sebagai seorang penulis Afghan-Amerika, seorang diaspora yang harus meninggalkan negerinya karena dilanda berbagai peristiwa dan konflik yang mendera Afghanistan, sejak dari mulai kudeta yang kemudian mengganti bentuk monarki menjadi Republik, invasi Soviet, dilanjutkan dengan perang antar etnis dan saudara hingga kedatangan rezim Taliban yang merepresi segenap lapisan masyarakat.

Sebagai imbas dari beragam peristiwa yang menghancur leburkan Afghanistan hingga ke titik nol tersebut, seorang penulis laki-laki Afghan-Amerika hadir dengan karya fenomenal pertamanya, The Kite Runner yang membuka mata publik dunia internasional. Karyanya dianggap sangat brilian, menampilkan beragam konflik dan memiliki cara penyajian yang sangat khas. 2 Kekhasan yang ditampilkan dalam karya perdana Hosseini ini sungguh mengemuka, berbagai respon positif muncul sebagai tanggapan dari kemunculannya pada 29 Mei 2003. Dua diantaranya berasal dari Chicago Tribune dan The New York Times. Chicago Tribune menulis dalam penggalan kalimat berikut ini:

“Evocative ... acute and genuine ... One of the great strengths of The Kite Runner is its sympathetic portrayal of Afghans and Afghan culture. Hosseini writes with warmth and

1 Penulis sedang menempuh Program S3 Ilmu Susastra di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia.

(2)

enviable familiarity about Afghanistan and its people ... a descriptive and easily readable account.” (Hosseini, 2003).

Sedangkan komentar yang lain datang dari The New York Times:

“A more personal plot, arising from Amir’s close friendship with Hassan, the son of his father’s servant, turns out to be the thread that ties the book together. The fragility of this relationship, symbolized by the kites the boys fly together, is tested as they watch their old way of life disappear. Hosseini’s depiction of pre-revolutionary Afghanistan is rich in warmth and humor but also tense with the friction between the nation’s different ethnic groups ... (Hosseini, 2003)

Kehadiran Hosseini dengan karya perdana ini sekaligus membuka mata dunia internasional tentang sastra Afghanistan yang dulu dikenal dengan tradisi penceritaannya melalui cara bernyanyi tentang legenda dan cerita rakyat. Seiring dengan masuknya invasi Soviet dan juga pengaruh budaya Iran, Rusia, bentuk kesusasteraan Afghan juga mengalami perubahan menjadi cerita pendek, drama, novel dan puisi. 3 Bentuk-bentuk karya sastra tersebut turut berubah dari gaya tradisional ke modern. Berlangsungnya kekacauan dan carut-marutnya kondisi negara memicu eksodus besar-besaran dari sejumlah penduduk baik perempuan dan laki-laki ke luar negeri. Sebagai diaspora yang tersebar ke berbagai negara, ada sense of longing atas tanah air yang tak pernah bisa mereka hilangkan, hal tersebut memicu tumbuhnya penulis-penulis baru Afghan yang berlatar belakang diaspora yang menggaungkan isu-isu fenomenal tentang Afghanistan. Salah satunya tentang permasalahan rasisme yang berlaku di sana hingga kini.

1.1 Konflik Antar Etnis: Perwujudan Rasisme dalam The Kite Runner

Afghanistan dikenal sebagai negara yang multi-etnis mengingat terdapat banyak etnis yang tinggal di negara yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Tribal (kesukuan) yang sangat kompleks sebagai sebuah produk imperium berumur ribuan tahun, perjalanan panjang dari peperangan, pembangunan negara dan kebangkrutan politik yang menghasilkan negara 10 terburuk di dunia. 4 Mengingat beragamnya etnis yang menjadi bagian dari populasi di negeri ini seharusnya memperkaya kultur dan religi di Afghanistan. Namun fakta yang terjadi, beragamnya etnis menimbulkan berbagai permasalahan tentang siapa yang merasa berhak mendiami Afghanistan. Keinginan untuk merasa paling berhak atas tanah atau daerah tentu saja memicu timbulnya kekerasan di segala sektor penghidupan dan kehidupan.

Menurut Barth (1998: 1), kelompok etnik adalah suatu populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, menentukan sendiri ciri kelompoknya, yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Sebagai pembeda satu sama lain, lazimnya suatu etnik mempunyai tanah leluhur (homeland). Dalam konteks yang berkaitan dengan pembahasan teks ini, etnis Pashtun merasa yang paling berhak mendiami Afghanistan mengingat mereka berasal dari golongan pendiri Afghanistan sedangkan etnis Hazara tidak.

