• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TINGKAT AGITASI PASIEN SKIZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN TINGKAT AGITASI PASIEN SKIZ"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN TINGKAT AGITASI PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DAN TIPE BUKAN PARANOID

*Willy Jaya Suento**Theodorus Singara

*Peserta PPDS Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin **Psikiater Konsultan Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Sekitar 14% pasien skizofrenia yang dibawa ke unit gawat darurat psikiatri menunjukkan gejala agitasi. Pasien skizofrenia dengan agitasi membutuhkan penanganan cepat karena perilaku agitasi kerap diikuti dengan perilaku agresif dan peilaku kekerasan. Gejala skizofrenia paranoid seperti waham kejaran, persekutori, cemburu dan command hallucination menyebabkan perasaan tidak aman dan rentan menimbulkan agitasi dan perilaku agresif yang mengarah ke kekerasan. Kekerasan pada pasien psikiatri meningkatkan beban biaya perawatan karena perlunya rawat inap berulang dan masa perawatan yang lebih panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat agitasi pasien skizofrenia paranoid dan skizofrenia tipe bukan paranoid. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat agitasi pasien skizofrenia paranoid dan skizofrenia tipe bukan paranoid. Instrumen yang digunakan adalah Positive and Negative Syndrome Scale–Excited Component (PANSS-EC) Penelitian dilakukan dengan jumlah sampel 80 pasien skizofrenia yang dirawat di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan, diambil dengan metode consecutive sampling. Didapatkan perbedaan bermakna skor PANSS-EC antar pasien skizofreia paranoid dan skizofrenia tipe bukan paranoid.

LATAR BELAKANG

(2)

skizofrenia tipe paranoid seringkali mengalam waham sedang diintai, persekutori, cemburu dan command hallucination menyebabkan perasaan tidak aman dan gelisah sehingga menimbulkan agitasi dan perilaku agresif dibandingkan dengan penderita gangguan jiwa lain.

Abushua’leh & Abu Akel, 2006 mengatakan bahwa hostilitas, kecurigaan dan ketidak kooperatifan pada pasien skizofrenia meningkatkan kegelisahan dan resiko perilaku kekerasan. Di Indonesia sendiri belum ada laporan penelitian terkait hubungan pola ganguan jiwa dan perilaku agitasi dan kekerasan pada pasien di unit pelayanan kesehatan . Volavka, 2013 mengatakan bahwa agitasi dan perilaku kekerasan pada pasien psikiatri meningkatkan cost of treatment, karena mengakibatkan perawatan inap berulang dan memperpanjang masa perawatan, dan juga rentannya pasien bersinggungan dengan masalah hukum.

TUJUAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat agitasi antara pasien skizofrenia paranoid dan skizofrenia tipe bukan paranoid.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah suatu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectionaldan dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan selama bulan Februari hingga Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah pasien yang baru masuk di UGD Psikiatri Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan didiagnosa skizofrenia dengan DSM IV-TR pada waktu pengumpulan sampel. Pengumpulan sampel diambil dengan metode consecutive sampling terhadap pasien laki-laki yang berusia 15-45 tahun. Kriteria eksklusi adalah apabila ada komorbiditas dengan penyakit organik lain. Subjek penelitian kemudian dibagi menjadi skizofrenia paranoid dan skizofrenia tipe bukan paranoid sesuai dengan DSM IV-TR kemudian dinilai tingkat agitasinya dengan menggunakan Positive and Negative Syndrome Scale–Excited Component (PANSS-EC).

(3)

Penelitian ini dilakukan di UGD Jiwa RSKD Provinsi Sulsel Wahidin Sudirohusodo mulai bulan Maret 2017. Dilihat dari segi umur responden yang terbanyak pada kelompok usia dewasa awal tahun yaitu sebanyak 70 %. Pendidikan sampel yang terbanyak yaitu SD yaitu 36.6 %. Pekerjaan yang terbanyak adalah pegawai 40.2%

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Umur, Pendidikan

Variabel N Persen

Umur

Remaja Akhir 19 23.2

Dewasa Awal 42 51.2

Dewasa akhir 21 26.4

Pendidikan

SD 30 36.6

SMP 22 26.8

SMA 24 29.3

S1 6 7.3

Pekerjaan

Pelajar 2 2.4 Pegawai 33 40.2 Petani 32 39.0

PNS 3 3.7

Tidak bekerja 12 14.6

Pada kelompok skizofrenia Paranoid didapatkan rata-rata skor PANSS-EC yaitu 30.90 dengan simpang baku 2.3, dan pada kelompok skizofrenia bukan tipe paranoid 29.51 dengan simpang baku 3.24. Sebelum diajukan uji analitik pada penelitian ini, terlebih dulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov ( Karena sampel lebih dari 50 orang ) untuk mengetahui apakah data yang diperoleh adalah data yang terdistribusi normal atau tidak, sehingga jenis uji analitik dapat ditentukan dengan benar..

