267
Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Model STAD melalui Pendampingan dalam Pembelajaran di
beberapa SMP binaan di Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017
Asmad Septiyoso
septiyoso2011@gmail.com/Pengawas SMP Kec. Bangkalan
Abstrak: Penelitian ini mengungkap permasalahan; 1). Bagaimana Pendampingan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dengan model STAD (Student Teams Achivement Division) di SMPN dalam wilayah binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017? 2). Bagaimana Pendampingan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams Achivement Division) di SMPN dalam wilayah binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017? Subyek penelitiannya adalah guru di di SMPN dalam wilayah binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan sejumlah 6 orang guru yang mengajar. Model penelitian ini adalah merupakan penelitian tindakan dengan dua siklus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian persiklus diketahui bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD siklus pertama tingkat keberhasilan dalam menyusun RPP mencapai 33%, sedangkan siklus kedua mencapai 67%, siklus ketiga mencapai 100%. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada siklus pertama tingkat keberhasilan 33% sedangkan pada siklus kedua 67%, dan siklus ketiga mencapai 100%.
Kata Kunci: Model STAD, Pendampingan dalam Pembelajaran.
Abstract: This research reveals the problem; 1). How can Mentoring in learning improve the ability of teachers in preparing lesson plans using STAD (Student Teams Achievement Division) model in SMPN in the Bangkalan District Bangkalan District Lesson 2016/2017? 2). How can Mentoring in learning improve teacher ability in applying cooperative learning model STAD (Student Teams Achievement Division) at SMPN in Bangkalan District Bangkalan District Sub-Province of Bangkalan Year 2016/2017? The subjects of the research were teachers at SMPN in the Bangkalan sub district Bangkalan sub-district of 6 teachers teaching. This research model is an action research with two cycles. Methods of data collection is done by using observation and documentation. The result of the research is known that using cooperative learning model STAD first cycle success rate in preparing RPP reach 33%, while second cycle reach 67%, third cycle reach 100%. In implementing the learning process in the first cycle of 33% success rate while in the second cycle 67%, and the third cycle reached 100%.
Pendahuluan
Supervisi merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru pada pasal 15 ayat 4 menyatakan bahwa guru yang diangkat dalam jabatan Kepala Sekolah diantaranya adalah melakukan tugas pembimbingan profesional guru dan melakukan supervisi kepada para gurunya. Salah satu tugas Kepala sekolah adalah melakukan pembinaan, supervisi, penilaian dan monitoring dalam berbagai kegiatan yang dilaku-kan guru di sekolahnya.
Berdasarkan pengamatan selama melaksanakan supervisi di
lapangan penulis menemukan hal-hal sebagai berikut : a. Pembelajaran yang berlangsung di wilayah binaan pada umumnya dilaksanakan secara konvensional, maksudnya guru dalam
melaksanakan pembelajaran selalu mendominasi kegiatan pembelajaran, siswa lebih banyak sebagai obyek sehingga mereka hanya sebagai pendengar,pencatat dan penghafal fakta-fakta. b. Guru kurang membe-rikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sendiri pengetahuan yang diperolehnya, sehingga siswa selalu hanya menerima pengetahuan dari
gurunya. c. Siswa selalu belajar dengan
model satu arah tidak ada kesempataan untuk berdiskusi sesama teman, karena siswa hanya penerima informasi dari gurunya. Dan masih banyak lagi temuan yang pada prinsipnya pembe-lajaran berlangsung tidak kreatif dan kurang menantang bagi siswa untuk belajar.