Banyak faktor yang berpengaruh dalam konflik berkepanjangan di Afghanistan. Selain masalah pertikaian etnik, perbedaan pemahaman dalam penerapan beragama dan campur tangan

3 Lihat “Refeetions on Contemporary Literature in Agghanistan”. Tautan:

http://fis-iran.org/en/irannameh/volxxii/agghanistan-eontemporary-literature

(3)

asing pun sudah menjadi tradisi dalam sejarah gelap Afghanistan (Hadibroto, 2002: 62-63). Persoalan rasisme yang mengemuka dalam teks The Kite Runner adalah sebuah cerminan pertikaian antar etnis yang terus hidup dan berlangsung di Afghanistan. Terdapat sejumlah etnis yang mendiami Afghanistan yang terbagi menjadi etnis berstrata sosial atas dan rendah. 5 Pertikaian yang dominan adalah antara etnis Pashtun dan Hazara yang memang bermusuhan secara turun-temurun dan itu sangat jelas dideskripsikan di dalam teks. Tokoh-tokoh beretnis Pashtun cenderung melakukan perbuatan yang mencerminkan rasisme. Hal itu nampak dari salah satu kutipan berikut:

... and was stunned to find an entire chapter on Hazara History. An entire chapter dedicated to Hassan’s people! In it, I read that my people, the Pashtuns, had persecuted and oppressed the Hazaras. It said the Hazaras had tried to rise againts the Pashtuns in the nineteenth century, but the Pashtuns had “quelled them with unspeakable violence.” The book said that my people had killed the Hazaras, driven them from their lands, burned their homes, and sold their women. The book said part of the reason Pashtuns had oppressed the Hazaras was that Pashtuns were Sunni Muslims, while Hazaras were Shi’ah.... It also said some things I did know, like that people called Hazaras mice-eating, flat-nosed, load-carrying donkeys. I had heard some of the kids in the neighborhood yell those names to Hassan (Hosseini, 2003: 9).

Kebencian etnis Pashtun terhadap etnis Hazara memicu timbulnya perbuatan hingga perkataan yang sangat rasis terhadap tokoh-tokoh beretnis Hazara di dalam teks. Bagaimana etnis Pashtun mengumbar kebencian, mencaci-maki dan menciptakan julukan yang sangat menekan keberadaan dan harga diri mereka seperti: pemakan tikus, pesek, keledai-pengangkut barang. Fakta-fakta yang berkaitan dengan isu rasisme dengan piawai diguratkan melalui tulisan dalam cerita. Inti dari permasalahan antar kedua etnis ini menjadikan etnis Pashtun menjadikan wilayah Hazara di bawah kekuasaan militer Pashtun, seperti yang dilakukan oleh rezim Taliban salah satunya. Di dalam teks juga terlihat bahwa seorang Pashtun yang direpresentasikan oleh tokoh Assef akan selalu menganggap dirinya jauh lebih unggul dibandingkan etnis-etnis di bawahnya. Pashtun selamanya akan menjadi etnis yang terunggul sehingga mereka mengklaim bahwa Afghanistan adalah milik mereka.

“Afghanistan is the land of Pashtuns. It always has been, always will be. We are the true Afghans, the pure Afghans, not this Flat-Nose here. His people pollute our homeland, our watan. They dirty our blood.” (Hosseini, 2003: 40)

Pola hubungan etnik konflik lebih menekankan pada konflik yang berlangsung ketika kelompok-kelompok etnik saling kontak. Menurut Mason (1970), ada tiga model dasar konflik, yaitu: pemusnahan (genocide), perpindahan penduduk (population transfer), dan penaklukan.

(4)

Model pemusnahan menyertakan usaha sistematik untuk membunuh atau menghancurkan seluruh penduduk. Contoh klasik model ini adalah usaha Hitler untuk membunuh seluruh kaum Yahudi di Eropa dari tahun 1930 sampai tahun 1940-an. Model pemusnahan lazimnya didasarkan pada ideologi rasis yang mengunggulkan salah satu ras dominan. Perpindahan penduduk merupakan cara lain dimana suatu kelompok bisa berupaya mencapai dominasi terhadap yang lain. Dalam model konflik ini, suatu kelompok dipaksa untuk pindah ke suatu lokasi yang jauh atau untuk berimigrasi keluar dari masyarakat setempat. Penaklukan merupakan pola yang paling umum dalam konflik antar etnik. Model ini benar-benar mencerminkan ciri-ciri hubungan minoritas dimana suatu kelompok menikmati akses lebih besar tehadap kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang lebih besar daripada yang lain. Dalam kasus penaklukan, kelompok mayoritas dan minoritas menempati wilayah yang sama dan mungkin berpartisipasi bersama dalam suatu kehidupan sosial, seperti bekerja.