(4)

DISKUSI

Pada Penelitian ini, jumlah sampel yang diperoleh adalah 82 orang, terdiri dari 41 pasien kelomok skizofrenia paranoid dan 41 pasien kelompok skizofrenia bukan tipe paranoid. Sampel penelitian diperoleh dari Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat agitasi antara pasien skizofrenia paranoid dan pasien skizofrenia bukan tipe paranoid yang diukur dengan menggunakan skala PANSS-EC.

Pengalaman mental abnormal mempengaruhi pasien dengan cara berbeda. Pasien yang sangat menderita karenanya, dapat menjadi cemas, tidak pasti, terancam, dan ketakutan seperti yang terdapat pada skizofrenia paranoid sehingga cenderung perilakunya tidak dapat diprediksi baik secara spontan atau bila dikonfrontasi. Halusinasi yang bersifat memerintah, atau halusinasi jenis lain dan pengalaman passivity yang sering ditemui pada skizofrenia paranoid harus diwaspadai. Pasien seringkali melaporkan tidak dapat menahannya sehingga berakibat perilaku agitasi. Halusinasi yang bersifat memerintah adalah poin yang sangat penting dalam menilai resiko kekerasan pasien skizofrenia . Waham seringkali menjadi alasan dari perilaku gelisah. Tindakan kekerasan pada pasien skizofrenia sebagain besar didasari oleh waham. 89% pelaku kekerasan yang didiagnosa skizofrenia memiliki waham. Yang paling sering ialah waham ketidaksetiaan dan waham cinta. Waham diracuni juga dilaporkan sering terkait dengan tindak kekerasan. Pasien skizofrenia paranoid pada episode pertama sering berperilaku agresif didasari oleh waham dan halusinasi. Humphrey et al 1992 sebagaimana di kutip oleh Higgins mengatakan setengah dari pasien yang mengalami agitasi atas dasar waham dan halusinasinya, sehingga pasien sulit mepertanggungjawabkan perbuatannya. Perilaku kekerasan dan agresif pada pasien skizzofrenia hampir selalu mengikuti agitasi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dimana diperoleh adanya perbedaan bermakna tingkat agitasi antara kelompok skizofrenia paranoid dan kelompok skizofrenia bukan tipe paranoid ( p=0,030, 30.90±2.37 vs 29.31±3.51 ), dimana pada kelompok skizofrenia paranoid didapatkan nilai rata-rata skala agresivitas Buss Perry lebih tinggi 1.59% dibandingkan dengan kelompok skizofrenia bukan tipe paranoid. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat agresivitas antara pasien dengan skizofrenia paranoid dan pasien skizofrenia bukan tipe paranoid.

(5)

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tingkat agitasi pasien skizofrenia paranoid dan pasien skizofrenia bukan paranoid. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang cukup besar karena sumber daya yang terbatas dan penelitian ini hanya mengambil jumlah sampel minimal. Melihat hasil penelitian ini juga perlu dilakukan penilaian resiko kekerasan pada pasien yang didiagnosa skizofrenia paranoid dan edukasi khusus pada keluarga dan petugas yang berhubungan dengan penderita skizofenia paranoid agar menghindarkan penderita dan masalah hukum dimana penderita sulit untuk bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukannya di mata hukum.

TABEL DAN GRAFIK

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 0

5 10 15 20 25 30 35 40

PANSS-EC

Skizofrenia Paranoid Skizofrenia bukan Paranoid

Perbandingan skor PANSS-EC pasien skizofrenia paranoid dan tipe bukan paranoid

30.90

29.51

Perbandingan Rerata PANSS EC

Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Tipe Bukan Paranoid

Gambar

Tabel 1. Distribusi  Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Umur, Pendidikan
TABEL DAN GRAFIK

Referensi

Dokumen terkait

Jenis studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis secara kuantitatif dimana hasil penelitian terutama yang didapat dari

Hal ini untuk mengetahui adanya peningkatan pengetahuan dan ketepatan caregiver dalam swamedikasi penanganan demam pada anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi

Kegiatan PPL ini dilaksanakan oleh mahasiswa kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk melaksanakan pembelajaran PPL langsung pada lingkungan sekolah.

Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “ada hubungan yang signifikan antara pengaruh kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTsN

Skripsi berjudul “Bentuk Mubazir dan Kata Tidak Baku pada Karangan Narasi Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X IPS-3 SMA Negeri 1 Tunjungan Blora”, disusun guna

LAPORAN IZIN HARIAN TERBIT REKLAME TANGGAL 19 DESEMBER 2012 Lampiran : Izin turun tanggal 19 Desember

Mahasiswa dapat menjelaskan nama, fungsi, dan cara kerja komponen sistem pelumas, untuk mendukung pekerjaan perawatan dan perbaikan motor kendaraan berat. Oil

“Strategi Dakwah yang terkandung dalam Adat Katoba pada Masyarakat Muna. Desa Warambe