Dalam penggunaan media pembelajaran di kelas hampir tidak diperhatikan dan digunakan oleh para guru, pembelajaran yang dilakukan guru selalu ceramah satu arah. Berdasar pengamatan penulis dalam semester terakhir ini sangat sedikit guru menggunakan media pembelajaran
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga dengan demikian guru hanyalah mengajar dengan mengguna-kan buku paket sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
269 fasilitator, sehingga siswa akan dapat
membangun pengetahuannya, menemukan pengetahuannya, dan menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya dua kondisi yang berbeda tersebut tentunya menimbul-kan kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dan apa yang nyata terjadi. Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut diperlukan ada-nya pembinaan kepada para guru dalam menerapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreatifitas dan inovasi pada siswa. Pembelajaran yang dapat menjembatani dan menumbuhkan kreatifitas siswa diantaranya adalah
dalam menerapkan metode diskusi. Berdasarkan kesenjangan dan penyebab sebagaimana dipaparkan diatas dicoba untuk mengadakan penelitian untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi guru di beberapa SMPN dalam wilayah binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan. Adapun judul penelitian ini adalah : "Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Model STAD melalui Pendampingan dalam Pembelajaran di beberapa SMP binaan di Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan
Tahun Pelajaran 2016/2017"
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana pendampingan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Kooperatif model STAD melalui di SMPN dalam wilayah binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016 /2017? 2). Bagaimana pendam-pingan dalam pembelajaran dapat mening-katkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD di SMPN dalam wilayah
binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017?
Model STAD (Student Teams Achievement Divison)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode STAD sebagai berikut:
1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang.
heterogen meliputi karakteristik
kecerdasan, kemampuan awal matematika, motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar belakang etnis yang berbeda.
2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh.
3. Pemahan konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka boleh menger-jakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah
dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari
konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat penguasaaan
siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
5. Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.
6. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang
telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
271 dari sisi Rencaan pembelajatan maupun
dari sisi pelaksanaan pembelajaran. 2. Pengawas melakukan rencana perbaikan atau pembinaan atas kekurangan atau kelemahan yang dilakukan guru; 3. Pengawas melakukan pendampingan atau mendampingi selama guru melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga dengan demikian pengawas tahu betul kekurangan atau kelemahan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pengawas dengan melakukan pendampingan ini masih banyak belum dilakukan pengawas sekolah, oleh karenanya kegiatan ini pengawas berusaha sekuat tenaga atau
secara optimal agar pendampingan dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan berhasil memebina guru dalam melakukan kegiatan penerapan metode demonstrasi.
Metode Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan Sekolah, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Subyek Penelitian. Subyek pene-litian dalam hal ini adalah guru Jumlah guru yang diamati adalah sebanyak 6 orang yang semuanya merupakan guru SMP di wilayah binaan Kecamatan Bangkalan. Obyek Penelitian. Obyek Penelitiannya adalah kegiatan guru di SMPN dalam wilayah binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan dalam melaksanakan
pembelajaran kooperatif model STAD. Dengan demikian yang menjadi pengamatan peneliti adalah bagaimana guru menerapkan pebelajaran kooperatif model STAD di Kelasnya.
Instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Instrumen Penilaian Kinerja Guru atau yang disebut IPKG. Dalam penelitian ini digunakan dua instrumen yakni IPKG 1 yang digunakan untuk menilai Rencana Pembelajaran yang digunakan oleh Guru dan IPKG 2 yang digunakan untuk menilai kgiatan pembelajaran guru.
IPKG 1 berisi tentang aspek pengamatan yang berkenaan dengan rencana pembelajaran mencakup :
1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran.
2. Pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran.
3. Pengorganisasian Materi pelajaran.
4. Pemilihan sumber / media pembelajaran.
5. Kejelasan skenario pembelajaran.
6. Kesesuaian tehnik evaluasi yang direncanakan.
7. Kelengkapan instrumen evaluasi yang direncanakan.
IPKG 2 berisi aspek pegamatan tentang kegiatan pembelajaran kontekstual yang meliputi :
1. Mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Melakukan kegiatan apersepsi.
3. Menyampaikan tujuan
pembe-lajaran.
4. Mengaitkan materi pembela-jaran dengan pengetahuan lain yang relevan.
5. Menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan runtut sesuai dengan hierarkhi belajar dan karakteristik siswa. 6. Melakukan kegiatan sesuai
langkah-langkah pembelajaran Jigsaw.
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan.
8. Menguasai kelas.
9. Melaksanakan pembelajaran dengan mengelompokkan siswa
untuk diskusi kelompok.