Dalam konteks Afghanistan yang terurai dalam teks The Kite Runner, konflik etnis ada pada pola pemusnahan dan perpindahan penduduk. Etnis Pashtun melakukan pembantaian besar-besaran terhadap etnis Hazara di Mazar-i-Sharif (Hosseini, 2003: 213) serta juga memindahkan mereka ke wilayah gurun dan pegunungan yang tandus bernama Hazarajat6 (Hosseini, 2003: 203), terusir dari keindahan dan modernitas kota Kabul.

1.2 The Kite Runner: Dominasi Isu Represi Yang Mengemuka

Tidak dapat dipungkiri ketika sebuah teks mengungkapkan sebuah kondisi carut-marut akibat pertikaian antar etnis, tentu juga akan bersinggungan dengan isu dominasi yang dilakukan etnis dari kelas atas terhadap kelas bawah. Afghanistan dianggap sebagai milik bangsa Pashtun, sehingga etnis-etnis yang berada di strata sosial rendah dipandang tidak berhak untuk tinggal dan menjadi bagian dari Afghanistan. Ketika sebuah opini kemudian berkembang menjadi pemikiran yang harus dikejahwantakan maka yang ada adalah represi etnis kelas atas terhadap etnis-etnis yang berada di strata sosial rendah. Dalam teks Hosseini ini, diungkapkan konflik antara etnis Pashtun, yang diwakili oleh beberapa tokoh utama dalam cerita, yakni Amir (sebagai narator utama), Baba (ayah Amir) dan Assef (tokoh antagonis dalam cerita) dengan tokoh dari etnis Hazara, Hassan.

Beberapa tindakan represi dilakukan oleh tokoh-tokoh utama yang beretnis Pashtun yang akan diuraikan dalam sub-bab berikut.

1.2.1 Amir – Hassan

Tokoh Amir yang bertindak sebagai narator utama dalam cerita sekaligus sebagai tokoh sentral melakukan upaya represi tersamar dengan tokoh yang berasal dari strata sosial rendah Hazara bernama Hassan. Amir adalah seorang anak laki-laki Pashtun yang hidup bergelimang kemewahan dan fasilitas karena ayahnya adalah salah seorang pria terkaya di distrik mereka tinggal, Wazir Akhbar Khan di Kabul. Dalam keseharianya, Amir selalu ditemani dan dilayani oleh anak lelaki pelayannya Ali yang bernama Hassan. Namun, betapapun keras usaha Hassan untuk menyenangkan Amir, jauh di lubuk hati Amir tidak pernah menganggap Hassan sebagai teman. Hassan hanyalah seorang pelayan baginya (Hosseini, 2003: 25). “The curious thing was, I never thought of Hassan and me as as friends either” atau dalam kutipan yang lain:

“But he’s not my friend! I almost blurted. He’s my servant! Had I really thought that? Of corse I hadn’t. I treated Hassan well, just like a friend, better even, more like a brother. But if so, then why, when Baba’s friends came to visit with their kids, didn’t I ever

6 Hazarajat dikenal sebagai daerah pegunungan yang didiami oleh mayoritas etnis Hazarajat. Tanahnya yang tandus membuat etnis ini bermigrasi ke bagian lain di wilayah Agghanistan dalam Hazarajat, RegionAfghanistan. Diakses dari:

(5)

include Hassan in our games? Why did I play with Hassann only when no one else was around? (Hosseini, 2003: 41).

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Amir tidak pernah bisa menganggap Hassan sejajar dengan dirinya. Akan selalu ada perbedaan dan jarak yang Amir dan masyarakat ciptakan.

Dalam sebuah turnamen layang-layang yang menjadi tradisi akbar bagi anak laki-laki di penjuru Kabul, Hassan menjadi korban pelecehan seksual dari seorang anak Pashtun lainnya, Assef. Amir sebenarnya menyaksikan ketika Hassan berada di bawah ancaman karena mempertahankan layang-layang terakhir yang dia perjuangkan untuk Amir, namun karena Amir hanyalah seorang anak laki-laki kaya yang pengecut, dia malah mengorbankan Hassan dan memilih hanya menjadi penonton. Sekali lagi, Amir merepresi Hassan dengan membiarkannya jadi korban dari sifat pengecut dan egois untuk bisa keluar menjadi pemenang dari turnamen layang-layang.