10. Melaksanakan pembelajaran dengan melakukan diskusi kelas.
11. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
12. Menggunakan media pembela-jaran secara efektif dan efisien. 13. Menumbuhkan partisipasi aktif
dalam pembelajaran.
14. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa.
273 16. Melakukan penilaian dalam
proses pembelajaran.
17. Melakukan penilaian akhir pembelajaran sesuai dengan tujuan.
18. Penggunaan gaya yang sesuai dan bahasa baik tulis maupun lisan dengan jelas baik dan benar.
19. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
20. Melakukan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/ pengayaan.
Tehnik Pengumpulan Data.
Untuk mengupulkan data penulis menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru melaksanakan
pembela-jaran sesuai dengan pembelapembela-jaran yang telah direncanakan. Dokumentasi digunakan untuk menilai rencana pembelajaran yang digunakan guru yang sebelumnya telah diberikan pembimbingan dalam penulisannya, agar RPP yang digunakan sesuai dengan pembelajaran yang diterapkan.
Kriteria Keberhasilan Penelitian Kriteria keberhasilan ditetapkan bahwa : Masing-masing guru maupun secara keseluruhan dinyatakan tuntas atau berhasil jika mencapai nilai sebagai berikut :
1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan dalam menyusun RPP.
a. Guru dinyatakan telah berhasil dalam menyusun rencana pembelajaran jika nilai rencana pembelajaran minimal 28 artinya setiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari tujuh aspek penilaian rencana pembelajaran.
b. Penelitian ini dianggap selesai
atau berhasil jika 80 % dari guru-guru yang menjadi subyek penelitian telah mendapat nilai minimal 28.
2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan
penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran.
a. Penelitian dalam pelaksanaan
pembelajaran dinyatakan tuntas/ berhasil secara individu jika tiap guru mencapai skor minimal 80, artinya tiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari 20 aspek pengamatan kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini dianggap selesai atau berhasil jika 80 % dari guru-guru yang menjadi responden dalam penerapan pembelajaran kontekstual telah mendapat nilai minimal 80.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Hasil pengamatan atau observasi
pada siklus pertama dapat direkap sebagai berikut.
Tabel 4.1
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus pertama.
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28 dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 22 sampai dengan 24 Pebruari 2017. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2. Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan serta rekaman situasi kelas yang lain seperti penggunaan media,
penilaian dalam proses selama kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan kepala sekolah yang bertindak sebagai observer. Adapun hasil observasi yang dilakukan
berurut-turut tersebut diperoleh skor penilaian sebagai berikut:
Tabel 4.2
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus kedua.
Kurang dari 28
Sama atau lebih 2
4
Blm berhasil
275
Observasi siklus III dilaksanakan selama 3 hari, yaitu dar tanggal 7 sampai dengan tanggal 9 Maret 2017.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik dan lebih baik dari siklus sebelumnya, Rencana pembelajaran telah disusun dengan baik instrumen penliaian yang biasanya belum sempurna telah disusun dengan
baik dan lengkap, baik instrumennya maupun kunci jawaban dan rumus penilaiannya.
Hasil observasi yang dilakukan
peneliti berupa skor perolehan nilai yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.3
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus ketiga.
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
Hasil pengamatan pada rencana pembelajaran pada siklus pertama dan
siklus kedua terdapat perubahan yang sangat signifikan. Hasil pengamatan pada siklus pertama masih banyak ditemukan kekurangan sehingga prosentase keberhasilan masih dibawah kiteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian. Hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga didapatkan bahwa untuk penilaian rencana pembelajaran tidak ada seorang gurupun yang mendapat nilai di bawah 28 dari 7 aspek yang diamati, artinya nilai minimal tiap aspek 4. Perbandingan hasil pengamatan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Rencana Pembelajaran
Masing masing siklus
2 Sama
atau
Lebih
dari 28
2 4 6 Tuntas
Jika Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Rencana
Pembelajaran Masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka akan menjadi sebagai
Siklus I Siklus II Siklus III
RENCANA PEMBELAJARAN
Siklus I Siklus II Siklus III
Berdasar perbandingan nilai pada tabel dan grafik tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa: Pada siklus pertama masih terdapat 4 orang guru yang belum mencapai nilai minimal keberhasilan dalam menyusun rencana pembelajaran. Dapat dikatakan pada siklus I tingkat ketuntasan hanya 33,33%, sedangkan pada siklus kedua 4 guru atau 66,67% telah tuntas atau berhasil dalam menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus ketiga tidak ada seorang gurupun yang hasil/ nilai penyusunan rencana pembelajarannya
kurang 28. Semua guru hasil/nilai
penyusunan rencana pembelajarannya adalah sama atau lebih dari 28. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran.