1.2.2 Baba – Hassan

Tokoh Baba sebagai pria Pashtun juga melakukan represi secara tersamar ketika dirinya tidak bisa mengakui Hassan sebagai anak kandungnya yang terlahir dari seorang rahim perempuan Hazara sekaligus istri pembantu Hazara setianya, Ali. Baba, ayah Amir lebih memilih mempertahankan nang dan namoos, kehormatan dan kebanggaan sebagai filosofi orang Pashtun. Baba mengorbankan hak Hassan untuk mengetahui ayah kandung yang sesungguhnya dan memilih menyimpan rahasia itu hingga dia pergi menginggalkan Afghanistan, tinggal menjadi imigran di Amerika hingga ketika maut menjemputnya. Tak ada kompromi bagi Baba untuk mengakui Hassan juga anak kandungnya selain Amir.

Baba hanya berusaha memberikan perhatian seperti mengoperasi bibir sumbing Hassan, memberina kado ketika ulang tahun, mengajaknya jalan-jalan ke danau bersama Amir atau juga membicarakan Hassan di depan Amir seolah-olah Hassan juga berarti bagi Baba. Namun, itu semua bukanlah usaha yang maksimal untuk bisa menebus kesalahan besar seorang ayah yang tak pernah bisa mengakui anak kandung yang terlahir dari rahim seorang perempuan Hazara, Sanaubar. Represi tersamar ini cukup membuktikan bahwa pria Pashtun akan tetap menyimpan rahasia hingga mati bahkan untuk sebuah kebenaran untuk tetap mempertahankan kehormatan dan kebanggaannya.

1.2.3 Assef - Hassan

Assef adalah salah seorang tokoh Pashtun yang bertemperamen jahat, berhati licik dan ambisius. Dia sangat terobsesi untuk menjadikan Afghanistan sebagai bangsa milik etnis Pashtun. Assef melakukan tindakan kekerasan seksual teradap Hassan, manakala Hassan tetap mempertahankan layang-layang terakhir yang akan dia persembahkan untuk Amir. Assef juga seorang Pashtun yang merepresi segenap orang dari etnis Hazara dengan turut serta melakukan pembantaian besar-besaran di Mazar-i-sharif. Dia sangat membenci orang-orang dari etnis Hazara sehingga banyak melakukan tindakan yang merepresi etnis ini.

2. Kesimpulan

(6)

tokoh-tokoh dalam cerita, Hosseini memperlihatkan pertikaian antar-etnis yang hingga kini masih mewarnai kehidupan masyarakat Afghanistan. Teks Hosseini ini memiliki banyak aspek yang bisa diteliti, selain isu rasisme, dominasi konflik yang mengemuka juga terdapat pertalian yang humanis tentang brotherhood7 antara tokoh Amir dan Hassan yang digambarkan dalam

cerita. Banyak hal yang dapat digali dari sebuah teks yang kaya akan pemaknaannya ini.

Pustaka Acuan

Agustina, Hiqma Nur. 2007. Kompleksitas Penyajian Cerita dan Kompleksitas Konflik dalam The Kite Runner. Depok: Universitas Indonesia.

Agustina, Hiqma Nur. 2015. The Kite Runner: My Passion of Literature dalam paper dan prosiding yang dipresentasikan di International Conference on Social Science and Humanities 4-5 Mei 2015 di Bali.

Barth, Frederic. 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Hadibroto, Iwan dkk. 2002. Di Balik Perseteruan AS vs Taliban. Perang Afghanistan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hazarajat, RegionAfghanistan. Diakses dari:

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/257911/Hazarajat. (2 Mei 2015)

Hosseini, Khaled. 2003. The Kite Runner. New York: Riverhead Book.

Mason, Philip. 1970. Pattern of Dominance. New York: Oxford University Press.

Reflections on Contemporary Literature in Afghanistan. Diakses dari:

http://fis-iran.org/en/irannameh/volxxii/afghanistan-contemporary-literature (28 April 2015)

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi data awal dan wawancara langsung dengan guru di SD Mattoangin 2 Kecamatan Mariso Kota Makassar, bahwa

Verification CRITICAL THINKING BERPIKIR KRITIK pembuktian Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur

[r]

atas PT Bunga dan PT Mawar dicatat dan diakui sesuai dengan nilai bukunya, maka dengan menggunakan metode ini sama sekali tidak menimbulkan adanya pengakuan “aktiva

Kerja sama antara anda dan guru BK dalam menangangani kenakalan remaja di MTsN 2 Banda Aceh dan bentuk kerja sama yang dilakukan adalah: Bentuk kerja sama sebatas

Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jepara akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, yang membahas tentang pemahaman siswa terhadap bahan ajar Muatan