Perbandingan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Masing masing siklus
N
277 0
10 20 30 40 50
PERSENTASE
Siklus I Siklus II Siklus III
RENCANA PEMBELAJARAN
Siklus I Siklus II Siklus III
Berdasar rekapitulasi dan pebandingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual dapatlah disimpulkan bahwa : Pada siklus pertama masih terdapat 4 guru
yang mendapatkan hasil kurang dari 80 sedang yang tuntas sebanyak 2 orang guru artinya tingkat keberhasilannya mencapai 33,33%. Pada siklus kedua
terdapat 2 orang guru yang mendapat nilai dibawah kriteria keberhasilan, dan 4 guru telah tuntas artinya tingkat ketuntasannya mencapai 66,67%. Pada siklus ketiga didapatkan kondisi guru bahwa tidak ada satu orang gurupun yang mendapatkan hasil dibawah 80 dalam pengamatan yang dilakukan peneliti. Artinya prosentase keberhasilan pada siklus ketiga mencapai 100 %, dengan demikian guru telah mencapai kriteria
keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran model Kooperatif Model STAD.
Keberhasilan tersebut
dipenga-ruhi oleh beberapa hal diantaranya :
Pelaksanaan supervisi dengan
melibatkan banyak pihak untuk memberikan masukan kepada guru yang disupervisi.Supervisi akademik dengan yang ditandai dengan pembinaan masalah pembelajaran kepada guru. Karena dengan penekatan supervisi akademik ini guru tidak merasa disalahkan,tetapi diajak berfikir bersama atas permasalahan yang dihadapi, atas kondisi yang ada dan akhirnya pengawas sebagai nitra guru memfasilitasi kebutuhan guru dalam meningkatkan kinerjanya.Guru lebih terbuka jika diajak musyawarah layaknya mitra kerja dalam membahas dan menyempurnakan kekurangan
yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas.
Penutup
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapatlah disimpulkan bahwa Pendampingan dalam pembela-jaran dapat meningkatkan kemampuan
dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam menerapkan pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams
Achivement Division) melalui
Pendampingan dalam pembelajaran di beberapa SMP binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2016/2017
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2007,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007, Depdiknas.
Depdiknas, 2006,Peraturan Peerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional
Pendidikan,Depdiknas Jakarta.
Depdiknas, 2002, Pendekatan
Kontekstual (Contextual
Teaching and
Learning(CTL)),Depdiknas, Jakarta.
Elaine B. Johnson, 2008, Contextual Teaching & Learning Menjadi-kan Kegiatan Belajar-Mengajar
Mengasyikkan dan
Bermakna,Penerbit MLC
Nurhadi,2004. Pembelajaran Konteks-tual, Malang, Penerbit Univer-sitas Negeri Malang.
Sahertian,2000. Konsep dan Teknik
Supervisi Pendidikan,Rineka
Cipta,Jakarta.
Sukardi,Ph.D.Prof.,2004. Metodologi
Penelitian Pendidikan,Bumi
Aksara,Jakarta.
Wardhani dkk,2007. Penelitian
Tindakan Kelas,Universitas
Terbuka,Jakarta.
Zainal Akib dan Elham Rohmanto,2007. Membangun
Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah,Yrama
Widya,Bandung.
Zainal Aqib,2006,Penelitian Tindakan